Anda di halaman 1dari 20

MEKANISME EVOLUSI

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evolusi


diampu oleh:
Prof. Dr. Fransisca Sudargo, M.Pd.
Dra. Ammi Syulasmi, M.Si

oleh:
Kelompok 9
Pendidikan Biologi B 2015
Egi Ahmad Fauzi 1507496
Lita Marliani 1500221
Putri Intan Maharani 1500440
Santika Rodola Putri Simbolon 1500654

DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Evolusi dalam kajian biologi berarti perubahan pada sifat-sifat terwariskan
suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama yaitu
variasi, reproduksi, dan seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini
dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan
menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi,
keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat
diperoleh dari perubahan gen akibat mutasi ataupun transfer gen antar
populasi dan antar spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang
dapat meningkatkan variasi antar organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-
perbedaan terwariskan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu
populasi.
Evolusi didorong oleh dua mekanisme utama, yaitu seleksi alam dan
hanyutan genetik. Seleksi alam merupakan sebuah proses yang menyebabkan
sifat terwaris yang berguna untuk keberlangsungan hidup dan reproduksi
organisme menjadi lebih umum dalam suatu populasi dan sebaliknya, sifat
yang merugikan menjadi lebih berkurang. Hal ini terjadi karena individu
dengan sifat-sifat yang menguntungkan lebih berpeluang besar bereproduksi,
sehingga lebih banyak individu pada generasi selanjutnya yang mewarisi sifat-
sifat yang menguntungkan ini. Setelah beberapa generasi, adaptasi terjadi
melalui kombinasi perubahan kecil sifat yang terjadi secara terus menerus dan
acak ini dengan seleksi alam.
Sementara itu, hanyutan genetik merupakan sebuah proses bebas yang
menghasilkan perubahan acak pada frekuensi sifat suatu populasi. Hanyutan
genetik dihasilkan oleh probabilitas apakah suatu sifat akan diwariskan ketika
suatu individu bertahan hidup dan bereproduksi. Walaupun perubahan yang
dihasilkan oleh hanyutan dan seleksi alam kecil, perubahan ini akan
berakumulasi dan menyebabkan perubahan yang substansial pada organisme.
Proses ini mencapai puncaknya dengan menghasilkan spesies yang baru.
Sebenarnya, kemiripan antara organisme yang satu dengan organisme yang
lain mensugestikan bahwa semua spesies yang kita kenal berasal dari nenek
moyang yang sama melalui proses divergen yang terjadi secara perlahan ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana variasi genetik dari mekanisme evolusi?
2. Apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya mekanisme evolusi?

C. Tujuan
1. Mengetahui variasi genetik dari mekanisme evolusi.
2. Mengetahui hal apa saja yang dapat mempengaruhi terjadinya mekanisme
evolusi.
BAB II
ISI
A. VARIASI GENETIK
Menurut Darwin, variasi yang dapat diwariskan merupakan faktor
utama teori evolusi karena variasi tersebut memberikan bahan dasar dalam
proses evolusi. Variasi ini terjadi dalam semua populasi yang speciesnya
berkembangbiak secara seksual. Berdasarkan batas ruang ekologis dan
genetic, variasi pada makhluk hidup dapat dibedakan menjadi :
1. Variasi dalam populasi
Yaitu variasi yang tampak dalam suatu populasi, yang diantaranya
dapat diwariskan. Variasi yang dapat diwariskan ini bisa bersifat kuantitatif
dan diskrit. Sifat kuantitatif umumnya menunjukan pewarisan filogenik
yaitu suatu pengaruh tambahan dari dua atau lebih gen pada suatu sifat
fenotip tunggal. Sedangkan sifat diskrit (sangat berbeda) seperti warna
bunga merah dan putih yang ditentukan oleh sebiah lokus gen tunggal
dengan alel yang berbeda (Sudargo, 2018).
2. Variasi antar populasi
Suatu populasi organisme yang menempati daerah geografi berbeda
umumnya menunjukan variasi sifat berbeda yang disebut variasi geografis
yang meliputi perbedaan struktur genetic antar populasi. Variasi genetic ini
dapat disebabkan oleh mutasi atau rekombinasi seksual (Sudargo, 2018).
B. MEKANISME EVOLUSI
1. Kematian massal
Dalam sejarah kehidupan telah terjadi lima kali kepunahan besar-
besaran, yaitu pada era kambrian, ordovisian, Devonian, Permian dan
kretasea, namun yang terbesar terjadi pada era Permian dimana 75%
makhluk hidup mengalami kepunahan.kepunahan ini disebabkan oleh :
a. Pergeseran benua yang menyebabkan bencana alam
b. Teori vulkanisme : terjadi letusan gunung berapi
c. Teori meteorit : jatuhnya meteor ke bumi
d. Teori glasiasi : mencairnya es
e. Air bah : banjir yang sangat besar
f. Efek rumah kaca
g. Radiasi sinar ultra violet dan lubang ozon
h. Aktivitas manusia (Sudargo, 2018).

