Anda di halaman 1dari 42

KEANEKARAGAMAN HAYATI

(BIODIVERSITY)

A. Pengertian Keanekaragaman Hayati

Keanekaragaman hayati atau Biodiversitas (Bahasa Inggris : Biodiversity)


adalah suatu istilah pembahasan yang mencakup semua bentuk kehidupan, yang
secara ilmiah dapat dikelompokkan menurut skala organisasi biologisnya, yaitu
mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan dan mikroorganisme serat ekosistem
dan proses-proses ekologi yang mana bentuk kehidupan ini merupakan
bagiannya. Dapat juga diartikan sebagai kondisi keanekaragaman bentuk
kehidupan dalam ekosistem atau bioma tertentu. Keanekaragaman hayati
seringkali digunakan sebagai ukuran kesehatan sistem biologis.
Keanekaragaman Hayati dapat juga diartikan sebagai keseluruhan variasi
berupa bentuk, penampilan, jumlah, dan sifat yang dapat ditemukan pada
makhluk hidup dan bagaimana perubahan ini dari satu lokasi ke lokasi yang lain
dari waktu ke waktu. Setiap saat kita dapat menyaksikan berbagai macam
makhluk hidup yang ada di sekitar kita baik di daratan maupun di perairan.
Misalnya, di halaman rumah, kebun, sawah, atau di hutan. Di tempat itu dapat kita
jumpai bermacam-macam makhluk hidup mulai dari makhluk yang berukuran
kecil seperti semut hingga makhluk berukuran besar seperti burung, ular, atau
gajah. Mulai dari yang berwarna gelap hingga makhluk yang berwarna cerah dan
menarik. Keanekaragaman hayati mencakup keanekaragaman di dalam spesies
(keanekaragaman genetik), antara spesies (keanekaragaman jenis), dan antara
ekosistem (keanekaragaman ekosistem). Keanekaragaman hayati adalah penting
dalam semua ekosistem, tidak hanya pada mereka yang "alami" seperti taman
nasional atau cagar alam, tetapi juga pada mereka yang dikelola oleh manusia,
seperti pertanian dan perkebunan, dan bahkan taman kota. Keanekaragaman
hayati adalah dasar dari beberapa manfaat yang diberikan oleh ekosistem bagi
manusia.
Keanekaragaman hayati adalah sulit untuk diukur secara tepat bahkan
dengan alat dan sumber data yang tersedia. Tapi jawaban yang tepat jarang
diperlukan untuk cukup memahami keanekaragaman hayati, bagaimana
mengubah, penyebab dan konsekuensi dari perubahan tersebut. Berbagai
indikator ekologi, seperti jumlah spesies di daerah tertentu, yang digunakan untuk
mengukur berbagai aspek keanekaragaman hayati. Mereka membentuk sebuah
komponen penting dari pemantauan, penilaian, dan pengambilan keputusan dan
dirancang untuk mengkomunikasikan informasi dengan cepat dan mudah bagi
para pembuat kebijakan. Namun, tidak ada indikator tunggal yang mampu
menangkap semua dimensi keanekaragaman hayati.
Perbedaan atau keanekaragaman hayati dapat disebabkan oleh faktor abiotik
maupun oleh faktor biotik. Perbedaan keadaan udara, cuaca, tanah, kandungan
air, dan intensitas cahaya matahari menyebabkan adanya perbedaan hewan dan
tumbuhan yang hidup. Hal tersebut mengakibatkan adanya keanekaragaman
hayati. Pada umumnya pola distribusi penyebaran tumbuhan dan hewan
dikendalikan oleh faktor abiotik seperti yang telah disebutkan sebelumnya.
Perubahan pada faktor abiotik dapat menyebabkan organisme berkembang dan
melakukan spesialisasi.
Keanekaragaman hayati, pada dasarnya terdapat di mana-mana di atas
permukaan bumi dan dalam setiap tetes airnya. Hal Ini jarang dihargai dan
diperhatikan karena sebagian besar organismenya sangat kecil atau tidak terlihat
dengan mata telanjang (mikroskopis), yang artinya harus menggunakan alat
khusus dan banyak spesies yang langka, berumur pendek atau tersembunyikan
Mendokumentasikan secara lengkap keanekaragaman hayati sangatlah sulit.
Dimensi terkenal keanekaragaman hayati adalah klasifikasi hewan dan tumbuhan
dari takson yang tertinggi kingdom sampai dengan spesies dan variasi dalam
setiap spesies, yang terutama berfokus pada hewan dan tumbuhan yang dapat
diamati dengan mata telanjang (makroskopis), ekosistem beriklim sedang, dan
aspek-aspek yang biasa digunakan oleh para peneliti baik yang akhli ataupun
bukan akhli yang tertarik pada keanekaragaman hayati secara langsung ataupun
tidak langsung. Hanya baru kurang lebih 1,7-2.000.000 dari 5 sampai 30 juta
rumpun yang diperkirakan ada di Bumi yang telah diidentifikasi sejauh ini.
Persediaan lebih lengkap sangat dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan ini.
Sementara data yang tersedia sering tidak cukup untuk memberikan gambaran
yang akurat tentang luas dan distribusi semua komponen keanekaragaman
hayati, yang dapat digunakan sebagai bahan kajian. Sebagai contoh, data
distribusi spesies yang bermanfaat dan tersedia untuk beberapa daerah, seperti
daerah beriklim Amerika Utara, Eropa dan Asia, misalnya untuk beberapa burung
dan mammalia.
Indikator dapat digunakan untuk membangun persediaan. Bioma merupakan
komunitas ekologi organisme yang terkait dengan iklim dan geografis dalam
kondisi tertentu, seperti gurun, padang rumput, dan hutan hujan tropis.
Mempelajari bioma dapat memberikan gambaran luas dari berbagai fungsi
ekologis yang berbeda dalam masyarakat dan keragaman biologisnya. Bumi juga
dapat dibagi menjadi delapan kawasan biogeografi yang terbagi berdasarkan
sejarah evolusi biologis secara umum sama. Diantara masing-masing konsidi alam
ada perbedaan yang nyata dalam komposisi spesies. Berdasarkan pengetahuan
saat ini bagaimana perubahan keanekaragaman hayati dari waktu ke waktu,
perkiraan kasar dapat dibuat dari tingkat spesies yang telah mengalami
kepunahan. Sejarah kehidupan ditandai dengan perubahan besar. Fosil
memungkinkan untuk memperkirakan tingkat kepunahan spesies yang berlimpah
dan memungkinkan cukup besar untuk meninggalkan jejak fosil. Dinamika
perubahan dalam sistem alam dan tanggapan manusia sangat berbeda. Hal ini
disebabkan fakta bahwa dibutuhkan beberapa waktu untuk perubahan dalam
ekosistem menjadi jelas, bahwa masukan antara sistem sosial ekonomi dan ekologi
yang kompleks, dan bahwa sulit untuk memprediksi batas di mana perubahan
mendadak atau cepat akan terjadi. Pertukaran ambang batas dapat menyebabkan
perubahan substansial yang cepat dalam keanekaragaman hayati dan manfaat
ekosistem dapat diberikan kepada manusia. Hal ini telah diamati pada ekosistem
perairan terbuka ketika ambang temperatur yang ditentukan atau ketika sumber
daya tersebut terlalu banyak diambil. Sebagai contoh, masukan nutrisi meningkat
dapat menyebabkan pergeseran terumbu yang tadinya didominasi karang
menjadi ekosistem yang didominasi alga, yang kurang beragam dan produktif
dari sudut pandang biologis. Spesies invasif juga dapat bertindak sebagai pemicu
untuk perubahan dramatis dalam struktur ekosistem. Misalnya, pengenalan ubur-
ubur karnivora yaitu binatang di Laut Hitam yang menyebabkan hilangnya 26
spesies perikanan utama dan telah memberikan kontribusi yang nyata terhadap
percepatan pertumbuhan kekurangan oksigen atau terbentuknya zona "mati"
Keanekaragaman hayati tidak terdistribusi secara merata di bumi; wilayah
tropis memiliki keanekaragaman hayati yang lebih kaya, dan jumlah
keanekaragaman hayati terus menurun jika semakin jauh dari ekuator.
Keanekaragaman hayati yang ditemukan di bumi adalah hasil dari miliaran tahun
proses evolusi. Asal mula kehidupan belum diketahui secara pasti dalam sains.
Hingga sekitar 600 juta tahun yang lalu, kehidupan di bumi hanya berupa
archaea, bakteri, protozoa, dan organisme uniseluler lainnya sebelum organisme
multiseluler muncul dan menyebabkan ledakan keanekaragaman hayati yang
begitu cepat, namun secara periodik dan eventual juga terjadi kepunahan secara
besar-besaran akibat aktivitas bumi, iklim, dan luar angkasa.

B. TINGKAT KEANEKARAGAMAN HAYATI


Keanekaragaman hayati dapat ditandai dengan adanya makhluk hidup yang
beranekaragam. Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada berbagai tingkat
kehidupan, mulai dari organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi.
Misalnya dari mahluk bersel satu hingga mahluk bersel banyak, dan tingkat
organisasi kehidupan individu sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari
spesies sampai ekosistem. Secara garis besar, keanekaragaman hayati terbagi
menjadi tiga tingkat, yaitu :
1. Keanekaragam Tingkat Gen (genetic diversity);
Keanekaragam Tingkat Gen (genetic diversity) adalah jumlah total informasi
genetik yang terkandung di dalam individu tumbuhan, hewan dan
mikroorganisme yang mendiami bumi. Setiap makhluk memiliki komponen
pembawa sifat menurun. Komponen tersebut tersusun atas ribuan faktor
kebakaan yang mengatur bagaimana sifat-sifat tersebut diwariskan. Faktor itulah
yang sekarang kita kenal sebagai gen. gen terdapat di lokus gen pada kromosom
atau di dalam inti sel setiap makhluk hidup. Akan tetapi susunan perangkat gen
masing-masing individu dapat berbeda-beda bergantung pada tetua yang
menurunkannya.
Setiap sifat organisme hidup dikendalikan oleh sepasang faktor keturunan (gen),
satu dari induk jantan dan lainnya dari induk betina. Keanekaragaman tingkat ini
dapat ditunjukkan dengan adanya variasi dalam satu jenis. Misalnya :
- variasi jenis kelapa : kelapa gading, kelapa hijau
- variasi jenis anjing : anjing bulldog, anjing herder, anjing kampung
Yang membuat variasi tadi adalah : Rumus : F = G + L
F = fenotip
G = genotip
L = lingkungan
Jika G berubah karena suatu hal (mutasi dll) atau L berubah maka akan terjadi
perubahan di F. Perubahan inilah yang menyebabkan terjadinya variasi tadi.
Itulah sebabnya individu-individu yang terdapat dalam satu jenis dan satu
keturunan dapat memiliki ciri-ciri dan sifat yang berbeda. Perangkat gen mampu
berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, faktor lingkungan dapat
memberi pengaruh terhadap kemunculan ciri atau sifat suatu individu. Misalnya
dua individu memiliki perangkat gen yang sama, tetapi hidup di lingkungan yang
berbeda maka kedua individu tersebut dapat saja memunculkan ciri dan sifat yang
berbeda.
2. Keanekaragam Tingkat Spesies/Jenis (species diversity);
Keanekaragaman organisme hidup di bumi (diperkirakan berjumlah 5 - 30
juta), hanya 2 juta species saja yang baru dipelajari (IUCN, 2006). Kita dapat
mengenal makhluk hidup berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Misalnya, melalui
pengamatan ciri-ciri morfologi, habitat, cara berkembang biak, jenis makanan,
tingkah laku, dan beberapa ciri lain yang dapat diamati. Keanekaragaman tingkat
spesies/jenis adalah keanekaragaman yang ditemukan di antara organisme yang
tergolong dalam jenis yang berbeda, baik yang termasuk dalam satu famili
maupun tidak. Misalnya, jika membandingkan tanaman jagung, mangga, dan
padi atau di antara bebek, ayam, dan kucing. Perbedaan yang terdapat di antara
organisme berbeda jenis lebih banyak dibandingkan dengan di antara organisme
satu jenis. Dua organisme yang berbeda jenis mempunyai perbedaan susunan
gen yang lebih banyak daripada yang tergolong dalam satu jenis.
3. Keanekaragam Tingkat Ekosistem (ecosystem diversity)
Keanekaragam Tingkat Ekosistem adalah keanekaragaman habitat, komunitas
biotik dan proses ekologi di biosfer atau dunia laut. Makhluk hidup dalam
kehidupan selalu melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik dengan
lingkungan abiotik maupun lingkungan biotik. Bentuk interaksi tersebut akan
membentuk suatu sistem yang dikenal dengan isitilah ekosistem. Keanekaragam
Tingkat ekosistem adalah keanekaragaman yang dapat ditemukan di antara
ekosistem. Di permukaan bumi susunan biotik dan abiotik pada ekosistem tidak
sama. Misalnya : ekosistem lumut, ekosistem hutan tropis, ekosistem gurun,
masing-masing ekosistem memiliki organisme yang khas untuk ekosistem tersebut.
misalnya lagi, ekosistem gurun di dalamnya ada unta, kaktus, dan ekosistem hutan
tropis di dalamnya ada harimau.
Kondisi lingkungan tempat hidup suatu makhluk hidup sangat beragama
keberagaman lingkungan tersebut biasanya dapat menghasilkan jenis makhluk
hidup yang beragam pula. Hal demikian dapat berbentuk karena adanya
penyesuaian sifat-sifat keturunan secara genetik dengan lingkungan tempat
hidupnya. Sebagai komponen biotik, jenis makhluk hidup yang dapat bertahan
hidup dalam suatu ekosistem adalah makhluk hidup yang dapat berinteraksi
dengan lingkungannya, baik dengan komponen biotik maupun komponen
abiotiknya. Jika susunan komponen biotik berubah, bentuk interaksi akan
berubah sehingga ekosistem yang dihasilkan juga berubah.

C. HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN MANFAAT EKOSISTEM


Manfaat ekosistem adalah kegunaan ekosisitem yang didapatkan oelh
manusia dan makhluk hidup yang berada di atasnya dari ekosistem, antara lain :
1. Manfaat penyediaan seperti makanan, air bersih, kayu, serat dan sumber daya
genetik
2. Manfaat pengatutan seperti pengaturan iklim, banjir, penyakit, kualitas air dan
penyerbukan
3. Manfaat budaya seperti rekreasi, estetika dan spriritual
4. Manfaat lainnya seperti pembentukan tanah dan siklus nutrisi pendukung dll.
Keanekaragaman hayati memainkan peran penting dalam fungsi, cara dan
layanan yang diberikan ekosistem. Komposisi jenis sebagai kekayaan spesies yang
banyak atau lebih pada sangatlah penting pelayanan ekosistem, karena fungsi
ekosistem, dengan kemampuannya memberikan pelayanan kepada manusia,
sangat dipengaruhi oleh karakteristik ekologi spesies yang paling melimpah,
bukan oleh jumlah spesies. Hilangnya spesies lokal yang penting dapat
mengganggu layanan ekosistem untuk waktu yang cukup lama. Perubahan
dalam interaksi antara spesies juga dapat menyebabkan dampak negatif pada
proses ekosistem. Di darat, keanekaragaman hayati mempengaruhi proses
penting ekosistem seperti produksi materi hidup, nutrisi dan siklus air , serta
pembentukan tanah dan retensi. Semua ini mengatur dan menjamin layanan
pendukung yang diperlukan untuk menghasilkan semua manfaat ekosistem
lainnya. Perbedaan antar wilayah dalam hal proses ekosistem umumnya didorong
oleh perbedaan iklim, ketersediaan sumber daya, dan faktor eksternal lainnya, dan
bukan oleh perbedaan dalam kekayaan jumlah spesies. Meskipun kerugian
keanekaragaman hayati mungkin hanya berdampak kecil pada ekosistem dalam
jangka pendek, mereka dapat mengurangi kapasitasnya untuk menyesuaikan diri
dengan perubahan lingkungan di masa depan. Keanekaragaman Hayati juga
mempengaruhi layanan yang mengatur proses ekosistem, iklim, banjir, penyakit,
dan kualitas air juga mengatur hal lainnya antara lain seperti:
• Pelestarian jumlah, jenis, dan kelimpahan relatif spesies penghuni dapat
meningkatkan ketahanan berbagai ekosistem alami dan semi-alami terhadap
spesies invasif.
• Ada penurunan di seluruh dunia dalam keragaman serangga penyerbuk yang
penting untuk reproduksi banyak tanaman.
• Keanekaragaman Hayati, khususnya keragaman bentuk tanaman dan distribusi
patch lanskap, mempengaruhi iklim pada skala lokal, regional, dan global. Jadi
perubahan penggunaan lahan dan tutupan lahan yang mempengaruhi
keanekaragaman hayati pada gilirannya dapat mempengaruhi iklim. Beberapa
komponen keanekaragaman hayati mempengaruhi penyerapan karbon dan
dengan demikian penting dalam memerangi perubahan iklim.
• Kemampuan ekosistem untuk mengendalikan hama sangat tergantung pada
keanekaragaman hayati dan manfaat ketahanan pangan, rumah tangga
pedesaan, dan pendapatan nasional dibanyak negara.
• Mikroba yang hidup di laut berkontribusi terhadap pengendalian pencemaran
dengan membuang zat beracun dari lingkungan, tapi bagaimana
keanekaragaman spesies mempengaruhi penghapusan ini tidak dipahami
dengan baik.
Keanekaragaman hayati sangat penting untuk manfaat ekosistem dapat
memberikan kepada manusia dan karenanya untuk kesejahteraan manusia.
Perannya melebihi penjaminan ketersediaan bahan baku untuk menyertakan
keamanan, ketahanan, hubungan sosial, kesehatan, dan kebebasan dan pilihan.
Sementara banyak orang mendapat manfaat selama abad terakhir dari konversi
ekosistem alami menjadi ekosistem didominasi manusia, hal ini telah menjadikan
penderitaan akibat dari konsekuensi hilangnya keanekaragaman hayati.
Faktor-faktor penting dari keanekaragaman hayati dan manfaat ekosisitem
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kesejahteraan manusia
antara lain :
1. Ketahanan pangan: Ketersediaan keanekaragaman hayati sering "jaring
pengaman" yang meningkatkan ketahanan pangan dan adaptasi dari
beberapa komunitas lokal untuk gangguan ekonomi dan ekologi eksternal.
Praktek pertanian yang memelihara dan memanfaatkan keanekaragaman
hayati pertanian juga dapat meningkatkan ketahanan pangan.
2. Kerentanan: Banyak masyarakat telah mengalami banyak bencana alam
selama beberapa dekade terakhir. Misalnya, karena hilangnya hutan bakau
dan terumbu karang, yang merupakan penyangga alami yang sangat baik
terhadap banjir dan badai, masyarakat pesisir semakin menderita banjir parah.
3. Kesehatan: Diet yang seimbang tergantung pada ketersediaan berbagai
macam makanan, yang pada gilirannya tergantung pada konservasi
keanekaragaman hayati. Selain itu, keanekaragaman satwa liar yang lebih
besar dapat menurunkan penyebaran banyak patogen satwa liar dengan
manusia.
4. Keamanan energi: BBM Kayu menyediakan lebih dari separuh energi yang
digunakan di negara berkembang. Kekurangan kayu bakar terjadi di daerah
dengan kepadatan penduduk yang tinggi tanpa akses ke sumber-sumber
energi alternatif dan terjangkau. Di daerah tersebut, orang-orang yang rentan
terhadap penyakit dan kekurangan gizi karena kurangnya sumber daya untuk
memanaskan rumah, memasak makanan, dan mendidih air.
5. Air bersih: Berlanjutnya hilangnya hutan dan perusakan DAS mengurangi
kualitas dan ketersediaan air dipasok ke penggunaan rumah tangga dan
pertanian. Dalam kasus New York City, melindungi ekosistem untuk
memastikan penyediaan air minum yang bersih jauh lebih hemat biaya
daripada membangun dan mengoperasikan pabrik penyaringan air.
6. Hubungan sosial: Banyak budaya melampirkan nilai-nilai spiritual, estetika,
rekreasi, dan agama untuk ekosistem atau komponennya. Hilangnya atau
kerusakan pada komponen ini dapat membahayakan hubungan sosial, baik
dengan mengurangi nilai ikatan pengalaman bersama serta dengan
menyebabkan kebencian terhadap kelompok yang mendapat keuntungan
dari kerusakan mereka.
7. Kebebasan memilih: Hilangnya keanekaragaman hayati, yang kadang-kadang
ireversibel, sering berarti hilangnya pilihan. Gagasan memiliki pilihan yang
tersedia terlepas dari apakah salah satu dari mereka akan benar-benar
mengambil adalah unsur esensial dari aspek kebebasan kesejahteraan.
8. Bahan dasar: Keanekaragaman hayati menyediakan berbagai barang - seperti
tanaman dan hewan - bahwa individu butuhkan untuk mendapatkan
penghasilan dan penghidupan yang berkelanjutan aman. Selain pertanian,
keanekaragaman hayati memberikan kontribusi untuk berbagai sektor lainnya,
termasuk "ekowisata", farmasi, kosmetik, dan perikanan. Kerugian
keanekaragaman hayati, seperti runtuhnya daerah khusus penangkapan ikan
pada bidang perikanan dapat membebankan biaya besar pada tingkat lokal
dan nasional.
9. Dan yang lainnya.

D. HUBUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DENGAN PERUBAHAN IKLIM


Perubahan iklim merupakan sebab dan akibat dari perubahan
keanekaragaman hayati. Perubahan iklim adalah di antara faktor penentu yang
paling penting dari perubahan dalam distribusi dan kelimpahan spesies dalam
ekosistem yang dikelola seperti pertanian, hutan produksi, kota dan daerah pesisir,
serta ekosistem darat dan laut alami. Perubahan iklim juga merupakan efek
penggunaan lahan yang menghasilkan gas rumah kaca (CO2, CH4, N2O) dan
perubahan stok karbon biologis dalam sistem darat dan laut (karbon hijau dan
biru). Perubahan keanekaragaman hayati mempengaruhi aliran manfaat
ekosistem yang orang dapatkan dari ekosistem. Manfaat ini termasuk antara lain
jasa penyediaan: (produksi makanan, bahan bakar, serat, air, sumber daya
genetik), jasa budaya (rekreasi, spiritual dan kepuasan, informasi ilmiah estetika),
dan jasa mengatur (mengendalikan variabilitas dalam produksi, hama dan
patogen, bahaya lingkungan, dan banyak proses lingkungan utama). Di antara
jasa ekosistem yang didukung oleh keanekaragaman hayati adalah pengaturan
iklim. Salah satu efek dari konversi hutan untuk produksi pertanian, misalnya,
adalah peningkatan emisi karbon dari pembukaan lahan dan penurunan karbon
yang terserap. Kedua efek ini meningkatkan laju perubahan iklim.
Hilangnya keanekaragaman hayati meningkatkan baik tingkat keparahan
perubahan iklim maupun kemampuan kita untuk beradaptasi dengan itu. Efek ini
belum mendapat perhatian khusus pada saat ini. Keduanya masih merupakan
pengaruh eksternal untuk kondisi pasar yang sudah ada. Bidang ekonomi
merupakan hal yang menghubungkan keanekaragaman hayati dan perubahan
iklim berkaitan dengan pengaruh eksternalitas tersebut. Ada dua hal penting
untuk diteliti yaitu. Yang pertama adalah untuk mengidentifikasi hubungan kausal
antara perubahan keanekaragaman hayati, perubahan iklim dan produksi jasa
ekosistem. Yang kedua adalah untuk mengidentifikasi nilai marjinal perubahan
terkait iklim dalam keanekaragaman hayati
Peran organisme hidup dalam produksi dan penyerapan gas rumah kaca
telah dipahami cukup baik. Konsekuensi bagi iklim perubahan di tingkat hutan
tropis, atau fitoplankton di lautan sudah dimasukkan dalam model sirkulasi umum.
Para akhli Ekologi juga setuju bahwa perubahan iklim telah mengubah biota
dunia. Hal ini mempengaruhi distribusi spesies dan kelimpahan, waktu reproduksi
pada hewan dan tumbuhan, pola migrasi burung, dan frekuensi dan tingkat
keparahan wabah hama dan penyakit. Spesies bergerak dari rendah ke elevasi
yang lebih tinggi, dan dari lintang rendah ke lintang yang lebih tinggi. Spesies
yang tidak dapat bergerak mendapatkan resikonya. Pada saat yang sama,
perubahan biota dunia dari penyebab lain yang mempengaruhi kemampuan
ekosistem untuk beradaptasi dengan perubahan iklim. Penyederhanaan banyak
ekosistem untuk membuat mereka lebih 'berguna' kepada manusia yang
menyebabkan terjadinya pengurangan fleksibilitas ekosisitem. Dengan
menghilangkan spesies yang 'berlebihan' mengingat kondisi iklim yang ada saat
ini, kita telah mengurangi kapasitas banyak ekosistem yang berfungsi jika
perubahan kondisi iklim terjadi . Meskipun ilmu pengetahuan telah membuat
kemajuan dalam memahami dan pemodelan hubungan antara struktur
ekosistem, keanekaragaman hayati dan manfaat ekosistem, ada beberapa studi
tentang interaksi dua arah antara keanekaragaman hayati dan perubahan iklim.
Ada beberapa studi hubungan satu arah, dan meningkatkan minat dalam peran
keanekaragaman hayati dalam adaptasi perubahan iklim. Memahami dan
pemodelan interaksi antara keanekaragaman hayati dan perubahan iklim adalah
salah satu tantangan ilmiah mendasar dalam dekade mendatang.
Untuk alasan yang sama kita tidak memiliki perkiraan yang baik dari nilai
marjinal perubahan keanekaragaman hayati terkait iklim. Penilaian saat ini, TEEB,
telah menggunakan studi yang ada untuk memperkirakan nilai rata-rata dari
kedua peraturan iklim makro disebabkan oleh penyerapan karbon terestrial, dan
perubahan dalam penyediaan dan pelayanan budaya yang disediakan oleh
sistem hutan. Meskipun temuan ini masih sangat awal, tetapi TEEB dapat
menunjukkan bahwa nilai rata-rata dari jasa ekosistem hutan, dalam US $ / ha /
tahun, didominasi oleh fungsi regulasi: pengaturan iklim ($ 1965), aliran air ($
1,360), dan tanah erosi khusus ($ 694). Nilai rata-rata layanan lainnya kalau
disatukan kayu dan hasil hutan non-kayu, makanan, air, informasi genetik, obat-
obatan ($ 1,313) lebih kecil dari nilai regulasi aliran air saja. Hal ini menunjukkan
adanya manfaat substansial off-site untuk konservasi hutan yang saat ini tidak
ditangkap oleh pemilik lahan hutan (negara). Kita harapkan manfaatnya lebih
bervariasi dibandingkan dengan nilai resiko dari perubahan iklim, banjir, polusi air
atau kehilangan tanah. Sejak nilai resiko terkait erat dengan pendapatan, kita juga
berharap prioritas berbeda antara negara-negara berpenghasilan rendah dan
berpenghasilan tinggi. Bukti menunjukkan bahwa bagi banyak negara-negara
miskin, prioritas saat ini sangat terfokus pada peningkatan pendapatan pedesaan,
dan bahwa hal ini mendatangkan penghasilan dari keanekaragaman hayati.
Penelitian terbaru tentang hubungan antara ancaman terhadap keanekaragaman
hayati dan pendapatan menemukan bahwa iklim, luas lahan, tekanan kepadatan
penduduk dan luas lahan di bawah kendali untuk perlindungan, ada hubungan
positif yang kuat antara pendapatan dan spesies terancam di antara negara
termiskin. Ini mencerminkan fakta bahwa negara-negara miskin sangat agraris. Di
negara-negara tersebut, pertumbuhan pendapatan tergantung pada
pertumbuhan luas pertanian (perluasan lahan pertanian menjadi daerah yang
lebih 'marjinal' untuk habitat bagi spesies liar) dan intensifikasi pertanian
(penyederhanaan progresif agroekosistem seperti hama, predator dan kompetitor
'disiangi' (dihilangkan) dari sistem). Penandatanganan CBD 'Protokol Nagoya
tentang Akses Sumber Daya Genetik dan Pembagian Wajar dan Adil Manfaat
Transaksi. Pemanfaatannya merupakan langkah penting menuju kesetaraan
dalam distribusi manfaat dari sumber daya genetik dan pengetahuan tradisional.
Hal ini, bagaimanapun, dapat mengatur secara lebih luas manfaat layanan
ekosistem yang didukung oleh keanekaragaman hayati. Yang mana jasa
ekosistem mempengaruhi manusia di semua negara, ada potensi keuntungan
dari perdagangan jasa ekosistem tercermin dalam adanya pembayaran untuk jasa
ekosistem. Namun, dalam rangka untuk memperkirakan manfaat yang bisa
didapat dari skema tersebut akan sangat penting untuk mengembangkan lebih
kuat, model probabilistik konsekuensi jangka panjang dari perubahan
keanekaragaman hayati dari yang masih tersedia saat ini. Hal ini juga akan
menjadi sangat penting untuk mengembangkan pengamatan, pemantauan dan
pelaporan sistem yang akan memungkinkan kita untuk mencari perubahan dalam
keanekaragaman hayati dan dampaknya terhadap hasil akhir yang tercatat dalam
perhitungan pendapatan nasional.
Ada pengakuan luas bahwa perubahan iklim dan keanekaragaman hayati
terkait. Paling jelas, dengan mengubah kondisi lingkungan di mana spesies yang
ada, perubahan iklim menginduksi respon adaptif pada bagian dari spesies bahwa
perubahan iklim sudah menginduksi respon adaptif pada bagian dari biota dunia.
Ini termasuk perubahan dalam distribusi dan kelimpahan spesies, perubahan
waktu reproduksi pada hewan dan tumbuhan, hewan dan perubahan pola
migrasi burung, dan perubahan dalam frekuensi dan tingkat keparahan wabah
hama dan penyakit. Beberapa dari efek ini adalah akibat langsung dari perubahan
suhu, curah hujan, permukaan laut atau badai. Lainnya adalah efek langsung dari
perubahan, misalnya, frekuensi kebakaran. Secara umum, spesies bergerak dari
tempat rendah ke elevasi yang lebih tinggi, dan dari lintang rendah ke lintang
yang lebih tinggi, meskipun kecepatan respon bervariasi sangat jauh. Dalam
setiap ekosistem tertentu, perubahan frekuensi dan intensitas gangguan
menentukan tingkat di mana populasi tanaman dan hewan akan berubah. Dari
perspektif konservasi, fitur penting dari perubahan iklim adalah bahwa hal itu
berbeda-beda mempengaruhi kemungkinan bahwa spesies akan punah. Telah
dikemukakan bahwa risiko kepunahan cenderung meningkat bagi banyak spesies
yang sudah rentan (Thomas dkk 2004), sebagian karena waktu yang dibutuhkan
bagi banyak spesies untuk menyesuaikan diri dengan perubahan iklim (Menendez
dkk 2006). Sedangkan dampak perubahan iklim terhadap probabilities kepunahan
masih diperdebatkan (Willis dan Bhagwat 2009), ini adalah efek yang memotivasi
masyarakat konservasi yang paling kuat. Di luar komunitas konservasi ada
perhatian yang lebih besar untuk potensi dampak perubahan iklim terhadap
spesies yang secara langsung mempengaruhi pertanian (produksi makanan,
bahan bakar dan serat) dan kesehatan (manusia, hewan dan tumbuhan). Pada
agroekosistem, perubahan iklim diharapkan memiliki sejumlah efek langsung. Di
Amerika Serikat, meskipun sejumlah tanaman diharapkan merespon positif ke
tingkat yang lebih tinggi dari karbon dioksida dan peningkatan moderat dalam
suhu rata-rata, demikian juga akan gulma, penyakit dan hama serangga.
Meningkatnya secara ekstrim suhu rata-rata dan variabilitas curah hujan
keduanya dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan pertumbuhan
tanaman dan memproduksi hasilnya. Kualitas hijauan di rangelands diperkirakan
telah menurun dengan meningkatnya konsentrasi karbon dioksida karena hal ini
berpengaruh pada kandungan nitrogen pada tanaman dan kadar proteinnya,
sedangkan ternak secara umum telah diperkirakan akan terpengaruh oleh
peningkatan suhu, penyakit, dan cuaca ekstrem (Karl dkk 2009) . Di bagian lain
dunia dampak perubahan iklim terhadap sektor pertanian diperkirakan akan lebih
parah. Sebuah upaya terakhir untuk mensimulasikan konsekuensi dari dua
skenario perubahan iklim menggunakan model pertanian global menyimpulkan
bahwa efek langsung perubahan iklim pada pertanian umumnya akan menjadi
negatif, dan akan menjadi sangat negatif di banyak negara berkembang (Nelson
dkk 2009). Para penulis berpendapat bahwa di negara berkembang, perubahan
iklim akan mendorong penurunan jumlah tanaman yang paling penting terutama
di Asia Selatan; karena hasil untuk semua tanaman irigasi di Asia Selatan akan
turun, dan akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga beras, gandum, jagung,
kedelai, dan harga daging, hal ini akan mengurangi sedikit pertumbuhan
konsumsi daging dan konsumsi sereal secara signifikan, dan ketersediaan kalori
pada tahun 2050 akan relatif menurun jika dibandingkan dengan level di tahun
2000 di semua negara berkembang. Sejak sekitar setengah dari semua manusia
yang aktif secara ekonomi di negara berkembang bergantung pada pertanian,
dan karena 75 persen penduduk miskin dunia tinggal di daerah pedesaan, hal ini
menunjukkan bahwa dampak perubahan iklim pada pertanian cenderung
memiliki efek yang tidak proporsional di negara berkembang. Dampak iklim akibat
perubahan keanekaragaman hayati pada hewan manusia dan kesehatan
tanaman menjadi perhatian karena berpotensi biaya tinggi yang terkait dengan
munculnya kedua hal yaitu penyakit zoonosis, dan perubahan dalam distribusi
vektor penyakit yang ada. Perubahan dalam praktek pertanian telah
menyebabkan munculnya sejumlah penyakit zoonosis (Daszak dkk tahun 2004,
Daszak dan lain-lain 2006). Laporan penilaian keempat IPCC menyoroti dampak
perubahan iklim terhadap distribusi sejumlah vektor penyakit menular, dan
distribusi musiman beberapa spesies serbuk sari alergi (Confalonieri dkk 2007).
Sebagai contoh, dasar iklim untuk perubahan dalam distribusi utama demam
berdarah vektor Stegomyia telah dimodelkan, dan ternyata untuk memetakan
dengan baik ke dalam distribusi penyakit yang diamati (Hopp dan Foley 2003).
Penyakit yang sebelumnya terbatas pada lintang rendah telah menyebar ke
lintang yang lebih tinggi. Penyakit Insectborne seperti trypanosomosis dan
anaplasmosis sekarang ditemukan di beberapa bagian dunia di mana vektor
mereka tidak pernah ditemukan di masa lalu. Iklim, berkaitan dengan perubahan
penggunaan lahan, telah dikaitkan dengan peningkatan global dalam morbiditas
dan mortalitas akibat penyakit parasit muncul. Penyakit lain dipengaruhi oleh
perubahan iklim termasuk leishmaniasis, cryptosporidiosis, giardiasis,
schistosomiasis, lariasis, onchocerciasis, dan loiasis (Patz dkk tahun 2000, Jones
dkk 2008). Perubahan dalam distribusi penyakit dan vektor penyakit bermasalah
karena melibatkan pemisahan antara patogen dan pengendali alamnya.
Gangguan dari komunitas organisme yang membuat patogen memungkinkan
untuk menyebar dengan cepat. Untuk alasan yang sama, perubahan iklim
diharapkan dapat meningkatkan frekuensi dengan spesies di berbagai takson
dapat menyebar di luar jangkauan habitat mereka.
Untuk mendapatkan ukuran pentingnya berbagai dampak fisik tersebut, para
akhli ekonomi telah berusaha untuk memperkirakan nilai yang dihasilkan
perubahan jasa ekosistem, menggunakan klasifikasi layanan yang disarankan oleh
Millenium Ecosystem Assessment (Millenium Ecosystem Assessment 2005a). MA
membedakan empat manfaat besar: jasa penyediaan, pelayanan budaya, jasa
