Anda di halaman 1dari 8

NAMA : MOCH ALI UTOMO

NIM : 24020117100098
ESSAI RANGKUMAN MATERI KULIAH EVOLUSI

MIKROEVOLUSI DAN MAKROEVOLUSI

Gambar 1 Contoh Makroevolusi dan Mikroevolusi

Evolusi mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme. Hal yang
paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam.
Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti
menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme juga dapat
merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya, biasanya dengan saling
membantu dalam simbiosis.
Dalam jangka waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui
pemisahan populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur
kawin. Akibat evolusi terdapat 2 macam evolusi, yaitu makroevolusi dan mikroevolusi.
Makroevolusi adalah evolusi yang terjadi pada tingkat di atas spesies, seperti kepunahan dan
spesiasi. Sedangkan mikroevolusi adalah perubahan evolusioner yang kecil, seperti adaptasi
yang terjadi dalam spesies atau populasi.
A. MIKROEVOLUSI
Mikroevolusi adalah proses serangkaian perubahan evolusioner yang terjadi pada
populasi spesies tunggal dalam masa hidup. Ini hanya merujuk pada perubahan frekuensi
gen dalam suatu populasi selama periode waktu yang singkat. Pada tingkat populasi proses

1
evolusi dapat berupa perubahan frekuensi alel atau genotip di dalam suatu populasi dari
generasi ke generasi. Mikroevolusi tetap berlangsung sekalipun frekuensi alel berubah
hanya untuk lokus genetik tunggal, sedang beberapa lokus gen lainnya dalam keadaan
keseimbangan sementara.
Lima penyebab Mikroevolusi :
1. Genetic Drift
Genetic Drift adalah perubahan dalam genpool karena suatu kejadian yang
menyebabkan frekuensi alel dalam populasi tersebut mengalami perubahan. Secara
umum Genetic Drift dapat dibagi dua, yaitu efek leher botol (bottleneck effect) dan
efek pendiri (founder effect).
a. Efek Leher Botol (bottleneck effect),
Adanya kebakaran hutan, banjir, gempa bumi dan sebaginya, dapat
mengakibatkan penurunan populasi secara drastis. Akibatnya individu-individu
yang selamat, tidak lagi dapat mewakili variasi genetik yang pernah ada, bahkan
mungkin alel dengan sifat tertentu yang khas akan hilang sama sekali.
b. Efek Pendiri (founder effect)
Suatu kelompok kecil individu yang menempati habitat baru yang terpencil
yang tidak berpenghuni, tidak akan mewakili keanekaragaman genetik dari
populasi asal yang ditinggalkan. Keanekaragaman yang dibawa oleh kelompok
kecil tersebut akan menentukan komposisi genetik populasi yang terbentuk,
sehingga sering dikatakan bahwa pada daerah-daerah tersebut terdapat spesies
yang endemik (hanya terdapat di daerah tersebut).
2. Gen Flow
Di dalam suatu poipulasi mempunyai kemungkinan untuk kemasukkan alel
atau kehilangan alel karena adanya gen flow atau aliran gen dan pertukaran gametik
yang disebabkan karena adanya migrasi dari individual yang fertil atau gamet antar
populasi. Gen flow seringkali mengeliminasi perbedaan yang ada antar populasi yang
berdekatan, yang seringkali dapat menjadi satu populasi yang mempunyai kesamaan
struktur genetik.
3. Mutasi
Mutasi perubahan dalam susunan DNA suatu organisme yang terjadi pada
gamet akan merubah genpool populasi yang kemudian akan menggantinya dengan
alel yang telah mengalami mutasi, misalnya mutasi yang disebabkan perubahan warna
bunga putih yang disebabkan oleh alel aa menjadi alel dominan A yang berwarna

