Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekologi merupakan cabang ilmu yang berfokus pada interaksi antar
organisme dan juga keterkaitannya dengan lingkungan baik itu biotik maupun
abiotik. Dalam ekologi, organisme dianggap tak bisa terpisah dari elem lainnya
sebab perkembangan serta pertumbuhannya bergantung penuh pada organisme
juga habitatnya. Salah satu cabang ilmu ekologi adalah ekologi hewan. Adalah
suatu cabang ilmu biologi yang secara mendalam mempelajari hubungan timbal
balik atau interaksi di antara hewan dan juga lingkungannya mencakup biotik dan
juga abiotik secara langsung maupun tak langusng dan meliputi distribusi atau
persebaran maupun tingkatan kelimpahan hewan yang dikaji tersebut.
Fokus utama ekologi hewan adalah aspek-aspek mendasar yang menjadi
landasan kinerja hewan tersebut sebagai sebuah individu, populasi hingga
komunitas di dalam ekosistem yang ia diami. Hal tersebut meliputi bagaimana Ia
mengenal lingkungannya dan kemudian melakukan proses adaptasi dan
melibatkan adanya pertukaran energi di dalamnya. Masalah persebaran atau
distribusi dan juga kelimpahan populasi hewan dalam skala lokal maupun
regional. Hal ini dimulai dari tingkakatan relung ekologi, faktor microhabitat dan
juga habitat, lingkup komunitas hingga sampai pada sistem biogeografi juga pola
penyebaran hewan di seluruh pernjuru dunia.
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.
Tujuanakhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Apabila kondisi
lingkungan menjadi sangat tidak baik, maka yang terjadi adalah,pertama, hewan
meninggalkan tempat itu dan mencari tempat dengan kondisi yang lebihbaik.
Kedua, hewan memberikan respon tertentu yang mampu mengatasi efek
negativeperubahan tersebut. Ketiga, hewan itu akan mati. perwujudan respon
terhadap lingkungannya adalah adaptasi

1
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada pembuatan makalah ini yaitu :
1. Apakah Pengertian relung, respon dan adaptasi?
2. Bagaimana bentuk dari relung, respon dan adaptasi hewan ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari relung, respon dan adaptasi
2. Untuk mengetahui bentuk dari relung, respon dan adaptasi hewan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Relung Ekologi
Relung (niche) dalam ekologi merujuk pada posisi unik yang ditempati
oleh suatu spesies tertentu berdasarkan rentang fisik yang ditempati dan peranan
yang dilakukan di dalam komunitasnya. Konsep ini menjelaskan suatu cara yang
tepat dari suatu organisme untuk menyelaraskan diri dengan
lingkungannya. Habitat adalah pemaparan tempat suatu organisme dapat
ditemukan, sedangkan relung adalah pertelaan lengkap bagaimana suatu
organisme berhubungan dengan lingkungan fisik dan biologisnya. Ekologi dari
suatu individu mencakup variabel biotik (makhluk hidup seperti tumbuhan,
hewan, manusia, baik yg mikro maupun yang makro) dan abiotik (benda tidak
hidup). Relung menentukan bagaimana spesies memberi tanggapan terhadap
ketersediaan sumberdaya hidup dan keberadaan pesaing dan pemangsa dalam
suatu ekosistem.
Kata "relung" mulai mendapat arti ilmiah pada tahun 1933 oleh
tulisan Charles Sutherland Elton, seorang ahli ekologi yang mempelajari ekologi
komunitas dan populasi, lewat pernyataannya, "relung suatu organisme adalah
mode dari kehidupan organisme tersebut dalam hal peran atau profesinya dalam
suatu komunitas manusia." Konsep modern dari relung dicetuskan oleh G. Evelyn
Hutchinson, seorang ahli zoologi, pada tahun 1957, yang berpendapat bahwa
relung adalah cara-cara di mana toleransi dan kebutuhan berinteraksi untuk
mendefinisikan kondisi dan sumber daya alam yang dibutuhkan oleh suatu
individu atau suatu spesies untuk menjalankan kehidupannya.
Istilah relung (niche) pertama kali dikemukakan oleh Joseph Grinnell pada
tahun 1917. Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari habitat yang disebut
dengan mikrohabitat. Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan bahwa
setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies. Pandangan relung yang dikemukakan
oleh Grinnell inilah yang disebut dengan relung habitat. Contoh, jika kita
mengatakan relung habitat dari kalajengking, maka kita akan menjelaskan

