Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA

“Keragaman Individu”

diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Genetika dosen pengampu
Dr. Hj. Sariwulan Diana, M.Si.
Dr. Hj. Diah Kusumawaty, M.Si.
Dr. H. Riandi, M.Si.
Drs. Suhara, M.Pd.

Oleh:
Kelompok 3
Amalia Putri Salsabila NIM 2004355
Fanny Nuuranisa NIM 2000035
Khodijah Khoirun Nisa NIM 2009622
Ignatius Marcelino Kurnia P. NIM 2006612
Razib Ikbal Alfaris NIM 2008431

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2021
A. Pendahuluan
1. Dasar Teori
a. Keanekaragaman
Keanekaragaman merupakan dasar ciri–ciri makhluk hidup. Adanya
keanekaragaman genetik merupakan hasil seleksi alam dari suatu spesies
terhadap lingkungannya. Keanekaragaman tidak hanya terjadi pada tumbuhan
dan hewan saja tetapi juga manusia. Namun pada manusia, keanekaragaman
yang terjadi hanya pada tingkat gen dan berkaitan dengan pewarisan sifat.
Manusia memperlihatkan variasi pada beberapa ciri-ciri yang dapat dilihat
dengan mudah melalui fenotip atau sifat yang tampak (Cummings, 2011).
Keanekaragaman tersebut memunculkan variasi. Dan sifat individu
ditentukan oleh gen. Faktor genotip yang berinteraksi dengan faktor lingkungan
memunculkan sifat yang tampak atau fenotip. Karena lingkungan yang berbeda,
sifat yang muncul pada tanaman dapat berbeda meskipun genotipnya sama. Jadi,
gen yang sama menampakkan sifat yang berbeda karena lingkungannya yang
berbeda (Sudjadi, 2005).
Menurut Syamsuri (2004), Penyebab timbulnya keanekaragaman variasi
adalah sebagai berikut:
a. Variasi genetik yaitu variasi yang dihasilkan oleh faktor keturunan (gen)
yang bersifat kekal dan diwariskan secara turun temurun dari satu sel ke
sel lainnya.
b. Variasi non genetik atau variasi lingkungan yaitu yang ditentukan oleh
faktor lingkungan seperti intensitas cahaya, kelembaban, pH, temperatur,
kesuburan tanah. Variasi lingkungan tidak diwariskan ke keturunannya.
Fenotip dapat dikatakan sebagai karakteristik atau ciri-ciri yang dapat
diukur atau sifat yang nyata yang dimiliki oleh organisme. Ciri itu tampak oleh
mata, seperti warna kulit atau tekstur rambut. Fenotip dapat juga diuji untuk
identifikasinya, seperti pada penentuan angka respiratoris atau uji serologi tipe
darah. Fenotip merupakan hasil produk-produk gen yang diekspresikan di dalam
lingkungan tertentu. Namun, gen memiliki batasan-batasan di dalamnya
sehingga lingkungan dapat memodifikasi fenotip (Stansfield, 1983).
Genotip ialah seluruh gen yang dimiliki suatu individu. Genotip yang
terekspresikan menampakkan fenotip pada suatu individu. Genotip yang
melibatkan alel-alel pada suatu lokus tunggal dapat menghasilkan genotip yang
homozigot. Keturunan homozigot dapat dihasilkan dari galur murni. Perpaduan
heterozigot dihasilkan dari alel yang berbeda (Starr, 2010).
Keragaman ditemui pada hampir semua karakter dari yang paling
gampang sampai yang paling sulit seperti tinggi, lebar, besar, berat, volume,
ukuran, bentuk. Menurut tolok ukurnya variasi dapat dibagi variasi yang bersifat
kuantitatif seperti tinggi, berat dan sebagainya. Ingat tinggi seseorang bervariasi
dengan selisih milimeter, sejak dari orang yang paling tinggi sampai dengan
yang paling rendah. Karena itu sifat kuantitatif bersifat ”kontinum”. Variasi yang
bersifat kualitatif seperti golongan darah, warna kulit, warna bunga, bentuk
permukaan biji dan sebagainya. Ingat antara antara golongan darah dan warna
tidak terdapat selisih antaranya yang dapat diukur, karena itu sifat kualitatif
disebut juga ”diskontinum” (Kimball, 1994).
