Oleh :
Nama : Firdo Manihuruk
NIM : E10020020
Kelas : A
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS NEGERI JAMBI
2023
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Genetika adalah merupakan suatu ilmu yang mempelajari hal-ihwal tentang gen mulai dari
susunan kimia gen, peranan gen dalam penentuan sifat atau performans suatu individu dan cara
penurunan sifat-sifat individu yang ditentukan oleh gen itu sendiri. Kalau kita pelajari, maka semua
sifat-sifat individu mulai dari amuba, bakteri, virus, tanaman, hewan, sampai pada manusia
ditentukan oleh gen yang ada pada mahluk tersebut. Sifat-sifat tersebut akan muncul dengan
dukungan lingkungan yang cocok atau sesuai dengan diharapkan oleh mahluk yang bersangkutan.
Suatu sifat akan muncul atau ditunjukkan oleh individu sesuai dengan potensi genetik yang
menentukan sifat tersebut apabila mendapat lingkungan yang cocok. Apabila lingkungan tidak
mendukung, maka fenotip yang muncul atau diperlihatkan oleh individu yang bersangkutan tidak
sesuai dengan potensi genetik yang dibawanya
Variasi genetik adalah variasi yang terjadi pada genom suatu organisme baik pada basa
nukleotida, gen ataupun kromosom. Variasi genetik pada tingkat dasar ditunjukkan oleh perbedaan
pada urutan basa nukleotida (adenin, timin, guanin dan sitosin) yang membentuk DNA di dalam
sel (Harrison, Laverty, dan Sterling, 2004). Sumber terjadinya variasi genetik antara lain, mutasi,
migrasi dan rekombinasi (Griffiths et al., 2000). Parameter yang digunakan untuk menganalisis
variasi genetik adalah dengan diversitas haplotip, diversitas nukleotida dan jarak genetik (Nei,
1973; Nei dan Li, 1979; Nei dan Tajima, 1980). Analisis variasi genetik dapat dilakukan dengan
penanda molekuler. Salah satu penanda molekuler (molecular marker) yang dapat digunakan untuk
melihat variasi genetik adalah sitokrom oksidase subunit 1 atau yang biasa disebut dengan gen
CO1.
Sitokrom oksidase subunit 1 atau yang dikenal dengan CO1 adalah protein yang berperan
dalam proses transfer elektron pada saat sintesis ATP di mitokondria (da Fonseca et al., 2008).
Gen CO1 memiliki panjang sekitar 1500 bp (Roe et al., 1985) dan sekuennya sangat diconserved,
sehingga peristiwa insersi dan delesi sangat sedikit ditemukan. Oleh karena itu, gen CO1 dapat
digunakan sebagai DNA barcode untuk identifikasi spesies (da Fonseca et al, 2008; Hebert et al.,
2003). Dalam mengidentifikasi spesies pada amfibi, CO1 merupakan gen yang sekuen DNA-nya
sudah terstandarisasi, sehingga menghasilkan solusi yang baik dalam identifikasi taksa ketika
dikombinasikan dengan analisa lainnya (Marosi et al, 2013; Pereyra et al., 2015). Gen CO1 juga
dapat digunakan untuk mempelajari variasi genetik dalam populasi (Bujang, 2004; Marosi et al.,
2013)
Ekologi berasal dari bahasa Yunani oikos yang berarti rumah dan logos yang berarti ilmu atau
studi tentang sesuatu. Dengan demikian ekologi didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang
hubungan makhluk hidup (organisme) dengan lingkungannya. Ekosistem sebagaimana disebutkan
di depan, merupakan suatu jejaring komunitas atau hubungan jejaring antarindividu yang
menyusun satu kesatuan yang terorganisasi secara mandiri dan terdapat pola-pola dan proses-
proses yang berjenjang secara kompleks. Ekosistem tersusun atas dua macam komponen, yaitu
komponen makhluk hidup (biotik) dan komponen makhluk tak hidup (abiotik). Komponen abiotik
terdiri dari komponen benda mati seperti batu, udara, sinar matahari, dan air; serta komponen
kimia-fisik seperti gravitasi, suhu, curah hujan, dan salinitas
1.3 TUJUAN
Tujuan makalah ini adalah untuk memberikan pemahaman tentang genetika dan
domestikasi pada ternak serta bagaimana variabel genetika antar bangsa dapat mempengaruhi
tingkah laku ternak.
1.4 Manfaat
Manfaat dari makalah ini agar dapat memberikan pengetahuan tentang pentingnya seleksi
genetika pada ternak dan bagaimana variabel genetika dapat mempengaruhi tingkah laku ternak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.2.1 Tingkah Laku Ternak Dipengaruhi Oleh Variable Genetika Antar Bangsa Variabel
genetika antar bangsa dapat mempengaruhi tingkah laku ternak. Setiap bangsa ternak memiliki
karakteristik genetik yang berbeda-beda, sehingga dapat mempengaruhi perilaku dan tingkah
laku mereka. Misalnya, beberapa bangsa sapi seperti sapi Brahman memiliki sifat adaptasi yang
tinggi terhadap lingkungan panas, sehingga mereka lebih mampu bertahan dalam kondisi panas
dan dapat menunjukkan tingkah laku yang berbeda dibandingkan dengan sapi dari bangsa lain
yang tidak memiliki sifat tersebut. Selain itu, faktor genetika juga dapat mempengaruhi tingkah
laku yang terkait dengan sifat-sifat tertentu pada ternak, seperti sifat kebersahajaan dan
agresivitas.
Beberapa bangsa ternak memiliki sifat kebersahajaan yang tinggi sehingga lebih mudah
dijinakkan, sedangkan beberapa bangsa lainnya memiliki sifat agresif dan sulit dijinakkan.
Namun, penting untuk diingat bahwa tidak semua tingkah laku ternak dipengaruhi oleh faktor
genetika. Faktor lingkungan dan pengalaman juga memainkan peran penting dalam membentuk
tingkah laku ternak. Oleh karena itu, peternak harus memperhatikan faktor-faktor tersebut
untuk memastikan ternak mereka memiliki tingkah laku yang baik dan dapat dipelihara dengan
baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Genetika ternak memainkan peran penting dalam proses domestikasi dan pemuliaan ternak
untuk memperoleh sifat-sifat yang diinginkan seperti peningkatan produktivitas, daya tahan dan
kekuatan. Variabilitas genetic antar bangsa juga memainkan peran penting dalam perilaku ternak.
Memahami perbedaan-perbedaan dalam genetika dan perilaku ternak antar bangsa dapat
membantu peternak dalam memilih bangsa ternak yang paling sesuai dengan kebutuhan ternak.