penunjang dan jasa mengatur. Layanan pengadaan meliputi produk sumber daya
terbarukan biotik termasuk makanan, serat, bahan bakar, air, biokimia, obat-
obatan, obat-obatan, serta bahan genetik yang menarik bagi CBD. Produksi,
pengolahan dan konsumsi hal-hal ini semua memiliki konsekuensi baik untuk
emisi bersih gas rumah kaca, dan untuk kapasitas sistem untuk mengakomodasi
dampak perubahan iklim. Layanan budaya terdiri berbagai kegunaan sebagian
nonkonsumtif lingkungan termasuk spiritual, religius, estetika dan inspiratif
kesejahteraan orang berasal dari dunia 'alami'; nilai untuk ilmu kesempatan adalah
untuk belajar dan belajar dari dunia tersebut, dan manfaat pasar rekreasi dan
pariwisata. Sementara beberapa kegiatan khususnya rekreasi dan pariwisata-
memiliki implikasi signifikan bagi emisi gas rumah kaca, banyak juga yang memiliki
dampak relatif kecil. Layanan pendukung terdiri dari proses ekosistem utama yang
mendukung semua layanan lainnya seperti pembentukan tanah, fotosintesis,
produksi primer, nutrisi, dan siklus air. Keprihatinan atas perubahan iklim adalah
terutama kekhawatiran atas konsekuensi perubahan atmosfer dalam siklus karbon
Layanan ini bermain diluar pada skala spasial dan temporal yang sangat berbeda,
membentang dari lokal ke global, dan selama periode waktu yang berkisar dari
detik ke ratusan tahun. Akhirnya, layanan pengaturan didefinisikan oleh MA
untuk memasukkan kualitas regulasi udara, pengaturan iklim, regulasi hidrologi,
peraturan erosi atau stabilisasi tanah, pemurnian air dan pengolahan limbah,
pencegah penyakit, pengatur hama dan regulasi bahaya alam. Secara umum,
merupakan manfaat keanekaragaman hayati dalam memoderasi pengaruh variasi
lingkungan pada produksi hal-hal yang orang pedulikan secara langsung. Mereka
membatasi efek tekanan dan guncangan terhadap sistem. Seperti dengan layanan
pendukung mereka beroperasi pada sangat berbeda skala spasial dan temporal.
Jadi, misalnya, berbagai morfologi tanaman di padang rumput alpine
menawarkan manfaat lokal ketat dalam hal mengurangi erosi tanah, sedangkan
keanekaragaman genetik tanaman di pertanian global menawarkan manfaat
global dalam hal korelasi spasial yang lebih rendah dari risiko yang ditimbulkan
oleh iklim atau penyakit. Kedua makro dan regulasi iklim mikro adalah contoh dari
pengaturan layanan. Pada prinsipnya, evaluasi penyebab biologis perubahan iklim
memerlukan estimasi dari beberapa cara di mana produksi, pengolahan dan
konsumsi makanan, bahan bakar dan serat yang berhubungan dengan iklim yang
mengeluarkan emisi Gas Rumah Kaca. Pembakaran bahan bakar fosil adalah
sumber dominan CO2, tetapi pertanian merupakan sumber utama emisi CH4 dan
N2O. Di Amerika Serikat, misalnya, kegiatan pertanian bertanggung jawab atas
emisi CO2 427,5 Tg Persamaan. pada tahun 2008, atau 6,1 persen dari total emisi
gas rumah kaca di AS. Emisi CH4 dari fermentasi enterik dan pengelolaan limbah
yang menyumbang sepertiga emisi CH4 dari semua kegiatan antropogenik.
Aplikasi pupuk menyumbang sekitar dua pertiga dari emisi N2O. Biofuel biodiesel,
bioetanol, arang kayu, menyumbang 4,4 persen dari produksi CO2 dari energi.
Sebagian pembentukan produk emisi ini, CO2 dihasilkan secara bersih dari
penggunaan lahan dan perubahan penggunaan lahan, termasuk kehutanan,
mengurangi emisi bersih sebesar 13,5 persen (US Environmental Protection
Agency 2010). Selain sumber-sumber langsung penghasil CO2 dari biofuel,
pertanian dan kehutanan, banyak kegiatan yang memberikan nilai tambah
terhadap makanan, bahan bakar dan serat yang berhubungan dengan bahan
bakar fosil berdasarkan penggunaan energi, dan akibatnya menghasilkan emisi
sebagai produk.
Dalam pendekatan ini, perubahan keanekaragaman hayati dievaluasi dalam
hal implikasinya bagi: a) produksi makanan, bahan bakar, serat, air, bahan genetik
dan senyawa kimia, b) manusia, hewan dan tumbuhan kesehatan, c) rekreasi,
pembaharuan, estetika dan kepuasan spiritual, dan d) perannya dalam
penyangga banyak proses ekologi dan fungsi terhadap pengaruh variasi
lingkungan. Pendekatan ini menyatakan bahwa perubahan dalam keragaman
spesies merupakan sumber dari kedua manfaat dan hasilnya. Banyak manfaat
yang berasal dari ekosistem manusia terutama dikelola secara produktif, sistem
membutuhkan pengurangan dalam kelimpahan hama, predator, patogen dan
pesaing. Kita ingin menghilangkan HIV AIDS dan SARS, cacar dan rinderpes pada
saat yang sama sebagaimana kita ingin menyelamatkan panda, elang botak,
lemur ekor cincin atau redwood raksasa. Campuran spesies yang memaksimalkan
pengiriman satu layanan ekosistem, jarang memaksimalkan pemberian layanan
lainnya.. Secara khusus, keragaman spesies yang memaksimalkan penyerapan
karbon bisa jauh lebih rendah dari keragaman spesies yang memaksimalkan aliran
informasi genetik (Polasky dkk tahun 2005, Nelson dkk 2008). Dalam semua kasus,
tantangan utama adalah untuk menentukan set sesuai fungsi produksi yang
menghubungkan keanekaragaman hayati yang satu dipihak lain dapat berpikir
tentang set aset biologis untuk produksi hal yang manusia butuhkan. Termasuk
perubahan iklim baik sebagai penyebab atau efek keanekaragaman hayati
perubahan berarti termasuk baik dampak keanekaragaman hayati perubahan
iklim atau dampak dari keanekaragaman hayati terhadap perubahan iklim di set
relevan fungsi produksi.
Meskipun hal ini mungkin sulit dilakukan, pendekatan itu sendiri cukup Untuk
memperkirakan nilai perubahan keanekaragaman hayati terkait iklim, kita perlu
memahami (a) dampak dari perubahan penggunaan lahan terhadap iklim dan
karakteristik struktural lainnya dari sistem yang mempengaruhi keanekaragaman
hayati, (b) efek ini pada keragaman fungsional spesies, dan (c) konsekuensi
perubahan dalam keanekaragaman fungsional spesies untuk layanan ekosistem
yang orang peduli secara langsung tentang-seperti penyediaan makanan, bahan
bakar dan serat, obat-obatan, informasi ilmiah, sumber daya genetik, rekreasi,
pariwisata, kemudahan dan kepuasan spiritual. Semakin besar keragaman spesies
dalam kelompok fungsional, semakin besar akan kapasitas sistem untuk terus
menghasilkan pelayanan yang berharga di bawah perubahan iklim. Salah satu
tantangan dalam mengestimasi nilai perubahan keanekaragaman hayati terkait
iklim, adalah bahwa kita tidak memiliki model umum interaksi antara biosfer,
hidrosfer dan atmosfer, dan sistem sosial. Model yang dikembangkan oleh
ekonom lingkungan (dijelaskan dalam lampiran) semua fokus pada masing-
masing komponen sistem umum, dan mencakup hanya seperangkat terbatas
masukan. Model yang digunakan untuk memperkirakan dampak ekonomi dari
perubahan iklim yang sama sangat sederhana, tetapi mereka melakukan upaya
untuk menangkap setidaknya beberapa dari biaya keanekaragaman hayati-
dimediasi dengan perubahan iklim. (Mendelsohn dkk 1998) memperkirakan
dampak untuk pertanian, kehutanan, energi, air dan wilayah pesisir. (Tol 2002)
ditambahkan juga untuk memasukkan dampak pada ekosistem lainnya, serta
kematian dari vector-borne penyakit, dan (Nordhaus dan Boyer 2000)
menambahkan, di samping itu, dampak polusi dan efek pada rekreasi.
Perkiraan jangka panjang biaya kerusakan global yang terkait dengan
perubahan iklim bervariasi secara signifikan, terjadi di manapun dari nol sampai
11 persen dari PDB global. Perkiraan kerusakan berasal dari model penilaian yang
terintegrasi IPCC, yang tidak dapat menggabungkan perubahan aktivitas yang
disebabkan oleh masukan dalam sistem sosio-ekonomi. Stern berpendapat. secara
khusus, ia memperkirakan bahwa masuknya dampak non-pasar pada lingkungan
dan kesehatan manusia akan meningkatkan total biaya bisnis seperti perubahan
iklim biasa dari 5 persen menjadi 11 persen dari PDB, tidak termasuk dampak
'sosial kontingen' seperti ketidakstabilan sosial dan politik (Stern 2006). Laporan
Penilaian Keempat dari IPCC melaporkan peningkatan signifikan dalam
kemampuan untuk memprediksi perubahan tutupan lahan dan kekayaan spesies
yang terkait dengan perubahan iklim, menarik bagi hasil dari pemodelan iklim
amplop (niche-based, atau modeling bioclimatic) dan pemodelan vegetasi global
yang dinamis (Parry dkk 2007). Namun, keterbatasan yang sama pada kapasitas
untuk interaksi model di antara sistem sosial dan biogeofisik berlaku. Hal ini belum
memungkinkan untuk menggunakan pendekatan pemodelan penilaian
terintegrasi dari proyek IPCC, besarnya dampak global perubahan
keanekaragaman hayati karena dampak perubahan iklim, atau dari dampak
perubahan iklim terhadap keanekaragaman hayati. Model-model terbaru dari
dampak ekonomi global perubahan iklim berguna dalam mengidentifikasi area
mana yang mungkin memperoleh dampak yang signifikan, tapi kami tidak dapat
menggunakannya untuk memperkirakan nilai perubahan keanekaragaman hayati
terkait iklim. Kami berada dalam posisi yang lebih baik untuk melakukan analisis
ekuilibrium parsial jangka panjang konsekuensi dari perubahan iklim di sektor-
sektor tertentu atau bioma (TEEB 2009), tetapi bahkan di sini perkiraan nilai yang
sangat tidak pasti.
Implikasi kedua pendekatan jasa ekosistem adalah bahwa sejauh mana efek
keanekaragaman hayati penggunaan lahan atau iklim diperhitungkan tergantung
pada nilai risiko biaya marjinal yang diharapkan dari perubahan keanekaragaman
hayati. Jika nilai pada risiko dari penurunan keanekaragaman fungsional rendah,
pengambil keputusan akan memiliki sedikit keuntungan untuk menghindarinya.
Ini juga mungkin bahwa value at risk (nilai resiko) dari perspektif masyarakat lokal
berbeda dari value at risk dari perspektif lebih jauh komunitas bahwa ada
eksternalitas spasial.. Biaya perubahan keanekaragaman hayati menentukan titik
berat diberikan untuk itu dalam proses pengambilan keputusan. Fakta ini
merupakan inti dari interaksi antara perubahan iklim, keanekaragaman hayati dan
kemiskinan.
Sejak Laporan Brundtland (Komisi Dunia untuk Lingkungan dan
Pembangunan 1987) berpendapat bahwa terdapat hubungan sebab-akibat
antara perubahan lingkungan dan banyak literatur telah memeriksa hubungan
empiris antara pendapatan per kapita (PDB atau PNB) dan berbagai indikator
perubahan lingkungan ( Stern 1998, Stern 2004, Stern dan Umum 2001) untuk
tinjauan literatur dan metode ekonometrik itu mempekerjakan). Sebuah
hubungan berbentuk 'U' terbalik antara pendapatan per kapita dan berbagai
ukuran kualitas lingkungan ditemukan menggunakan data baik cross-sectional
dan panel (Cole dkk tahun 1997, Stern dan Umum 2001). Implikasi dari hal ini
adalah bahwa pertumbuhan ekonomi di negara-negara miskin dikaitkan dengan
memburuknya kondisi lingkungan diukur dengan indikator-indikator.Jika kita
hubungkan, bagaimanapun, berlaku untuk semua indikator lingkungan.).
Markandya (2000, 2001) berpendapat bahwa bahkan jika pengentasan
kemiskinan mungkin tidak meningkatkan kualitas lingkungan, dan mungkin
sebenarnya meningkatkan stres pada lingkungan, perlindungan lingkungan akan
sering menguntungkan orang miskin. Hubungan antara ancaman terhadap
pertumbuhan keanekaragaman hayati dan pendapatan secara umum telah
didekati melalui deforestasi, dan telah menemukan sedikit bukti
(Dietz dan Adger 2003, Majumdar dkk tahun 2006, Mills dan Waite 2009). Untuk
menguji hubungan antara pendapatan dan ancaman terhadap keanekaragaman
hayati tanpa bergantung pada kawasan hutan sebagai proxy, Perrings dan Halkos
(2010) model hubungan antara Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita per
kapita dan ancaman terhadap masing-masing empat kelompok taksonomi -
mamalia, burung, tanaman dan reptil-sementara mengontrol efek dari iklim,
kepadatan penduduk, luas lahan dan status kawasan lindung. Menggunakan
jumlah spesies dalam setiap kelompok taksonomi di bawah ancaman (menurut
2004 Daftar Merah IUCN) sebagai variabel respon, mereka meniru dampak PNB
per kapita dalam sampel dari 73 negara. Kontrol termasuk iklim, total dan
dilindungi luas lahan, dan kepadatan penduduk. Iklim diukur dengan variabel
dummy menunjukkan apakah suatu negara jatuh seluruhnya atau sebagian
dalam iklim khatulistiwa Koppen-Geiger. Luas lahan dikendalikan untuk efek
ukuran setiap negara, dan persentase luas lahan di bawah perlindungan yang
dikendalikan untuk ketersediaan tempat berlindung. Populasi stres adalah proksi
kepadatan penduduk. Mereka menemukan bahwa iklim, luas lahan, tekanan
kepadatan penduduk dan luas lahan di bawah perlindungan, hubungan antara
laba dan spesies terancam ternyata sangat signifikans untuk semua spesies darat.
Titik balik yang berbeda untuk kelompok taksonomi yang berbeda tetapi semua
model yang disediakan cocok dengan data, dan sesuai dengan berbagai tes
diagnostik. Sensitivitas pengaruh iklim dengan tingkat ancaman kemudian
dievaluasi dengan memperkirakan seperangkat model regresi kuantil, hasil yang
melaporkan kedua kuantil (berbayang daerah) dan estimasi OLS (baris) dengan
keyakinan 95 persen interval untuk efek dari iklim pada semua kelompok
taksonomi. Selama tiga dari empat taksonomi kelompok-mamalia, burung dan
reptil-model regresi kuantil konsisten dengan model OLS. Namun, untuk tanaman,
jelas bahwa dampak iklim terhadap status terancam spesies sensitif terhadap
tingkat ancaman. Pengaruh iklim terhadap status terancam spesies yang lebih