Keanekaragaman hayati merupakan istilah yang seringkali dipergunakan
oleh para ahli biologi konservasi. Keanekaragaman hayati (biological diversity
atau biodiversity) merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan
keragaman ekosistem dan berbagai bentuk variabilitas hewan, tumbuhan serta
jasad renik di alam. Dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup
keragaman ekosistem (habitat), jenis (spesies), dan genetik (varietas/ras)
(Dahuri, 2003). Sedangkan menurut Suripto (1998), keanekaragaman hayati
adalah istilah "payung" bagi derajat keanekaragaman alam, yang mencakup baik
jumlah maupun frekuensi ekosistem dan spesies maupun gen yang ada di dalam
wilayah tertentu.
Keanekaragaman jenis (spesies) adalah konsep variabilitas
makhluk-makhluk hidup di bumi, dan diukur dengan jumlah seluruh spesies di
bumi, atau di kawasan tertentu. Keanekaragaman genetik (varietas/ras)
merupakan konsep variabilitas di dalam suatu spesies yang diukur oleh variasi
genetika (unit-unit kimia dari informasi keturunan yang dapat diwariskan dari
satu generasi ke generasi lainnya) di dalam spesies, varietas, subspesies atau
keturunan tertentu (Suripto, 1998). Sedangkan menurut Dahuri (2003),
keanekaragaman genetik menjelaskan adanya variasi faktor faktor keturunan di
dalam dan di antara individu dalam suatu populasi.
b. Felis catus
Kucing (Felis catus) adalah hewan domestik yang biasa ada di
lingkungan rumah manusia. Kucing ini merupakan hasil domestikasi sejak
zaman Mesir kuno. Kucing ini masih memiliki kekerabatan dengan Kucing
Hutan Eropa (Felis silvestris) dan juga Kucing Hutan Afrika (Felis lybica)
(Mariandayani, 2014).
Kucing tersebar ke hampir seluruh bagian dunia lama, mungkin
sepanjang rute perdagangan antara peradaban kuno. Meskipun menyebar
dengan cepat, kucing tetap mirip dengan nenek moyang mereka yaitu kucing
liar (Felis silvestris subspp) dalam bentuk dan fungsi. Spesies nenek
moyang kucing domestik tetap kompatibel dengan pertanian manusia. Alur
gen antara kucing liar dan jinak yang modern, dan antara kucing modern dan
subspesies kucing liar, belum berdampak negatif dalam peran kucing sebagai
karnivora kecil di ekosistem yang didominasi oleh manusia. Bahkan, dengan
adanya sekelompok liar kucing modern di sekitar pinggiran desa dan pertanian
telah menguntungkan untuk pengendalian hama dan penyakit zoonosis terkait
(Lipinski et al.2007).
Adapun klasifikasi Felis catus menurut LaBruna (2001) adalah sebagai
berikut:
Regnum : Animalia
Phylum : Chordata
Classis : Mammalia
Ordo : Carnivora
Familia : Felidae
Genus : Felis
Species : Felis catus
Familia kucing (Felidae) terdiri dari 76 spesies. Menurut
laporan Convention of International Trade of Endangered Species (CITES
2011). Kucing domestik adalah salah satu felidae yang tidak termasuk dalam
spesies hewan liar (Hermansson 2006).
Felis catus merupakan salah satu dari famili felidae yang berukuran
kecil, tetapi merupakan predator yang cerdas dan efisien. Karakteristik
fisik yang dimiliki kucing antara lain tubuh yang fleksibel dan padat,
penglihatan dan adaptasi visual yang tajam pada malam hari, cakar (kuku)
yang dapat ditarik masuk, gigi yang tajam, dan pengurangan jumlah gigi
mencerminkan adaptasi karnivora. Jambang yang panjang, kaki depan
mampu berotasi sehingga pada mampu mencapai muka saat proses washing,
kaki belakang kucing mempunyai kekuatan yang sangat besar sehingga
dapat membantu kucing pada saat akan menerkam, dan ekor yang
panjang serta fleksibel membantu menjaga keseimbangan (Edwards
2005).

