VALUE OF BIODIVERSITY
Dosen Pengampu:
disusun oleh:
Abdullah Muamar (0402518003)
Arista Novi (0402518007)
Yuliana Putri (0402518018)
Rizka Oktaviani (0402418040)
Aini Sa’adah (0402518045)
2
DAFTAR ISI
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
1.3. Tujuan................................................................................................................................2
BAB II.................................................................................................................................................3
ISI DAN PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
2.1. Biodiversitas......................................................................................................................3
2.1.1. Value of Biodiversity..................................................................................................4
2.1.2. Indonesia Mega Biodiversity di Dunia......................................................................9
BAB III..............................................................................................................................................14
PENUTUP.........................................................................................................................................14
3.1. Kesimpulan......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan biodiversitas?
1.3. Tujuan
a. Mendeskripsikan pengertian biodiversitas dan jenis-jenisnya
3
4
BAB II
ISI DAN PEMBAHASAN
2.1. Biodiversitas
Keanekaragaman hayati atau Biodiversity adalah kata yang belum lama
diperkenalkan oleh pakar yang bergerak dalam bidang lingkungan hidup. Kata ini
kemudian menjadi lebih bermakna setelah diperkenalkan oleh E.O.Wilson pada
tahun 1989 dalam buku dan tulisan ilmiahnya. Dalam perkembangan selanjutnya,
kata ini kemudian menjadi sangat popular dan dipakai bukan saja oleh ahli
lingkungan, tetapi juga oleh peneliti, pemerhati lingkungan, penyandang dana,
pendidik, ahli sosial, ekonomi, para pengambil kebijakan, dan banyak lagi orang
yang mengenal kata tersebut tetapi tidak mengetahui artinya (Supriatna, 2008).
5
keanekaragaman hayati, yaitu: 1. Dengan mengetahui adanya keanekaragaman
gen merupakan modal dasar untuk melakukan rekayasa genetika dan hibridisasi
(kawin silang) untuk memperoleh bibit unggul yang diharapkan. 2. Dengan
mengetahui adanya keanekaragaman jenis kita dapat mencari alternatif dari bahan
makanan, bahan sandang dan papan, juga dapat memilih hewan-hewan unggul
untuk dibudidayakan. 3. Dengan mengetahui adanya keanekaragaman ekosistem
kita dapat mengembangkan sumber daya hayati yang cocok dengan ekosistem
tertentu sehingga dapat meningkatkan hasil pertanian dan peternakan yang pada
akhirnya digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
6
Produk dinilai dengan metode ekonomi standar. Hayati dengan nilai
kegunaan produktif digunakan untuk bahan baku obat, bahan bangunan,
industri pakaian, perhiasan dan keperluan lainnya. Banyak sekali hayati khas
Indonesia yang memiliki nilai kegunaan produktif, di antaranya:
g. Tanaman penyegar, misalnya asam, jahe, kunir, kencur, vanili, teh, dan
kopi.
Nilai ekonomi tidak langsung dapat dibagi menjadi nilai kegunaan non-
komsumtif, nilai pilihan dan nilai eksistensi. Nilai kegunaan non-konsumtif
diberikan untuk berbagai jasa lingkungan yang kita nikmati tanpa melalui
penggunaan secara langsung, misalnya:
b) Aneka jenis burung endemik, seperti Cendrawasih, Jalak Bali, Elang Jawa,
dan burung Hantu untuk ekoturisme dan rekreasi serta nilai pendidikan dan
ilmiah;
c) Ayam Pelung, berbagai jenis ular untuk ekoturisme, rekreasi serta nilai
pendidikan dan ilmiah;
7
f) Anggrek, Bunga Bangkai (Amorpophalus titanum), Kantung Semar
(Nepenthes), Teratai, Mawar, Melati Padma (Rafflesia arnoldi), dan bunga
lainnya untuk rekreasi, tanaman hias, ekoturisme, pendidikan dan ilmiah.
Nilai Pilihan dari spesies adalah potensi suatu spesies dalam memberikan
keuntungan ekonomi bagi masyarakat pada suatu saat di masa yang akan datang.
Solusi dengan adanya perubahan kebutuhan masyarakat saat ini sering kali ada
pada tumbuhan atau hewan yang belum tersentuh. Penelitian yang dilakukan
dengan daya guna keanekaragaman hayati, dikenal dengan istilah biodiversity
prospecting, yaitu penelaahan potensi jenis tumbuhan dan satwa liar beserta gen
dan produk kimiawinya yang berdaya guna, seperti,
d) Kelompok bakteri dan jamur. Margasatwa dengan nilai ekonomi tinggi menjadi
barang untuk perdagangan dalam negeri dan internasional, serta menjadi
sumber pangan penting untuk masyarakat setempat.
