STRUKTUR POPULASI
(POLA-POLA DISPERSI DAN TABEL KEHIDUPAN)
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Yang dibimbing oleh Dr. Fatchur Rohman, M.Si dan Dr. Vivi Novianti, M.Si
Disusun oleh :
Off C/2016 Kelompok 1
Berthody Perestroiko D (160341606073)
Livia Apriliani (160341606038)
Robiatul A’dawiyah (160341606036)
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas kasih karunia-Nya
makalah Ekologi dengan judul “Pola-pola Dispersi, Demografika, dan Tabel Kehidupan” ini
dapat selesai dengan tepat waktu.
Besar harapan dari penulis agar makalah ini dapat membantu memberikan wawasan
dan pengetahuan pembaca. Selesainya pembuatan makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Dr. Fatchur Rohman, M.Si dan Ibu Dr. Vivi Novianti, M.Si selaku dosen pengampu yang
telah membimbing dalam pembelajaran Ekologi yang sedang kami tempuh.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengaharpkan adanya kritik dan saran yang
membangun, sehingga di lain kesempatan penulis dapat membuat karya yang lebih baik lagi.
Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan makhluk hidup dengan
lingkungannya. Obyek kajian ekologi dibedakan menjadi ekologi hewan, ekologi tumbuhan,
ekologi gulma, ekologi parasit, dan lain sebagainya. Lingkungan hidup dibedakan menjadi
lingkungan biotic dan abiotik. Lingkungan biotic berupa hubungan atau interksi interspesies atau
intraspesies makhluk hidup, sementara lingkungan abiotik berupa cahaya, pH, zat hara, dan lain
sebagainya.
Dalam ilmu ekologi, terdapat istilah populasi. Populasi merupakan kumpulan spesies
sejenis dalam suatu wilayah dan waktu tertentu (Krebs, 1989). Individu dalam satu populasi
memiliki kesamaan, baik genetik maupun morofloginya. Keberadaan populasi dalam suatu
ekosistem ditentukan oleh beberapa faktor, misalnya kondisi lingkungan, kompetisi, dan lain-
lain. Adanya interaksi antarpopulasi baik secara langsung maupun tidak langsung dapat saling
mempengaruhi (Syafei, 1990).
Karakteristik populasi salah satunya adalah kepadatan (densitas). Keberadaan populasi
bersifat fluktuatif karena pengaruh lingkungannya dapat mempengaruhi jumlah populasi, entah
itu bertambah atau bahkan berkurang. Kepadatan populasi dapat dipengaruhi oleh natalitas,
mortalitas, imigrasi, dan emigrasi (Darmawan, 2005). Oleh karena itu, diperlukan kajian
mengenai struktur populasi, seperti pola-pola disperse, demografika, dan tabel kehidupan untuk
memahami pengendalian populasi agar tidak mengalami ledakan pertumbuhan atau bahkan
berkurang.
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui karakteristik populasi.
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pola dispersi.
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan tabel kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Karakteristik Populasi
Populasi merupakan individu sejenis yang hidup dalam suatu wilayah. Setiap
individu memiliki batas minimum dan batas maksimum kisaran toleransi dalam
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Di antara kedua batas itu terdapat kondisi
optimal yang sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan individu (Soegianto, 1994).
Populasi memiliki beberapa sifat, antara lain angka kelahiran (natalitas), angka kematian
(mortalitas), ratio seks (genetic), usia, potensi biotic, dan distribusi spasial (Ramli, 1989).
Kelahiran atau natalitas merupakan kemampuan populasi untuk bertambah.
Natalitas berbeda dengan pertumbuhan populasi, karena pertumbuhan populasi
dipengaruhi oleh natalitas dan mortalitas dalam populasi. Natalitas ekologi dinyatakan
sebagai laju pertambahan individu baru dalam populasi melalui satuan waktu (Elisa,
2009). Mortalitas diartikan sebagai jumlah kematian individu dalam populasi. Laju
mortalitas berjalan beriringan dengan laju kematian pada demografi manusia. Natalitas
dan mortalitas dapat menjadi salah satu cara untukmengetahui fluktuasi dan kecepatannya
pada suatu populasi (Ramli, 1989).
Ratio seks merupakan perbandingan antara individu jantan dan betina dalam suatu
populasi. Pada manusia, laki-laki memiliki angka kematian yang lebih tinggi dibanding
wanita, terutama saat memasuki usia tua. Sementara, pada insekta jumlah individu betina
lebih banyak disbanding individu jantan, walaupun kebanyakan dari individu betina itu
bersifat steril, misalnya pada semut (Ramli, 1989). sebuah populasi pasti terdiri dari
individu yang usianya berbeda-beda, perbedaan usia tersebut dibedakan menjadi masa
preproduktif (muda), umur produktif (dewasa), hingga postreproduktif (tua). Populasi
akan dinyatakan stabil apabila di dalamnya, 3 tahapan usia tersebut berada dalam keadaan
seimbang, utamanya jika lebih banyak individu reproduktif dibanding individu
nonreproduktif. (Ramli, 1989). Sebaran umur dalam suatu populasi akan mempengaruhi
tingkat kematian dan kelahiran individu. Persebaran umur dapat disajikan dalam piramida
umur, yaitu:
Gambar 2.1.1 Piramid umur.
Atas : Tiga tipe piramide umur dimana: piramida (1) menunjukkan cirri prereproduktif
besar, piramida (2) menunjukkan keseimbangan prereproduktif dan postreproduktif,
sementara piramida (3) mengindikasikan individu dewasa lebih banyak dibanding
individu prereproduktif.
Gambar 2.2.2 Tiga pola dasar penyebaran individu dalam suatu habitat (Krebs, 1789).
Sumber: Rani, Chair. 2003. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme
Bentik. Jurnal Protein 19 (1): 1-15. ISSN: 1351-1368.
Pola-pola disperse dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Hutchinson (1953), faktor-faktor
tersebut antara lain:
1. Faktor vektorial, berasal dari pengaruh lingkungan, misalnya angin, kelembaban, dan
intensitas vahaya.
2. Faktor reproduksi, berasal dari model reproduksi suatu organism, misalnya cloning
3. Faktor social, dipengaruhi dari kemampuan adaptasi individu
4. Faktor koaktif, berkaitan dengan interaksi intraspesies, misalnya kopetisi atau simbiosis
5. Factor stokastik yang dihasilkan dari kombinasi beberapa faktor sebelumnya.
Pola persebaran individu atau populasi dalam suatu habitat dapat dilakukan
melalui 3 metode, menurut Krebs (1989) metode tersebut antara lain:
a. Metode Plot (kwadrat)
Metode ini umum digunakan untuk mencuplik berbagai tipe organisme, seperti
tumbuhan, gulma, hewan-hewan epifauna yang bergerak lambat atau sesil (menetap).
Metode ini biasanya berbentuk lingkaran atau persegi.
Gambar 2.2.3 beberapa teknik penempatan plot dalam suatu wilayah penelitian
Sumber: Rani, Chair. 2003. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi)
Organisme Bentik. Jurnal Protein 19 (1): 1-15. ISSN: 1351-1368.
Gambar. 2.2.5 Skema sampling metode jarak oleh Byth & Ripley (1980)
Sumber: Rani, Chair. 2003. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi)
Organisme Bentik. Jurnal Protein 19 (1): 1-15. ISSN: 1351-1368.
dx adalah jumlah kematian pada interval (x,x+1), ndx adalah jumlah kematian pada
interval (x,x+n). Probabilitas bersyaratnya atau laju kematian pada interval (x,x+n) dapat
dihitung berdasarkan rumus tabel kehidupan
Dengan qx adalah probabilitas seseorang akan meninggal pada usia x tahun, nqx adalah
probabilitas seseorang berusia x tahun akan meninggal dalam waktu n tahun. sedangkan
peluang hidupnya,
Dengan px adalah probabilitas seseorang akan bertahan hidup pada usia x tahun, npx
adalah probabilitas seseorang berusia x tahun akan bertahan hidup hingga n tahun
kedepan.
Dengan n|mqx merupakan probabilitas seseorang berusia x tahun akan meninggal dalam
Waktu m tahun setelah bertahan hidup selama n. Pada definisi xpo adalah probabilitas
bayi baru lahir dan bertahan hidup sampai umur x, Contohnya., xpo= sx(x)
3.1 Kesimpulan
1. Pertumbuhan populasi akan terjadi semakin cepat dan tidak pernah berhenti (pertumbuhan
eksponensial). Pertumbuhan ini terjadi apabila faktor lingkungan tidak membatasi
pertumbuhan. Pertumbuhan eksponensial dapat terjadi sementara waktu sampai faktor
pembatas seperti sumber makanan, pasangan, persaingan, iklim, dan beberapa faktor lain
turut ikut mempengaruhi pertumbuhan populasi tersebut.
2. Dispersi (penyebaran) sangat mempengaruhi keberadaan populasi dalam suatu ekosistem.
Pola penyebaran dapat menentukan kepadatan populasi dalam suatu wilayah, karena pola
dispersi menentukan jumlah individu dalam suatu wilayah. Pengetahuan mengenai disperse
sangat penting, karena dapat membantu peneliti dalam mengetahui tingkat pengelompokan
individu yang mempengaruhi populasi dalam satu wilayah
3. tabel kehidupan dapat menggambarkan sifat populasi yang lebih dalam, sehingga akan
menyajikan parameter-parameter populasi yaitu laju kelahiran (natalitas), laju kematian
(mortalitas) dan individu-individu yang keluar dan masuk dalam populasi (imigrasi dan
emigrasi).
3.2 Saran
Setelah mengetahui materi yang telah disampaikan, diharapkan mahasiswa mampu
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari serta mampu menganalisis lingkungan sekitar yang
berhubungan dengan materi ini, untuk itu diharapkan mahasiswa benar-benar paham materi
yang telah disampaikan.
DAFTAR RUJUKAN
Boughey, A.S. 1973. Ecology of Population. Second Edition. The Macmillan Company, New
York United Stated of America
Cotton, R.T. 1980. Tamarin Pod-Borer, Sitophilus linearis (Herbst.). Journal of Agricultural
Research. Washington D.C. Vol. XX. No. 6. http://preserve.nal.usda. gov/jag/v20/
v20i6/ 200439/a200439.htm. Diakses 21 Maret 2010.
Darmawan, R. 2005. Sains di Sekitar Kita. Jakarta: CV. Citramanunggal Laksana.
Elisa. 2009. Ekologi Populasi. Yogyakarta: UGM
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper Collins Publisher.
Oloo, G.W. 1992. Life Table and Intric Rate of Natural Increase of Pediobius fulvus (Hym:
Eulophidae) on Chilo partellus (Lepidoptera: Piralidae). J. Entomophaga. 17: 29– 35.
Pielou, E.C. 1977. Mathematical Ecology. John Willey and Sons. New York.
Price, P.W. 1975. Insect Ecology. John Wiley and Sons. New York.
Ramli, H. Dzaki. 1989. Panduan Pengajar Ekologi.Jakarta: P2LPTK.
Rani, Chair. 2003. Metode Pengukuran dan Analisis Pola Spasial (Dispersi) Organisme Bentik.
Jurnal Protein 19 (1): 1-15. ISSN: 1351-1368.
Schowalter, Timothy D. 2011. Insect Ecology: An Ecosystem Approach. USA: Louisiana State
University.
Soegianto, Agoes. 1994. Ekologi Kuantitatif: Metode ANalisis Populasi Komunitas. Jakarta:
Usaha Nasional.
Sofiah, Siti. Setiadi, Dede. Widyatmoko, Didik. 2013. Pola Penyebaran, Kelimpahan, dan
Asosiasi Bambu pada Komunitas Tumbuhan di Taman Wisata Alam Gunung
Baung Jawa Timur. Berita Biologi 12 (2): 239-247.
Syafei, Eden Suarsana. 1990. Pengantar Ekologi Tumbuhan. Bandung: ITB.