MAKALAH
oleh:
Kelompok 9
Pendidikan Biologi B 2015
Egi Ahmad Fauzi 1507496
Lita Marliani 1500221
Putri Intan Maharani 1500440
Santika Rodola Putri Simbolon 1500654
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana variasi genetik dari mekanisme evolusi?
2. Apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya mekanisme evolusi?
C. Tujuan
1. Mengetahui variasi genetik dari mekanisme evolusi.
2. Mengetahui hal apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya mekanisme
evolusi.
BAB II
ISI
A. VARIASI GENETIK
Menurut Darwin, variasi yang dapat diwariskan merupakan faktor
utama teori evolusi karena variasi tersebut memberikan bahan dasar dalam
proses evolusi. Variasi ini terjadi dalam semua populasi yang speciesnya
berkembangbiak secara seksual. Berdasarkan batas ruang ekologis dan
genetic, variasi pada makhluk hidup dapat dibedakan menjadi :
1. Variasi dalam populasi
Yaitu variasi yang tampak dalam suatu populasi, yang diantaranya
dapat diwariskan. Variasi yang dapat diwariskan ini bisa bersifat kuantitatif
dan diskrit. Sifat kuantitatif umumnya menunjukan pewarisan filogenik
yaitu suatu pengaruh tambahan dari dua atau lebih gen pada suatu sifat
fenotip tunggal. Sedangkan sifat diskrit (sangat berbeda) seperti warna
bunga merah dan putih yang ditentukan oleh sebiah lokus gen tunggal
dengan alel yang berbeda (Sudargo, 2018).
2. Variasi antar populasi
Suatu populasi organisme yang menempati daerah geografi berbeda
umumnya menunjukan variasi sifat berbeda yang disebut variasi geografis
yang meliputi perbedaan struktur genetic antar populasi. Variasi genetic ini
dapat disebabkan oleh mutasi atau rekombinasi seksual (Sudargo, 2018).
B. MEKANISME EVOLUSI
1. Kematian massal
Dalam sejarah kehidupan telah terjadi lima kali kepunahan besar-
besaran, yaitu pada era kambrian, ordovisian, Devonian, Permian dan
kretasea, namun yang terbesar terjadi pada era Permian dimana 75%
makhluk hidup mengalami kepunahan.kepunahan ini disebabkan oleh :
a. Pergeseran benua yang menyebabkan bencana alam
b. Teori vulkanisme : terjadi letusan gunung berapi
c. Teori meteorit : jatuhnya meteor ke bumi
d. Teori glasiasi : mencairnya es
e. Air bah : banjir yang sangat besar
f. Efek rumah kaca
g. Radiasi sinar ultra violet dan lubang ozon
h. Aktivitas manusia (Sudargo, 2018).
2. Hibridisasi
Yaitu perkawinan antar individu –individu yang berbeda karakter atau
variasi dalam satu species ata genus. Hibridisasi ini terarah, menyebabkan
frekuensi alel berubah , dan hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku.
Hibridisasi ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Inbreeding (perkawinan sekerabat)
- Meningkatkan kehomozigotan
- Melemahkan individu terhada perubahan lingkungan
- Variabilitas menurun
b. Outbreeding (perkawinan tak sekerabat)
- Meningkatkan keheterozigotan
- Menguatkan individu terhadap perubahan lingkungan
- Variabilitas meningkat (Sudargo, 2018).
-
Evolusi melalui seleksi alam adalah suatu proses dimana mutasi genetik
yang meningkatkan reproduksi menjadi ada, menjadi tetap atau makin
banyak dijumpai generasi selanjutnya. Ini sering disebut mekanisme (self
evident) sebab ada tiga syarat yang wajib terpenuhi untuk dapat terjadi,
yaitu:
Bila suatu alel meningkatkan fitness lebih dari alel lain pada suatu gen
maka setiap generasi alel iniakan lebih banyak dijumpai didalam populasi.