2. Hibridisasi
Yaitu perkawinan antar individu –individu yang berbeda karakter atau
variasi dalam satu species ata genus. Hibridisasi ini terarah, menyebabkan
frekuensi alel berubah , dan hukum Hardy-Weinberg tidak berlaku.
Hibridisasi ini terbagi menjadi dua, yaitu :
a. Inbreeding (perkawinan sekerabat)
- Meningkatkan kehomozigotan
- Melemahkan individu terhada perubahan lingkungan
- Variabilitas menurun
b. Outbreeding (perkawinan tak sekerabat)
- Meningkatkan keheterozigotan
- Menguatkan individu terhadap perubahan lingkungan
- Variabilitas meningkat (Sudargo, 2018).
-

3. Seleksi Alam dan Adaptasi

Evolusi melalui seleksi alam adalah suatu proses dimana mutasi genetik
yang meningkatkan reproduksi menjadi ada, menjadi tetap atau makin
banyak dijumpai generasi selanjutnya. Ini sering disebut mekanisme (self
evident) sebab ada tiga syarat yang wajib terpenuhi untuk dapat terjadi,
yaitu:

a. Ada variasi terwariskan pada organisme dalam populasi tersebut.


b. Organisme menghasilkan lebih banyak anak, namun sedikit sekali
yang bisa bertahan hidup.
c. Anak-anak atau keturunan ini bervariasi kemampuan bertahan
hidup dan bereproduksinya. Kondisi ini menghasilkan kompetisi
antar organisme untuk tetap survive dan bereproduksi. Akibatnya
organisme dengan sifat-sifat yang memberikannya keuntungan
akan lebih banyak jumlahnya dibanding pesaingnya dan pembawa
sifat-sifat yang tak menguntungkan akan berkurang atau hilang
pada generasi-generasi berikutnya.

Konsep sentral seleksi alam adalah fitness evolusi dari suatu


organisme. Fitness adalah ukuran kemampuan organisme untuk dapat
bertahan hidup dan bereproduksi, yang selanjutnya menentukan ukuran
konstribusi genetiknya kepada generasi selanjutnya. Fitness tidak sama
dengan jumlah total anak pada satu individu saja namun diindikasikan
sebagai jumlah generasi selanjutnya yang membawa gen organisme
bersangkutan. Misalnya bila suatu organisme bisa bertahan hidup dengan
baik dan bereproduksi dengan cepat namun semua anaknya terlalu kecil
dan lemah bertahan hidup, maka organisme ini hanya memiliki konstribusi
genetik yang kecil pada generasi selanjutnya dan disebut fitnessnya
rendah.