2. Tujuan Praktikum
a. Mengetahui keanekaragaman tingkat gen pada species kucing (Felis catus)
b. Mengidentifikasi kesamaan morfologi pada species kucing (Felis catus)
c. Mengidentifikasi kekerabatan pada setiap species kucing (Felis catus)

B. Metode Kerja
1. Alat dan Bahan yang Digunakan

Alat/Bahan Jumlah

Ponsel 1 unit

Laptop 1 unit

Alat tulis 1

Internet -

2. Langkah kerja:
a. Untuk langkah kerja yang pertama pada pembuatan fenetika yaitu ditentukan
terlebih dahulu spesies yang akan diamati keragamannya. Hewan atau tumbuhan
bebas selama masih satu spesies hanya saja berbeda ras.
b. Ditentukan sebanyak 7 karakteristik yang akan digunakan dalam
membandingkan ras-ras kucing tersebut.
c. Dibuat tabel hasil pengamatan karakteristik kucing dengan menyebutkan semua
karakter masing-masing jenis kucing sesuai dengan tujuh karakteristik yang
sudah ditentukan. Untuk menentukan karakter setiap individu, digunakan
gambar-gambar dan juga data-data yang sudah ada di internet berhubung
keadaan masih pandemi.
d. Dibuat tabel karakteristik dikotomi. Kemudian, ditentukan nilai indeks
kesamaan dari karakteristik dikotomi.
e. Dibuat tabel matriks kesamaan. Setelah satu tabel selesai, ditentukan mana yang
nilai koefisien kesamaannya paling besar, lalu dilakukan klastering I dan
seterusnya (membandingkan kelompok yang baru.
f. Semua hasil dari matriks kesamaan sampai kelompok terakhir diinterpretasikan
ke dalam fenogram.
g. Selanjutnya, pembuatan kladistika diawali dengan membuat tabel karakterisasi
kladistika yang berisi perubahan evolusi setiap jenis spesies. Perubahan evolusi
ditentukan berdasarkan karakter yang ada pada mereka tetapi tidak ada pada
outgroup (nenek moyang).
h. Setelah dihasilkan tabel kladistika, hasilnya diinterpretasikan ke dalam
kladogram.
C. Hasil Pengamatan
Tabel C.1 Hasil Pengamatan Karakteristik Kucing (Felis catus).

No. Karakteristik Sphynx Maine coon Bengal Persia Anggora

1. Bentuk tubuh Svelte Svelte Svelte Cobby Svelte

Pola warna Spotted/


2. Bicolor Tabby Bicolor Solid
rambut marble

3. Ukuran ekor Panjang Panjang Panjang Pendek Panjang


Bentuk
4. Memanjang Memanjang Memanjang Bulat Memanjang
kepala
Bentuk
5. Mancung Mancung Mancung Pesek Mancung
hidung
Bentuk
6. Lebar Lebar Lebar Kecil Lebar
telinga
Pendek, Pendek, Panjang, Panjang,
7. Rambut Pendek, tebal
tipis tebal tebal tebal

Tabel C.2 Karakteristik Dikotomi

No. Karakteristik Sp 1 Sp 2 Sp 3 Sp 4 Sp 5
1. Bentuk tubuh svelte (panjang dan langsing) 1 1 1 0 1
2. Bentuk tubuh cobby (pendek dan bulat) 0 0 0 1 0
3. Pola warna rambut bicolor 1 0 0 1 0
4. Pola warna rambut tabby 0 1 0 0 0
5. Pola warna rambut spotted 0 0 1 0 0
6. Pola warna rambut solid 0 0 0 0 1
7. Ukuran ekor panjang 1 1 1 0 1
8. Ukuran ekor pendek 0 0 0 1 0
9. Bentuk kepala memanjang 1 1 1 0 1
10. Bentuk kepala bulat 0 0 0 1 0
11. Bentuk hidung mancung 1 1 1 0 1
12. Bentuk hidung pesek 0 0 0 1 0
13 Bentuk telinga kecil 0 0 0 1 0
14 Bentuk telinga lebar 1 1 1 0 1
15. Rambut panjang tebal 0 0 0 1 1
16. Rambut pendek tebal 0 1 1 0 0
17. Rambut pendek tipis 1 0 0 0 0
Jumlah 7 7 7 7 7

Keterangan :
Sp 1 : Sphynx Sp 4 : Persia
Sp 2 : Maine Coon Sp 5 : Anggora
Sp 3 : Bengal
Nilai Indeks Kesamaan
S (Sp 1 – Sp 2) = 2*5/14 = 71,4 % S (Sp 2 – Sp 3) = 2*6/14 = 85,7%
S (Sp 1 – Sp 3) = 2*5/14 = 71,4 % S (Sp 2 – Sp 4) = 2*0/14 = 0
S (Sp 1 – Sp 4) = 2*1/14 = 14,3 % S (Sp 2 – Sp 5) = 2*5/14 = 71,4 %
S (Sp 1 – Sp 5) = 2*5/14 = 71,4 %

S (Sp 3 – Sp 4) = 2*0/14 = 0 S (Sp 4 – Sp 5) = 2*1/14 = 14,3 %


S (Sp 3 – Sp 5) = 2*5/14 = 71,4 %

Diagram Matriks Kesamaan


Sp 1 Sp 2 Sp 3 Sp 4 Sp 5
Sp 1 *
Sp 2 71,4 *
Sp 3 71,4 85,7 *
Sp 4 14,3 0 0 *
Sp 5 71,4 71,4 71,4 14,3 *

Sp 1 Sp2 : Sp3 Sp 4 Sp 5
Sp 1 *
Sp2 : Sp3 71,4 *
Sp 4 14,3 0 *
Sp 5 71,4 71,4 14,3 *

I (Sp2,Sp3)(Sp1) = [e (Sp2,Sp1) + e (Sp3,Sp1)] / 2 = (71,4 + 71,4) / 2 = 71,4


I (Sp2,Sp3)(Sp4) = [e (Sp2,Sp4) + e (Sp3,Sp4)] / 2 = (0 + 0) / 2 = 0
I (Sp2,Sp3)(Sp5) = [e (Sp2,Sp5) + e (Sp3,Sp5)] / 2 = (71,4 + 71,4) / 2 = 71,4

Sp1 : Sp5 Sp2 : Sp3 Sp 4


Sp1 : Sp5 *
Sp2 : Sp3 71,4 *
Sp 4 14,3 0 *
I (Sp1,Sp5)(Sp2,Sp3) = (Sp1,Sp2) + (Sp1,Sp3) + (Sp5,Sp2) + (Sp5,Sp3)/4 = 71,4 +71,4
+ 71,4 + 71,4 = 71,4
I (Sp1,Sp5)(Sp4) = [e (Sp1,Sp4) + e (Sp5,Sp4)] / 2 = (14,3 + 14,3) / 2 = 14,3

Sp1 : Sp5 :
Sp4
Sp2 : Sp3
Sp1 : Sp5 :
*
Sp2 : Sp3
Sp4 7,15 *

I (Sp1,Sp5,Sp2,Sp3)(Sp4) = (Sp1,Sp4) + (Sp5,Sp4) + (Sp2,Sp4) + (Sp3,Sp4) = (14,3) +


(14,3) + (0) + (0)/4 = 7,15

Nilai indeks yang terbesar: Sp2,Sp3, Sp1,Sp5, Sp4

Tabel C.3 Karakterisasi Kladistika

Sp 1 Sp 2 Sp 3 Sp 4 Sp 5
Outgroup 0 0 0 0 0
1. 1 1 1 0 1
2. 0 0 0 1 0
3. 1 0 0 1 0
4. 0 1 0 0 0
5. 0 0 1 0 0
6. 0 0 0 0 1
7. 1 1 1 0 1
8. 0 0 0 1 0
9. 1 1 1 0 1
10. 0 0 0 1 0
11. 1 1 1 0 1
12. 0 0 0 1 0
13 0 0 0 1 0
14 1 1 1 0 1
15. 0 0 0 1 1
16. 0 1 1 0 0
17. 1 0 0 0 0
Jumlah 7 7 7 7 7
Perubahan
Evolusi