Nilai eksistensi merupakan nilai keberadaan suatu spesies. Saat ini di seluruh
dunia, orang peduli terhadap kehidupan liar dan sangat prihatin atas
perlindungannya, contoh: Komodo, Maleo, Anoa, Cendrawasih, Kakaktua, Orang
Utan, Harimau, Tapir, Coelacanth, Tarsius, Elang Jawa, Jalak Bali, Badak, Duyung,
Lumba-Lumba, Pesut, Meranti, Eboni, Matoa, Rafflesia Arnoldi, Amorpophalus
Tianum, Edelweiss (Anaphalis javanica), Anggrek dan masih banyak lagi. Khusus
8
untuk Coelacanth, masyarakat dunia mengira bahwa ikan tersebut merupakan ikan
purba yang telah lama punah, namun ternyata ikan ini masih eksis di perairan
Bunaken, diburu dan dijadikan sumber makanan oleh nelayan dan penduduk sekitar.
Selain di Bunaken, Coelancanth hanya ditemukan di Madagaskar.
Agar nilai-nilai biodiversitas tetap terjaga, kita perlu mengetahui ancaman apa
saja yang membahayakan kelestarian biodiversitas. Berdasarkan uraian tersebut
setidaknya ada 6 nilai keanekaragaman hayati yang bisa diuraikan:
b) Nilai jasa lingkungan, nilai jasa lingkungan yang dimiliki oleh keanekaragaman
hayati ialah dalam bentuk jasa ekologis bagi lingkungan dan kelangsungan hidup
manusia. Sebagai contoh jasa ekologis, misalnya hutan yang merupakan salah satu
bentuk dari ekosistem keanekaragaman hayati, mempunyai beberapa fungsi bagi
lingkungan sebagai: (1) Pelindung keseimbangan siklus hidrologi dan tata air
sehingga menghindarkan manusia dari bahaya banjir maupun kekeringan; (2)
Penjaga kesuburan tanah melalui pasokan unsur hara dari serasah hutan; (3)
Pencegah erosi dan pengendali iklim mikro. Keanekaragaman hayati bisa
memberikan manfaat jasa nilai lingkungan jika keanekaragaman hayati dipandang
sebagai satu kesatuan, dimana ada saling ketergantungan antara komponen yang
terdapat di dalamnya.
c) Sebagai nilai warisan, nilai warisan adalah nilai yang berkaitan dengan keinginan
untuk menjaga kelestarian keanekaragaman hayati agar dapat dimanfaatkan oleh
generasi yang akan datang. Nilai ini seringkali terkait dengan nilai sosial-budaya
dan juga nilai pilihan. Spesies atau kawasan tertentu sengaja dipertahankan dan
diwariskan turun temurun untuk menjaga identitas budaya dan spiritual kelompok
9
etnis tertentu atau sebagai cadangan pemenuhan kebutuhan mereka di masa
datang.
f) Nilai produktif, nilai produktif adalah nilai pasar yang didapat dari perdagangan
keanekaragaman hayati di pasar lokal, nasional maupun internasional. Persepsi
dan pengetahuan mengenai nilai pasar ditingkat lokal dan global berbeda. Pada
umumnya, nilai keanekaragaman hayati lokal belum terdokumentasikan dengan
baik sehingga sering tidak terwakili dalam perdebatan maupun perumusan
kebijakan mengenai keanekaragaman hayati pada tingkat global (Vermeulen dan
Koziell, 2002).
Nilai merupakan persepsi manusia tentang makna suatu objek bagi individu tertentu
pada tempat dan waktu tertentu. Oleh karena itu akan terjadi keragaman nilai dari suatu
sumberdaya atau nilai dari keanekaragaman hayati berdasarkan pada persepsi dan lokasi
masyarakat yang berbeda-beda. Nilai keanekaragaman hayati hutan sendiri bersumber
dari berbagai manfaat yang diperoleh masyarakat. Masyarakat yang menerima manfaat
secara langsung akan memiliki persepsi yang positif terhadap nilai keanekragaman
hayati, dan hal tersebut dapat ditunjukkan dengan tingginya nilai keanekaragaman
hayati tersebut. Ada beberapa nilai dari keanekaragaman hayati bagi kepentingan
makluk hidup;
(1) Nilai ekologis, dimana setiap sumberdaya alam merupakan unsur dari ekosistem
alam. Sebagai contoh, suatu tumbuhan dapat berfungsi sebagai pelindung tata air dan
kesuburan tanah, atau suatu jenis satwa dapat menjadi kunci spesies yang penting
dari keseimbangan alam.