3
mikrohabitat kalajengking tersebut. Dengan demikian kita harus menjelaskan pada
suhu dan kelembaban berapa kalajengking hidup, apakah dia tahan terhadap
cahaya atau tidak, apakah dia hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan
sebagainya.
Pengertian relung sebenarnya lebih ditekankan pada fungsi setiap organisme
terhadap komunitas dibandingkan dengan tempatnya secara fisik didalam habitat
(Clarke, 1963). Pernyataan ini sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh
Olton (dalam Colinvaux,1973), yang menyatakan bahwa relung adalah tempat
hewan didalam lingkungan biotiknya, dalam hubungannya dengan makanan dan
musuh. Lebih lanjut, Colinvaux (1986) mengemukakan bahwa ada beberapa
pengertian yang berbeda tentang relung, meskipun semua saling berhubungan.
Penjelasannya sebagai berikut:
1. Relung sebagai fungsi komunitas(disebut relung kelas 1). Dalam
pengertian ini, relung berarti tempat hewan didalam lingkungan biotiknya,
dalam hubungannya dengan makanan dan musuh. Relung ini juga dapat
disebut relung komunitas. Misalnya, ular berperan sebagai pemangsa
katak dan merupakan makanan burung elang. Dalam rantai makanan,
relung dalam pengertian ini dinyatakan sebagai tingkat trofik, artinya jika
suatu hewan menduduki suatu tingkat trofik tertentu maka tingkat trofik
tersebut merupakan relungnya didalam ramtai makanan. Misalnya :Kijang
memduduki tingkat trofik II mempunyai relung sebagai trofik II bagi
organisme lain dalam rantai makanan yang diduukinya: dalam rantai
makanan tersebut kijang mempunyai relung sebagai pemangsa produsen
dan menjadi mangsa dari konsumen yang menduduki trofik di atasnya.
2. Relung dalam definisi jenis (relung kelas II). Relung dapat
didefinisikan dari sudut pandang individu diantara populasinya. Maka
relung adalah sejumlah kemampuan khusus dari oindividu untuk
memenfaatkan sumber daya, bertahan dari bahaya dan berkompetisi
sesuiai dengan keperluannya. Kemampuan kemampuan individu yang
sudah teradaptasi merupakan ciri dari populasi atau sejenisnya, dan ciri itu
merupakan relung jenis (species niche ). Sebagai contoh: Burung Robin

4
yang aslinya hidup di Amerika (Turdus migratorius) mempunyai
kemampuan yang sudah teradaptasi yaitu menarik cacing dari liangnya,
berburu serangga, menerima panggilan al;arm dari sesamanya, dan
mempunyai ketrampilan navigasoi untuk bermigarsi ketempat yang jauh
sebanyak dua kali dalam setahun. Kemampuan kemampuan tersebut
merupakan cara hidup yang khas dari burung Robin, dan merupakan
relung burung Robin. Relung kelas I dan kelas II sama sama
menjelaskan tentang profesi hewan, tetapi dari sudut pandang yang
berbeda. Misalnya relung kelas I menyoroti burung Robin sebagai
pemangsa cacing dan menjadi makanan elang (perannya dalam
komunitas), sedangkan relung kelas II memandang peran burung Robin
bagi didinya sendiri (relung jenis) yaitu menarik cacing, menghindarkan
diri dari elang dan lain lain. Relung kelas II hanya dimiliki oleh burung
Robin dari Eropa. Burung Robin dari Eropa (antara lain : Turdus merula,
dan Turdus ericetorum) meskipun dapat menarik cacing, mungkin
kecakapannya berbeda.
3. Relung sebagai kualitas lingkungan (Relung kelas III). Relung jenis
ini hanya dapat dijalankan pada kondisi kondisi tertentu saja. Misalnya ;
kemampuan burung Robin untuk menarik cacing hanya dapat dilakukan
dilingkunan yang banyak cacingnya. Maka dari itu penertian relung jenis
ini ada hubungannya dengan kondisi kondisi lingkungan khusus.
Colivaux (1986) menyebutkan denga environmental space, dimana suatu
populasi dapat bertahan hidup dan berkembang biak secara optimal.
Berdasarkan prinsip inilah tampaknya Macfayden (dalam Colinvaux,
1986) merumuskan definisi tentang relung sebagai berikut; relung adalah
sejumlah kondisi ekologis diman jenis dapat mengkolonisasi sumber
energi secara efektif sehingga mampu berkembang biak dan selanjutnya
dapat mengkolonisasi ko0ndisi lingkungan tersebut. Sementar itu
Hucthinson (dalam Colinvaux, 1986) menyatakan relung adalah suatu
hipervolume yang multidimensional dari akses akses sumber daya.
Definisi Hutchinson itu dapat dijelaskan dengan mudah sebagai berikut.