besar, semakin besar tingkat ancaman (Perrings dan Halkos 2010). Implikasi
umum hasil mereka adalah bahwa di negara-negara termiskin, pertumbuhan
pendapatan sangat berkorelasi dengan peningkatan tingkat ancaman bagi
keanekaragaman hayati. Ini mencerminkan fakta bahwa negara-negara miskin
juga sangat agraris. Di negara-negara tersebut, pertumbuhan pendapatan
tergantung baik pada pertumbuhan luas pertanian (perluasan lahan pertanian
menjadi daerah yang lebih 'marjinal' yang dinyatakan habitat bagi spesies liar)
dan intensifikasi pertanian (penyederhanaan progresif agroekosistem sebagai
hama, predator dan pesaing 'disiangi' dari sistem). Sementara ada potensi untuk
merancang agroekosistem dengan cara yang mengurangi keanekaragaman
hayati / output pertanian trade-off (Jackson dkk 2007, Brussaard dkk 2010,
Jackson dkk 2010), bukti empiris adalah bahwa di negara-negara berpenghasilan
rendah meningkatkan hasil pertanian memiliki prioritas tertinggi, dan bahwa
dampak konsekuensi pada spesies liar dianggap sebagai biaya yang wajar dari
kegiatan itu. Dalam hal model keanekaragaman hayati yang dijelaskan dalam
lampiran (Brock dan Xepapadeas 2002, Brock dkk 2010), kedua tren menyiratkan
homogenisasi sistem, penurunan diferensiasi niche, dan karenanya penurunan
kekayaan spesies. Keberadaan titik balik menunjukkan bahwa pada beberapa
tingkat pendapatan per kapita dan pada beberapa tingkat ancaman
keanekaragaman hayati nilai marjinal tanah berkomitmen untuk konservasi
keanekaragaman hayati mendominasi nilai marjinal tanah berkomitmen untuk
pertanian, menyebabkan perubahan dalam alokasi sumber daya lahan untuk
memungkinkan diferensiasi niche yang lebih besar. Salah satu dimensi ini adalah
pembentukan kawasan cagar ditandai dengan tingkat heterogenitas yang tinggi
(baik di daerah heterogen beberapa besar atau sejumlah daerah yang lebih kecil
didistribusikan di seluruh gradien ekologi). Dimensi kedua adalah pembentukan
ceruk terpisah dalam agroekosistem yang ada (melalui, misalnya, promosi riparian
koridor). Bukti pada dimensi masalah biosekuriti adalah sama berbeda di negara-
negara maju dan berkembang. Jika kita mengambil hama terkait perdagangan
dan risiko patogen, fakta bahwa negara-negara maju memiliki tingkat lebih tinggi
dari impor berarti bahwa mereka lebih berisiko terkena perkenalan. Pada saat
yang sama, kemungkinan bahwa spesies diperkenalkan akan membangun dan
menyebarkan tergantung pada kesehatan masyarakat, upaya sanitary dan
phytosanitary yang dilakukan oleh suatu negara. Sejak kesehatan masyarakat,
upaya sanitasi dan phytosanitary akan meningkat sampai ke titik di mana manfaat
marjinal (kerusakan dihindari) adalah sama dengan biaya marjinal dari upaya itu,
kita harapkan tingkat yang lebih besar usaha di negara-negara dimana nilai pada
risiko yang lebih tinggi. Jadi sementara negara-negara maju yang lebih terbuka,
mereka juga lebih banyak berinvestasi dalam kesehatan masyarakat, sanitary dan
phytosanitary.
Hasil ini adalah bahwa negara-negara berkembang umumnya lebih terkena hama
merusak dan patogen. Misalnya, Pimentel (2001) memperkirakan dari biaya
kerusakan yang terkait dengan hama tanaman diperkenalkan pada pilihan maju
dan negara kurang berkembang pada 1990-an yang direproduksi pada Tabel 1.
Spesies invasif menyebabkan biaya kerusakan diperkirakan sebesar 53 persen dari
PDB pertanian di Amerika Serikat, 31 persen di Inggris dan 48 persen di Australia.
Dengan biaya kerusakan kontras di Afrika Selatan, India dan Brazil diperkirakan
masing-masing 96 persen, 78 persen dan 112 persen dari PDB pertanian.
Perbedaan paparan ini sangat mudah untuk melihat dalam kasus penyakit hewan,
seperti perbedaan dalam respon. Sampai saat ini Badan Kesehatan Hewan Dunia
(Office Internationale epizootic - OIE) dikategorikan spesies dilaporkan itu baik
menurut tingkat mereka menyebar dan potensi kerusakan. Satu kategori, Daftar
spesies A, terdiri penyakit menular dengan potensi penyebaran yang sangat serius
dan cepat, biaya kerusakan yang signifikan dan efek negatif yang berpotensi
besar pada kesehatan masyarakat. Sebuah kategori kedua, spesies Daftar B, terdiri
penyakit menular dengan biaya kerusakan sedikit kurang signifikan. Analisis
hubungan antara jumlah wabah dalam setiap kategori penyakit dan nilai pada
risiko menunjukkan bahwa sementara wabah penyakit yang paling (yaitu, Daftar
B penyakit) meningkat dengan volume impor, wabah penyakit List A menurun
(Perrings dan lain-lain 2010b). Implikasinya adalah bahwa untuk kelas ini negara
hama di mana nilai pada risiko tinggi menerapkan cukup ketat tindakan sanitasi
untuk mengimbangi risiko OPT terkait dengan tingginya tingkat impor.
Karena persepsi umum (dilaporkan di atas) adalah bahwa negara-negara
miskin lebih bergantung pada keanekaragaman hayati, dan karena itu lebih
sangat dipengaruhi oleh iklim akibat perubahan keanekaragaman hayati, hasil ini
menimbulkan pertanyaan penting. Persepsi umum tercermin dalam perkiraan
terbaru kekayaan inklusif (kekayaan alam termasuk aset-aset lingkungan, termasuk
tidak tunduk pada hak properti yang didefinisikan dengan baik) (World Bank,
2006). Dengan perkiraan kekayaan Bank Dunia, negara-negara berpenghasilan
rendah secara signifikan lebih tergantung pada modal alam dari negara-negara
menengah dan berpenghasilan tinggi. Lebih khusus, modal alam diperkirakan
untuk memperhitungkan 26 persen dari kekayaan per kapita di negara-negara
berpenghasilan rendah, tetapi hanya 2 persen di negara-negara berpenghasilan
tinggi (World Bank, 2006). Ini mencerminkan pangsa relatif sektor pertanian,
kehutanan, dan pertambangan dalam PDB, dan fakta bahwa aset yang dirancang
untuk menambah nilai sumber daya alam dikecualikan. Hal ini juga
mencerminkan bagian yang lebih besar dari angkatan kerja bekerja di sektor-
sektor di negara-negara low income. Namun nilai pada risiko dari menurunnya
keanekaragaman fungsional di bidang pertanian mencerminkan nilai tambah
dalam industri berbasis pengolahan sumber daya alam hayati. Demikian pula nilai
beresiko dari hama invasif dan patogen mencerminkan baik nilai tambah di sektor-
sektor yang terkena dampak dan pendapatan orang-orang yang kesehatan dan
kehidupan berada di bawah ancaman. Bahkan, kunci jasa ekosistem terkait iklim
yang didukung oleh keanekaragaman hayati adalah semua layanan yang
mengatur, yang penting tergantung sebagian pada value at risk dan sebagian
pada faktor-faktor yang mengancam nilai tersebut. Mereka termasuk:
• Macroclimatic regulasi (melalui penyerapan karbon dan pengelolaan efek
albedo)
• iklim mikro regulasi (melalui efek kanopi lokal)
• Hidrologi regulasi (mitigasi dampak hidrologi dari perubahan iklim melalui
perlindungan DAS)
• Peraturan Tanah (mitigasi konsekuensi dari perubahan iklim untuk erosi melalui
tutupan vegetasi)
• Pemeliharaan kapasitas adaptif (melalui konservasi in situ keragaman kelompok-
termasuk fungsional ras tanah dan kerabat liar).
Semua layanan ini juga bersama-sama diproduksi dengan penyediaan,
kultural atau jasa pendukung. Bahkan, itu adalah fitur karakteristik ekosistem,
bahwa keanekaragaman hayati masing-masing mendukung menawarkan
berbagai manfaat pada skala spasial dan temporal yang sangat berbeda. (Perrings
dan Gadgil 2003) disebut 'berlapis' barang publik didukung oleh keanekaragaman
hayati dalam satu lokasi, dengan alasan bahwa hasil konservasi berbagai manfaat
di samping perlindungan dari kolam gen global. Secara khusus, ia mendukung
layanan ekosistem yang merupakan barang publik setempat. Ini adalah kurang
sensitif terhadap kekayaan spesies atau endemis, dan dihubungkan lebih erat
dengan produktivitas dan ketahanan dikelola, ekosistem produktif. Mereka
berpendapat bahwa setiap strategi konservasi mengabaikan kepentingan publik
lokal berpotensi membahayakan kapasitas sistem lokal untuk mendukung orang-
orang yang paling langsung tergantung pada mereka. Jadi, misalnya, konservasi
keanekaragaman hayati dalam sistem pertanian menyiratkan perlindungan
keanekaragaman antar-spesifik dan intra-spesifik cukup untuk menanggung
produktivitas sistem. Ini melibatkan sejumlah layanan seringkali cukup terlokalisasi:
operasi siklus hidrologi termasuk banjir kontrol dan pasokan air, asimilasi limbah,
daur ulang nutrisi, konservasi dan regenerasi tanah, penyerbukan tanaman dan
sebagainya.
Oleh karena itu, keuntungan keuangan diberikan kepada pemilik lahan lokal
harus mencerminkan baik global dan barang publik lokal dijamin melalui
konservasi keanekaragaman hayati. Indikator terbaik saat kami bersama-
willingnessto membayar untuk barang-barang publik lingkungan adalah sistem
pembayaran jasa ekosistem (PES) yang dirancang untuk mendukung berbagai
layanan ekosistem (Arriagada 2008, Arriagada dan Perrings 2009, Engel dkk 2008,
Ferraro dan Cium 2007, Ferraro dan Simpson 2002, Pagiola 2008, Swart 2003,
Wunder 2007, Wunder dkk 2008). Skema PES dimaksudkan untuk mendorong
pemilik lahan untuk memasukkan nilai marjinal perubahan jasa ekosistem ke
dalam keputusan keuangan mereka (Rojas dan Aylward 2003). Di belahan dunia
mereka telah memiliki sejarah panjang. Di Eropa, misalnya, Kebijakan Pertanian
Bersama (CAP) mulai beroperasi di tahun 1962, dan skema agro-lingkungan telah
didukung oleh kebijakan bahwa karena mereka diperkenalkan pada reformasi
CAP 1992. Skema ini mendorong petani untuk konservasi tanah pertanian,
meningkatkan kualitas air, mengelola perikanan, dan melindungi padang gurun di
lahan pribadi (Komisi Eropa Direktorat Jenderal Pertanian dan Pembangunan
Pedesaan 2007). Ratusan skema PES saat ini sedang dilaksanakan meliputi empat
layanan utama ekosistem: perlindungan DAS, penyerapan karbon, kemudahan
lanskap, dan konservasi keanekaragaman hayati. Banyak skema PES saat ini
pengaturan tingkat lokal dan berasal dari munculnya spontan pasar swasta.
Skema tersebut cenderung sederhana dalam skala, dan akan difokuskan pada
pariwisata berbasis alam dan perlindungan DAS kecil. Skema PES yang lebih besar
cenderung didorong pemerintah, bekerja di tingkat negara bagian dan propinsi
(misalnya di Australia, Brazil, Cina, dan Amerika Serikat), atau di tingkat nasional
(misalnya, Kolombia, Kosta Rika, Cina, dan Meksiko) (Arriagada dan Perrings
2009). Di Kosta Rika, misalnya, Program Pembayaran Jasa Lingkungan (PSA)
adalah program tertua pembayaran untuk jasa ekosistem di daerah tropis. Hal ini
dirancang konservasi hutan untuk memastikan berbagai layanan ekosistem, dan
telah memiliki pengaruh signifikan secara statistik dan positif terhadap
pembentukan hutan baru (yaitu, efek positif pada kenaikan hutan dan deforestasi)
(Arriagada 2008). Hal ini juga berpengaruh positif di daerah saat ini tidak
dilindungi oleh program (yaitu, efek spillover positif) yang telah meningkatkan
penyerapan karbon dan stabilisasi tanah. Karena jasa ekosistem cenderung
diproduksi bersama, skema PES yang khusus layanan-yaitu, yang menawarkan
insentif untuk memproduksi satu dari sejumlah ekosistem non-dipasarkan layanan
cenderung tidak efisien. Karena arus keuangan untuk pengurangan emisi gas
rumah kaca dari REDD bisa mencapai hingga US $ 30 miliar per tahun skema
memiliki potensi untuk mencapai pengurangan yang berarti dalam emisi karbon /
peningkatan penyerapan karbon sementara juga menghasilkan layanan
tambahan dan mempertahankan ketahanan sistem lokal untuk iklim guncangan.
Sementara skema sedang diujicobakan di sembilan negara-Republik Demokratik
Kongo, Tanzania, Zambia, Indonesia, Papua Nugini, Vietnam, Bolivia, Panama dan
Paraguay-diharapkan akan diluncurkan ke seluruh negara-negara berkembang.
Pada tahap awal skema, namun, kurangnya persyaratan dalam pembayaran
membuat tidak mungkin bahwa hal itu akan menjadi efisien. Hal ini diperburuk
dengan fakta bahwa REDD kemungkinan akan mencakup bantuan
pembangunan resmi yang akan menjadi independen dari emisi atau sekuestrasi
karbon (Dutschke dan Angelsen 2008, dkk Blom 2010). Tujuannya,
bagaimanapun, adalah untuk bergerak secara bertahap menuju suatu keadaan
dimana pembayaran tersebut tergantung pada kinerja yang diamati (Angelsen
dkk 2009). Karena jasa ekosistem terkait iklim yang span sejumlah barang publik
pada beberapa tingkat, efisiensi program akan beristirahat pada kapasitasnya
untuk menampung lebih dari sekedar emisi karbon. Ini akan, khususnya, harus
mampu untuk mengatasi masalah kelembagaan yang ada di balik kegagalan
pasar itu menetapkan ke alamat-terutama masalah hak milik dan tata kelola
sumber daya kolam renang umum (Miles dan Kapos 2008, Phelps dkk 2010 ).
Dalam kasus skema REDD, fokus asli pada penyerapan karbon adalah
bermasalah untuk persis alasan ini. Perluasan skema untuk memasukkan berbagai
layanan-REDD plus lain-dapat mengurangi risiko bahwa hal itu akan tidak efisien,
tetapi tidak adanya mekanisme untuk mengkonversi pembayaran REDD ke
berbagai insentif layanan khusus untuk tanah-pengguna, ini sama sekali tidak
tertentu. Dalam kasus lain ada upaya untuk 'bundel' berbagai layanan bersama
untuk dijual, atau menggabungkan pembayaran dari beberapa pembeli. Di sektor
kehutanan, misalnya, pemerintah telah memulai skema PES yang secara
bersamaan melindungi keanekaragaman hayati atau keindahan bentang alam,
perlindungan DAS dan penyerapan karbon (Wunder dkk 2008, Engel dkk 2008)..

E. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KEHILANGAN KEANEKARAGAMAN


HAYATI
Untuk seluruh aspek keanekaragaman hayati, kecepatan saat perubahan dan
kerugian ratusan kali lebih cepat dari sebelumnya dalam sejarah dan kecepatan
tidak menunjukkan indikasi melambat. Hampir semua ekosistem bumi telah secara
dramatis berubah melalui tindakan manusia, misalnya, 35% mangrove dan 20%
dari daerah terumbu karang telah hilang.
Lahan di mana perubahan telah sangat cepat selama dua dekade terakhir
meliputi:
• lembah Amazon dan Asia Tenggara (deforestasi dan perluasan lahan
pertanian);
• Asia (degradasi lahan di lahan kering), dan
• Bangladesh, Lembah Indus, bagian dari Timur Tengah dan Asia Tengah, dan
wilayah Great Lakes di Afrika Timur.
Di seluruh dunia, ekosistem terus dikonversi untuk lahan pertanian dan lainnya
dengan kecepatan konstan selama setidaknya abad terakhir. Konversi telah lebih
lambat di daerah, seperti hutan Mediterania, di mana lahan yang paling cocok
untuk pertanian sudah dikonversi oleh 1950 dan di mana mayoritas habitat asli
sudah hilang.
Kepunahan spesies adalah bagian alami dari sejarah bumi. Namun, selama
100 tahun terakhir manusia telah meningkatkan tingkat kepunahan oleh
setidaknya 100 kali dibandingkan dengan tingkat alamiah. Tingkat kepunahan
saat ini jauh lebih besar daripada tingkat di mana spesies baru muncul, yang
mengakibatkan kerugian bersih keanekaragaman hayati. Dalam kelompok
dipelajari dengan baik (runjung, sikas, amfibi, burung, dan mamalia), antara 12%
dan 52% spesies terancam punah, menurut IUCN Red List). Secara umum spesies
yang paling terancam adalah mereka yang lebih tinggi dalam rantai makanan,
memiliki kepadatan penduduk yang rendah, hidup lama, mereproduksi perlahan,
dan hidup dalam wilayah geografis yang terbatas. Dalam banyak kelompok
spesies, seperti amfibi, mamalia Afrika, dan burung-burung di lahan pertanian,
sebagian besar spesies telah menghadapi penurunan ukuran populasi mereka,
penyebaran geografis mereka, atau keduanya. Pengecualian hampir selalu karena
intervensi manusia, seperti perlindungan cadangan, atau untuk spesies yang
cenderung untuk berkembang dalam bentang alam yang didominasi manusia.
The Living Planet Index yang disusun oleh WWF merupakan indikator tren dalam
kelimpahan keseluruhan spesies liar. Antara 1970 dan 2000, hal ini menunjukkan
penurunan di semua lingkungan.
Sejak tahun 1960, intensifikasi sistem pertanian ditambah dengan spesialisasi oleh
pemulia tanaman dan efek harmonisasi globalisasi telah menyebabkan
penurunan substansial dalam keragaman genetik tanaman dan hewan. Hari ini
sepertiga dari 6 sampai 500 keturunan spesies domestik terancam punah.
Membandingkan berbagai jenis pengukuran hilangnya keanekaragaman hayati
tidak sederhana. Tingkat perubahan dalam satu aspek keanekaragaman hayati,
seperti hilangnya kekayaan spesies, tidak selalu mencerminkan perubahan lain,
seperti kehilangan habitat. Selain itu, fakta bahwa distribusi spesies di Bumi
menjadi lebih homogen sebagai akibat dari aktivitas manusia merupakan
hilangnya keanekaragaman hayati yang sering terlewat ketika hanya
mempertimbangkan perubahan dalam hal jumlah total spesies.
Faktor-faktor apa yang menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati ?
Apa yang dimaksud dengan "driver" dan bagaimana hal itu mempengaruhi
keanekaragaman hayati? Faktor alam atau manusia yang menyebabkan yang
secara langsung atau tidak langsung menyebabkan perubahan dalam
keanekaragaman hayati disebut sebagai driver
• driver langsung yang secara eksplisit mempengaruhi proses ekosistem. termasuk
perubahan penggunaan lahan, perubahan iklim, spesies invasif, eksploitasi
berlebihan, dan polusi.
• driver tidak langsung, seperti perubahan dalam populasi manusia, pendapatan
atau gaya hidup, bergerak lebih dalam, dengan mengubah satu atau lebih
driver langsung.
Beberapa driver langsung dari perubahan lebih mudah untuk mengukur
daripada yang lain, misalnya, penggunaan pupuk, konsumsi air, irigasi, dan
panen. Untuk pembalap lain, indikator tidak dikembangkan dengan baik dan data
pengukuran kurang tersedia mudah. Ini adalah kasus untuk non-pribumi spesies,
perubahan iklim, konversi lahan dan fragmentasi bentang alam.
Perubahan keanekaragaman hayati didorong oleh kombinasi dari driver yang
bekerja dari waktu ke waktu, pada skala yang berbeda, dan yang cenderung
memperkuat satu sama lain. Misalnya, pertumbuhan penduduk dan pendapatan
dikombinasikan dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan perubahan
iklim.
Lima driver langsung utama yang mempengaruhi keanekaragaman hayati adalah:
• Perubahan Kegiatan ekonomi: kegiatan ekonomi global sekarang hampir tujuh
kali apa itu 50 tahun yang lalu dan diperkirakan akan tumbuh lebih lanjut. Yang
banyak proses globalisasi telah menghilangkan hambatan regional,
melemahnya koneksi nasional, dan meningkatkan saling ketergantungan
antara orang-orang dan antar bangsa.
• Perubahan Populasi: Populasi dunia telah dua kali lipat dalam empat puluh
tahun terakhir, mencapai 6 miliar pada tahun 2000. Fakta bahwa semakin
banyak orang tinggal di kota meningkatkan permintaan untuk makanan dan
energi dan dengan demikian tekanan terhadap ekosistem.
• Faktor Sosial-Politik: Kecenderungan menuju lembaga-lembaga demokrasi
selama 50 tahun terakhir telah memungkinkan bentuk-bentuk baru
pengelolaan sumber daya lingkungan.
• Faktor Budaya dan Agama; Budaya kondisi persepsi individu dari dunia, dan
penetapan prioritas mereka, misalnya dalam hal konservasi.
• Sains dan Teknologi: Pengembangan dan difusi pengetahuan dan teknologi
ilmiah di satu sisi dapat memungkinkan untuk meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan sumber daya dan di sisi lain menyediakan sarana untuk
meningkatkan eksploitasi sumber daya alam.
Driver langsung yang berbeda sangat penting dalam ekosistem yang berbeda.
Secara historis, habitat dan perubahan penggunaan lahan telah memiliki dampak
terbesar pada keanekaragaman hayati di semua ekosistem, tetapi perubahan iklim
dan polusi diproyeksikan semakin mempengaruhi semua aspek
keanekaragaman hayati. Eksploitasi berlebihan dan spesies invasif telah begitu
penting juga dan terus menjadi pendorong utama perubahan dalam
keanekaragaman hayati. Selama 50 tahun terakhir, driver langsung yang paling
penting dari perubahan adalah misalnya pada ekosistem darat perubahan
tutupan lahan, terutama lahan di konversi menjadi lahan pertanian. Hanya daerah
tidak cocok untuk tanaman tanaman, seperti padang pasir, hutan boreal, dan
tundra, tetap relatif utuh. Deforestasi dan degradasi hutan saat ini sangat luas di
daerah tropis.Hampir seperempat dari permukaan bumi saat ini ditutupi oleh
sistem budidaya.
Dalam ekosistem laut: memancing adalah tekanan manusia utama yang langsung
mempengaruhi struktur, fungsi, dan keanekaragaman hayati lautan. Di semua
lautan, sejumlah stok ikan kemungkinan akan mengalami penurunan yang sangat
tajam karena mereka telah ditangkap atau dipancing di atas kemampuan
bereproduksinya sampai tingkat berkelanjutan maksimum. Setelah mengalami
puncaknya pada akhir 1980-an, jumlah global ikan yang dapat diambil mengalami
penurunan.
Dalam ekosistem air tawar: perubahan air, seperti pembangunan bendungan
besar, spesies invasif, yang dapat menyebabkan kepunahan spesies, dan polusi,
seperti eutrofikasi.
Bagaimana driver yang langsung secara spesifik mempengaruhi keanekaragaman
hayati?
1. Gangguan alami (seperti kebakaran) atau perubahan penggunaan lahan
(seperti pembangunan jalan) menyebabkan fragmentasi hutan. Perubahan
habitat tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap keanekaragaman
hayati, sebagai fragmen kecil dari habitat hanya dapat mendukung populasi
kecil yang cenderung lebih rentan terhadap kepunahan.
2. spesies asing invasif yang membangun dan menyebar di luar distribusi normal
mereka telah menjadi penyebab utama kepunahan. Hal ini terutama
mempengaruhi pulau dan habitat air tawar dan terus menjadi masalah di
banyak daerah, sebagai langkah pencegahan yang efektif masih kurang. Di
Selandia Baru, misalnya, tanaman telah diperkenalkan pada tingkat 11 spesies
per tahun sejak pemukiman Eropa pada tahun 1840.
3. Eksploitasi berlebihan tetap menjadi ancaman serius bagi banyak spesies,
seperti ikan laut dan invertebrata, pohon, dan hewan diburu untuk diambil
dagingnya. Kebanyakan industri perikanan yang baik penuh atau dieksploitasi,
sementara teknik penangkapan ikan yang merusak merugikan muara dan
lahan basah. Para eksploitasi berlebihan dari hewan liar adalah dalam situasi
yang sama, di mana tingkat berkelanjutan eksploitasi yang kurang dipahami,
dan menangkap sulit untuk mengelola secara efektif. Perdagangan tumbuhan
dan satwa liar dan turunannya diperkirakan mencapai hampir $ 160 miyar per
tahun. Karena perdagangan ini melintasi batas-batas negara, upaya untuk
mengaturnya membutuhkan kerjasama internasional untuk melindungi
spesies tertentu dari eksploitasi yang berlebihan.
4. Selama empat dekade terakhir, tingkat berlebihan nutrisi dalam tanah dan air
telah muncul sebagai salah satu yang paling penting pemicu perubahan
ekosistem di darat, air tawar, dan ekosistem pesisir. Lebih dari setengah dari
semua pupuk nitrogen sintetis yang pernah digunakan di Bumi telah
digunakan sejak tahun 1985, dan menggunakan fosfor sekarang tiga kali apa
yang mereka lakukan pada tahun 1960. Jumlah total nitrogen dibuat tersedia
bagi organisme oleh aktivitas manusia sekarang melebihi bahwa dari semua
sumber alam digabungkan. Penambahan berlebihan nitrogen dan fosfor
untuk sistem air tawar atau laut pesisir dapat menyebabkan tanaman
berlebihan dan pertumbuhan alga (eutrofikasi) dan kekurangan oksigen serta
masalah lingkungan lainnya.
5. Perubahan iklim akan semakin parah dampak pada layanan ekosisitem akan
lebih besar dibandingkan manfaatnya di sebagian besar dunia. Perubahan
iklim diperkirakan memberikan dampak negatif secara global pada
keanekaragaman hayati antara lain :
a. Memperburuk kondisi hilangnya keanekaragaman hayati dan resiko
kepunahan
b. Ketersedian dan kaulitas air akan menurun di banyak darah kering dan
semi kering
c. Resiko banjir dan kekeringan akan lebih sering terjadi
d. Kehandalan tehnaga air dan biomassa di beberapa daerah akan
berkurang
e. Penigkatan bebepara penyakit seperti malaria, demam berdarah dan
kolera begitu juga berbagai maslah kesehatan yang berhubungan
dengan suhu yang panas, kekurangan gizi dan bencana alam
f. Produktifitas pertanian dan perikanan terus menurun
g. Penurunan kemampuan spesies tumbuhan dan hewan untuk bertahan
hidup di daerah yang terlah terfragmentasi dan juga bermigrasi
F. UPAYA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK MELESTARIKAN KEANEKARAGAMAN
HAYATI
Upaya-upaya yang dapat dan harus dilakukan untuk melestarikan
keanekaragaman hayati adalah sangat penting dilaksanakan oleh semua orang di
semua negara jika memang ingin terus dapat hidup dan menjaga kelangsungkan
hidupnya. Karena efek yang akan dihadapi sangatlah besar pada semua
organisme termasuk kita manusia jika tidak segera mengambil langkah-langkah
yang jelas dan strategis untuk melestarikan lingkungan pada umumnya dan
keanekaragaman hayati pada khususnya. Semua pihak harus sadar dan
menyadari arti pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati, karena hal ini
merupakan suatu langkah yang penting dalm rangka untuk terus melangsungkan
kehidupan di atas permukaan dunia ini.
Telah disepakati oleh para akhli dari hasil konfrensi Biodiversity se dunia 4
skenario yang dapat diambil dalam mengeksplorasi keanekaragaman hayati di
masa depan dan peningkatan kesejahteraan manusia 50 tahun berikutnya
bahkan seterusnya. Keempat skenario itu adalah :
1. Orkestrasi Global ialah skenario yang menggambarkan sebuah masyarakat
global yang saling berhubungan dalam perdagangan dan liberalisasi ekonomi
mengambil pendekatan pada permasalahan ekosistem
2. Order kekuatan ialah skenario yang merupakan regionalisai dan
terfragmentasi berkaitan dengan keamanan dan perlindungan juga membuat
pendekatan pada permasalahan ekosisitem
3. Adaptasi Mozaik ialah Permasalahan Ekosisitem dimasukan dalam kegiatan
politik dan ekonomi
4. Techno garden ialah skenario yang menghubungkan dunia secara global
mengandalkan kekuatan teknologi untuk memberikan dan meningkatan
layanan ekosistem.
Empat skenario di atas itulah yang akan diambil dalam menjaga kelestarian
kenaekaragama hayati dan mencoba terus meningkatkan kesejahteraan manusi
tanpa merusak ekosistem dan mempercepatan kehilangan keanekaragama hayati.
Beberapa upaya yang telah diambil dan atau yang akan diambil oleh kita
antara lain :
1. Memberikan pendanaan (investasi) yang besar dan siap pakai untuk program
pelestarian keanekaragaman hayati, hal ini telah dibuktikan bahwa
pertumbuhan yang stabil dalam keanekragaman hayati selama 20 tahun
terakhir, karena Bank Dunia telah menyetujui 598 proyek yang sepenuhnya
atau sebagian mendukung konservasi keanekaragaman hayati dan
pemanfaatannya yang berkelanjutan.
2. Setiap negara di seluruh dunia didorong pemerintahannya untuk
mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati, institusi yang kuat
diperlukan untuk menjalankan program ini. Pemerintah harus terlibat
langsung dalam pembuatan undang-undang dan kebijakan dari
pemerintahan pusat sampai daerah untuk terus mengembangkan semua
kebijakan yang berorientasi menjaga sumber daya alam dan ekosisitem secara
berkelanjutan. Kerjasama internasional dikembangkan untuk berkomitmen
meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati dan mempromosikan
pemanfaatan sumber daya hayati secara berkelanjutan.
3. Membuat dan memperluas kawasan hutan lindung baru, perencanaan
konservasi dan koridor biologis diberbagai belahan dunia karena kawasan
hutan lindung merupakan landasan konservasi keanekaragaman hayati dan
penyangga yang berharga terhadap dampak perubahan iklim. Dalam kegiatan
ini merupakan suatu hal yang sangat penting untuk meningkatkan
keterlibatan organisasi masyarakat dalam pelaksanaannya dan memberikan
peranan yang penting dalam pengelolaan sumber daya yang berkelanjutan
dan konservasi keanekaragaman hayati. Kawasan lindung, dan habitat alam di
dalamnya, dapat melindungi daerah aliran sungai dan mengatur aliran air,
mencegah erosi tanah, pengaruh curah hujan dan iklim setempat,
melestarikan sumber daya terbarukan dan sumber genetik, dan melindungi
pemuliaan tanaman dan hewan, penyerbuk alami, dan penyebar biji, yang
menjaga kesehatan ekosistem. Hutan dataran banjir dan mangrove pesisir
bertindak sebagai penjaga keamanan terhadap bahaya alam seperti banjir dan
badai, sementara lahan basah alami merupakan filter polutan dan berfungsi
sebagai pembibitan untuk perikanan lokal.
4. Menjaga konektivitas dan koridor yang jelas dalam menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati
5. Mengelola Sumber daya Kelautan, karena lautan merupakan reservoir karbon
yang terbesar yaitu 50 kali lebih banyak dibandingkan dengan karbon yang
ada di atmosfer saat ini.
6. Menghargai jasa/manfaat ekosistem. Melindungi hutan dan ekosistem alam