10
(2) Nilai keanekaragaman hayati sebagai nilai komersial, secara umum telah dipahami
bahwa kehidupan manusia tergantung mutlak kepada sumberdaya alam hayati.
Dimana keanekaragaman hayati mempunyai nilai komersial yang sangat tinggi,
sebagai gambaran, sebagian besar penerimaan devisa negara maupun pendapatan asli
daerah dihasilkan dari penjualan kayu dan bentuk-bentuk lain dari eksploitasi hutan.
(3) Nilai keanekaragaman hayati sebagai nilai sosial dan nilai budaya, keanekaragaman
hayati mempunyai nilai sosial dan nilai budaya yang sangat besar. Secara umum
peran masyarakat secara sosial dalam menjaga keanekaragaman hayati ditentukan
oleh beberapa faktor. Pertama, sejauh mana pengetahuan lokal dapat dihargai dan
dimanfaatkan dalam membentuk sebuah sistem pengelolaan yang baik dari
keanekaragaman hayati tersebut. Kedua, seberapa besar kepedulian warga dari
komunitas lokal terhadap alam yang berada di sekitarnya, sehingga mampu
mendorong kearah upaya-upaya untuk menjaga dan mengelola keanekaragaman
hayati baik di dalam maupun di luar kawasan konservasi. Ketiga, seberapa besar
manfaat (material dan non-material) yang bisa diterima oleh masyarakat dari
kawasan konservasi sehingga keberadaan dari keanekaragaman hayati tersebut
memiliki nilai yang menguntungkan secara terus menerus. Nilai budaya bagi nilai
keanekaragaman hayati merupakan satu hal yang tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan masyarakat, karena bagi masyarakat yang memilikinya nilai
keanekaragaman hayati merupakan warisan yang diwariskan secara turun temurun,
sehingga faktor budaya merupakan hal terpenting dalam menilai suatu
keanekaragaman hayati.
(4) Nilai keanekaragaman hayati dari nilai rekreasi, dimana suatu keindahan dari
sumberdaya alam hayati dapat memberikan nilai untuk menjernihkan pikiran dan
melahirkan gagasan-gagasan baru bagi yang menikmatinya. Misalnya saja, kita
sering kali pergi berlibur ke alam, apakah itu gunung, gua atau laut dan lain
sebagainya, dengan maksud untuk merasakan keindahan alamnya.
(5) Nilai keanekaragaman hayati dari nilai penelitian dan pendidikan, jika dilihat fungsi
dan peran dari keanekragaman hayati itu sendiri, akan menimbulkan gagasan dan ide
cemerlang bagi manusia. Nilai ini akan memberikan suatu dorongan untuk
mengamati fenomena-fenomena alam dalam bentuk suatu tulisan atau penelitian.
Selain itu alam juga dapat menjadi media pendidikan untuk ilmu pengetahuan alam,
11
maka sangat diperlukan bahan untuk penelitian maupun penghayatan berbagai
pengertian dan suatu konsep ilmu pengetahuan.
12
RTH tidak dapat dicapai, akan terus terjadi penurunan keanekaragaman hayati
didalamnya selain penurunan kualitas lingkungan (Greenship 2010)
Di Indonesia, Undang-undang Penataan Ruang No.24 tahun 2007, ikut
mengatur bahwa selayaknya lahan hijau diperkotaan harus memenuhi 30%
penyedian Ruang Terbuka Hijau yang terdiri dari RTH untuk Publik 20% dan
RTH untuk Private 10%, Konsil Bangunan Hijau Indonesia melalui perangkat
penilaiannya GREENSHIP sudah merekomendasikan hal itu melalui poin
ratingnya. Tolak ukur yang dipakai adalah dengan adanya area lansekap berupa
vegetasi (softscape) yang bebas dari struktur bangunan dan struktur sederhana
bangunan taman (hardscape) di atas permukaan tanah atau dibawah tanah, dengan
luas area minimum 10% dari luas total lahan atau 50% dari ruang terbuka dalam
tapak.
