Anda di halaman 1dari 6

KOMPOSISI SERANGGA MALAM YANG DITEMUKAN DIKAWASAN HUTAN

DEKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

Galuh Utari Hayutiasti1


1
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Borneo Tarakan
Email : galuhutari2406@gmail.com

Abstrak
Serangga adalah binatang yang hidup di tempat manapun yang hidup di laut, di darat dan di udara.
Salah satunya adalah hidup di sekitar tanaman, serangga bertindak sebagai penyerbuk, dekomposer
dan juga sebagai hama, serangga memiliki arti yang sangat penting dalam kehidupan manusia, seperti
serangga yang mengunjungi bunga untuk mengambil makanan cair seperti manis. Berdasarkan fakta
di atas, komposisi penelitian telah dilakukan pada malam serangga yang malam serangga yang
ditemukan di kawasan hutan Fakultas Hukum, Universitas Borneo Tarakan. Penelitian ini
menggunakan metode survei deskriptif yaitu dengan mengumpulkan langsung serangga malam dari
lokasi penelitian dengan Light Trap. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan 4
perangkap. Komposisi serangga malam yang ditemukan di kawasan hutan Fakultas Hukum
Universitas Borneo Tarakan terdiri dari, 19 Family dan 26 Genus. Kerapatan relatif tertinggi adalah
genus Empoasca yaitu (0,29%) dan kerapatan relatif terendah adalah genus Chilocorus (0,05%)

Kata kunci: Serangga, Komposisi, Light Trap

Abstract

Insects are animals that live in any places which is live in the sea , on land and in the air . One of
them is live around the plants , insects act as pollinators , decomposers and also as a pest , an
insect has very important meaning in human life , as insects visiting flowers to take liquid food
such as sweet. Based on the fact above, the composition of the research has been done in the night
insects which the night insects which found in forest area Faculty of Law, Borneo Tarakan
University. This study is used a descriptive survey method is by direct collection of insects evening
of the research sites with Light Trap. Sampling is by using 4 traps. The composition of night
insects found in forest area Faculty of Law, Borneo Tarakan University consists of 19 Family
nd 26 Genus . The highest relative of density is Empoasca genus that is ( 0,29 % ) and the lowest
relative density is the Chilocorus genus ( 0.92 %

Keywords: Insect, Compotition, Light Trap

PENDAHULUAN semua daerah dipermukaan bumi, baik di


Serangga merupakan hewan yang
darat , laut maupun di udara. Serangga dapat
tergolong kedalam filum Arthopodha,
berpindah tempat dengan menggunakan
mempunyai lapisan penutup luar yang kokoh
sayap untuk mendapatkan makanan dari
dan beralur membentuk segmen badan.
tumbuhan yang dikunjungi sebagai
Lebih dari 72 % hewan termaksuk golongan
penyerbuk dan mendapatkan kondisi
serangga. Serangga dapat dijumpai pada

1
lingkungan yang baik bagi kehidupan yang disebut serangga malam. Dalam
serangga (Susetya 1994). aktivitasnya, serangga malam ini
memerlukan sedikit cahaya sebagai
Serangga merupakan salah satu
petunjuk jalannya dalam beraktivitas.
komponen yang terdapat di dalam ekosistem
Serangga malam sangat tertarik dengan
yang mempunyai peran yang tidak dapat
cahaya yang agak terang karna serangga
dianggap kecil, sebab kehadirannya
beranggapan warna lampu tersebut sesuai
mempunyai arti banyak bagi komponen
dengan warna makanannya. Setiap ada
lainnya, terutama bagi tumbuhan dan
cahaya serangga pasti akan berkunjung pada
organisme lainnya. Secara ekologis, serangga
cahaya tersebut. (Hadi, 2009).
berperan sebagai komponen rantai makanan
sebagai herbivora, karnivora, pengurai dan Serangga nokturnal memiliki
penyerbuk. Sementara itu, serangga dapat peranan yang penting dalam menjaga dan
menjadi hama, musuh alami, atau vektor melindungi fungsi ekosistem dan berjasa
penyakit bagi tanaman (Hadi, 2009). dalam proses dekomposisi serasah
dedaunan, pembatas laju pertumbuhan
Serangga mempunyai arti yang
tanaman dan sebagai mangsa dari hewan
sangat penting dalam kehidupan manusia,
lain. Serangga nokturnal juga berperan
yaitu sebagai serangga yang mengunjungi
sebagai polinator bagi tumbuhan dengan
bunga untuk mengambil makanan berupa
bunga yang mekar pada malam hari seperti
cairan manis (nektar) dan polen yang
pada Hylocereus costaricensis atau buah
mengandung protein seperti lebah, kupu-
Naga (Febrina et al, 2012).
kupu dan gengat. Bunga juga memiliki bau
menarik yang dapat meningkatkan Melihat serangga nokturnal memiliki peran
kunjungan serangga. Ada juga beberapa penting dalam menjaga dam melindungi
serangga yang mengunjungi bunga untuk fungsi ekosistem, penulis telah melakukan
meletakkan telurnya. Umumnya serangga penelitian tentang “Komposisi serangga
berkunjung untuk melakukan penyerbukan malam yang ditemukan dikawasan hutan
pada saat bunga mekar. Sejumlah serangga Dekan Fakultas Hukum Universitas Borneo
Hymenoptera dan Lepidoptera dewasa telah Tarakan”.
mengembangkan ketergantungan total
METODE PENELITIAN
pada produk-produk bunga untuk
makanannya. Serangga tersebut biasanya Tempat dan Waktu Penelitian
mengunjungi bunga yang mekar pada siang Pengamatan dilakukan di hutan
hari.Serangga yang aktif di malam hari ini Universitas Borneo Tarakan pada bulan Mei