Bila suatu alel meningkatkan fitness lebih dari alel lain pada suatu gen
maka setiap generasi alel iniakan lebih banyak dijumpai didalam populasi.
Sifat-sifat ini disebut “selected for”. Contoh sifat-sifat yang dapat
meningkatkan fitness adalah peningkatan ketahanan hidup dan
peningkatan fekunditas. Sebaliknya, fitness yang lebih rendah yang
disebabkan adanya alel yang tak menguntungkan dan mengganggu akan
menyebabkan alel ini menjadi semakin jarang muncul pada generasi
selanjutnya, dan ini disebut “selected against”. Yang penting bahwa fitness
suatu alel bukan merupakan ciri-ciri yang menetap. Bila lingkungan
berubah maka sifat-sifat yang dulunya netral atau bahkan berbahaya serta
mengganggu akan bisa menjadi menguntungkan dan begitu juga
sebaliknya. Namun bahkan bila arah seleksi tidak berubah dengan cara
inimaka sifat-sifat yang hilang dulu mungkin tak dapat tersusun kembali
dalam susunan yang identik. Suatu bagan yang menunjukkan adanya tiga
jenis seleksi yaitu:

1. Seleksi penstabilan (stabilizing selection).


Seleksi ini bekerja terhadap fenotipe ekstrem dan menyukai variasi
yang lebih umum yang adaptif. Disini seleksi bekerja untuk
mengurangi variasi dan mempertahankan suatu fenotipe tertentu dalam
suatu waktu. Contoh bayi manusai yang lahir terlalu kecil atau terlalu
besar dari kiaran berat (berat rata-rata umumnya 3-4 kg) akan
mengalami kematian.
2. Seleksi direksional (directional selection).
Sering ditemukan jika terjadi perubahan lingkungan atau pada populasi
yang bermigrasi ke suatu daeraj yang keadaan lingkungannya berbeda.
Seleksi ini akan menggeser kurva seleksi untuk variasi beberapa sifat
fenotipe ke satu arah dengan memilih sifat yang disukai yang pada
mulanya relatif jarang. Sebagai contohnya pada peristiwa ngengat
Biston betularia di masa revolusi industri di Inggris.
3. Seleksi penganekaragaman/memecah (diversfying selection/disruptif)
Seleksi ini biasanya terjadi pada keadaan lingkungan yang bervariasi
sehingg individu yang berada diantara kedua sifat ekstrem lebih
disukai. Jadi disini seleksi bekerja pada individu heterozigot sehungga
dalat memisahkan dua atau lebih fenotipe yang adaptif terhadap
perbedaan lingkungan. Sebagai contoh pada populasi siput yang hidup
pada dedaunan, misalnya terdapat siput warna kuning (KK), siput
warna hijau (kk), dan siput warna biru (Kk). Warna biru diantara
dedaunan akan lebih mudah ditemukan pemangsa, sehingga seleksi
bekerja pada siput warna biru.

Grafik Frekuensi Individu dari Tiga Macam Seleksi


Ketiga kecenderungan seleksi alam tersebut merupakan “cara seleksi”,
tetapi memiliki kesamaan dasar mekanisme yaitu seleksi lebih
menyukai sifat adptif tertentu yang dapat diwariskan melalui
keberhasilan reproduksi.