Skenario : Sp1, Sp2, Sp3, Sp4, Sp5


D. Pembahasan dan Diskusi
Keanekaragaman tidak hanya terjadi pada makhluk hidup antarspesies. Namun,
ternyata keanekaragaman juga terdapat pada spesies yang sama. Contohnya kucing.
Kucing hanya mempunyai satu spesies. Namun, jenisnya berbeda. Inilah yang
dinamakan keanekaragaman tingkat gen. Adanya keanekaragaman gen diakibatkan
karena adanya seleksi alam (Cummings, 2015).
Kucing (Felis catus) adalah hewan domestik yang biasa ada di lingkungan
rumah manusia. Kucing ini merupakan hasil domestikasi sejak zaman Mesir kuno.
Kucing ini masih memiliki kekerabatan dengan Kucing Hutan Eropa (Felis silvestris)
dan juga Kucing Hutan Afrika (Felis lybica) (Mariandayani, 2014).
Kucing rumahan yang begitu banyak jenisnya dengan karakteristik rambut, pola
warna, bentuk tubuh, bentuk kepala, dan lainnya, ternyata semua itu adalah dalam satu
spesies. Keberagaman kucing bukanlah keragaman tingkat spesies, melainkan
keragaman tingkat gen karena pada kenyataannya semua kucing itu masih dalam satu
spesies, hanya beragam dalam gen yang mengekspresikan karakter tertentu seperti pola
warna rambut tubuhnya.
Dari kelima spesies yang kami amati dan dengan membandingkan tujuh karakter
yang kami pilih, dapat diketahui bahwa setiap ras kucing memiliki karakter yang
beragam. Setiap ras kucing juga ternyata memiliki kekerabatan yang berbeda antara
satu dengan lainnya.
Dari hasil fenetika didapat hasil bahwa dari kelima individu dengan tujuh
karakteristik yang diamati, nilai indeks kesamaan terbesar adalah 85,7 yaitu antara
kucing jenis Maine Coon dan kucing jenis Bengal. Artinya, antara kucing Maine Coon
dan kucing Bengal memiliki kekerabatan yang sangat dekat dibandingkan dengan
kucing lainnya. Lalu, indeks kesamaan terkecil adalah 7,15 yaitu antara kucing persia
dengan jenis kucing yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa kekerabatan antara kucing
persia dengan kucing lainnya cukup jauh.
Lalu, Kucing Sphynx dan Kucing Anggora memiliki kekerabatan yang sangat
dekat dengan indeks kesamaan sebesar 71,4 meski tidak sedekat antara Maine Coon dan
Bengal. Lalu, kekerabatan antara Sphinx dan Anggora dengan Maine Coon dan Bengal
lebih dekat daripada Persia dengan ras kucing lainnya dengan indeks kesamaan 71,4
juga.
Dari hasil kladistika, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan evolusi
yang berarti pada jenis kucing. Semuanya mempunyai jumlah perubahan evolusi yang
sama. Artinya, tidak ada yang benar-benar primitif tertinggal jauh dari yang lainnya.
E. Kesimpulan
Dari hasil fenetika didapat hasil bahwa dari kelima individu dengan tujuh
karakteristik yang diamati, nilai indeks kesamaan terbesar adalah 85,7 yaitu antara
kucing jenis Maine Coon dan kucing jenis Bengal. Artinya, antara kucing Maine Coon
dan kucing Bengal memiliki kekerabatan yang sangat dekat dibandingkan dengan
kucing lainnya. Lalu, indeks kesamaan terkecil adalah 7,15 yaitu antara kucing persia
dengan jenis kucing yang lainnya. Ini menunjukkan bahwa kekerabatan antara kucing
persia dengan kucing lainnya cukup jauh.
Dari hasil kladistika, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi perubahan evolusi
yang berarti pada jenis kucing. Semuanya mempunyai jumlah perubahan evolusi yang
sama. Artinya, tidak ada yang benar-benar primitif tertinggal jauh dari yang lainnya.

Daftar Pustaka
Cummings, M. (2015). Human heredity: Principles and issues. Cengage Learning.

Dahuri, R. (2003). Keanekaragaman Hayati Laut. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama.

Edwars A. (2005). The Ultimate Encyclopedia of Cats. Cat Breeds & Cat Care. China:

Anness Publishing.

Indrawan Mochamad. Richard B. Premack. Jatna Supriatna. (2007). Biologi Konservasi.

Edisi Revisi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kimball, John W. (1994). Biologi Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga,

LaBruna D. 2001. Introduce species summary project domestic cat (Felis catus).

Lipinski, MJ, Froenicke L, Baysac KC, Billings NC, Leutenegger CM, Levy AM,
Longeri M, Niini T, Ozpinar H, Slater MR, Pedersen NC, Lyons LA. (2007).

The ascent of cat breeds: genetic evaluations of breeds and worldwide random

bred populations. Genomics 91(1):91(1):12-21

Mariandayani, H. N. (2014). Keragaman Kucing Domestik (Felis domesticus)

berdasarkan Morfogenetik. Jurnal Peternakan Sriwijaya, 1(1).

https://doi.org/10.33230/jps.1.1.2012.1233

Stansfield, William D. (1983). Genetika, Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.

Starr, Cecie and Beverly McMillan. (2010). Human Biology, Eighth Edition. New York:

: Brooks/Cole Cengage Learning.

Sudjadi, Bagod. (2005). Biologi. Surabaya: Yudhistira.

Suripto, B.A. (1998). Prinsip-Prinsip dan Pengelolaan Sumberdaya Keanekaragaman

Hayati di Indonesia. Jakarta: UI Press.

Syamsuri, Istamar, dkk. (2004). Biologi. Jakarta: Erlangga.

Tim Genetika. (2021). Pedoman Praktikum Genetika. Departemen Pendidikan Biologi

FPMIPA UPI.

Anda mungkin juga menyukai