5
Organisme dari suatu jenis dapat bertahan hidup, tumbuh dan berkenbang
biak, serta mempertahankan populasinya hanya dalam batas temperatur
tertentu. Rentangan temperatur itu merupakan relung hanya dalam satu
dimensi yaitu dimensi suhu.
Kondisi lingkungan yang mempengaruhi kemampuan jenis untuk bertahan
hidup, tumbuh, berkembang biak dan mempertahankan populasinya tidak hanya
temperatur, tetapi juga beberapa faktor yang lain. Jika faktor yang dihadapi oleh
suatu hewan dalam bertahan hidup, tumbuh, berkembang biak dan
mempertahankan populasinya ada, misalnya suhu dan kelembaban maka relung
hewan menjadi relung 2 dimensi. Jika faktor yang dihadapi oleh jenis organisme
ada 3 faktor misalnya suhu, kelembaban dan kecepatan angin, relungnya disebut
relung 3 dimensi. Dilingkungan tempat suatu jenis organisme beradaptasi
tentunya tersedia banyak faktor lingkungan, maka relungnya merupakan relung
multidimensional.
Dimensi relung adalah toleransi terhadap kondisi-kondisi yang bervariasi
(kelembapan, pH, temperatur, kecepatan angin, aliran air, dan sebagainya) dan
kebutuhannya akan sumber daya alam yang bervariasi. Di alam, dimensi relung
suatu spesies bersifat multidimensi. Relung dua dimensi contohnya adalah
hubungan temperatur dan salinitas sebagai bagian dari relung kerang di
pasir. Untuk relung tiga dimensi, contohnya adalah hubungan temperatur, pH, dan
ketersediaan makanan sebagai bagian dari relung suatu organisme.
Niche (relung). Relung ekologi dari suatu organisme adalah posisi yang
diisinya pada lingkungan, termasuk kondisi dimana organisme itu ditemukan,
sumber daya yang digunakan dan waktu kejadiannya.
Habitat. Habitat organisme adalah lingkungan fisik dimana organisme
ditemukan. Sebagai contoh hutan temperata berdaun lebar, hutan hujan tropis, dll.
Tiap habitat menyediakan sejumlah relung.
Ruang relung multidimensional. Tiap kondisi atau sumber daya yang
mendefinisikan relung dari suatu organisme berkontribusi satu dimensi bagi ruang
dimana organisme itu akan berada. Mempertimbangkan semua dimensi secara

6
bersama-sama mendefinisikan secara penuh relung milik organisme dan hal ini
disebut ruang relung multidimensional atau n-dimensional hipervolume
Relung fundamental. Ruang relung suatu organisme dapat mengisi
ketiadaan kompetisi atau predasi yang disebut sebagai relung fundamental.
Relung sesungguhnya. Ruang relung yang dimiliki oleh suatu organisme
ketika kompetisi dan predasi terjadi adalah relung sesungguhnya, dimana selalu
ada sub-set dari relung fundamental.
Aspek penting dari relung populasi ialah orbit dan habitat, orbit digunakan
disini sebagai terjemahan range yang merupakan ruang kehidupan spesies
lingkungan geografi yang luas sedangkan habitat menyatakan ruang kehidupan
lingkungan lokasinya.