lainnya dapat memberikan manfaat sosial, ekonomi, dan lingkungan, baik
secara langsung melalui manajemen yang lebih berkelanjutan sumber daya
hayati dan secara tidak langsung melalui perlindungan jasa ekosistem. Habitat
pegunungan, misalnya, memberikan beberapa ekosistem, konservasi tanah,
dan manfaat DAS. Mereka sering pusat endemisme, Pleistosen perlindungan,
dan populasi sumber untuk pemulihan lebih habitat dataran rendah.
Ekosistem pegunungan berperan dalam mempengaruhi curah hujan dan iklim
pada tingkat lokal dan regional, membantu menahan pemanasan global
melalui penyerapan dan penyimpanan karbon dalam tanah dan biomassa
tanaman.
7. Mengurangi emisi gas rumah kaca. Mitigasi Biologi gas rumah kaca dapat
terjadi melalui (a) konservasi sumber karbon yang ada (misalnya, menghindari
deforestasi), (b) penyerapan dengan meningkatkan ukuran daerah
penyerapan karbon (misalnya melalui aforestasi dan reboisasi), dan (c)
substitusi energi bahan bakar fosil dengan menggunakan biomassa modern.
8. Aforestasi dan Reboisasi. Aforestasi dan reforestasi proyek akan berdampak
pada keanekaragaman hayati tergantung pada penggunaan lahan /
ekosistem yang diganti dan manajemen yang diterapkan. Reboisasi lahan
terdegradasi memiliki potensi untuk menghasilkan manfaat terbesar bagi
keanekaragaman hayati, terutama dengan hati-hati memilih jenis dan
pemilihan lokasi, dengan menanam spesies asli dan upaya untuk
mengakomodasi berbagai kebutuhan satwa liar asli. Perkebunan atau
reboisasi alami dapat berkontribusi pada kemampuan penyebaran beberapa
spesies dengan memperluas wilayah habitat hutan atau menyediakan
konektivitas antara patch habitat dalam lanskap sebelumnya terfragmentasi.
Bahkan perkebunan tunggal spesies dapat memberikan beberapa manfaat
bagi keaneka-ragaman hayati lokal jika mereka menggabungkan fitur seperti
mempertahankan perbatasan hutan asli di sepanjang tepi sungai atau
melindungi lahan basah alami. Sebaliknya, penanaman dengan spesies eksotis
yang tumbuh cepat, atau spesies yang dikenal dengan potensi untuk menjadi
invasif, cenderung memiliki beberapa manfaat bagi keanekaragaman hayati,
juga dapat memberikan manfaat langsung lainnya dengan mengurangi erosi
tanah atau menyediakan sumber yang siap seperti kayu bakar dan kayu.
Perkebunan spesies pohon asli akan mendukung keanekaragaman hayati
lebih dari spesies eksotik. Perkebunan jenis pohon campuran biasanya akan
mendukung keanekaragaman hayati lebih dari monokultur, terutama jika
dirancang untuk memungkinkan kolonisasi dan pembentukan komunitas
tumbuhan yang lain menjadi lebih beragam
9. Mengurangi deforestasi karena sekitar 20 % gas rumah kaca terbentuk
disebabkan oleh deforestasi dan perubahan penggunaan lahan secara global.,
terutama di daerah tropis. Seperti Indonesia dan Brazil yang temasuk memiliki
kekayaan biologis, menyumbang hampir 54 % emisi gas rumah kaca dan
hilangnya hutan. Di Indonesia sebagian besar emisi gas rumah kaca berasal
dari deforestasi dan pembukaan lahan, termasuk pembukaan dan pembakaran
lahan hutan rawa gambut untuk produksi pertanian dan kelapa sawit.
10. Mempertahankan lahan gambut, rawa-rawa dan lahan basah
11. Memulihkan padang rumput karena mampu memperbaiki sejumlah besar
karbon dalam tanah dan tutupan vegetasi, padang rumput yang dikelola
dengan baik merupakan wastafel besar karbon global. Perubahan vegetasi
padang rumput karena penggembalaan, konversi ke lahan tanaman,
desertifikasi, kebakaran, fragmentasi, dan pengenalan non-pribumi spesies
mempengaruhi kapasitas penyimpanan karbon mereka, dan mungkin dalam
beberapa kasus bahkan menyebabkan sumber bersih C02. Sebagai contoh,
telah menemukan bahwa padang rumput mungkin kehilangan 20 sampai 50
persen kandungan karbon organik tanah mereka melalui budidaya, erosi
tanah, dan degradasi lahan.
12. Meningkatkan pelayanan ekosistem
13. Melindungi terumbu karang. Terumbu karang adalah sumber penting laut
yang berada di bawah ancaman dari perubahan iklim. Mereka mendukung
keanekaragaman hayati dan memberikan siklus nutrisi dalam lingkungan laut.
Kehancuran mereka sinyal ancaman bagi kemampuan laut menyimpan karbon
14. Berinvestasi pada energi alternatif PLTA dan sumber energi terbarukan lainnya
seperti solusi energi angin dan gelombang memiliki potensi signifikan untuk
mengurangi perubahan iklim dengan mengurangi intensitas gas rumah kaca
dari produksi energi.
15. Membangun Kemitraan kemitraaan baru untuk pelestarian keanekaragaman
hayati dan menangani perubahan iklim serta mencegah percepatan
kehilangan keanekaragam hayati dan mencegah faktor penyebab perubahan
iklim. Beberapa langkah yang telah dilakukan antara lain adanya kemitraan
antara bank Dunia dan GFP yang menyediakan platform untuk mencapai
kemajuan dalam hal berikut di tahun 2015 yaitu : (a) menciptakan lingkungan
yang kondusif bagi kegiatan kehutanan berbasis karbon (b) mempromosikan
penggunaan hutan untuk pengentasan kemiskinan dalam kondisi perubahan
iklim; (c) pertumbuhan yang signifikan dikelola secara lestari, dan
perdagangan yang legal, hasil hutan dan perluasan kawasan hutan dikelola
secara bertanggung jawab, (d) peningkatan pembentukan, manajemen, dan
dana yang dipersiapkan secara keberlanjutan untuk kawasan hutan lindung,
dan (e) penurunan luas hutan primer dikonversi menjadi alternatif
penggunaan lahan.
16. Adaptasi pembangunan terhadap perubahan iklim dan keanekaragaman
hayati. Adaptasi akan menjadi bagian yang semakin penting dari agenda
pembangunan. Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan ekosistem alam
dan manajemen yang berkelanjutan sumber daya alam dan tanaman
pertanian dapat memainkan peran penting dalam strategi adaptasi. Kegiatan
adaptasi dapat memberikan dampak positif terhadap keanekaragaman hayati
melalui:
1. Memelihara dan memulihkan ekosistem asli
2. Melindungi dan meningkatkan jasa ekosistem
3. aktif mencegah, dan mengendalikan, spesies asing invasif
4. Mengelola habitat langka, terancam, dan hampir punah
5. sistem agroforestri berkembang di zona transisi antara ekosistem
6. hasil Monitoring dan mengubah manajemen sesuai kebutuhan
17. Konektivitas Landscape. Mempertahankan konektivitas antara habitat alami
dan sepanjang gradien ketinggian akan menjadi kunci strategi untuk
memungkinkan spesies tanaman dan hewan untuk beradaptasi dengan
perubahan iklim. Koridor habitat alam dalam mengubah hubungan lanskap
produksi dan kawasan lindung memberikan kesempatan bagi spesies untuk
bergerak dan mempertahankan populasi yang layak
18. Adaptasi di Landscapes Pertanian Perubahan iklim dan pola curah hujan yang
diharapkan memiliki dampak signifikan pada produktivitas pertanian, terutama
di daerah kering dan semi-kering
19. Mengurangi Kerentanan. Perlindungan, pemulihan habitat alam, dan / atau
pembentukan biologis ekosistem yang beragam mungkin merupakan tindakan
adaptasi penting
20. Mengadopsi Adaptasi Indigenous Ilmu Pengetahuan terhadap Perubahan
Iklim Masyarakat adat telah memainkan peran penting dalam mitigasi dan
adaptasi perubahan iklim. Sebuah agenda perubahan iklim yang melibatkan
sepenuhnya masyarakat adat memiliki banyak manfaat lebih dari kalau saja
pemerintah dan / atau sektor swasta yang terlibat. Masyarakat adat adalah
beberapa kelompok yang paling rentan terhadap dampak negatif perubahan
iklim. Juga, mereka adalah sumber pengetahuan untuk solusi yang akan
dibutuhkan untuk menghindari atau memperbaiki efek tersebut. Misalnya,
wilayah leluhur sering memberikan contoh yang sangat baik dari desain
lansekap yang dapat menahan negatif dampak perubahan iklim. Selama
ribuan tahun, masyarakat adat telah mengembangkan model adaptasi
terhadap perubahan iklim. Mereka juga telah mengembangkan varietas
genetik tanaman obat dan berguna dan berkembang biak hewan dengan
berbagai alami yang lebih luas perlawanan terhadap variabilitas iklim dan
ekologi.
21. Pertanian dan Ketahanan Pangan merupakan salah satu ancaman terbesar
bagi keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Memperluas pertanian
menyebabkan hilangnya habitat dan fragmentasi, drainase lahan basah, dan
dampak terhadap air tawar dan laut ekosistem melalui sedimentasi dan polusi.
Oleh karena itu perlu diperhatikan dalam pengembangannya sehingga tidak
mengancam terhadap kelestarian ekosistem dan keanekaragaman hayati
22. Invasive Alien Species Spesies asing invasif (IAS) yang sekarang secara luas
dianggap sebagai ancaman terbesar kedua setelah perusakan habitat
keanekaragaman hayati langsung dan fragmentasi. Mengubah pola
penggunaan lahan dan pemanasan global akan mempengaruhi distribusi
spesies, memperburuk tekanan lingkungan lainnya, dan dapat memfasilitasi
pembentukan dan penyebaran spesies asing invasif. Sebagian perkenalan
spesies eksotik dengan lingkungan baru telah difasilitasi oleh seorang manusia
baik sengaja (paling vertebrata dan terestrial tanaman, selain gulma pertanian)
atau tanpa sengaja, termasuk mayoritas taksa invertebrata
23. Biofuels Energi Terbarukan Inisiatif baru dalam agenda perubahan iklim
memberikan peluang maupun tantangan bagi konservasi keanekaragaman
hayati. Perkebunan bio-energi dapat menggantikan bahan bakar fosil dan juga
dapat memberikan manfaat bagi petani kecil yang terlibat dalam produksi
mereka. Namun, tanpa perencanaan yang matang, produksi biofuel dapat
menyebabkan pembersihan lebih lanjut habitat alam, baik untuk diri sendiri
atau biofuel untuk lahan pertanian baru untuk menggantikan lahan pertanian
dikonversi
24. Layanan Air Perubahan iklim, peningkatan suhu, dan meningkatnya
kebutuhan untuk pertanian irigasi di daerah kering semua akan meningkatkan
tekanan pada sumber daya air yang langka. Secara keseluruhan, kebutuhan
terbesar manusia untuk sumber daya air tawar adalah untuk irigasi tanaman,
khususnya untuk pertanian di daerah kering dan di sawah besar Asia.
25. Kerangka Perubahan Iklim dan Pembangunan WBG sedang mengembangkan
Kerangka stategis baru untuk Perubahan Iklim dan Pembangunan (SFCCD)
untuk mengatasi tantangan perubahan iklim dan adaptasi. Selain berfokus
pada tindakan cepat untuk mempromosikan energi bersih dan terbarukan,
SFCCD mengakui bahwa ekosistem dan keanekaragaman hayati menyediakan
layanan penting yang mendukung setiap aspek kehidupan manusia, termasuk
keamanan pangan, penyimpanan karbon, pengaturan iklim, mata
pencaharian, keragaman etnis, dan budaya dan pengayaan spiritual.
Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan habitat alam dan sumber daya
hayati dapat memberikan kontribusi untuk mitigasi perubahan iklim, serta
memberikan pilihan yang efektif dan murah untuk mengurangi kerentanan
dan beradaptasi dengan perubahan iklim. Proyek dan program-program Bank
sudah mendukung konservasi keanekaragaman hayati dan perlindungan
habitat alam sebagai mitigasi yang efektif dan strategi adaptasi, tetapi lebih
perlu dilakukan, termasuk :
a. Melindungi darat, air tawar, dan ekosistem laut dan koridor ekologis untuk
melestarikan keanekaragaman hayati darat dan perairan
b. Mengintegrasikan perlindungan habitat alamiah menjadi strategi untuk
mengurangi kerentanan dan risiko bencana (termasuk perubahan iklim
dan bencana alam seperti banjir, siklon)
c. Mendorong negara berdialog dengan sektor dunia kerja pada penilaian
jasa ekosistem dan peran ekosistem alam dan jasa ekosistem dalam
mendukung pembangunan ekonomi
d. Menekankan keterkaitan antara perlindungan habitat alam dan regulasi
aliran air dan kualitas air, penting untuk pertanian, ketahanan pangan, dan
perlengkapan rumah tangga dan industri
e. Mendorong investasi untuk kawasan lindung dan jasa ekosistem terkait
dengan pinjaman sektor, seperti infrastruktur, pertanian, pariwisata,
penyediaan air, perikanan, kehutanan
f. Mempromosikan aksi yang lebih besar pada pengelolaan spesies asing
invasif, yang terkait dengan degradasi lahan, ketahanan pangan, dan air
dan kualitas
g. Menekankan berbagai manfaat konservasi hutan dan pengelolaan hutan
lestari (penyerapan karbon, kualitas air, mengurangi risiko dari bencana
alam, pengentasan kemiskinan, konservasi keanekaragaman hayati)
h. Mempromosikan investasi dalam ekosistem alam sebagai respon terhadap
mitigasi (pencegahan deforestasi) dan adaptasi (lahan basah)
i. Mengintegrasikan tanaman adat dan pengetahuan tradisional tentang
pengelolaan pertanian dan air ke proyek-proyek pertanian sebagai bagian
dari strategi adaptasi
j. Mempromosikan strategi pengelolaan sumber daya alam yang lebih
berkelanjutan terkait dengan pertanian, penggunaan lahan dan
pemulihan, manajemen dan perikanan hutan
k. Mengembangkan mekanisme pendanaan baru dan mengintegrasikan
manfaat keanekaragaman hayati dalam adaptasi baru dan dana
transformasi
l. Menggunakan penilaian lingkungan strategis sebagai alat untuk
mempromosikan perlindungan jasa ekosistem dan keanekaragaman hayati
m. Mengembangkan alat-alat baru yang mengukur manfaat dari pendekatan
terpadu (jasa ekosistem, keanekaragaman hayati, karbon dan ketahanan).
26. Mengarahkan atau menghapus subsidi yang berbahaya
27. Mempromosikan itensifikasi pertanian yang berkelanjutan
28. Memperlambat dan adaptasi pada perubahan lingkungan
29. Membatasi jumlah nutrisi yang masuk ke dalam tanah dan air terkait dengan
penggunaan pupuk
30. Meningkatkan ttansparansi dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi
ekosistem serta akuntabilitasnya baik swasta maupun pemerintah
31. Mengitergrasikan strategi konservasi keanekaragaman hayati dan tindakan
dalam kerangka pembangunan yang lebih luas
32. Meningkatkan koodinasi antar negara dengan perjanjian internasional yang
mempengaruhi secara langsung ataupun tidak langsung pada
keanekaragaman hayati
33. Meningkatkan kemampuan kita untuk menilai konseksuensi dari perubahan
ekosistem bagi kesejahteraan manusia
34. Mengatasi pola konsumsi yang tidak berkelanjutan yang mempengaruhi
keanekaragaman hayati
Upaya-upaya lain yang sedang dilaksanakan atau yang akan dikembangkan
dimasa yang akan datang yang menjadi titik strategis dalam melestarikan
ekosistem dan keanekaragaman hayati sehingga umat manusia dapat terus hidup
dan dan menjalankan kehidupannya dengan baik. Ketersediaan alam yang
mendukung kehidupan selalu terpelihara dan dipertahankan bahkan ditingkatkan
dalam rangka mensejahterakan seluruh manusia di muka bumi ini.
Kita harus sadar sepenuhnya bahwa alam merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dengan kita yang artinya keberadaannya sangat mempengaruhi
keberadaan kita di bumi ini, oleh karena itu siapapun sekarang berkewajiban
untuk memperhatikan lingkungan dalam mengambil berbagai langkah kebijakan
baik lokal, regional maupun internasional harus selalu memperhatikan berbagai
hal yang dapat menyebabkan gangguan pada stabilitas ekosistem maupun
ekelstarian keanekaragama hayati. Dapat kita buat suatu slogan yang dapat
memotivasi kita untuk hal di atas yaitu : “Sekarang atau kita akan mati kemudian
hilang generasi yang akan datang”.
Terima kasih atas perhatian dan mudah-mudahan memberikan nilai positif
pada pembaca dan kita semua pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Surakusumah , Wahyu. 2007. Perubahan Iklim Dan Pengaruhnya Terhadap


Keanekaragaman Hayati, Universitas Pendidikan Indonesia

Neville Ash and Asghan Fazel, et.al. 1987-2007. Biodiversity Chapter 5. State and
trends of the environment. USA

---------------, 2006, Focus Biodiversity, The Centre National de la Recherche Scientifique


(CNRS) france’s Ministry of Research, France

Cantrell, Jim , 2008, Biodiversity, Climate Change and Adaptation Nature-Based from
World Bank Portofolio, The International Bank for Reconstruction and
Development, Washington DC, USA

Perrings, Charles, 2010, Biodiversity, Ecosystem Services, and Climate Change, The
Economic Problem, Sustainable Development Vice Precidency, The
International Bank for Reconstruction and Development, Washington DC,
USA

-------------, 2005, Scientific Facts on Biodiversity and Human Well-Being,


The Millenium Ecosystem Assessment (MA), Green Facts, Facts on Health
the Environment Organizations

--------------, 2008, Carbon and Biodiversity, a Demonstration Atlas, Fedeal Ministry for
the Environment, Nature Conservation and Nuclear Safety, UNEP World
Conservation Monitoring Centre, Cambridge, United Kingdom.
TUGAS KELOMPOK
MATA KULIAH EKOLOGI

KEANEKARAGAMAN HAYATI
(BIODIVERSITY)

Dosen pengampu :
Dr . Dadi Setia Adi, M.Sc

Disusun oleh:
HERI SUTRISMAN (NIM. 2012131012)
RAMA ROMADON (NIM. 2012131027)
YULI FAHMI (NIM. 2012131036)

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS KUNINGAN
Jalan Cut Nyak Dien Cijoho Kuningan telp. (0232) 878702
2013
TUGAS MATA KULIAH
EKOLOGI

ANALISIS EKOLOGI

Dosen pengampu :
Dr . Dadi Setia Adi, M.Sc

Disusun oleh:
PENDIDIKAN BIOLOGI
KELAS B

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS KUNINGAN
Jalan Cut Nyak Dien Cijoho Kuningan telp. (0232) 878702
2013
KELAS B PENDIDIKAN BIOLOGI 2012 (1 )

NO NAMA NIM
1 AAT RUPIAT MARDIYAH 2012131001
2 ADILLAH BAGUS PANUNTUN 2012131003
3 AGUS ROMDONI 2012131004
4 AKHMAD SAMLAWAI 2012131005
5 ANNISA 2012131006
6 ARNI UMI RISTANTI 2012131007
7 ELVA VIRDIANASTUTY 2012131009
8 ETTY SAMITANINGRUM 2012131011
9 HERI SUTRISMAN 2012131012
10 LASTRYH 2012131018
11 MAYA ULFAH SUTARBA 2012131020
12 MUHAMAD KURNIA SUGANDI 2012131022
13 MUJIYAH 2012131023
14 MURNIASIH 2012131024
15 OOM DJUCHRIYAH 2012131026
16 RAMA ROMADON 2012131027
17 RATNA AYU FITRIANA 2012131028
18 RITA ANDAYA KURNIAWATI 2012131029
19 SOPIYAN 2012131031
20 SUTINI 2012131032
21 TRI MISSANDHI 2012131034
22 YULI FAHMI 2012131036

Anda mungkin juga menyukai