Sifat-sifat ini disebut “selected for”. Contoh sifat-sifat yang dapat
meningkatkan fitness adalah peningkatan ketahanan hidup dan
peningkatan fekunditas. Sebaliknya, fitness yang lebih rendah yang
disebabkan adanya alel yang tak menguntungkan dan mengganggu akan
menyebabkan alel ini menjadi semakin jarang muncul pada generasi
selanjutnya, dan ini disebut “selected against”. Yang penting bahwa fitness
suatu alel bukan merupakan ciri-ciri yang menetap. Bila lingkungan
berubah maka sifat-sifat yang dulunya netral atau bahkan berbahaya serta
mengganggu akan bisa menjadi menguntungkan dan begitu juga
sebaliknya. Namun bahkan bila arah seleksi tidak berubah dengan cara
inimaka sifat-sifat yang hilang dulu mungkin tak dapat tersusun kembali
dalam susunan yang identik. Suatu bagan yang menunjukkan adanya tiga
jenis seleksi yaitu:
Adaptasi
Perubahan lingkungan yang terjadi dari waktu ke waktu mendorong
makhluk hidup untuk beradaptasi agar mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan mampu berkembangbiak, namun tidak semua makhluk hidup
mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi
di lingkungannya, jika gagal beradaptasi maka makhluk hidup tersebut akan
punah karena adanya seleksi alam. Dengan berubahnya lingkungan dan
perubahan makhluk hidup dari generasi ke generasi, lambat laun akan
terbentuk keanekaragaman makhluk hidup seperti saat ini. Jadi dalam
evolusi, adaptasi adalh hasil akhir seleksi alam dari keanekaragaman yang
dimiliki oleh suatu organisme. Lebih besar keanekaragamannya, maka
kemampuan untuk bertahan hidup di muka bumi menjadi lebih besar.
Adaptasi pada makhluk hidup dapat secara morfologi (bentuk luar),
fisiologis (system faal), tingkah laku. Baik tumbuhan maupun hewan
semuanya melakukan adaptasi.
Kaktus adalah salah satu tumbuhan yang melakukan adaptasi,
tumbuhan ini termasuk famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu
yang lama tanpa air dan hidup di daerah-daerah yang panas dan kering
(gurun), memiliki lapisan lilin yang tebal, dan berdaun duri atau kecil
tujuannya untuk mengurangi penguapan air lewat daun. Kaktus memiliki
akar yang panjang dan tersebar meluas untuk mempermudah penyerapan air
dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus
disimpan dalam ruang di batangnya. Selain itu ada pohon jati yang selalu
menggugurkan daunnya pada musim kemarau yang juga bertujuan untuk
mengurangi penguapan air.
Adaptasi pada hewan lebih bervariasi, contohnya Tettigonia yaitu
belalang yang memiliki bentuk dan warna seperti daun, Deroplatus
desiccate yaitu belalang Kalimantan yang menyerupai serasah daun,
Phaenopharos khaoyaiensis yaitu belalang yang menyerupai ranting,
Uroplatus phantasticus yaitu tokek yang menyerupai daun, Hymenopus
coronatus yaitu belalang sembah yang memiliki bentuk seperti kelopak
bunga, dan lain-lain. Adaptasi tersebut bertujuan untuk mengelabui
pemangsanya. Contoh lain adalah Revolusi Industri di Inggris yang terjadi
pada tahun 1953, dimana terdapat dua macam ngengat Biston betularia,
yang satu memiliki sayap berwarna gelap dan yang satunya lagi memiliki
sayap berwarna terang. Sebelum terjadi revolusi industry di Inggris ngengat
yang memiliki sayap berwarna terang jumlahnya lebih banyak dibanding
ngengat yang memiliki sayap berwarna gelap, dikarenakan ngengat
memiliki kebiasaan hinggap di pohon berwarna terang (tertutup lumut
kerak), sehingga lumut kerak yang berwarna cerah melindungi ngengat
sayap terang yang terhindar dari pemangsanya, sementara ngengat sayap
gelap lebih mudah dilihat oleh pemangsa. Kemudian revolusi industri di
Inggris terjadi, dimana jelaga cerobong asap industry mematikan lumut
kerak di pohon sehingga batang pohon menjadi gelap. Kemudian terjadi
kebalikannya kini ngengat sayap terang jadi lebih mudah terlihat dibanding
ngengat sayap gelap, sehingga ngengat sayap terang lebih mudah dimangsa
oleh pemangsanya. Akibat kejadian tersebut ngengat sayap hitam menjadi
lebih adaptif dan dapat berkembangbiak dan populasinya meningkat
dibanding dengan populasi ngengat sayap terang. Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa untuk lolos dari seleksi alam dan dapat bertahan hidup,
makhluk hidup haruslah beradaptasi pada perubahan lingkungan yang
terjadi.
Dalam evolusi organisme, terdapat suatu mekanisme yang menarik
dalam beradaptasi yang diperlukan untuk mempertahankan diri di alam
bebas. Dalam mekanisme ini dikenal dua istilah yaitu kamuflase dan
mimikri. Kamuflase diartikan sebagai kemampuan makhluk hidup untuk
meniru latar, tempat atau benda disekitarnya untuk mengaburkan pandangan
musuh (pemangsa). Sedangkan mimikri merupakan bentuk peniruan hewan
pada jenis hewan lainnya. Berdasarkan fungsinya mimikri dilakukan untuk
empat hal, yaitu: agresif, agar memperoleh mangsa, protektif untuk
melindungi diri dari bahaya, reproduktif agar memperoleh keturunan dan
mutualis agar dapat hidup bersama. Sedangkan berdasarkan bentuk
peniruannya, mimikri dapat dibedakan menjadi mimikri Mullerian, mimikri
Batesian, dan mimikri Martensian. Selain itu dikenal juga istilah
automimikri.
Mimikri Batesian dilakukan organisme mangsa (tidak berbahaya)
yang beradaptasi menyerupakan bentuk tubuhnya dengan organisme
berbahaya agar tidak dimangsa (Bates, 1863). Contohnya bentuk larva
Deilephila yang tidak beracun menyerupai kepala ular Leptophis yang
beracun. Mimikri Mullerian dilakukan organisme mangsa (tidak berbahaya)
yang beradaptasi menyerupakan bentuk tubuhnya dengan organisme mangsa
atau tidak berbahaya lainnya, agar membingungkan pemangsa sehingga
memperbesar peluang organisme tersebut untuk tidak dimangsa. Atau
sebaliknya mimikri ini dilakukan organisme pemangsa dengan menyerupai
organisme pemangsa lainnya untuk memperbesar peluang menemukan
mangsa (Muller, 1996). Contohnya Kupu-kupu Danaus dan Limenetis sama-
sama serangga mangsa yang menunjukkan kemiripan. Mimikri Martensian
dilakukan organisme pemangsa (berbahaya) yang beradaptasi
menyerupakan bentuk tubuhnya dengan organisme tidak berbahaya
(Emsley, 1996). Contoh mimikri Martensian yaitu Ular Micrurus yang
beracun menyerupai ular Pliocercus yang tidak beracun. Automimikri
dilakukan organisme yang beradaptasi menyerupakan salah satu bagian
tubuhnya dengan bagian tubuhnya yang lain, biasanya untuk mengecoh
pemangsa atau menarik perhatian lawan jenis (Svennungsen et al, 2007).
Contoh automimikri pada kepala burung hantu Glaucidium bagian belakang
ada bulu yang coraknya seperti mata.
4. Mutasi
1) Tautometric shift
Seharusnya G – C menjadi G – T
Seharusnya A – T menjadi A – C
2) Inhibitor
Wild Type GCU GCU GCU GCU GCU GCU GCU GCU
Ala Ala Ala Ala Ala Ala Ala Ala
Insersi (+) GCU GCU AGC UGC UGC UGC UGC UGC U
Ala Ala Ser Cys Cys Cys Cys Cys -
G
triple GCU GAC UGC AUG CUG CAU GCU GCU GCU
Mutan (+-+) Ala Asp Ser Met Leu His Ala Ala Ala
3) Struktur Analog
4) Zat Mutagen
5) Radiasi Radioaktif
5. Isolasi Reproduksi