B. Respon
Kepekaan terhadap stimulus merupakan salah satu ciri utama kehidupan.
Tujuan akhir dari respon adalah untuk mempertahankan hidupnya. Respon hewan
terhadap lingkungannya bervariasi tergantung dari jenis dan intensitas stimulus,
jenis spesies, stadium perkembangan, umur, kondisi fisiologis dan kisaran
toleransi terhadap lingkungannya.
Pada hewan dikenal tiga macam respon dasar yaitu respon pengaturan,
respon penyesuaian, dan respon perkembangan. Mekanisme ketiga respon itu
berdasarkan sistem umpan balik negatif. Agar mekanisme itu berhasil maka
respon yang dihasilkan harus sesuai besarnya, waktu tepat dan berlangsung cukup
cepat.
1) Respon Reversibel
Tipe respon dasar hewan yang reversible dan paling sederhana adalah
respon pengaturan (regulatori). Respon fisiologi terjadi sangat cepat (refleks).
Contoh: perubahan pupil mata terhadap intensitas cahaya.
Tipe respon lain yang bersifat reversible adalah respon penyesuaian
(aklimatori), berlangsung lebih lama dari respon regulatori karena proses
yang fisiologi yang melandasinya melibatkan perubahan struktur dan
morfologi hewan. Contoh: di lingkuan bertekanan parsial oksigen rendah,
terjadi proliferasi dan pengingkatkan jumlah eritrosit, tubuh terdedah pada

7
kondisi kemarau terik, kulit mengalami peningkatan pigmentasi. Respon
aklimatori umum terdapat pada hewan berumur panjang, yang menghadapi
perubahan kondisi musiman. Reversibilitas respon penting sekali karena tiap
tahun kondisi khas musimana selalu berulang.

2) Respon Tak-reversibel
Tipe respon tak-reversibel selama ontogeny adalah respon
perkembangan. Respon berlangsung lama karena melibatkan banya proses
yang menghasilkan perkembangan beraneka ragam macam struktur tubuh.
Hasilnya bersifat permanen dan tak reversible. Contoh : perubahan jumlah
mata facet pada Drosophila yang dipelihara pada suhu tinggi, atau
terbentuknya keturunan cacat akibat respon perkembangan embrio terhadap
senyawa teratogenik dalam lingkungannya.

C. Adaptasi
Perubahan kondisi lingkungan berpengaruh terhadap hewan. Hewan
mengadakan respon terhadap perubahan kondisi lingkungannya tersebut. Respon
hewan terhadap kondisi dan perubahan lingkungannya denyatakan sebagai respon
hewan terhadap lingkungannya. Respon tersebut berupa perubahan fisik,
fisiologis, dan tingkah laku. Respon hewan tersebut ada yang bersifat reaktif dan
ada yang bersifat terpola, artinya berasala dari nenek moyangnya. Adaptasi
umumnya diartikan sebagai penyesuaian makhluk hidup terhadap lingkungannya.
Adaptasi menunjukkan kesesuaian organisme dengan lingkungannya yang
merupakan produk masa lalu. Organisme yang ada kini dapat hidup pada
lingkungannya karena kondisi lingkungan itu secara kebetulan sama dengan
kondisi lingkungan nenek moyangnya.
Secara definitif adaptasi adalah kemampuan atau kecenderungan makhluk
hidup dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru untuk dapat tetap hidup
dengan baik. Masing-masing individu mempunyai cara yang berbeda dalam
menyusuaikan diri dengan lingkungannya, ada yang mengalami perubahan bentuk
tubuh (adaptasi morfologi), ada yang mengalimi perubahan proses metabolism
tubuh (adaptasi fisiologi) dan ada juga yang mengalami perubahan sikap dan