Adaptasi
Perubahan lingkungan yang terjadi dari waktu ke waktu mendorong
makhluk hidup untuk beradaptasi agar mempertahankan kelangsungan
hidupnya dan mampu berkembangbiak, namun tidak semua makhluk hidup
mampu beradaptasi terhadap perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi
di lingkungannya, jika gagal beradaptasi maka makhluk hidup tersebut akan
punah karena adanya seleksi alam. Dengan berubahnya lingkungan dan
perubahan makhluk hidup dari generasi ke generasi, lambat laun akan
terbentuk keanekaragaman makhluk hidup seperti saat ini. Jadi dalam
evolusi, adaptasi adalh hasil akhir seleksi alam dari keanekaragaman yang
dimiliki oleh suatu organisme. Lebih besar keanekaragamannya, maka
kemampuan untuk bertahan hidup di muka bumi menjadi lebih besar.
Adaptasi pada makhluk hidup dapat secara morfologi (bentuk luar),
fisiologis (system faal), tingkah laku. Baik tumbuhan maupun hewan
semuanya melakukan adaptasi.
Kaktus adalah salah satu tumbuhan yang melakukan adaptasi,
tumbuhan ini termasuk famili Cactaceae. Kaktus dapat tumbuh pada waktu
yang lama tanpa air dan hidup di daerah-daerah yang panas dan kering
(gurun), memiliki lapisan lilin yang tebal, dan berdaun duri atau kecil
tujuannya untuk mengurangi penguapan air lewat daun. Kaktus memiliki
akar yang panjang dan tersebar meluas untuk mempermudah penyerapan air
dan memperlebar penyerapan air dalam tanah. Air yang diserap kaktus
disimpan dalam ruang di batangnya. Selain itu ada pohon jati yang selalu
menggugurkan daunnya pada musim kemarau yang juga bertujuan untuk
mengurangi penguapan air.
Adaptasi pada hewan lebih bervariasi, contohnya Tettigonia yaitu
belalang yang memiliki bentuk dan warna seperti daun, Deroplatus
desiccate yaitu belalang Kalimantan yang menyerupai serasah daun,
Phaenopharos khaoyaiensis yaitu belalang yang menyerupai ranting,
Uroplatus phantasticus yaitu tokek yang menyerupai daun, Hymenopus
coronatus yaitu belalang sembah yang memiliki bentuk seperti kelopak
bunga, dan lain-lain. Adaptasi tersebut bertujuan untuk mengelabui
pemangsanya. Contoh lain adalah Revolusi Industri di Inggris yang terjadi
pada tahun 1953, dimana terdapat dua macam ngengat Biston betularia,
yang satu memiliki sayap berwarna gelap dan yang satunya lagi memiliki
sayap berwarna terang. Sebelum terjadi revolusi industry di Inggris ngengat
yang memiliki sayap berwarna terang jumlahnya lebih banyak dibanding
ngengat yang memiliki sayap berwarna gelap, dikarenakan ngengat
memiliki kebiasaan hinggap di pohon berwarna terang (tertutup lumut
kerak), sehingga lumut kerak yang berwarna cerah melindungi ngengat
sayap terang yang terhindar dari pemangsanya, sementara ngengat sayap
gelap lebih mudah dilihat oleh pemangsa. Kemudian revolusi industri di
Inggris terjadi, dimana jelaga cerobong asap industry mematikan lumut
kerak di pohon sehingga batang pohon menjadi gelap. Kemudian terjadi
kebalikannya kini ngengat sayap terang jadi lebih mudah terlihat dibanding
ngengat sayap gelap, sehingga ngengat sayap terang lebih mudah dimangsa
oleh pemangsanya. Akibat kejadian tersebut ngengat sayap hitam menjadi
lebih adaptif dan dapat berkembangbiak dan populasinya meningkat
dibanding dengan populasi ngengat sayap terang. Hal tersebut juga
menunjukkan bahwa untuk lolos dari seleksi alam dan dapat bertahan hidup,
makhluk hidup haruslah beradaptasi pada perubahan lingkungan yang
terjadi.
Dalam evolusi organisme, terdapat suatu mekanisme yang menarik
dalam beradaptasi yang diperlukan untuk mempertahankan diri di alam
bebas. Dalam mekanisme ini dikenal dua istilah yaitu kamuflase dan
mimikri. Kamuflase diartikan sebagai kemampuan makhluk hidup untuk
meniru latar, tempat atau benda disekitarnya untuk mengaburkan pandangan
musuh (pemangsa). Sedangkan mimikri merupakan bentuk peniruan hewan
pada jenis hewan lainnya. Berdasarkan fungsinya mimikri dilakukan untuk
empat hal, yaitu: agresif, agar memperoleh mangsa, protektif untuk
melindungi diri dari bahaya, reproduktif agar memperoleh keturunan dan
mutualis agar dapat hidup bersama. Sedangkan berdasarkan bentuk
peniruannya, mimikri dapat dibedakan menjadi mimikri Mullerian, mimikri
Batesian, dan mimikri Martensian. Selain itu dikenal juga istilah
automimikri.
Mimikri Batesian dilakukan organisme mangsa (tidak berbahaya)
yang beradaptasi menyerupakan bentuk tubuhnya dengan organisme
berbahaya agar tidak dimangsa (Bates, 1863). Contohnya bentuk larva
Deilephila yang tidak beracun menyerupai kepala ular Leptophis yang
beracun. Mimikri Mullerian dilakukan organisme mangsa (tidak berbahaya)
yang beradaptasi menyerupakan bentuk tubuhnya dengan organisme mangsa
atau tidak berbahaya lainnya, agar membingungkan pemangsa sehingga
memperbesar peluang organisme tersebut untuk tidak dimangsa. Atau
sebaliknya mimikri ini dilakukan organisme pemangsa dengan menyerupai
organisme pemangsa lainnya untuk memperbesar peluang menemukan
mangsa (Muller, 1996). Contohnya Kupu-kupu Danaus dan Limenetis sama-
sama serangga mangsa yang menunjukkan kemiripan. Mimikri Martensian
dilakukan organisme pemangsa (berbahaya) yang beradaptasi
menyerupakan bentuk tubuhnya dengan organisme tidak berbahaya
(Emsley, 1996). Contoh mimikri Martensian yaitu Ular Micrurus yang
beracun menyerupai ular Pliocercus yang tidak beracun. Automimikri
dilakukan organisme yang beradaptasi menyerupakan salah satu bagian
tubuhnya dengan bagian tubuhnya yang lain, biasanya untuk mengecoh
pemangsa atau menarik perhatian lawan jenis (Svennungsen et al, 2007).
Contoh automimikri pada kepala burung hantu Glaucidium bagian belakang
ada bulu yang coraknya seperti mata.

Tindak adaptasi makhluk hidup, ada 2 macam;


1) Adaptasi Genetik : lingkungan akan merangsang penghuninya untuk
membentuk struktur tubuh tertentu yang dapat bersifat menurun dan
permanen, ada hubungan antara struktur dengan lingkungannya. Contoh:
a. Tumbuhan air tumbuhan air akarnya sedikit dan daunnya lebar,
sedangkan tumbuhan darat akarnya banyak, panjang, dan daunnya
kecil.
b. Binatang air dilengkapi sirip dan insang, binatang darat dilengkapi
dengan kaki atau semacam kaki, hewan di udara dengan sayap atau
semacam sayap
c. Sifat-sifat pada manusia memberi peluang mempunyai toleransi
besar terhadap lingkungan dibanding organisme lain.
Manusia mempunyai:
- Gigi lengkap, gigi inciviscus untuk mengerat (seperti rodentia),
gigi caninus untuk merobek daging (seperti carnivora), gigi molar
untuk menghancurkan makanan (seperti herbivora)
- Usus dilengkapi dengan berbagai enzim
- Struktur tubuh tegak, tangan bebas bergerak
- Laring sempurna sehingga dapat memproduksi bunyi lebih
bervariasi, merupakan alat komunikasi.
- Susunan syaraf pusat sempurna, dengan perasaan yang kuat dan
daya pengontrolan yang baik, sehingga dikenal “berakal” Sifat-
sifat tersebut pada manusia memberi peluang mempunyai toleransi
yang besar terhadap lingkungan dibandingkan dengan organisme
lain.

2) Adaptasi Somatis : berupa perubahan struktur atau fungsional, bersifat


sementara serta tidak diturunkan, apabila terjadi perubahan lingkungan
maka struktur atau fungsi berubah sesuai dengan perubahan
lingkungannya. Contoh:
- Tanaman yang ditanam di daerah yang banyak air dan subur, akarnya
lebih melebar dan tidak memanjang ke dalam, sedangkan di daerah
kering dan tidak subur, akarnya panjang menembus jauh kedalam
tanah
- Kulit kerang di dalam air dingin lebih tebal dibandingkan dengan kulit
kerang di dalam air yang kurang dingin, secara somatic kulitnya
berubah menjadi tipis.
- Kulit manusia di daerah panas lebih gelap dibanding daerah dingin
- Tingkah laku mampu membuat dan menggunakan alat
- Dengan kehidupan yang sukar, orang cenderung gampang marah dan
bereaksi cepat

Adaptasi juga dapat dilakukan secara berkelompok “Communal


adaptation”. Pada beberapa hewan insting atau naluri juga dapat
beradaptasi, contoh hasil eksperimen dari 3 kelompok anak kucing yang
dibesarkan dilingkungan berbeda:
Tabel 1. Hasil eksperimen 3 kelompok anak kucing yang dibesarkan di
lingkungan berbeda

Kelompok Bentuk Perlakuan 4 Bulan Kemudian


1 Kelompok anak kucing 85% anaknya biasa membunuh
dibesarkan oleh induk yang tikus
biasa membunuh tikus
2 Kelompok anak kucing 45% membunuh tikus karena
dibesarkan tanpa ada hubungan “insting”
dengan tikus
3 Kelompok anak kucing 16% masih membunuh tikus,
dibesarkan dengan tikus karena naluri telah dihambat
sebagai teman

4. Mutasi

Mutasi adalah perubahan secara acak pada struktur DNA. Mutasi


adalah material kasar untuk terjadinya evolusi karena mutasi dapat
menyebabkan variasi genetik. Penyebab mutasi dapat berasal dari
lingkungan (oleh zat mutagenik) atau perubahan dari dalam individu pada
saat replikasi terjadi kesalahan. Ada dua jenis mutasi yaitu mutasi gen dan
mutasi kromosom. Pada kasus mutasi gen adanya substitusi beberapa
pasangan nukeotida dalam molekul DNA sedangkan pada mutasi
kromosom merupakan perubahan besar yang menyangkut ratusan bahkan
ribuan nukleotida. Terjadinya mutasi dapat menguntungkan maupun
merugikan bagi individu yang mengalaminya. Mutasi menyebabkan
perubahan pada variasi genetik dan diturunkan sehingga mutasi
berpengaruh terhadap evolusi. Mutasi gen dapat terjadi melalui peristiw
berikut ini:

1) Tautometric shift

Tautomer adalah bentuk stereo isomer dari molekul asam nukleat.


Suatu isomer dapat dibayangkan sebagai cermin. Adanya sterero isomer
akan menyebabkan pasangan menjadi berbeda, isomer adenine akan
berpasangan dengan cytosine, dan guanin berpasangan dengan timin.

 Seharusnya G – C menjadi G – T
 Seharusnya A – T menjadi A – C

Perubahan pada pasangan basa tersebut akan terjadi kesalahan


dan kesalahan terjadi karena gerakan atom H sehingga masing-masing
basa berubah menjadi bentuk tautomer. Adanya stereo isomer dalam
tubuh merupakan hal yang normal, oleh karena itu mekanisme sel tidak
akan menganggap hal ini sebagai kesalahan. Isomer tersebut jumlahnya
sedikit dan kurang stabil (Sudargo, 2018).

2) Inhibitor

Terdapat molekul-molekul tertentu yang dapat menempati ruang


DNA yang seharusnya diisi oleh asam nukleat. Molekul tersebut adalah
akridin, pseudo-uridin, metil inosin, dihidroksi-uridin. Bila diantra
molekul tersebut menempati posisi asam nukleat, maka terjadilah
“fram-shift” mutasi. Adanya peristiwa tersebut menyebabkan terjadinya
pergeseran kode yang dimulai dari titik awal tempat perbedaan tersebut.
Akibatnya, protein yang di kode salah semua karena bergeser satu asam
nukleat (Sudargo, 2018).

