Sultan Hasanuddin
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Loncat ke navigasiLoncat ke pencarian
Sultan Hasanuddin
• Andi Bau Tenri Padang Opu Datu (P) Istri dari Andi
Djemma Datu Luwu
• Andi Bau Datu Cella Bone (P)
• Andi Bau Tenri Datu Bau (p)
• Andi Bau Parenrengi Datu Lolo (L)
• Andi Bau To'Appo Datu Appo (L)
• Andi Bau Datu Sawa (L).
• Andi Abdullah Bau Massepe(L) dari Pernikahannya dengan
Besse Bulo (Putri La Sadapotto Addatuang Sidenreng XVI )
• Andi Pangerang Petta Rani (L) dari Pernikahannya dengan I
Batasi Daeng Taco
Wafat
Ia Mangkat pada tanggal 18 April 1967 di Jongaya (Jl. Kumala
no.160 Makassar dan masih terjaga dan terawat sampai sekarang
sebagai Rumah Ex. Raja Bone Andi Mappanyukki), di mana
daerah ia juga dilahirkan. Makamnya tidak diletakkan di
pemakaman raja-raja Gowa atau Bone lazimnya, tetapi oleh
masyarakat dan pemerintah Republik Indonesia Makamnya di
letakkan di Taman makam Pahlawan Panaikang Makassar (Ujung
Pandang) dengan upacara kenegaraan.
Pahlawan Nasional RI
berdasarkan SK Presiden: Keppres No. 089/TK/2004, Tgl. 5
November 2004, Andi Mappanyuki diangkat sebagai pahlawan
nasional.[3][4] Menjelang proklamasi, ia juga bertindak sebagai
penasihat BPUPKI. Setelah Indonesia merdeka, ia menyatakan
bahwa Kerajaan Bone merupakan bagian dari Republik Indonesia.
Pada masa Republik Indonesia Serikat, ia ikut menuntut peleburan
Negara Indonesia Timur ke dalam RI. Keteladanan dan keteguhan
hati beliau dalam berjuang dilkuti oleh putra-putranya, yaitu Andi
Pangeran Petta Ranidan Andi Abdullah Bau Maseppe.
La Patau Matanna Tikka, Matinroe ri
Nagauleng
La Patau Matanna Tikka (lahir pada tanggal 03 November 1672
dan wafat pada tanggal 16 September 1714) adalah Sultan Bone
XVI yang menjabat pada tahun 1696-1714. menggantikan Arung
Palakka. Gelaran nama panjang La Patau adalah La Patau
Matanna Tikka, Sultan Alimuddin Idris, Walinonoe To Tenribali
Malae Sanrang, Matinroe ri Nagauleng.
Riwayat Keluarga
La Patau adalah anak adari pasangan La PakokoE To Angkone
Arung Timurung, Paddanreng Tuwa VI (16), Putra Sultan Bone XIII
La Maddaremmeng dan We Tenri Wale Mappolo BombangE
Maddanreng Palakka yang merupakan adik dari [Arung Palakka]]
Arung Palakkan menikahkan La Patau Matanna Tikka dengan We
Ummung Datu Larompong anak dari La Settia Raja, PajungngE ri
Luwu MatinroE ri Tompo’tikka yang kemudian melahirkan We
Batari Toja Daeng Talaga. Pada tahun 1687 Masehi, La Patau
Matanna Tikka dinikahkan lagi oleh pamannya Arung Palakka di
Makassar yaitu We Mariama Karaeng Pattukangan, anak
KaraengE ri Gowa yang bernama I Mappadulung Daeng
Mattimung Tumenanga ri Lakiung atau cucu yang juga merupakan
cucu dari Sultan Hasanuddin.