8
tingkah laku (adaptasi tingkah laku). Adaptasi akan dilakukan oleh makhluk
hidup bila keadaan sekitarnya membahayakan atau tidak menguntungkan bagi
dirinya, sehingga perlu untuk menyelamatkan atau mempertahankan
kehidupannya.
Adaptasi melibatkan perubahan yang diakibatkan seleksi alam, bersifat
herediter, dan proses berlangsung meliputi sejumlah besar generasi yang
berurutan. Terdapat tiga macam hasil proses adapatasi pada hewan, yaitu:
1. Adaptasi Fisiologis
Adaptasi fisiologi adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar yang menyebabkan adanya penyesuaian pada alat-
alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
Adaptasi fisiologis (adaptasi fungsional) adalah seluruh
perangkat kemampuan fisiologis untuk menghadapi kondisi
lingkungannya, meliputi proses kimiawi, substansi kimiawi, enzim, ko-
enzim serta hormon yang terlibat pada proses tersebut. Adapatasi
fiologis biasa didukung oleh adaptasi structural dan perilaku.

2. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah penyesuaian pada organ tubuh yang
disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk
melakuakn suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor memiliki paruh yang
kukuh dah tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan kaki bercakar kuat.
Adaptasi tidak hanya menyangkut bentuk dan besar struktur, melainkan juga
warna, pola pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.
Contoh: berbagai jenis ikan dan mamalia yang hidup di lautan. Adaptasi
structural menyangkut seluruh aspek hidup hewan. Misal: tipe mulut pada Insecta
dan tipe paruh pada burung sesuai dengan jenis makanannya. Pada hewan
pemangsa atau predator seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya
yang runcing dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing,
kerbau, biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena

9
giginya lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah
makanan.
Adapatasi dari berbagai struktur tubuh saling mendukung untuk
melakuakn suatu fungsi hidup, misal pada burung karnivor memiliki paruh yang
kukuh dah tajam, penglihatan tajam, daya terbang baik dan kaki bercakar kuat.
Adaptasi tidak hanya menyangkut bentuk dan besar struktur, melainkan juga
warna, pola pewarnaan, dan aspek fenotip lainnya.

Aturan mengenai adaptasi structural pada hewan:


a. Aturan Bergmann: Hewan yang hidup di suhu tinggi cenderung
bertubuh kecil dibandingkan kerabatnya yang hidup di daerah suhu
rendah.
b. Aturan Allen: Paruh, daun telinga, ekor dan bagian tubuh yang terjulur
lainnya, cenderung lebih pendek pada hewan yang hidup di daerah
bersuhu rendah dibandingkan dengan kerabatnya yang hidup di daerah
bersuhu tinggi.
c. Aturan Gloger: Hewan homoterm di daerah beriklim panas dan lembab
cenderung berpigmen hitam, di daerah kering berpigmen kuning,
coklat dan merah, dan pada daerah dingin pigmen mengalami reduksi.
d. Aturan Jordan: Jumlah vertebrata pada jenis-jenis ikan di perairan
bersuhu rendah cendurung lebih sedikit dibandingkan dengan di
peraiaran bersuhu tinggi.
e. Sayap dari jenis burung di daerah pegunungan atau beriklim dingin
cenderung berukuran lebih panjang dibandingkan dengan yang di
dataran rendah atau beriklim panas.

3. Adaptasi Tingkah laku


Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah berupa respon terhadap
kondisi dan sumber daya lingkungan. Terjadinya suatu perilaku melibatkan
peranan reseptor dan efektor serta koordinasi saraf dan hormon. Jenis efektor yang
paling berperan adalah otot-otot tubuh.

