Disusun Oleh :
Kelas B
Kelompok 2
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJAJARAN
SUMEDANG
2019
I
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
1. Sifat pada ternak dapat dibedakan menjadi sifat kuantitatif dan sifat
kualitatif.
Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur, misalnya produksi susu,
bobot badan dan produksi telur. Sifat ini dikontrol banyak gena dan sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti pakan dan tatalaksana. Gena-gena
tersebut ada yang berpengaruh besar dan ada juga yang kecil. Pengaruh gena-gena
yang menyumbangkan suatu expresi pada fenotip disebut genotip.
Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur, tapi bisa dikelompokan.
Misalnya warna bulu, bentuk tanduk. Sifat ini sedikit/tidak dipengaruhi lingkungan
dan biasanya dikontrol oleh satu atau dua pasang gena saja.
P = G + E + GE
G=A+D+E
Pengaruh dominasi pada suatu sifat dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
Ragam (Variasi)
(𝑥𝑖 − 𝑥)
𝑉𝑥 = 𝜎 2 =
n
dimana : = 2 xxV σ
𝑉𝑝 = 𝑉𝐺 + 𝑉𝐸 + 𝑉𝐺𝐸
GV = ragam/variasi genotip
E V = ragam/variasi lingkungan
PEMBAHASAN
1. Fenotipe
2. Genotipe
Genotipe (harafiah berarti "tipe gen") adalah istilah yang dipakai untuk
menyatakan keadaan genetik dari suatu individu atau sekumpulan individu
populasi. Genotipe dapat merujuk pada keadaan genetik suatu lokus maupun
keseluruhan bahan genetik yang dibawa oleh kromosom (genom). Genotipe dapat
berupa homozigot atau heterozigot. Setelah orang dapat melakukan transfer gen,
muncul pula penggunaan istilah hemizigot.
a) Dominan : Sifat yang akan muncul jika gen ini ada pada individu tersebut.
Biasanya diwakili dengan huruf kapital. Contoh : Widow’s peak.
b) Resesif : Sifat yang akan muncul jika gen ini ada dan tidak ada gen dominan
yang menutupinya. Biasanya diwakili dengan huruf kecil. Contoh: Cuping
yang menempel.
Homozigot ialah apabila suatu individu memiliki pasangan alel yang sama.
Heterozigot ialah apabila suatu individu memiliki pasangan alel yang
berbeda.
3. Sifat Kualitatif
Sifat kuantitatif adalah ciri dari makhluk yang dapat diukur, dihitung atau
diskors. Karakter ini ditentukan oleh banyak pasang gen (poligenik) dan sangat
dipengaruhi oleh lingkungan (Wiley, 1981), sedangkan sifat kualitatif seperti
warna, pola warna, sifat bertanduk atau tidak bertanduk dapat dibedakan tanpa
harus mengukurnya.
Dalam definisi lain sifat kualitatif adalah sifat yang nampak dari luar dan
dapat di lihat dengan mata telanjang dan yang dapat dibedakan dengan jelas seperti
warna bulu, adak tidaknya tanduk, adanya suatu cacat (kelaianan) atau adanya
protein-protein tertentu di dalam darah. Seekor ternak dapat dibedakan secara jelas
ada berwarna hitam, putih atau bertanduk dan tidak bertanduk. Sifat kulititatif ini
tidak berhubungan dengan faktor produksi. Sifat kualitatif biasanya hanya dikontrol
oleh hanya sepasang gen (Noor, 2008).
Sifat kualitatif yang diamati adalah warna kulit, bentuk tanduk, bentuk tanduk, garis
punggung kalung putih (chevron) dan jumlah unyeng-unyeng (whorls).
Warna kulit
Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif yang biasa dilakukan sebagai
kriteria seleksi. Warna kulit merupakan fanifestasi antara satu atau beberapa pasang
gen.
Bentuk tanduk.
Bentuk tanduk pada kerbau pada jantan maupun betina adalah normal walaupu
mempunyai bentuk yang berfariasi: melingkar kebelakang dan melingkar kebawah.
Berdasarkan penelitian bentuk tanduk kerbau lokal umumnya melingkar kebawah.
Garis punggung
Garis punggung terdiri atas dua macam yaitu garis punggung dater dan garis
punggung melengkung. Garis punggung ada kaitanya dengan bebtuk karkas yang
lebih baik daripada garis punggung melengkung kedalam. Namun untuk melihat
garis punggung akan terlihat jelas pada ternak yang kurus dan yang sudah tua.
Warna putih pada dasar hitam yang menyerupai pita merupakan karakterristik
pada kerbau lumpur dan sering disebut sebagai chevron terdapat dua bentuk garis
puth pada leher yaitu garis kalung ptih tunggal dan ganda.
Sifat fenotip adalah tampilan inividu yang tampak dari luar dan dapat dibedakan
tasa sifat kualitatif. Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat
dibedakan dengan jelas, seperti warna bulu, ada tidaknya tanduk, cacat kelainan
atau adanya protein-protein tertentu dalam darah (Martojo, 1992), kerlip bulu,
warna paruh, dan cakar (Supriyanto, 2003;2005). Sifat kuantitatif ekspresinya
dikontrol oleh sepasang gen atau lebih dan sedikit dipengaruhi oleh
lingkungan(Suriyana, 2012). Jumlah unyeng-unyeng merupakan sifat kulitatif yang
paling menonjol pada kerbau (Dudi, dkk,2011).
4. Lingkungan
Mutagen.
Mutagen adalah zat asing dari luar tubuh atau lingkungan yang masuk ke
dalam tubuh dan kemudian mengubah gen serta DNA, contohnya zat
kimiawi dari rokok yang bisa menyebabkan kanker.
Interaksi antargen.