2
merah, akan menyebabkan penurunan frekuensi alel a menurun dan meningkatkan
frekuensi alel A.
Perubahan ferekuensi alel karena mutasi seringkali baru nampak setelah
beberapa generasi atau bahkan ratusan generasi, terutama kalau mutasi terjadi dari alel
dominan menjadi resesif. Peningkatan frekuensi alel karena mutasi itu baru akan
nampak nyata apabila individu dengan alel tersebut mempunyai keturunan banyak,
adanya seleksi alam atau karena genetic drift.
4. Perkawinan
Perkawinan tidak acak sangat jarang terjadi dan banyak faktor yang menjadi
penyebabnya. Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Inkompatibilitas : Tidak dapat terjadi fertilisasi walau masing-masing mempunyai
alel yang sama.
b. Umur organ reproduksi tidak sama.
c. Adanya musim kawin yang menyebabkan persaingan untuk memperoleh
pasangan.
d. Letak organ reproduksi yang menyebabkan kesulitan terjadinya fertilisasi.
e. Adanya naluri untuk memilih pasangan sesuai dengan keinginannya.
5. Seleksi Alam.
Menurut Hukum H - W, seluruh individu di dalam populasi mempunyai
kemampuan yang sama untuk hidup dan menghasilkan keturunan yang mempunyai
kemampuan hidup dan fertil. Tetapi kenyataannya di dalam populasi terdapat
keanekaragaman dan diantara varian-varian tersebut ada yang mempunyai keturunan
lebih banyak daripada yang lain. Perbedaan ini karena adanya seleksi alam, adanya
sifat-sifat khusus yang menyebabkan tidak menglami seleksi alam.
Dari ke 5 penyebab evolusi mikro yang dapat mengubah frekuensi genpool
hanya seleksi alam yang kemungkinan besar merupakan proses kemampuan adaptasi
dari populasi terhadap lingkungan. Seleksi alam akan mempertahankan genotip yang
baik di dalam populasi. Apabila lingkungan berubah, respons terhadap seleksi dapat
dilakukan oleh individu yang mempunyai genotip tertentu.

3
B. MAKROEVOLUSI
Makroevolusi adalah perubahan evolusioner yang lebih luas, evolusi di atas
tingkatan spesies. Makroevolusi tidak dapat diamati secara langsung. Karena terjadi dalam
periode waktu yang lebih lama, perlu mempertimbangkan data fosil untuk memahami
perubahan evolusi makroevolusi skala besar. Makroevolusi dapat terjadi ketika
mikroevolusi terjadi berulang kali selama jangka waktu yang panjang dan mengarah ke
pembentukan spesies baru. Selain itu makroevolusi juga dapat terjadi akibat dari
perubahan lingkungan utama, seperti letusan gunung berapi, gempa bumi, atau asteroid
menghantam bumi, yang mengubah lingkungan sehingga seleksi alam menyebabkan
perubahan besar dalam ciri-ciri suatu spesies.

Gambar 2 Contoh Makroevolusi.


Makroevolusi menjelaskan mengenai proses yang terjadi selama beberapa ribu tahun
dan menjelaskan bagaimana manusia berevolusi dari primata dan reptil kemudian berubah
menjadi burung. Mikroevolusi menyebabkan perubahan kecil dalam spesies yang sama
sedangkan makroevolusi mengarah pada penciptaan spesies baru dari spesies induk.
Perubahan burung finch yang diamati oleh Darwin di Kepulauan Galapagos yang terkenal
dengan benar sebagai gambaran mikroevolusi oleh Darwin. Darwin mengatakan bahwa
burung- burung telah berevolusi dalam waktu tertentu.
Mempelajari urutan-urutan fosil dalam strata dari berbagai lokasi dapat membawa
kita melacak makroevolusi, kejadian utama dalam sejarah evolusi kehidupan di bumi.
Bukti lain terjadinya makroevolusi adalah studi embriologi perbandingan, morfologi
divergensi biokimia komparatif, skema klasifikasi, identifikasi spesies, rekontruksi sejarah
evolusi dan skema lima kingdom.
Perubahan yang menyebabkan perbedaan yang lebih besar dan nyata diantara
golongan taksonomi diatas spesies. Hal ini timbul dari serangkaian panjang kejadian

4
spesies yang masing-masing membawa spesies keturunan makin jauh dari bentuk leluhur
asli. Makroevolusi menyangkut :
1. Suatu penyimpangan adaptif/pergeseran adaptif suatu spesies karena suatu spesies
turunan tersebut masuk ke dalam lingkungan dengan keadaan ekologi yang tidak
identik dengan lingkungan spesies induk. Agar suatu populasi dapat menjadi mantap
di dalam suatu lingkungan baru, maka harus ada keadaan yang menguntungkan
terjadi bersamaan.
2. Jika perbedaan lingkungan itu besar, maka populasi yang tergeser harus mempunyai
peradaptasi dan habitat yang akan dihuni spesies baru juga harus mempunyai
sumber-sumber yang belum dimanfaatkan sebelumnya.
Baik spesiasi filetik maupun spesiasi diversifikasi menggambarkan perubahan
genetik kecil dan relatif lambat (secara geologi) dan mungkin juga perubahan morfologi.
Tetapi kadang-kadang terjadi perubahan morfologi yang agak cepat dan tiba-tiba di dalam
sejarah kehidupan. Suatu mekanisme yang dapat menjelaskan pergeseran morfologi yang
besar dan cepat dengan perubahan genetik yang minimum adalah perubahan dalam gen
pengatur sedemikian rupa sehingga laju perkembangan embriologi dari tubuh digeser ke
laju perkembangan seksual. Suatu organisme menjadi dewasa kelamin, sedangkan
morfologinya masih merupakan embrio atau larva dan gagal untuk menyelesaikan genetik.
Fenomena ini disebut paedomorfosi.
Paedomorfosis dapat disebabkan oleh suatu percepatan perkembangan seksual
terhadap perkembangan somatiknya (disebut progenesis) atau perlambatan perkembangan
somatik terhadap perkembangan seksualnya (neoteni). Pedomorfosis merupakan cara
mengeliminasi ciri-ciri dewasa (dalam hal ini ciri-ciri yang berkaitan dengan dewasa yang
sesil dan membuka jalan baru evolusi (meningkatkan mobilitas dewasa).

5
C. EVOLUSI FILOGENI
Evolusi adalah proses gradual, suatu organisme yang memungkinkan spesies
sederhana menjadi lebih komplek melalui akumulasi perubahan dari beberapa generasi.
Keturunan akan mempunyai beberapa perbedaan dari nenek moyangnya karena berubah
dalam sebuah evolusi. Semakin bervariasi, semakin beranekaragam spesies yang
dihasilkan, dalam arti semakin banyak spesies baru yang bermunculan. Spesiasi tidak
hanya akan mempengaruhi terbentuknya spesies baru saja, bisa terbentuknya genus atau
bahkan takson yang baru. Hal ini termasuk dalam makroevolusi..
Filogeni adalah sejarah evolusi kelompok organisme yang saling terkait. Filogeni
diwakili oleh pohon filogenetik yang menunjukkan bagaimana keterkaitan antara suatu
spesies. Filogenetika diartikan sebagai model untuk merepresentasikan sekitar hubungan
nenek moyang organisme, sekuen molekul atau keduanya. Salah satu tujuan dari
penyusunan filogenetika adalah untuk mengkonstruksi dengan tepat hubungan antara
organisme dan mengestimasi perbedaan yang terjadi dari satu nenek moyang kepada
keturunannya.
Pohon filogenetik adalah pendekatan logis untuk menunjukkan hubungan evolusi
antar organisme. Filogenetika dapat menganalisis perubahan yang terjadi dalam evolusi
organisme yang berbeda. Berdasarkan analisis, yang mempunyai kedekatan dapat di
identifikasi dengan menempati cabang yang bertetangga. Hubungan filogenetika diantara
gen dapat memprediksikan kemungkinan mempunyai fungsi yang ekuivalen.
Keragaman organisme yang ada pada saat ini dipandang sebagai perubahan
organisme yang dimulai dari struktur DNA dimana mekanisme perubahan tersebut dimulai
dari tingkat molekul DNA (penyandi program kehidupan) sehingga memungkinkan
adanya keragaman organisasi makhluk hidup. Dari kajian filogenetik muncul banyak
konsep penting adanya gen yang tidak berubah selama proses evolusi. Gen-gen tersebut
memiliki tingkah homologi (kesamaan) struktur antara spesies dalam skala luas dan
ekspresi fungsional protein yang dihasilkannya tidak berbeda satu dengan yang lainnya.
Gen-gen ini disebut gen-gen yang mengalami konservasi.
Berdasarkan konsep biologi molekuler bahwa kajian asal usul organisme sangat
diuntungkan oleh keberadaan mitokondria karena dalam kedua organela tersebut diketahui
adanya DNA yang berbeda dengan DNA kromosom. Selain itu telah terbukti bahwa DNA
mitokondria hanya berasal dari ibu, sehingga untuk menelaah asal usul manusia, hewan
dan tanaman tingkat tinggi banyak dilakukan dengan analisis DNA mitokondria.

6
Pola percabangan suatu pohon filogenetik menunjukkan jenjang taksonomik.
Dimana posisi cabang pohon menandakan umur devergensi evolusioner, dengan demikian
spesies taksa yang paling terakhir diturunkan, berada pada cabang paling atas. Dalam
membangun pohon filogeni digunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan. Akan
tetapi dapat pula digunakan metode lain yakni membandingkan DNA dan protein spesies-
spesies yang akan dibuatkan silsilah.
Dalam penentuan taksa, diperlukan pengelompokan spesies kedalam taksa yang lebih
spesifik seperti :
1. Monofiletik yaitu jika nenek moyang tunggalnya hanya menghasilkan semua spesies
turunan dalam takson tersebut dan bukan spesies pada takson lain.
2. Polifiletik yaitu jika anggotanya diturunkan dari dua atau lebih bentuk nenek moyang
yang tidak sama bagi semua anggotanya.
3. Parafiletik yaitu jika takson itu tidak meliputi spesies yang memiliki nenek moyang
yang sama yang menurunkan spesies yang termasuk dalam takson tersebut.

Hubungan antar klasifikasi dan filogeni, pohon filogeni atau pohon evolusi yang
bercabang-cabang menunjukan pengaturan jenjang taksa, pohon filogenetik (silsilah) ini
menyatakan kemungkinan kedekatan genealogis di antara beberapa taksa yang berada di
bawah ordo Carnivora, yang merupakan cabang dari kelas mamalia. Dimana posisi cabang
pohon juga menandakan umur relative divergensi evolusioner dengan demikian spesies
taksa yang paling terakhir diturunkan, berada pada cabang paling atas pohon ini. Dan para
ahli sistematika menggunakan catatan fosil dan anatomi perbandingan untuk membantu
membangun pohon filogenetik tetapi dapat juga menggunakan metode lain, seperti
membandingkan DNA dan protein dari spesies-spesies tersebut.
Ketika silsilah membelah (spesiasi) direpresentasikan sebagai percabangan pada
filogeni. Ketika peristiwa spesiasi terjadi, garis keturunan leluhur tunggal menimbulkan
dua atau lebih garis keturunan. Filogeni melacak pola keturunan dari garis keturunan.

7
Setiap garis keturunan memiliki bagian dari sejarah yang unik dan bagian yang dibagi
dengan garis keturunan lainnya. Demikian pula, setiap keturunan memiliki nenek moyang
yang unik dengan garis keturunan dan nenek moyang yang dibagi dengan garis keturunan
lain (common ancestors). Clade adalah pengelompokan yang mencakup satu nenek
moyang dan semua keturunan (hidup dan punah) leluhur itu. Menggunakan filogeni,
mudah untuk mengetahui apakah kelompok garis keturunan membentuk clade.
Ujung filogeni merupakan garis keturunan. Tetapi hal itu tergantung pada berapa
banyak cabang pohon. Namun, keturunan di ujung mungkin populasi yang berbeda dari
spesies, spesies yang berbeda, clades yang berbeda, atau masing-masing terdiri dari
banyak spesies.

Anda mungkin juga menyukai