Wild Type GCU GCU GCU GCU GCU GCU GCU GCU
Ala Ala Ala Ala Ala Ala Ala Ala

Insersi (+) GCU GCU AGC UGC UGC UGC UGC UGC U
Ala Ala Ser Cys Cys Cys Cys Cys -
G

Delesi (-) GCU GCU GCU GCU GCU CUG CUG CU


Ala Ala Ala Ala Ala Leu Leu -

Double GCU GCU AGC UGC UGC UCU GCU GCU


Mutan (+-) Ala Ala Ser Cys Cys Ser Ala Ala

triple GCU GAC UGC AUG CUG CAU GCU GCU GCU
Mutan (+-+) Ala Asp Ser Met Leu His Ala Ala Ala

triple GCU CUG CUC UGC UCU GCU GCU


Mutan (+++) Ala Leu Leu Cys Ser Ala Ala

3) Struktur Analog

Adanya molekul tertentu yang mempunyai struktur yang mirip


dnegan asam nukleat dapat menyebabkan molekul tersebut secara tisak
sengaja menempati salah satu kedudukan asam nukleat. Namun karena
molekul tersebut bukan molekul asing, maka sel tidak melakukan
denaturasi. Akan tetapi, akrena, moleku tersebut tidak dapat
menggantikan peran asam nukleat, maka terjadilah kesalahan. Molekul
tersebut adalah : Bromo-urasil (Brd-U), Inosin, Hipoxantin, 2 amino
purin (Sudargo, 2018).

4) Zat Mutagen

Zat mutagen adalah zat penyebab mutasi, seperti : asam nitrat,


nitrogen mustard, peroksida, yang dapat menggangu dan dapat bereaksi
dengan salah satu asam nukleat, sehingga asam nukleat berubah dan
memberi informasi genetik yang salah (Sudargo, 2018).

5) Radiasi Radioaktif

Ada beberapa kemungkinan yang dapat terjadi akibat radiasi


radioaktif berenergi tinggi, yaitu:

a. Menghasilkan peroksida, karena radiasi energy tinggi dapat mengubah


air menjadi peroksida. Akibat adanya peroksida maka terjadilah oksidasi
menjadi mutagenic.
b. Dimerisasi timin, yaitu 2 timin yang bersebelahan akan saling berikatan.
Ikatan tersebut bersifat “irreversible” sehingga tidak dapat meberikan
informasi genetik.
c. Pemutusan rantai DNA menjadi fragmen-fragmen kecil (Sudargo, 2018).