Di dalam tubuh gen-gen berinteraksi satu sama lain untuk mempertahankan
fungsi tubuh untuk tetap normal. Namun ketika sesuatu hal yang dapat
mempengaruhi gen masuk ke dalam tubuh, maka interaksi tersebut akan
terganggu. Contohnya, orang yang mengonsumsi alkohol terlalu sering dan
banyak menyebabkan perubahan fungsi gen.
Faktor transkripsi.
Transkripsi adalah proses di mana DNA disalin dan diubah ‘teks’nya
menjadi RNA yang kemudian akan digunakan sebagai ‘surat tugas’ yang
diberikan ke berbagai sel untuk menjalankan fungsinya. Dalam proses ini,
protein sangat dibutuhkan untuk pembuatan RNA. Proses ini juga rentan
akan gangguan yang mungkin saja datang dari luar tubuh atau lingkungan.
Seperti pada orang yang sedang mengalami stres. Keadaan stres bisa
membuat kadar protein yang dibutuhkan tubuh untuk proses transkripsi
berubah. Hal ini tentu saja akan mengubah ‘surat tugas’ yang dibuat oleh
DNA.
Epigenetik.
Proses epigenetik adalah proses di mana lingkungan bisa mempengaruhi
jumlah protein. Protein tidak hanya berfungsi sebagai pembentukan
jaringan, tetapi pada tingkat DNA protein berperan penting untuk membuat
suatu gen aktif atau tidak. Contohnya, ketika seseorang memiliki gen kanker
yang disebabkan oleh keturunan, maka gen tersebut bisa saja aktif ataupun
tidak. Tergantung dengan seberapa besar paparan lingkungan untuk
mengaktifkannya.
5. SIFAT KUANTITATIF
Karena jumlah yang besar dan saham masing-masing alel yang kecil maka
peranan gen secara sepasang tidak penting, hal terakhir ini jelas dengan sifat
kuantatif yang dipengaruhi satu/dua pasang gen. Karena hal tersebut maka untuk
menggambarkan sifat kuantitatif dipakai parameter-parameter seperti rataan dan
ragam yang dinyatakan dalam satuan-satuan tertentu seperti liter, kilogram, cm atau
butir.
6. GEN ADITIF
Aksi gen aditif adalah aksi gen yang paling penting dalam pemuliaan,
terutama menyangkut sifat produksi. Aksi sejumlah gen aditif (dijumlahkan)
aksinya adalah ekspresi fenotipe dalam bentuk produksi.
Pleoitropi
Pleoitropi adalah suatu contoh aksi gen-gen tertentu yang mempunyai dua
atau lebih sifat pada waktu yang sama. Hal ini menyebabkan adanya hubungan
antara sifat-sifat produksi tertentu pada ternak. Mengenai hal ini terutama pada
sifat-sifat mempunyai hubungan korelasi genetic antara sifat-sifat tertentu.
7. GEN DOMINAN PENUH
Dominasi tidak Penuh adalah alel dominan tidak dapat menutupi alel
resesif sepenuhnya. Akibatnya individu heterozigot bersifat setengah dominan dan
setengah resesif. Contoh : tanaman bunga Snapdragon.
Ekspresi fenotipe heterozigot tersebut menghilangkan keragu-raguan dalam
menentukan kombinasi gen (genotipe) yang terdapat pada suatu individu. Ekspresi
dominan menunjukkan individu genotipe homozigot dominan, ekspresi heterozigot
menunjukkan individu genotipe heterozigot, dan ekspresi resesif menunjukkan
individu genotipe homozigot resesif. Dikatakan bahwa pada gen berkedominanan
tidak penuh, nisbah fenotipe = nisbah genotype (Anonim, 2011).
9. Pengaruh Epistasis
Epistasis Dominan
Gen yang bersifat epistasis terhadap gen lain bersifat dominan terhadap alelnya.
Epistasis Resesif
Gen akan bersifat epistasis jika dalam keadaan resesif terhadap alelnya
Epistasis jenis ini terjadi jika pada suatu ciri yang dikendalikan oleh dua gen dan
terdapat epistasis dominan dan resesif.
[𝑥1 − 𝑥̅ ]2
2
𝑉𝑥 = 𝜎 =
𝑛
X1 = sifat x
𝑥̅ = rata-rata sifat x
N = jumlah ternak
Ragam genetik merupakan variasi karakteristik yang diwariskan pada
populasi spesies yang sama. Hal ini memiliki peran penting dalam evolusi yang
memungkinkan spesies untuk beradaptasi dengan lingkungan baru dan untuk
melawan parasit. Hal ini berlaku untuk spesies peliharaan, yang biasanya memiliki
tingkat rendah keragaman.
Keragaman gen adalah variasi atau perbedaan gen yang terjadi dalam suatu
jenis atau spesies makhluk hidup.
Ragam genetik dapat dibagi lagi menjadi ragam aditif, ragam dominan dan
ragam epistasis, atau dengan persamaan sebagai berikut :
V G =V A +V D +V I
Overdominan atau dominan lebih adalah suatu macam aksi gen yang dapat
berarti penting dalam pemuliaan disebabkan oleh interaksi gen-gen yangberupa alel
yang sedemikian rupa sehingga gen dalam keadaan heterozigot menyebabkan
individu (genotype) heterozigot Aa menjadi superior fenotipenya dinbanding
dengan homozigot.
Tetua AA x aa
Aa
Aa x Aa
AA,Aa,Aa,aa
Efek ini dikenal dengan dominan lebih karena secara biokimiawi pasangan gen
heterozigot lebih trgar karena mempunyai adaptasi terhadap perubahan-perubahan.
VE = VET + VEP
KESIMPULAN
Netherlands.
Suryo, Ir. 1990. Genetika Manusia. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.