2
2018 dengan menggunakan metode morfologi dengan sumber literatur yang
Purposive Sampling. Untuk mempermudah digunakan. Data spesies yang didapat
pengambilan data digunakan jenis dianalisa keanekaragamanya dengan
pengambilan sampel kuadrat transek. menggunakan analisis data sebagai berikut :
a. Kepadatan
Alat dan Bahan
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Alat yang digunakan yaitu, kayu K=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑢𝑛𝑖𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
penyangga, botol film/kodak (plakon), cetok,
b. Kepadatan
mikroskop stereo/ Lup, kertas label, kuas
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
kecil, pinset, spidol, alat tulis, rool meter, KR = x 100 %
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
alkohol 15%, jenset, lampu warna warni,
c. Frekuensi Relatif
buku kunci identifikasi, kain warna putih.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑑𝑖𝑡𝑒𝑚𝑢𝑘𝑎𝑛
FR= x
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝
Cara Kerja 100%
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk menentukan HASIL DAN PEMBAHASAN
tempat pengambilan sapel pengamatan.
Dari hasil penelitian yang telah
2. Prosedur kerja
dilakukan tentang komposisi serangga
a) Mempersiapkan alat
malam yang ditemukan di kawasan hutan
b) Membentangkan kain putih sebagai
Dekan Fakultas Hukum Universitas Boreo
jebakan serangga.
Tarakan ditemukan 19 family dan 26 spesies
c) Memasang lampu ting pada daerah yang
seperti yang tertera pada Tabel 1. Dilihat dari
ditetapkan. Setiap dua jam sekali
komposisi serangga malam yang ditemukan
mengambil serangga untuk dijadikan
di kawasan hutan Dekan Fakultas Hukum
sampel pengamatan. Adapun waktu
Universitas Borneo Tarakan, Genus Empasca
pengambilan yaitu pukul 20.00, 22.00,
memiliki kepadatan relatif yang paling tinggi
24.00, 02.00.
(0,29 %) hal ini diduga genus Empasca
menyukai hidup ditempat yang lembab, karna
Analisis Data
kawasan hutan di sekitar dekan Fakultas
Analisis data dilakukan berdasarkan
Hukum Universitas Borneo Tarakan
identifikasi jenis-jenis serangga yang telah
merupakan tempat yang cukup lembab pada
diperoleh dari percobaan. Pengamatan
malam hari. Menurut Borror (1992) Empasca
menggunakan analisis deskriptif terhadap
umumnya hidup didalam hutan terutama
data yang diperoleh berdasarkan kecocokan
dekat tempat yang lembab, biasanya terdapat

3
Tabel 1 Komposisi serangga malam yang ditemukan di kawasan hutan Dekan
Fakultas Hukum Universitas Borneo Tatarakn
No. Family Genus Analisis keragaman