Dari perkawinannya itu lahirlah empat anak, yaitu We Yanebana I
Dapattola La Pareppa To Sappewali, La Padassajati To Appaware
dan La Panaongi To Pawawoi. Diriwayatkan bahwa selain kedua
permaisuri La Patau di atas, tercatat 18 (delapan belas) orang istri
lainnya dalam Lontaraq antara lain adalah Sitti Maemuna (Dala
Maru'), I Akiya (Datu Baringeng), We Rakiya (Dala Bantaeng), We
Biba To Unynyi', We Maisa To Lemo Ape', We Leta To BaloE, We
Sangi To BikuE, We SIa, We Sitti To Palakka, We Najang To Soga,
We Caiya To BaloE, We Cimpau To UciE, We Baya To Bukaka,
We Sitti, We Saira Karobang, We Sanra To Soppeng, We Ati, dan
We Rupi.
Riwayat Pemerintahan
La Patau dikenal sebagai raja yang sangat menghargai hukum
adat istiadat. Ia sangat konservatif dan juga sangat tegas kepada
para pemadat atau pecandu dan perbuatan-perbuatan yang
mengganggu keamanan masyarakat sehingga dalam masa
pemerintahannya semua adat istiadat berjalan dengan baik.
Baginda tidak memandang bulu, siapa saja yang melanggar pasti
dihukum termasuk keluarganya sendiri.
Pada masa kekuasaannya, Tercatat dua kali nyaris terjadi
peperangan antara Bone dengan Gowa termasuk perang melawan
mertuanya sendiri yaitu KaraengE ri Gowa yang bernama I
Mappadulung Daeng Mattimung Sultan Abdul Jalil, ayah dari
isterinya yang bernama We Mariama Karaeng Patukangang.
Pertama, yaitu pada tahun 1700 Masehi ketika Sulle DatuE ri
Soppeng yang bernama Daeng Mabbani dibunuh oleh La
Pasompereng Arung Teko.
KaraengE ri Gowa menyangka kalau La Pasompereng didukung
oleh Arumpone La Patau untuk membunuh Daeng Mabbani yang
kejadiannya di SalassaE ri Gowa. Namun Belanda segera turu
tangan untuk menengahi kedua pihak sehingga peperangan tidak
berlanjut.Perang kedua yaitu pada tahun 1709 Masehi ketika La
Padassajati melakukan kesalahan besar di Bone. Karena takut
dihukum oleh ayahandanya sendiri maka melarikan diri ke Gowa
untuk minta perlindungan kepada kakeknya. Oleh Karena
permintaan Arumpone bersama Adat Tujuh Bone agar La
Padassajati dikembalikan ke Bone untuk dihukum tidak dipenuhi
oleh KaraengE ri Gowa, maka Bone menyatakan perang dengan
Gowa. Sementara KaraengE ri Gowa juga menyatakan dengan
tegas bahwa lebih baik berperang dari pada menyerahkan cucunya
kepada Bone untuk dihukum. Sebelum perang dimulai, Raja Gowa
meninggal dunia. Maka La Pareppai To Sappewali saudara La
Padassajati sendiri yang tidak lain adalah juga anak dari La Patau
menggantikan kakeknya sebagai Somba ri Gowa. La Pareppai To
Sappewali juga bersikap sama dengan tetap menolak untuk
menyerahkan saudaranya ke Bone. Konflik ini juga ditengahi oleh
Belanda, sehingga perang perang antara anak dengan ayah
menjadi terhindarkan. La Patau adalah raja yang pertama
mengangkat Matowa sebagai pemimpin orang-orang Wajo yang
tinggal di Makassar dengan tujuan agar orang-orang Wajo yang
tinggal di Makassar dapat diawasi keadaan sehari-harinya karena
mengingat pada waktu itu La Patau mempunyay tugas sebagai
Raja Bone, dan sekaligus juga sebagai Ranreng Tuwa di Wajo. La
Patelleng Amanna Gappa adalah orang yang pertama diangkat
sebagai Matowa Wajo.
La Patau juga menjabat sebagai Ranreng Tuwa di Wajo yang
diwarisi dari ayahandanya, dan juga sebagai Arung Ugi'. Pada
mulanya La Patau diminta menjadi Datu Soppeng namun menolak
karena menurutnya masih adanyang lebih pantas dan dituakan
yaitu We Ada, namun setelah We Ada wafat maka datanglah
kembali orang Soppeng meminta memegang Soppeng dan Bone
sekaligus sehingga barulah La Patau bersedia.