Tolak ukur lain yang dinilai adalah area lansekap didaerah lain seperti diatas
basement, roof garden, terrace garden dan wall garden sesuai Peraturan Menteri
PU No.5/PRT/M/2008 mengenai ruang terbuka hijau tentang kriteria vegetasi
untuk pekarangan. Diperkaya dengan penggunaan tanaman lokal (indigenous) dan
budidaya lokal dalam skala provinsi menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia sebagai lembaga yang menyediakan data akan keanekaragaman hayati
di negeri ini. Sejauh ini memang yang menjadi permasalahan adalah bagaimana
kita dapat menentukan standard metrik untuk mengukur keanekaragaman hayati
disuatu daerah karena perbedaan tindakan sebagai solusi di setiap negara di
seluruh dunia melaksanakannya, untuk itu diperlukan suatu komunitas para
peneliti yang didukung pemerintah yang men-support lembaga seperti ; The
Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem
Services (IPBES) yang dibentuk badan PBB untuk memberikan guidelines.
Indonesia menjadi negara megabiodiversity, dengan tingkat keanekaragaman
tertinggi di dunia bersama dengan Brazil dan Kongo. Sebagai salah satu cara
menjaga status tersebut, Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan mengeluarkan keputusan No. SK.132/IV-
KKH/2011 terkait dengan penetapan 14 spesies terancam punah yang dijadikan
spesies prioritas utama untuk peningkatan populasi 3 persen pada tahun 2010-
2014.
Ke-14 spesies tersebut yaitu harimau sumatera (Panthera trigis sumatrae),
gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus), orangutan Kalimantan (Pongo
pygmaeus), badak Jawa (Rhinoceros sondaicus), maleo (Macrocephalon maleo),
bekantan (Nasalis lavartus), owa Jawa (Hylobates moloch), elang Jawa (Nizaetus
bartelsi), babirusa (Babyrousa babyrousa), anoa (Bubalus quarlesi dan Bubalus
depressicornis), jalak Bali (Leucopsar rothschildi), komodo (Varanus
13
komodoensis), banteng (Bos javanicus), dan kakatua kecil jambul kuning
(Cacatua sulphurea).
Peningkatan 3 persen dari kondisi populasi pada 2008 sesuai kondisi biologis
dan habitatnya dari ke-14 spesies tersebut menjadi indikator kinerja penting dari
Rencana Strategis Ditjen PHKA 2010-2014. Sebagai langkah kerja, diterbitkan
Keputusan Dirjen PHKA No. SK.109/IV-KKH/2012 tentang peta jalan
peningkatan populasi 14 spesies prioritas utama terancam punah.
SK tersebut akan menjadi panduan oleh para unit kerja teknis dalam
mewujudkan pencapaian indikator kinerja utama program konservasi
keanekaragaman hayati serta perlindungan hutan yang meliputi perumusan basis
data dan informasi sebagai dasar pengukuran pertumbuhan populasi, identifikasi
kegiatan utama yang akan dilakukan, dan pemantauan serta pelaporan
pelaksanaan terkait peningkatan populasi.
14
Hambatan dan permasalahan
Hal yang tidak kalah penting terhadap ancaman bagi satwa tersebut adalah
deforestasi. Hilangnya habitat mereka yang dialihfungsikan untuk keperluan lain.
Populasi satwa prioritas tersebut mengalami gangguan akibat perubahan fungsi
hutan yang dikonversi menjadi industri kehutanan, perkebunan, pertanian maupun
perumahan.
Pada tahun 2011, Forest Watch Indonesia (FWI) melalui laporan “Potret
Keadaan Hutan Indonesia” jilid II menjelaskan bahwa laju kerusakan hutan masih
tergolong tinggi, yaitu sekitar 1,5 juta ha kurun waktu tahun 2000-2009 . Dalam
periode tahun 2000-2009, luas tutupan hutan Indonesia yang terdeforestasi adalah
sebesar 15,15 juta ha.
15
Untuk mencapai peningkatan populasi spesies prioritas utama terancam
punah tersebut perlu disandingkan dengan bagaimana meminimalisir laju
kerusakan habitat dan juga ancaman langsung terhadap spesiesnya. Asumsi-
asumsi dasar yang telah ditetapkan seyogyanya dipertajam dengan verifikasi dan
indikator pencapaiannya.
16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
4. Nilai biodiversitas terbagi menjadi dua yaitu nilai ekonomi secara langsung dan
nilai ekonomi tidak langsung.
6. Nilai ekonomi biodiversitas secara tidak langsung yakni dapat dibagi menjadi
nilai kegunaan non-komsumtif, nilai pilihan dan nilai eksistensi.
3.2. Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
Vermeulen, S. dan Koziell, I. 2002. Integrating global and local values. A review of
biodiversity assessment. International Institute for Environment and Development,
London. UK.
18