5. Isolasi Reproduksi

Pemisahan geografi memungkinkan terjadinya pemisahan dua


populasi yang disebabkan oleh faktor luar (ekstrinsik), faktor geografis
menyebabkan hambatan bagi penyebaran spesies sehingga populasi yang
terpisah tidak mungkin untuk melakukan pertukaran susunan genetisnya
maka evolusi mereka selanjutnya terjadi secara terpisah, sehingga
populasi yang terpisah akan semakin berbeda. Kedua populasi yang
terpisah mengalami perkembangan yang berbeda, maka dalam waktu
yang cukup akan menyebabkan terjadinya isolasi reproduksi (instrinsik).
Macam mekanisme isolasi reproduksi (instrinsik):
 Isolasi Ekogeografi
Dua populasi dipisahkan oleh faktor luar, pada suatu saat menjadi sangat
khusus sehingga kedua populasi tersebut tidak mampu untuk hidup
didaerah yang sama. Populasi tersebut dapat mengalami perubahan
genetis yang berbeda sehingga tetap memisahkan perbedaan geografis
mereka. pemisahan kedua populasi bukan saja secara geografis, tetapi
juga genetis.
 Isolasi Habitat
Dua populasi yang simpatrik mendiami habitat yang berbeda dari habitat
yang biasa mereka hidup, sehingga individu dari setiap populasi lebih
sering kawin dari habitat masing-masing. Jadi terjadi pemisahan pada
kedua gen pool karena adanya perbedaan habitat. Contohnya Bufo
fowleri dan Bufo americanus atau pada Thamnophis yang hidup di air
dan Thamnophis di terestial.
 Isolasi Iklim/musim
Dua populasi simpatrik tetapi berkembang biak pada musim yang
berbeda disetiap tahun. Jadi interbreeding diantara kedua pupulasi tidak
terjadi secara efektif. Contohnya pada Pinus radiate dengan Pinus
muricata, dapat mengadakan persilangan tetapi jarang terjadi karena
masing-masing mengeluarkan serbuk sari pada musim yang berbeda.
 Isolasi Perilaku
Tingkah laku sangat berperan penting dalam perkawinan. Beberapa
spesies mempunyai tingkah laku menarik tertentu disertai dengan corak
warna mencolok, sehingga memperkecil betinanya memilih jantan yang
salah.
 Isolasi Mekanis
Perbedaan struktur alat kelamin diantara dua spesies yang dapat
menghalangi perkawinan antar individu. Maka diantara populasi tersebut
tidak ada aliran gen. perbedaan struktur alat reproduksi mencegah
terjadinya perkawinan, isolasi mekanis lebih penting bagi tumbuhan yang
penyerbukannya sangat terdantung pada serangga.
 Isolasi gamet
Secara struktur memungkinkan melakukan perkawinan, tetapi fertilisasi
tidak dapat terjadi. Misalnya karena suatu reaksi sehingga sperma tidak
dapat mencapai sel telur.
 Isolasi Pertumbuhan
Persilangan dapat terjadi tetapi pertumbuhan embrio sering terganggu
dan dapat berhenti sebelum dilahirkan
 Kematian Hibrida
Terjadi perkawinan dan menghasilkan hybrid, tetapi hybrid sangat lemah
dan tidak baik sehingga mati sebelum dilahirkan.
 Sterilisai Hibrida
Persilangan antar spesies dapat menghasilkan hybrid yang kuat tetapi
steril
 Eleminasi Hibrida
Terjadi seleksi terhdap hibrida yang dihasilkan. Hybrid yang kuat dan
adaptif akan tetap hidup dan tidak akan mengakibatkan terpisahnya dua
spesies secara penuh (Sudargo, 2018).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berikut simpulan dari proses mekanisme evolusi adalah:
1. Mekanisme evolusi menjelaskan peristiwa evolusi yang dapat disebabkan
oleh adanya kematian massal, hibridisasi, seleksi alam dan adaptasi,
mutasi, dan isolasi reproduksi. Mekanisme utama untuk menghasilkan
perubahan evolusioner adalah seleksi alam dan hanyutan genetika.
2. Kematian masal dapat disebabkan oleh berbagai peristiwa misalnya,
pergeseran benua yang menimbulkan bencana berupa gempa dan tabrakan
benua, teori vulkanisme, teori meteroit, teori glasiasi, air bah, epidemi,
efek rumah kaca, radiasi sinar ultra violet dan lubang ozon, dan aktivitas
manusia.
3. Hibridisasi dapat menyebabkan frekuensi alel berubah sesuai hokum
Hardy-Weinberg yaitu hibridisasi inbreeding dan hibridisasi out breeding.
4. Seleksi alam terdapat tiga macam yaitu seleksi penstabilan, seleksi
direksional, dan seleksi penganekaragaman. Sedangkan adaptasi adalah
kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya agar
dapat bertahan hidup dan berkembang biak.
5. Mutasi adalah peristiwa perubahan yang terjadi pada bahan genetic DNA
maupun RNA. Mutasi dapat terjadi pada gen maupun kromosom, mutasi
pada gen biasa disebut mutasi titik dan pada kromosom biasa disebut
mutasi kromosom.
6. Isolasi reproduksi pada awalnya disebabkan oleh faktor eksternal seperti
terpisahnya kedua populasi yang di halangi oleh letak geografis seperti
berbeda pulau, faktor geografis menyebabkan hambatan bagi penyebaran
spesies sehingga populasi yang terpisah tersebut tidak mungkin
mempertukarkan susunan genetisnya sehingga evolusi yang terjadi pada
populasi yang terpisah tersebut semakin berbeda. Terdapat tiga macam
isolasi reproduksi yaitu mechanism yang mencegah terjadinya perkawinan,
mekanisme yan mencegah terbentuknya hibrida, dan mekanisme yang
mencegah kelangsungan pertumbuhan hibrida.
DAFTAR PUSTAKA

Sudargo, Fransisca & Syulasmi, Ammi. 2018. Handout evolusi. Bandung :


Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.

Anda mungkin juga menyukai