10
Perilaku pada hewan rendah seluruhnya ditentukan secara genetik, bersifat
khas, terjadi secara otomatis. Pada hewan tinggi banyak mengandung komponen
yang tidak bersifat herediter, melainkan proses belajar yang dipengaruhi faktor
lingkungan. Pada Invertebrata berupa taksis atau refleks, pada serangga berupa
instink dan pada manusia ditentukan oleh komponen belajar dan menalar
Makhluk hidup melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungan di sekitar
habitat tempat hidupnya tidak terkecuali manusia. Adaptasi yang dilakukan
makhluk hidup bertujuan untuk dapat bertahan hidup dari kondisi lingkungan
yang mungkin kurang menguntungkan. Di bawah ini adalah merupakan beberapa
bentuk adaptasi tingkah laku (behavioral adaptation) pada binatang/hewan di
sekitar kita disertai pengertian dan arti definisi :
a. Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang
keras dengan cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman).
Hibernasi bisa berlangsung lama secara berbulan-bulan seperti
beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan
energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang
berhibernasi akan memiliki suhu tubuh yang rendah, detak
jantung yang lambat, pernapasan yang lambat, dan lain-lain.
Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa
sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti
ular, ikan, beruang, kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
b. Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara
mengorbankan salah satu bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu
pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding rumah, pohon,
dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan
ekornya sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang
putus akan melakukan gerakan-gerakan yang cukup menarik
perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke ekor
yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih
leluasa.

11
c. Estivasi adalah menonaktifkan diri (dorman) pada saat kondisi
lingkungan tidak bersahabat. Bedanya dengan hibernasi adalah
di mana pada estivasi dilakukan pada musim panas dengan
suhu udara yang panas dan kering. Hewan-hewan seperti
kelelawar, tupai, lemur kerdil, dll akan mengestivasi diri di
tempat yang aman dan terlindung. Pada tumbuhan estivasi juga
dilakukan oleh oleh pohon jati dengan meranggas atau
menggugurkan daun.
d. Simbiosis Rayap dan Flagellata ; Rayap membutuhkan bantuan
makhluk hidup lainnya yaitu flagelata untuk mencerna kayu
yang ada di dalam usus rayap. Tanpa flagellata rayap tidak
akan mampu mencerna kayu yang masuk ke dalam tubuhnya.
Rayap-rayap kecil yang baru menetas mendapatkan flagellata
dengan jalan menjilat dubur rayap dewasa. Rayap secara
periodik melakukan aktivitas ganti kulit dan meninggalkan
bagian usus lama, sehingga rayap akan memakan kulit yang
mengelupas untuk memasukkan kembali flagellata ke dalam
usus pencernaannya.
e. Pernapasan Ikan Paus; Ikan paus adalah mamalia yang mirip
ikan dan hidup di air. Paus memiliki paru-paru yang harus diisi
dengan oksigen dari permukaan laut minimal setiap setengah
jam sekali. Ikan paus ketika muncuk ke permukaan akan
membuang udara kotor lewat hidung mirip seperti air mancur
yang berisi karbon dioksida bercampur uap air jenuh yang
terkondensasi.

BAB III
PENUTUP

12
A. Kesimpulan
Relung adalah tempat hewan didalam lingkungan biotiknya, dalam
hubungannya dengan makanan dan musuh. Respon merupakan kepekaan terhadap
stimulus yang merupakan salah satu ciri utama kehidupan. Respon terbagi atas 2
yaitu, reversibel dan tak-reversibel. Perilaku hewan merupakan aktivitas terarah
berupa respon terhadap kondisi dan sumber daya lingkungan.

B. Saran
Sebagai mahasiswa hendaknya melakukan tugas dan fungsi sebagaimana
mestinya, tanpa didorong oleh rasa keterpaksaan. Termasuk dalam kegiatan
perkuliahan baik di dalam maupun di luar ruangan.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Ekologi hewan. http://cvrahmat.blogspot.co.id/2011/03/ekologi-


hewan.html (diakses 20 februari 2016)

13
Anonim. 2012. Ekologi Hewan Lanjutan. http://mentari-
ceria.blogspot.co.id/2012/06/ekologi-hewan-lanjutaqn.html (diakses 20
februari 2016)

Anonim. 2017. Relung Ekologi. (https://id.wikipedia.org/wiki/Relung_ekologi,


diakses pada 30 Maret 2017)

Godam. 2009. Macam Dan Jenis Adaptasi Mahluk Hidup Morfologi, Fisiologi
dan Tingkah Laku. (http://organisasi.org/macam-jenis-adaptasi-
makhluk-hidup-morfologi-fisiologi-dan-tingkah-laku-untuk-
menyesuaikan-diri, diakses 26 Maret 2011).

14

Anda mungkin juga menyukai