∑ K KR FR

1. Cocccinellidae Chilocorus 1 0,25 0,005 25

2. Drosaphilidae Baeodrosophila 1 0,25 0,005 25

3. Cicadellidae Cicida mania 1 0,25 0,005 25

4. Empoasca 60 15 0,29 100

5. Epilachna 11 2,75 0,053 25

6. Blattodea Periplaneta 2 0,5 0,010 50

7. Coptotermes 2 0,5 0,010 25

8. Alydidae Leptocorisa 2 0,5 0,010 25

9. Formicidae Leptogenys 23 5,75

10. Dolichoderus 1 0,25 0,005 25

11. Oecophylla 1 0,25 0,005 25


smaragdina

12. Philodromidae Ebo 1 0,25 0,005 25

13. Dictyopharidae Rhynchomita 2 0,5 0,010 25

14. Culicidae Anopheles 1 0,25 0,005 25

15. Cecidomyiidae Orseolia 1 0,25 0,005 25

16. Rhinotermitidae Macrotermes 2 0,5 0,010 25

17. Acrididae Valanga 2 0,5 0,010 50

18. Dissostneira 18 4,5 0,087 25

19. Glossinidae Glosina 6 1,5 0,029 25

20. Pyiralidae Erionata 18 4,5 0,087 25

21. Ephestia 8 2 0,038 50

22. Libellulidae Neurothemis 1 0,25 0,005 25


terminata

23. Aphrophoridae Philaenus 33 8,25 0,16 25


spumarius

24. Flatidea Siphantini 3 0,75 0,015 25

25. Hymenoptera Proctotrupidae 4 1 0,19 50

26. Sandalidae Sandalus 1 0,25 0,005 25


4
biasanya terdapat pada daun – daun. Genus mencukupi). Hutan di kawasan dekan
Hymenoptera memiliki kepadatan relatif Fakultas hukum bukan merupakan habitat
(0,19 %) Genus Aphrophoridae memiliki yang baik bagi serangga malam tersebut
kepadatan relatif (0,16%). Pada genus
sehingga hanya beberapa jenis serangga
lainnya sebagian besar memiliki kepadatan
saja yang dapat ditangkap, dan jumlah
relatif yang sangat rendah (0,005%)
yang didapatkan tidak terlalu banyak.
diantaranya yaitu genus Chilocorus,
Frekuensi relatif tertinggi adalah
Baeodrosophila, Cicida mania,
genus Empoasca (100%) selanjutnya genus
Dolichoderus, Oecophylla smaragdina,
Periplaneta dan Valanga (50%) dan
Ebo, Anopheles, Orseolia, Neurothemis
sebagian besar genus memiliki frekuensi
terminata, Sandalus. Jumlah kerapatan
retaif (25%). Frekuensi yang tinggi
relatif sangat dipengaruhi oleh banyaknya menujukan bahwa spesies yang ditemukan
spesies yang ditemukan pada jebakan tersebut terdapat dalam beberapa jebakan
yang telah dibuat, semakin banyak yang telah dibuat, hal ini menujukkan
jumlah spesies yang ditemukan maka serangga tersebut sering hadir dalam lahan
membuat jumlah kerapatan relatif juga pengamatan dan penyebaran serangga
menjadi tinggi. Hutan tempat tersebut luas di daerah lahan tersebut. Hal

pengamatan juga mempengaruhi ini sesuai dengan purba (2010) yang


menyatakan bahwa frekuensi relatif
kerapatan relatif serangga, menurut Nair
menunjukan kesering hadiran suatu jenis
(2002) hutan heterogen lebih bervariasi
serangga pada habitat dan dapat
sehingga membuat padat jumlah serangga
menggambarkan penyebaran jenis serangga
yang tertangkap, kondisi ini didukung
tersebut.
oleh ketersediaan makanan pada hutan
tersebut. Hal ini sejalan dengan Sunjaya KESIMPULAN
(1970) yang menyatakan bahwa kehidupan Berdasarkan penelitian yang dilakukan
serangga sangat erat hubungannya dengan tentang serangga malam yang ditemukan di
keadaan lingkungan disekitar habitatnya kawasan hutan sekitar Dekan Fakultas
dalam hal ini faktor fisis, biotis dan makanan. Hukum Universitas Borneo Tarakan dapat
Menurut Untung (1996) Kelimpahan disimpulkan bahwa komposisi serangga
serangga akan berkurang ketika sumber malam yang ditemukan 19 family dan 26
makanan, tempat berlindung, tempat kawin, genus. Genus Empasca memiliki kepadatan
dan faktor lingkungan lainnya tidak relatif dan Frekuensi Relatif tertinggi (KR=

5
0,29 % FR = 100%). Genus Chilocorus
memiliki Kerapatan relatif dan Frekuensi
Relatif terendah (KR = 0,005 % FR = 25%).

DAFTAR PUSTAKA

Febrina Asti, Jasmi dan Armain Lusi. 2012.


Serangga Malam Pada Pertanaman Buah
Naga Berdaging Merah (Hylocereus
costaricencis) di Negarian Ketaping
Kecamatan Batang Anai Kabupaten
Padang Pariaman. Skripsi. Sumatera

Hadi, M. 2009. Biologi Insekta. Graha Ilmu,


Yogyakarta.

Nair . 2002. Keanekaragaman Jenis Serangga


Nocturnal Pada Perkebunan Kelapa Sawit
Kecamatan Besulutu kabupaten Konawe
Sulawesi Tenggara. Skripsi. Universitas
Halu Oleo. Kendari.

Purba G L. 2014. Interaksi Trofik Jenis


Serangga di atas Permukaan Tanah dan
Permukaan Tanah pada Beberapa
Pertanaman Varietas Jagung (Zea mays
Linn). Skripsi. Universitas Sumatera
Utara. Medan

Sunjaya, P.I. 1970. Dasar-Dasar Ekologi


Serangga. Ilmu Hama Tanaman. IPB.
Bogor

Susetya.N. P. 1994. Serangga Di Sekitar


Kita. Kanisius, Yogyakarta.

Untung, K., 1996, Pengantar Pengolahan


Hama Terpadu, Universitas Gadjah Mada
Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai