Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan bersifat tiga dimensi ruang dan berkembang berdasarkan


waktu. Ini tidak berarti bahwa lingkungan adalah seragam baik dalam waktu
ruang maupun waktu. Pada kenyataannya faktor lingkungan alami selalu
memperlihatkan perubahan baik secara vertikal mauoun lateral, dan dikaitkan
dengan waktu, mereka juga memperlihatkan variasi baik secara harian mauoun
tahunan. Dengan demikian waktu dan ruang lebih tepat dikatakan sebagai dimensi
dari lingkungan, jadi bukan merupakan faktor atau komponen lingkungan.

Untuk memberikan gambaran yang lebih baik, bagaimana variasi


lingkungan di dalam suatu ekosistem kita ambil contoh di suatu hutan. Secara
vertikal akibat adanya stratifikasi hutan maka kita akan ketahui baha terlihst
perbedaan yang nyata adanya radiasi dari suhu, cahaya, kelembaban, dan lain –
lain. Suhu pada permukaan tanah akan berbeda dengan suhu udara sekitarnya,
demikiian juga secara vertikal ke atas maupun ke dalam permukaan tanah akan
terlihat adanya gradiasi suhu ini. Demikian juaga secara lateral meskipun
gambarannya tidak sejelas perubahan vertikal tadi, akibat perbedaan stratifikasi
dan mungkin topografi berbagai faktor lingkungan akan berada di suatu tempat ke
tempat lainnya.

Dalam lingkungan kita mempertimbangkan dua tipe dasar komponen yang


berinteraksi satu sama lain karena mereka berada dalam kontak langsung dengan
satu sama lain dan keduanya memodifikasi perilaku mereka sesuai dengan
perubahan dalam simbiosis, untuk diketahui. Faktor biotik dan faktor abiotik,
kedua komponen tersebut berada pada suatu tempat dan berinteraksi membentuk
suatu kesatuan yang teratur. Misalnya, pada suatu ekosistem aquarium, ekosistem
ini terdiri dari ikan, tumbuhan air, plankton yang terapung di air sebagai
komponen biotik, sedangkan yang termasuk komponen abiotik adalah air, pasir,
batu, mineral dan oksigen yang terlarut dalam air.

1
Adapun dalam makalah ini kami hanya akan menjelaskan mengenai
bagaimana interaksi mayarakat tumbuhan dengan lingkungan fisik (abiotik).
Sehingga dapat memberikan informasi kepada pembaca mengenai interaksi yang
terjadi antara tumbuhan dengan lingkungan fisiknya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah hubungan antara faktor lingkungan fisik ?
2. Bagaimanakah faktor pembatas menurut hukum minimum liebig dan
hukum toleransi shel ford ?
3. Bagaimanakah konsep faktor pembatas yang meliputi cahaya, suhu, air ?
4. Bagaimanakah sifat fisik tanah, sifat mineral dan kimia tanah, unsur hara,
serta sifat dan ciri biologi tanah ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan fisik
2. Untuk mengetahui Faktor pembatas menurut hukum minimum liebig dan
hukum toleransi shel ford
3. Untuk mengetahui konsep faktor pembatas yang meliputi cahaya, suhu,
air
4. Untuk mengetahui sifat fisik tanah, sifat mineral dan kimia tanah, unsur
hara, serta sifat dan ciri biologi tanah

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Hubungan Antara Faktor Lingkungan

Hubungan Kehidupan dari lingkungan hidup itu disebut Ekosistem.


Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik
antara mahkluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu
tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan
hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang
kompleks dan memiliki penyusun yang beragam. Di bumi ada bermacam-macam
ekosistem.
Telah dipahami bahwa dalam kajian ekosistem adalah penting untuk menganali-sis
bagaimana faktor-faktor lingkungan beroperasi atau berfungsi. Dalam kenyataannya telah
dipahami bahwa faktor-faktor lingkungan saling berinteraksi satu sama lainnya, sehingga sangat
sulit untuk memisahkan pengaruh hanya dari satu faktor lingkungannya. Sebagai contoh bahwa
kedua faktor iklim dan topografi akan mempengaruhi per-kembangan suatu tanah. Demikian
juga iklim tanah akan berpengaruh secara kuat dalam pola kontrolnya terhadap komponen
biotik, menentukan jenis-jenis yang akan mampu menempati suatu tempat atau daerah tertentu.
Meskipun demikian karakteristik mendasar dari ekosistem apapun akan ditentukan atau diatur
oleh komponen biotiknya. Pengaruh dari variabel abiotik akan dimodifikasi oleh tumbuhan dan
hewan, misalnya terciptanya perlingdungan oleh pohon meskipun sifatnya terbatas. Faktor-
faktor abiotik merupakan penentu secara mendasar terhadap ekosistem, sedangkan kontrol
faktor biotik setidaknya tetap menjadi penting dalam mempengaruhi penyebaran dan fungsi
individu dalam jenis makhluk hidup. Semua faktor lingkungan bervariasi secara ruang dan
waktu. Organisme hidup bervariasi terhadap variasi lingkungan ini, sehingga hubungan ini akan
mebentuk komunitas dan ekosistem tertentu, baik berdasarkan ruang dan waktu.

3
2.2 Faktor Pembatas (Hukum Minimum Liebig dan Hukum Toleransi
Shelford)
a. Hukum minimum
Dalam tahun 1840 Justus Von Liebig, seorang pakar kimia dari Jerman, mem-
prakarsai satu kajian dalam pengaruh berbagai faktor terhadap per-tumbuhan tanaman.
Leibig berpendapat bahwa hasil dari suatu panen tanaman sering dibatasi oleh nutrisi yang
diperlukan dalam jumlah yang banyak seperti karbon dan air. Leibig menemukan bahwa
kekurangan fosfor sering kali merupakan faktor yang membatasi pertumbuhan tanaman
tersebut. Penemuan ini membawa pada pemikiran bahwa adanya faktor penentu yang
mungkin membatasi produktifitas tanaman. Pemikirannya ini kemudian dikembangkan
menjadi hukum yang terkenal dengan “Hukum Minimum”, yang dinyatakan sebagai
berikut: pertumbuhan dari tanaman tergantung pada sejumlah bahan makanan yang berada
dalam kuantitas terbatas atau sedikit sekali.
Hukum minimum hanya berperan dengan baik untuk materi kimia yang diperlu-
kan untuk pertumbuhan dan reproduksi. Liebig tidak mempertimbangkan peranan faktor
lainnya, namun kemudian para peneliti lainnya mengembangkan pertanyaannya yang
menyangkut faktor suhu dan cahaya.
Sebagai hasilnya mereka menambahkan dua pertanyaan, yaitu :
1. Hukum ini berlaku hanya dalam kondisi keseimbangan yang dinamis (steady state).
Apabila masukan dan keluaran energi dan materi dari ekosistem tidak berada pada
keseimbangan, jumlah berbagai substansi yang diperlukan akan berubah terus dan
hukum minimum tidak berlaku.
2. Hukum minimum harus memperhatikan juga adanya interaksi diantara faktor-faktor
lingkungan. Konsentrasi yang tinggi atau ketersediaan yang melimpah dari suatu
substansi mungkin akan mempengaruhi laju pemakaian dari substansi lain dalam
jumlah yang minimum. Sering juga terjadi organisasi hidup memanfaatkan unsur
kimia tambahan yang mirip dengan yang diperlukan yang ternyata tidak ada di
habitatnya.

4
b. Hukum Toleransi dari Shelford
Salah satu perkembangan yang paling berarti dalam kajian faktor lingkungan
terjadi pada tahun 1913 ketika Victor Shelford mengemukakan hukum toleransi, yang
menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan suatu jenis mempunyai suatu kondisi
minimum dan maksimum yang dapat dipikulnya, diantaranya kedua harga ekstrim ini
merupakan kisaran toleransi dan termasuk kondisi optimum.

Gambar 2.1 : Kurva kisaran toleransi lingkungan


Sumber: www. Google. com
Kisaran toleransi dapat dinyatakan dalam bentuk kurva lonceng, dan akan ber-
beda untuk setiap jenis terhadap faktor lingkungan yang sama atau mempunyai kurva yang
berbeda untuk satu jenis organisme terhadap faktor-faktor lingkungan yang ber-beda.
Misalnya jenis A mungkin mempunyai batas kisaran yang lebih luas terhadap suatu suhu
tetapi mempunyai kisaran yang sempat terhadap kondisi tanah.
Untuk memberikan gambaran terhadap kisaran toleransinya ini, biasanya dipakai
awalan steno (kisaran toleransi sempit), diawali yuri (kisaran toleransi luas). Shelford
menyatakan bahwa jenis yang kisaran toleransi yang luas untuk berbagai faktor lingku-
ngan akan menyebar secara luas, dan menambahkan bahwa dalam fase reproduksi da-ri
daur hidup tumbuhan maka faktor-faktor lingkungan lebih membatasi: biji, telur, embrio
mempunyai kisaran yang sempit jika dibandingkan dengan fasa dewasanya.
Hasil penelitian Shelford telah memberikan dorongan dalam kajian berbagai
ekologi toleransi. Berbagai percobaan dilakukan di laboratorium untuk mendapatkan atau
menentukan kisaran toleransi dari individu suatu jenis makhluk hidup terhadap berbagai

5
faktor lingkungan. Hasilnya sangat berguna untuk aspek-aspek terapan, seperti menentukan
toleransi jenis terhadap pencemaran air yang sedikit banyak akan memberikan gambaran
dalam hal penyebaran tersebut. Shelford sendiri memberikan penjelasan dalam hukumnya
bahwa reaksi suatu organisme terhadap faktor lingkungan tertentu mempunyai hubungan
yang erat dengan kondisi lingkungan yang lainnya, misalnya apabila nitrat dalam tanah
terbatas jumlahnya maka resistensi rumput terha-dap kekeringan akan menurun. Dengan
demikian ia juga sudah memberikan gambar-an bahwa adanya kemungkinan yang tidak
menyeluruh hasil penelitian di laboratorium (kondisi buatan) yang memperlihatkan
hubungan antara satu faktor lingkungan dengan organisme hidup. Shelford juga melihat
kenyataan bahwa sering organisme hidup, tum-buh-tumbuhan dan hewan-hewan, hidup
berada pada kondisi yang tidak optimal. Me-reka berada dalam kondisi yang tidak optimal
ini akibat kompetisi dengan yang lain-nya, sehingga berada pada keadaan yang lebih efektif
dalam kehidupannya. Misalnya berbagai kehidupan tumbuh-tumbuhan di padang pasir
sesungguhnya akan tumbuh lebih baik di tempat yang lembab, tetapi mereka memilih
padang pasir karena adanya keuntungan ekologi yang lebih. Demikian juga dengan
anggrek sebenarnya kondisi optimalnya berada pada keadaan penyinaran yang langsung,
tetapi mereka hidup di bawah naungan karena faktor kelembaban sangat lebih
menguntungkan.

2.3 Konsep Faktor Pembatas (Cahaya, Suhu, Air)

Meskipun hukum Shelford ini pada dasarnya benar, tetapi sekarang para pakar ekologi
berpendirian bahwa pendapat ini terlalu kaku. Akan lebih bermanfaat apabila menggabungkan
konsep minimum dengan konsep toleransi untuk mendapatkan gambaran yang lebih umum.
Hal ini didasarkan kenyataan gambaran yang lebih umum lagi. Hal ini di dasarkan kenyataan
bahwa kehadiaran dan keberhasilan dari organisme hidup itu tergantung pada kondisi-kondisi
yang tidak sederhana. Organisme hidup di alam dikontrol tidak hanya oleh suplai materi yang
minimum diperlukan tetapi juga oleh faktor-faktor lainnya yang keadaan kritis. Faktor apapun
yang kurang atau melebihi batas toleransinya mungkin akan merupakan pembatas dalam per-
ubahan jenis. Memang sulit untuk menentukan dialam faktor-faktor pembatas ini, karena
masalah yang erat kaitannya dengan pemisahan pengaruh setiap komponen lingkungan secara
terpisah dihabitatnya. Nilai lebih dari penggabungan konsep faktor pembatas adalah dalam

6
memberikan pola atau arahan dalam kajian hubungan-hubungan yang kompleks dari faktor
lingkungan ini.
Para pakar ekologi sekarang menyadari bahwa terlalu banyak perha-tian yang
ditujukan pada kajian kisaran toleransi dan faktor-faktor pembatas itu sendiri. Kajian hendaknya
diarahkan untuk mempelajari bagaimana tumbuhan dan hewan berkem-bang untuk menguasai
habitat tertentu dan meng-hasilkan kisaran toleransi-toleransi terhadap faktor-faktor lingkungan
untuk mempertahankan diri. Kajian ekologi toleransi yang didasarkan oleh pemi-kiran Liebig
dan Shelford pada umumnya tidak menjawab pertanyaan menda-sar ekologi, bagaimana jenis-
jenis teradaptasi terhadap beberapa faktor pembatasnya. Pandangan ekologi yang lebih
berkembang adalah memikir-kan perkembangan jenis untuk mencapai suatu kehidupan dengan
perhatik-an kisaran toleransi sebagai hasil sampingan dari persyaratan yang dipilih dalam pola
kehidupan. Pendekatan ini menekankan pentingnya evolusi yang membawa pergantian yang
lebih baik hubungannya antara individual suatu jenis dengan habitatnya.

Gambar 2.2 : faktor pembatas produksi Tanaman


Sumber: www. Google. com
1. Cahaya
Cahaya merupakan factor abiotik yang sangat penting peranannya
untuk kehidupan sebagai sumber energi. Cahaya matahari adalah sumber
cahaya alami yang utama selain cahaya bulan, bintang dan cahaya buatan.
Bagi masyarakat tumbuhan, cahaya matahari merupakan factor lingkungan

7
yang mempunyai pengaruh ekologi yang paling nyata karena cahaya
mempunyai pengaruh terhadap berbagai kegiatan fisiologi, misalnya :
fotosintesis, transpirasi dan respirasi, penutupan dan pembukaan stomata,
pertumbuhan dan perkembangan, pembungaan, gerakan atau taksis, dan
perkecambahan biji. Dalam proses tersebut cahaya menjadi energi dasar untuk
menggiatkan seluruh proses kehidupan dan berbagai proses system enzim
yang terlibat dalam rangkaian proses metabolisme dan fotosintesis.
Hubungan masyarakat tumbuhan dengan cahaya sangat erat berkaitan
dengan :
a. Jumlah cahaya
Jumlah cahaya yang diterima bumi ditentukan oleh letak lintang ( latitude )
dan musim. Latitude berhubungan langsung dengan sudut datang sinar
matahari dengan permukaan bumi. Sedangkan sudut sinar matahari tergantung
pula dengan musim dan kemiringan ( slope ). Lamanya periode cahaya
matahari atau panjang hari ditentukan oleh musim.
b. Kualitas cahaya
Kualitas cahaya adalah mutu cahaya yang diterima, yang dinyatakan
dengan panjang gelombang. Cahaya itu terdiri dari berbagai panjang
gelombang dan warna.
Sehubungan dengan tanaman, tidak semua panjang gelombang dapat
bermanfaat bagi tanaman. Panjang gelombang yang berfungsi untuk aktivitas
fotosintesa tanaman adalah berkisar antara 400 mμ atau sinar tampak. Selang
panjang gelombang yang menghasilkan cahaya yang dapat dilihat disebut
dengan PAR ( Photosynthetically Active radiation ), yaitu sebuah penelitian
besarnya absorpsi tanaman ( klorofil ) ternyata setiap panjang gelombang
memperlihatkan daya absorpsinya yang berbeda – beda. Perbedaan itu
disebabkan oleh perbedaan kloropfil yang terdapat pada tanaman, yakni
klorofil a ( C55 H72 O5 N4 Mg ) dan klorofil b ( C55 H70 O6 N4 Mg ).
Adaptasi tumbuhan terhadap factor cahaya berbeda – beda. Terdapat dua
kelompok masyarakat tumbuhan yang sangat ditentukan oleh banyaknya
intensitas cahaya, yaitu tumbuhan yang menyukai cahaya terbuka yang

8
disebut tumbuhan Heliophita dan tumbuhan naungan atau tumbuhan lindung
yang disebut tumbuhan Sciophyta.
Selain itu terdapat pula tumbuh – tumbuhan yang beradaptasi terhadap
lamanya penyinaran ( fotoperiodisitas ) yang akan berpengaruh terhadap
proses pembungaan. Diketahui terdapat tiga kelompok tumbuhan berdasarkan
respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran/hari ( panjang hari ) yaitu :
1) Tumbuhan berhari panjang adalah tumbuhan yang respon berbunga atau
proses pembungaannya memerlukan fotoperiodisitas lebih dari 12 jam
sehari.
2) Tumbuhan berhari pendek adalah tumbuhan yang untuk proses
pembungaannya membutuhkan penyinaran bila panjang hari kurang dari
panjang hari maksimum ( nilai kritis yaitu selama 12 – 14 jam ).
3) Tumbuhan netral yaitu tumbuhan berbunga yang tidak dipengaruhi
panjang hari. Tumbuhan ini umumnya terdapat di daerah tropika dan dapat
berbunga sepanjang tahun.

2. Suhu
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung maupun
tidak langsung terhadap organisme hidup. Berperan langsung hampir pada setiap fungsi
dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut,
sedangkan peran tidak langsung de-ngan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama
suplai air. Suhu akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja
keefektifan hujan tetapi juga laju kehilangan air dari organisme hidup. Sebenarnya sangat
sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai faktor lingku-ngan.
Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas ketika cahaya diabsorbsi
oleh suatu substansi. Tambahan lagi suhu sering berperan bersamaan dengan cahaya dan
air untuk mengontrol fungsi-fungsi organisme. Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam
suatu lingkungan tetapi sulit untuk menentukan suhu yang bagai-mana yang berperan
nyata, apakah keadaan minimum, maksimum atau keadaan harga rata-ratanya yang
penting.

9
a. Suhu dan tumbuhan
Kehidupan di muka bumi berada dalam suatu batas kisaran suhu antara 0ºC
sampai 30ºC, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu minimum,
maksimum, dan optimum yang diperlukan untuk aktivitas metabolismenya. Suhu yang
diperlukan organisme hidup dikenal dengan suhu kardinal. Suhu tumbuhan biasanya
kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena adanya pertukaran suhu yang secara
terus menerus antara tumbuhan dengan udara sekitarnya. Kisaran toleransi suhu bagi
tumbuhan sangat bervariasi, untuk tanaman di tropika, semangka, tidak dapat mento-leransi
suhu dibawah 15º -18º. Sebaliknya konifer di daerah temperatur masih bisa men-toleransi
suhu sampai serendah minus 30ºC, tumbuhan air umumnya mempunyai ki-saran toleransi
suhu yang lebih sempit bila di bandingkan dengan tumbuhan di daratan. Secara garis besar
semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi suhu yang berbeda tergantung pada
umumnya. Keseimbangan air dan juga keadaan musim.

b. Variasi Suhu
Sangat sedikit tempat-tempat dipermukaan bumi secara terus menerus berada
dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidup-an, suhu biasanya
mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu ini berkaitan
dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi lokal berdasarkan topo-grafi
dan jarak dari laut. Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan
dan ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu; pada permu-kaan kanopi hutan
dengan suhu dibagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas.
Demikian juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air. Seperti halnya dengan
faktor cahaya, letak dari sumber panas (matahari), bersama-sama dengan berpu-tarnya
bumi pada porosnya akan me-nimbulkan variasi suhu dialam tempat tumbuhhan hidup.
Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah-ubah setiap saat tergantung pada lintasan
awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap musim, setiap tahun dan gejala ekologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak panas
dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, de-ngan demikian suhu akan
naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu tertinggi setengah hari. Setelah
lewat petang mulailah terjadi penurunan suhu muka bumi ini akibat radiasi yang lebih besar

10
dibandingkan radiasi yang diterima. Pada ma-lam hari penurunan suhu muka bumi akan
bertambah lagi, panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan
radiasi berjalan terus, akibat ada kemung-kinan suhu permukaan bumi lebih ren-dah dari
suhu disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu harian, dan fluktuasi suhu
yang paling tinggi akan terjadi didaerah antara ombak, ditepi pantai.
Berbagai karakteristik muka bumi penyebab variasi suhu :
1) Komposisi warna dan tanah, makin terang warna tanah makin banyak panas dipan-
tulkan, makin gelap warna tanah makin banyak panas diserap.
2) Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat memberikan res-
pon pada pancaran panas dari pada tanah yang padat, terutama erat kaitannya dengan
penembusan dan kadar air tanah, makin ba-sah tanah makin lambat suhu berubah
3) Kerimbunan tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak dengan be-bas
maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka dengan tempat tertutup
vegetasi. Tetapi kalau angin tidak berhembus keadaan akan sangat berlainan, de-
ngan kerimbunan yang rendah sudah mampu mereduksi pemanasan tanah oleh
pemancaran sinar matahari. Ditambah lagi kelembaban udara dibawah kerim-bunan
tumbuhan akan menambah banyaknya panas yang dipakai untuk pemanas-an uap
air. Akibatnya akan menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang di-
pancarkan kembali oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian
fluktuasi suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
fluktuasi suhu ditempat terbuka atau tidak bervegetasi.
4) Iklim, mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukan adanya pengaruh
iklim. Asap dan gas yang terdapat diudara kota sering mere-duksi radiasi. Partikel-
partikel debu yang melayang diudara merupakan inti dari uap air dalam proses
kondensasinya, uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi pengaruh radi-asi
matahari tadi.
5) Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng sebesar 50 dapat mereduk-si
suhu, sebanding dengan 45 km perjalanan kekutub.

Variasi suatu berdasarkan waktu atau temporal terjadi baik musiman maupun
harian, semua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.

11
c. Pengaruh Suhu terhadap Tumbuhan
Seluruh reaksi kimia pada proses fisiologi dan metabolisme dipengaruhi oleh suhu.
Reaksi kimia berlangsung lebih cepat dengan kenaikan suhu. Pada kisaran suhu tertentu,
reaksi kimia berlangsung dua kali lebih cepat pada kenaikan suhu udara 100C (hukum Van’t
Hoff). Suhu berpengaruh terhadap katalisator yakni berbagai macam enzim dalam tubuh
tumbuhan enzim dan senyawa protein rusak akibat suhu terlalu ting-gi atau terlalu rendah.
Enzim akan mengendap dan kehilangan kemampuannya untuk mempercepat reaksi.
Setiap tumbuhan memiliki kisaran suhu, dimana proses-proses fisiologi tumbuhan
berlangsung cepat dan cepat. Terdapat tiga rangkaian suhu, yakni suhu minimum, suhu
optimum dan suhu maksimum yang sangat berpengaruh terhadap laju proses fisiologis dan
metabolisme. Rangkaian suhu tersebut disebut suhu kardinal (cardinal temperature).
Dibawah suhu minimum tumbuhan berhenti tumbuh, pertumbuhan cepat dan lancar terjadi
pada suhu optimum tumbuhan menjadi tidak aktif. Suhu kardinal tanaman budidaya tropis
seperti sorghum adalah 16 - 47ºC. Sedangkan suhu kardinal tanaman budidaya daerah
iklim sedang adalah 2 - 34ºC (Jen Hu Chang, 1968). Contoh tanaman daerah iklim sedang
(temperate) adalah gandum, barley dan Oats. Dengan demikian suhu menentukan
komunitas tumbuhan dan macam speciesnya. Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu
rendah akan mengakibatkan kerusakan (inyury) pada tumbuhan.

d. Suhu dan Produktivitas

Laju respirasi dan fotosintesis dari tumbuhan haruslah terjadi sedemi-kian rupa
sehingga terdapat produktivitas bersih. Untuk tumbuhan umumnya suhu optimum un-tuk
respirasi lebih tinggi dari suhu optimum untuk fotosintesis. Diatas suhu tertentu respirasi
akan melebihi fotosintesis, maka akan terjadi kelaparan bagi tumbuhan ter-sebut. Hal inilah
yang berperan dalam membatasi penyebaran tumbuhan di daerah dingin ke arah hangat.

e. Thermoperiodisma
Thermoperiodisma merupakan jawaban dari tumbuhan terhadap situasi suhu yang
bersifat ritmik. Hal ini dapat terjadi baik secara musim atau harian. Tumbuhan yang
biasanya hidup pada tempat-tempat dengan suhu yang berfluktuasi berkecen-derungan

12
akan mengalami gangguan apabila ditumbuhkan pada tempat suhu yang konstan.
Kebanyakan tumbuhan akan tumbuh baik bila suhu lingkungan berubah-ubah, misalnya,
tomat mempunyai laju pertumbuhan optimum bila berada pada tempat de-ngan suhu siang
25ºC dan suhu malam sekitar 10ºC. Fluktuasi suhu ini menghasilkan keseimbangan
opimum antara respirasi dengan fotosintesis.
Beberapa jenis tumbuhan memerlukan suhu malam hari dibawah suhu minimum
untuk terjadinya pembungaan. Dan pada beberapa tumbuhan fluktuasi teratur diperlukan
untuk perkecambahan. Thermoperiodisma membatasi penyebaran tumbuhan baik
berdasarkan garis lintang maupun ketinggian tempat.

f. Suhu dan Dormansi Tumbuhan


Dormansi tidak saja terjadi pada tumbuhan yang hidup pada lingkungan yang
dingin, tetapi pada tumbuhan yang hidup di daerah iklim hangat. Tumbuhan ditropika
sering mempunyai fase dorman yang tidak ada kaitan-nya dengan suhu. Diperkirakan
bahwa fenomena ini telah memungkingkan nenek moyang pohon-pohon temperata berasal
dari berimigrasinya dari tropika ke temperata. Sebagai gejala umum dormansi diinduksikan
dalam tumbuhan ditemperata sebagai jawaban terhadap fotoperioda. Tetapi fasa dorman
dari tumbuhan akan dipecahkan oleh suhu yang dingin, gejala ini disebut vernalisasi. Bila
tidak cukup dingin untuk memecahkan masa dorman maka tumbuhan tidak mampu untuk
hidup lagi.
Kebanyakan pohon dan perdu di daerah Inggris, misalnya, memerlukan antara 200
sampai 300 jam di bawah suhu 9ºC untuk tujuan penyilangan. Tanaman bianual se-perti
beet dan seledri menghasilkan daun dan umbi dalam musim tumbuh pertama dan berbunga
pada musim tumbuh kedua. Dengan memanfaatkan suhu dingin buatan sik-lus hidup akan
terjadi secara lengkap hanya dalam satu tahun.
g. Masa / Musim Pertumbuhan
Masa / musim pertumbuhan adalah suatu periode waktu ketika semua kondisi
lingkungan yang diperlukan untuk tumbuh berada dalam keadaan memuaskan / cocok.
Suhu merupakan salah satu faktor yang paling kritis dalam menentukan panjang musim
masa pertumbuhan, terutam untuk tumbuhan yang hidup di tropika faktor kesediaan air,
dalam hal ini jumlah dan lamanya hujan, merupakan faktor penentu untuk masa/ musim

13
pertumbuhan ini. Rata-rata suhu harian atau rata-rata suhu bulanan sering dipakai untuk
menentukan masa / musim pertumbuhan di daerah garis lintang tinggi, salah satuna adalah
didasarkan pada suhu minimum pertumbuhan.

h. Suhu Minimum Untuk Pertumbuhan


Musim pertumbuhan didefinisikan sebagai periode ketika suhu berada diatas batas
ambang tertentu yang diperlukan untuk tumbuh. Batas ambang ini berlainan, dari 0ºC
sampai 100ºC, tetapi umumnya dipakai 6ºC sebagai batas suhu minimum yang di-perlukan
untuk pertumbuhan tanaman pertanian. Di Amerika Serikat musim pertum-buhan ini
sering dibatasi oleh “hari bebas kebekuan”, yaitu jumlah dari berurutan selama suhu secara
terus-menerus diatas 0ºC. Satu hal yang perlu dipahami, metode manapun dipergunakan
untuk menentukan masa pertumbuhan, sampai sekarang be-lum betul-betul memuaskan.
Dalam hal ini tidak diperhitungkan kenyataan atau adanya kenyataan bahwa suhu udara
akan dimodifikasi oleh keadaan ling-kungan lainnya, seperti tanah, topografi, dan vegetasi.
(Metode lain untuk menentukan masa/ musim pertumbuhan diantaranya adlah berdasarkan
suhu terakumulasi dan unit fototermal, Emberlin,1983)

3. Air
Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, semua organisme hidup
memerlukan kehadiran air ini. Perlu dipahami bahwa jumlah air disistem bumi kita ini
adalah terbatas dan dapat berubah-ubah akibat proses sirkulasinya. Pengeringan bumi sulit
untuk terjadi karena adanya siklus melalui hujan, aliran air, transpirasi, dan evapo-rasi yang
berlangsung secara terus-menerus. Bagi tumbuhan air adalah penting karena dapat
langsung mem-pengaruhi kehidupannya. Bahkan air sebagai bagian dari faktor iklim yang
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perubahan struktur dan or-gan tumbuhan.

a. Peranan air bagi tumbuhan di bawah ini :


Struktur Tumbuhan : air merupakan bagian terbesar pembentuk jaringan dari
semua makluk hidup ( tak terkecuali tumbuhan). Antara 40% sampai 60% dari berat segar
pohon terdiri dari air, dan bagi tumbuhan herbal jumlahnya mungkin akan mencapai 90%.
Cairan yang mengisi sel akan mampu menjaga substansi itu untuk berada dalam keadaan
yang tepat untuk ber-fungsi metabolisme.

14
Sebagai Penunjang : tumbuhan memerlukan air untuk penunjang jaringan-
jaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan ini mempunyai cukup air maka sel-sel
akan berada dalam keadaan kukuh. Tekanan yang diciptakan oleh kehadiran air di dalam
sel disebut tekanan turgor dan sel akan menjadi mengembang, dan apabila jumlah air tidak
memadai maka tekanan turgor berkurang dan isi sel akan mengkerut dan terjadilah
plasmolisis.
Alat Angkut : tumbuhan memanfaatkan air sebagai alat mengangkut materi
disekitar tubuhnya. Nutrisi masuk melalui akar dan bergerak kebagi-an tumbuhan lainnya
sebagai substansi yang terlarut dalam air. Demikian pula karbohidrat yang dibentuk di daun
diangkut ke jaringan-jaringan lain-nya yang tidak berfotosintesis dengan cara yang sama.
Pendingin : kehilangan air dari tumbuhan oleh transpirasi akan mendinginkan
tubuhnya dan menjaga dari pemanasan yang berlebihan. Putaran permenit selama 30-40
menit.

b. Masuknya Air dalam Tumbuhan


Tumbuhan umumnya menyerap air tanah oleh sistem akarnya, meskipun pada
beberapa tumbuhan sederhana tetapi lumut kerak dan lumut daun mampu menyerap air
dari sekitarnya secara langsung. Air memasuki akar melalui bulu-bulu akar yang sangat
halus yang berada sekitar 6 mm setelah tudung akar. Sistem bulu akar ini mem-perluas
permukaan aktif yang mampu menyerap air, dan secara terus menerus diper-baharui sesuai
dengan per-tumbuhan akar menembus tanah

c. Pergerakan Air dalam Tumbuhan


Dalam tumbuhan paku-pakuan dan spermatofita air, bergerak melalui jaringan
khusus yang disebut xylem, yang strukturnya sangat berbeda-beda tergantung pada
pengelompokannya, yang secara umum bersamaan dengan bentuk tabung. Air dido-rong
naik sebagian akibat daya kapiler, tetapi seba-gian basar bergerak naik akibat perbedaan
tekanan antar daun dengan yang akan menghasilkan aliran yang terus-me-nerus melalui
tumbuhan. Dalam tum-buhan yang tidak mempunyai jaringan xylem air diangkut
keseluruh tubuh oleh proses osmosis.

15
d. Bagaimana Air meninggalkan tumbuhan
Umumnya air yang masuk ketanah dan tumbuhan akan hilang melalui proses
penguapan, dan hanya 2% air yang diserap oleh akar dipakai membentuk lebih ba-nyak
materi tumbuhan. Pada prinsipnya air akan meninggalkan tumbuhan melalui tiga cara:
Transpirasi : yaitu bagian yang paling utama dari kehilangan air ini. Dalam daun
air diuapkan dari dinding sel keruang antar sel. Dari sini didifu-sikan keluar ke udara
melalui lubang kecil di daun yang disebut stomata / mulut daun. Mulut-mulut daun ini akan
terbuka pada siang hari dan menutup pada malam hari. Fungsi utama adalah memberi
kemungkinan untuk terjadi-nya pertukaran gas antara tumbuhan dengan udara.
Penguapan kutikula : sebagian air mungkin mampu menguap melalui kutikula
dari daun atau tangkai. Dan hanya sebagian kecil air hilang dengan cara ini, umumnya
kurang dari 10% dari total kehilangan air.
Gutasi : di daerah yang lembab kehilangan air akibat penguapan terlalu sulit.
Untuk tumbuhan yang hidup pada habitat ini mempunyai lubang pada ujung xylem dari
daun sebagai adaptasi morfologi dan fisiologi. Lubang ini lebih dikenal dengan hitoda, yang
memungkinkan air menetes langsung keluar dari daun yang disebut gutasi.

e. Laju Kehilangan Air


Jumlah air yang diperlukan oleh tumbuhan dan konsekuensinya daya toleransi
terhadap lingkungan adalah ditentukan utamanya oleh laju kehilangan air, yang harga-nya
tidak saja dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tetapi juga oleh keadaan tumbuhan itu
sendiri.

f. Kondisi lingkungan
Faktor-faktor lingkungan seperti suhu, kelembapan udara, dan angin kesemua-nya
berperan terhadap laju penguapan dan mempengaruhi jumlah air yang hilang dari
tumbuhan.

g. Ukuran dan Struktur Tumbuhan


Ukuran Tumbuhan : umumnya tumbuhan yang besar memerlukan lebih banyak
air dari pada tumbuhan kecil pohon Quercus misalnya menguapkan 675 L air, sedang-kan
jagung hanya menguapkan 2,5 L air selama musim panas di daerah temperata.

16
Ukuran Daun : umumnya didaerah lembab yang mempunyai laju penguapan
rendah daun-daun menjadi besar untuk mendukung transpirasi, sedangkan daun-daun
tumbuhan didaerah kering berukuran kecil-kecil untuk mengurangi penguapan.

Jumlah dan ukuran stomata : rapatan dan ukuran stomata sangat berlainan untuk
setiap jenis tumbuhan. Transpirasi pada dasarnya akan lebih efisien pada daun dengan
ukuran stomata kecil tapi banyak jumlahnya dari pada daun dengan stomata besar tapi
sedikit jumlahnya.

Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering biasanya mempunyai


stomata dengan jumlah sedikit, bahkan pada daerah kering ini stomata tumbuhan ter-buka
pada malam hari dan tertutup pada siang hari dengan tujuan mengurangi kehi-langan air
akibat transpirasi.

h. Kekurangan dan Kelebihan Air


Di lingkungan daratan dengan situasi kelebihan air maka tanah menjadi jenuh air,
permasalahan utama pada situasi seperti ini adalah tidak adanya udara dalam tanah
sehingga perakaran tumbuhan tidak bisa bernafas dan juga tanah sering menjadi asam. Jika
jumlah air tidak memadai untuk keperluan tumbuhan maka sel menjadi lembek, dan
stomata menutup untuk mengurangi kehilangan air berkelanjutan. Kondisi air tanah seperti
ini dikenal dengan titik kelayuan, dan sel-sel tumbuhan mulai untuk terjadinya plasmolisis
yang biasanya berjalan berkepanjangan. Dan apabila situasi kekurangan air ini terus
menerus maka tumbuhan akan mati. Umumnya tumbuhan yang berada di dae-rah kering
ini berada dalam keadaan setengah dehidrasi pada siang hari yang diim-bangi dengan
penyimpanan dalam kese-imbangan airnya pada malam hari.

i. Efisisensi Transpirasi
Jenis tumbuhan yang berbeda memerlukan jumlah air yang berbeda pula untuk
pertumbuhannya. Perbandingan antara produktifitas bersih dengan air yang ditrans-
pirasikan merupakan efisiensi transpirasi dari tumbuhan. Biasanya dinyatakan sebagai berat
air yang ditranspirasikan dalam gram untuk menghasilkan 1 gram berat organik kering.
Misalnya, efisiensi transpirasi dari gandum adalah 507, tentang 408, dan tanam-an di
daerah kering 250.

17
j. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Kondisi Ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering dialami oleh tumbuhan, meskipun
dipahami bahwa hujan bukanlah satu-satunya faktor yang dapat menimbulkan suhu tinggi
bisa juga memberikan pengaruh kekurangan air ini. Bila musim kering itu bersifat periodik
dan merupakan karakteristik daerah, maka tumbuhan yang berada di daerah itu akan
memperlihatkan penye-suaian dirinya, berbagai cara penyesuaian ini tergan-tung pada
tumbuhan itu. Umumnya memperlihatkan reduksi dari daun dan bahan, memperpendek
siklus hidup atau biji matang atau dekat permukaan, rambut akar ber-tambah banyak, sel
kutikula menebal, dinding sel mengandung banyak ikatan lipid. Jaringan polisade
berkembang lebih baik tetapi sebaliknya dengan bunga karang, sel dan ruang antarsel
mengecil tetapi jaringan lignin membesar. Kecepatan fotosintesis, tekanan osmosa dan
permeabilitas protoplasma meninggi dan diikuti dengan penurun-an viskositas
protoplasma, akibat perbandingan tepung dan gula menjadi besar, ber-bagai usaha untuk
mengatasi air atau mengurangi kebutuhan air bagi tumbuhan:

2.4 Tanah (Sifat Fisik Tanah, Sifat Mineral dan Kimia Tanah, Unsur Hara,
Sifat dan Ciri Biologi Tanah)

Menurut Ismal (1998), faktor tanah dalam penelaahan ekologi disebut juga
faktor edafik (edaphic factors). Pembahasan tentang faktor tanah tidak terbatas
hanya membicarakan tanah sebagai materi yang berasal dari bahan induk tapi juga
mencakup masalah kandungan yang ada di dalamnya baik fisik maupun biologis.
Menurut Mawarti (2012), faktor-faktor edafik adalah faktor-faktor yang
bergantung pada keadaan tanah, kandungan air dan udara di dalamnya.
Perbedaan-perbedaan pada tanah sering merupakan penyebab utama terjadinya
perubahan vegetasi dalam daerah iklim yang sama. Oleh sebab itu, faktor edafik
mempunyai arti yang sangat besar bagi geografi tumbuhan.
Faktor edafik atau faktor tanah sangat berpengaruh besar terhadap
pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan kebutuhan utama yang menjamin
kehidupan tumbuhan berasal dari tanah, seperti unsur hara, air, dan udara. Oleh
sebab itu, tingkat kesuburan tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan.

18
Menurut Yura (2012), faktor-faktor edafik diantaranya adalah: a) Fragmen
Mineral, b) Air Tanah, c) Udara dalam Tanah, d) Bahan Organik, e) Organisme
Hidup.
Dibawah ini dijelaskan beberapa faktor edafik, diantaranya sebagai
berikut:
1. Tanah dan Bahan Tanah
Menurut Ismal (1998), tanah adalah penghubung dan suatu mata rantai
antara bahan induk dan kehidupan-kehidupan diatas permukaannya. Oleh
sebab itu tanah berkembang dari batuan induk melalui interaksi dari iklim,
organisme hidup dan substrat. Batuan induk yang telah mengalami proses
tersebut akan menyusun formasi tanah yang mencakup bahan-bahan organik
dan anorganik serta organisme yang telah tercampur aduk didalamnya
Tumbuhan dan binatang mengkontribusikan bahan-bahan organik
tanah. Material yang dikontribusikan tersebut antara lain adalah bahagian-
bahagian yang telah mati,seperti akar dan daun atau organisma secara
keseluruhan yang telah mati. Komposisi bahan organik tanah umumnya adalah
95% total nitrogen , 5%-60% fosfat (berupa fosfat organik dan 10-80% sulfur)
(Ismal, 1998).
Menurut Lugito (2012), bahan organik adalah bagian dari tanah yang
merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa
tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus
mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika,
dan kimia.
Bahan organik tanah dapat berasal dari:
a. Sumber primer, yaitu: jaringan organik tanaman (flora) yang dapat berupa:
(a) daun, (b) ranting dan cabang, (c) batang, (d) buah, dan (e) akar.
b. Sumber sekunder, yaitu: jaringan organik fauna, yang dapat berupa:
kotorannya dan mikrofauna.
c. Sumber lain dari luar, yaitu: pemberian pupuk organik berupa: (a) pupuk
kandang, (b) pupuk hijau, (c) pupuk bokasi (kompos), dan (d) pupuk
hayati.

19
2. Tanah Sebagai Medium
Menurut Kurniawan (2010), tanah dikenal manusia sejak pertama kali
manusia mengenal budi daya pertanian. Sampai sekarang manusia masih
mempelajari tanah karena masih banyak hal yang perlu dikaji dari tanah agar
budi daya pertanian lebih berkembang. Tanah menjadi tumpuan hidup
manusia karena sampai sekarang belum ada yang menggantikan posisi tanah
sebagai media tanam, meskipun sekarang sedang dikembangkan media tanam
secara hidroponik. Tanah yang memiliki fungsi penting untuk kehidupan
menjadikan manusia tidak hanya mengetahui tanah sebagai tempat tumbuh
tanaman, tetapi juga harus mengetahui tanah sebagai pelindung tanaman dari
berbagai macam penyakit. Tuntutan seperti inilah yang harus mendorong
manusia untuk selalu mengembangkan ilmu yang berhubungan dengan tanah.
Menurut M.Seta (2013), sebagai media tanam, tanah menyediakan
faktor-faktor utama untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan
udara dengan fungsinya sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu
tanah. Semua faktor tersebut haruslah seimbang agar pertumbahan tanaman
baik dan berkelanjutan.
Unsur hara tanah yang diperlukan terdiri dari unsur makro (yang
diperlukan dalam jumlah banyak) meliputi N, P, K, Ca, Mg, dan S, dan unsur
mikro (yang diperlukan dalam jumlah sedikit) meliputi Fe, Mn, B, Mo, Cu,
Zn, dan Cl.

Selain kandungan unsur makro dan mikro, tanah juga harus


mengandung air. Daya simpan air pada jenis tanah tertentu akan berbeda, hal
ini tergantung dari struktur tanahnya. Yang diperlukan dari media yang baik
adalah jenis tanah yang dapat menyimpan air tetapi tidak berlebih, sesuai
dengan kebutuhan tanaman dengan kondisi musim apapun.

3. Fisika Tanah
Beberapa sifat fisika tanah yang utama adalah:
a. Tekstur Tanah

20
Menurut Hardjowigeno (1992 dalam Madjid, 2007), tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah merupakan perbandingan
antara butir-butir pasir, debu dan liat. Tekstur tanah dikelompokkan dalam
12 kelas tekstur. Kedua belas klas tekstur dibedakan berdasarkan prosentase
kandungan pasir, debu dan liat.
1) Pasir adalah tanah dengan tekstur kasar yang terasa sangat jelas, tidak
melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan. (lihat : Gambar
2.3)

Gambar 2.3 : Pasir


Sumber: www. Google. com
2) Pasir berlempung adalah tanah dengan tekstur kasar yang terasa jelas,
sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali
hancur. (lihat : Gambar 2.4)

Gambar 2.4 : Pasir Berlempung


Sumber: www. Google. com

21
3) Lempung berpasir adalah tanah dengan tekstur yang terasa kasar agak
jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur. (lihat :
Gambar 2.5)

Gambar 2.5 : Lempung berpasir


Sumber: www. Google. com
4) Lempung adalah tanah dengan tekstur yang tidak terasa kasar dan tidak
licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit
dibuat gulungan dengan permukaan mengkilat (lihat : Gambar 2.6)

Gambar 2.6 : Tanah Lempung


Sumber: www. Google. com
5) Lempung berdebu adalah tanah yang apabila terasa licin, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan
mengkilat. (lihat : Gambar 2.7)

22
Gambar 2.7 : Lempung berdebu
Sumber: www. Google. com
6) Debu adalah tanah yang apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat
dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilat.
(lihat : Gambar 2.8)

Gambar 2.8 : Debu


Sumber: www. Google. com
7) Lampung beliat adalah tanah yang apabila terasa agak licin, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan
yang agak mudah hancur. (lihat : Gambar 2.9)

Gambar 2.9 : Lempung Beliat


Sumber: www. Google. com

23
8) Lempung Liat Berpasir adalah tanah yang apabila terasa halus dengan
sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh,
dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur.(lihat : Gambar 2.10)

Gambar 2.10 : Lempung Liat Berpasir


Sumber: www. Google. com
9) Lempung Liat Berdebu adalah tanah yang apabila terasa halus, terasa
agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk
gulungan dengan permukaan mengkilat (lihat : Gambar 2.11)

.
Gambar 2.11 : Lempung Liat Berdebu
Sumber: www. Google. com
10) Liat Berpasir adalah tanah yang apabila terasa halus, berat tetapi sedikit
kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
(lihat : Gambar 2.12)

24
Gambat 2.12 : Liat
Sumber: www. Google. com
11) Liat berdebu adalah tanah dengan tekstur halus, berat, agak licin, sangat
lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan. (lihat :
Gambar 2.13)

Gambar 2.13 : Liat Berdebu


Sumber: www. Google. com
12) Liat adalah tanah yang teksturnya terasa berat dan halus, sangat lekat,
dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan. (lihat :
Gambar 2.14)

25
Gambar 2.14 : Liat
Sumber: www. Google. com

b. Struktur Tanah
Menurut Madjid (2007), struktur tanah merupakan gumpalan kecil
dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir
pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan
organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil
(struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan)
yang berbeda-beda.
Struktur tanah dikelompokkan dalam 4 bentuk, antara lain:
1) Granular, yaitu struktur tanah yang berbentuk granul, bulat dan porous,
struktur ini terdapat pada horison A.

Gambar 2.15 : Granular


Sumber: www. Google. com
2) (Gumpal (blocky), yaitu struktur tanah yang berbentuk gumpal membuat
dan gumpal bersudut, bentuknya menyerupai kubus dengan sudut-sudut

26
membulat untuk gumpal membulat dan bersudut tajam untuk gumpal
bersudut, dengan sumbu horisontal setara dengan sumbu vertikal,
struktur ini terdapat pada horison B pada tanah iklim basah.

Gambar 2.16 : Gumpal (blocky)


Sumber: www. Google. com
3) Prisma (prismatic), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih
besar daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya rata, struktur ini
terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.

Gambar 2.17 : Prisma (prismatic)


Sumber: www. Google. com
4) Tiang (columnar), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertical lebih besar
daripada sumbu horizontal dengan bagian atasnya membuloat, struktur
ini terdapat pada horison B pada tanah iklim kering.

27
Gambar 2.18 : Tiang (Columnar)
5) Lempeng (platy), yaitu struktur tanah dengan sumbu vertikal lebih kecil
daripada sumbu horizontal, struktur ini ditemukan di horison A2 atau
pada lapisan padas liat.

Gambar 2.19 : Lempeng (platy),


Sumber: www. Google. com
6) Remah (single grain), yaitu struktur tanah dengan bentuk bulat dan
sangat porous, struktur ini terdapat pada horizon A.

Lapisan Tanah

28
Gambar 2.20 : Lapisan Tanah
Sumber: www. Google. com

Keterangan:
- Horizon O,yakni horizon tanah yang didominasi oleh bahan
organik.
- Horizon A,yakni horizon mineral yang terbentuk di permukaan
atau di bawah horizon O yang menunjukkan kehilangan
keseluruhan atau sebagian struktur asli batuan.
- Horizon E, yakni horizon tanah mineral dengan karakteristik
khusus, telah terjadi kehilangan lempung silikat,besi aluminium,
atau kombinasinya, dan yang tinggal merupakan akumulasi debu
atau pasir.
- Horizon B, yakni horizon tanah yang terbentuk di bawah horizon
A,E, atau O yang bersifat rapuh dan memiliki warna value rendah,
warna chroma tinggi, atau memiliki hue lebih merah.
- Horizon C, yakni horizon yang tidak termasuk batuan induk yang
keras dan tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, E, atau B.

29
- Horizon R, yakni horizon tanah yang terbentuk dari batuan induk
yang keras termasuk granit, basal, quarsitik, dan batuan kapur
keras.

4. Kimia Tanah
Menurut Safriansyah (2010), beberapa sifat kimia tanah yang penting
untuk diketahui dan dipahami, meliputi:
a. pH Tanah
pH adalah tingkat keasaman atau kebasa-an suatu benda yang diukur
dengan menggunakan skala pH antara 0 hingga 14. Sifat asam mempunyai
pH antara 0 hingga 7 dan sifat basa mempunyai nilai pH 7 hingga 14.
1) Pengelompokan kemasaman tanah adalah sebagai berikut:
Sangat masam untuk pH tanah < 4,5
2) Masam untuk pH tanah berkisar antara 4,5 s/d 5,5
3) Agak masam untuk pH tanah berkisar antara 5,6 s/d 6,5
4) Netral untuk pH tanah berkisar antara 6,6 s/d 7,5
5) Agak alkalis untuk pH tanah berkisar antara 7,6 s/d 8,5
6) Alkalis untuk pH tanah > 8,5.

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)


Salah satu sifat kimia tanah yang terkait erat dengan ketersediaan
hara bagi tanaman dan menjadi indikator kesuburan tanah adalah Kapasitas
Tukar Kation (KTK) atau Cation Exchangable Cappacity (CEC). KTK
merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan (cation
exchangable) pada permukaan koloid yang bermuatan negatif. Satuan hasil
pengukuran KTK adalah milliequivalen kation dalam 100 gram tanah atau
me kation per 100 g tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan ukuran kemampuan
tanah dalam menjerap dan dan mempertukarkan sejumlah kation. Makin
tinggi KTK, makin banyak kation yang dapat ditariknya. Tinggi rendahnya
KTK tanah ditentukan oleh kandungan liat dan bahan organik dalam tanah

30
itu. Tanah yang memiliki KTK yang tinggi akan menyebabkan lambatnya
perubahan pH tanah.
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat
erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan
bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada
tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah
berpasir (Hardjowogeno 2003 dalam Madjid 2007).
5. Sifat dan Ciri Biologi Tanah
Biologi tanah adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme hidup
dan proses-proses kehidupan pada ekosistem darat. Organisme tanah adalah
makhluk hidup yang menghabiskan seluruh atau sebagian hidupnya di tanah.
Adapaun klarifikasi organisme tanah berdasarkan ukuran tubuhnya (1)makro-
organisme ( > 2 mm lebarnya), (2)meso-organisme (0,2-2 mm lebarnya dan
(3)mikro-organisme (< 0.2 mm lebarnya).

Gambar 2.21 : Berbagai macam organisme tanah


Sumber: www. Google. com
Aktivitas organisme tanah menentukan sifat dan ciri tanah Faktor-
faktor yang mempengaruhi aktivitas organisme tanah .Iklim (curah hujan,
suhu, tanah (pH, kelembaban, tº, hara, .Vegetasi (hutan, padang rumput dan

31
Parameter aktivitas organisme tanah jumlahnya dalam tanah, bobot tiap unit
isi atau luas tanah (biomassa) dan Aktivitas metaboliknya.

6. Adaptasi Tumbuhan Terhadap Jenis Tanah


Menurut Ismal (1998), tanah sangat penting pengarunhnya terhadap
penyebaran tumbuhan. Berdasarkan tanah yang disenanginya, tumbuhan dapat
diklasifikasikan atas:
a. Oxylophytes, yaitu tumbuhan yang senang hidup di tanah yah pHnya
rendah atau tanah-tanah masam.
b. Holophytes, yaitu tumbuhan yang suka hidup di tanah-tanah yang kadar
salinitasnya tinggi, atau tanah-tanah asin.
c. Psammophytes, yaitu tumbuhan yang senang hidup pada tanah-tanah
berpasir.
d. Lithophytes, yaitu tumbuhan yang suka hidup pada tanah-tanah yang
permukaannya berbatu-batu.
e. Chasmophytes, yaitu tumbuhan yang suka hidup pada celah-celah batu.
Menurut Utoyo (2010), berdasarkan tingkat kelembapannya, berbagai
jenis tumbuhan dapat diklasifikasikan ke dalam empat kelompok utama, yaitu
sebagai berikut.
1) Xerophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat tahan terhadap lingkungan
hidup yang kering atau gersang (kelembapan udara sangat rendah), seperti
kaktus dan beberapa jenis rumput gurun.
2) Mesophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan
yang lembap, seperti anggrek dan jamur (cendawan).
3) Hygrophyta, yaitu jenis tumbuhan yang sangat cocok hidup di lingkungan
yang basah, seperti eceng gondok, selada air, dan teratai.
4) Tropophyta, yaitu jenis tumbuhan yang mampu beradaptasi terhadap
perubahan musim kemarau dan penghujan. Tropophyta merupakan flora
khas di daerah iklim muson tropis, seperti pohon jati.

32
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Suatu masyarakat tumbuhan adalah sekelompok tumbuh – tumbuhan yang


tersusun dari berbagai jenis vegetasi yang menempati suatu tempat tumbuh atau
habitat tertentu di mana terdapat hubungan timbal balik antara tumbuhan satu
dengan yang lain, dan dengan habitat dan lingkungannya. Faktor-faktor lingkungan
saling berinteraksi satu sama lainnya, sehingga sangat sulit untuk memisahkan pengaruh hanya
dari satu faktor lingkungannya . Hubungan yang terjadi pada umumnya terbentuk
antara masyarakat tumbuhan dengan lingkungan abiotik dan biotik.

Factor pembatas hukum minimum berperan dengan baik untuk materi kimia yang
diperlu-kan untuk pertumbuhan dan reproduksi sedangkan hukum toleransi shelford yang
menyatakan bahwa untuk setiap faktor lingkungan suatu jenis mempunyai suatu kondisi
minimum dan maksimum yang dapat dipikulnya, diantaranya kedua harga ekstrim ini
merupakan kisaran toleransi dan termasuk kondisi optimum. Cahaya merupakan factor
abiotik yang sangat penting peranannya untuk kehidupan sebagai sumber energy.
Suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat berperan baik langsung maupun tidak langsung
terhadap organisme hidup. Air merupakan faktor lingkungan yang sangat penting, semua
organisme hidup memerlukan kehadiran air ini.

3.2 Saran

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini para pembaca boleh dapat


mengerti mengenai interaksi masyarakat tumbuhan dengan lingkungan fisik
sehingga dapat menambah wawasan pembaca dan penulis dan tidak lupa juga
kami membutuhkan kritik dan saran para pembaca sehingga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.

33
Daftar Pustaka

Anonymous. 2010. Ekologi Tumbuhan-Biologi-Fmipa-Unhas.


https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1
&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwistsuniYrTAhVJq48KHVqyDzoQFgg
ZMAA&url=https%3A%2F%2Fpustakabiolog.files.wordpress.com%2F20
12%2F10%2Fbab-2-faktor-lingkungan-dalam-ekologi-
tumbuhan.docx&usg=AFQjCNGpX37GYy7oUfqN9xahegRmKm0IPA&s
ig2=wjoB8zPH6oYpDKVJ1EmE_A&bvm=bv.151426398,d.dGc (Diakses
pada tanggal 25 Maret 2017, pukul 17.35 Wita).
Hadi, Nasir._____. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan.
https://www.academia.edu/25630668/Buku_Ajar_Ekologi_Tumbuhan
(Diakses pada tanggal 25 Maret 2017, pukul 17.30 Wita)
Ismal, Gazali. 1998. Ekologi Tumbuhan dan Tanaman Pertanian (Pengantar ke
Agroekologi). Padang: Angkasa Raya. (Online, Diaksed pada tanggal 25
Maret 2017, pukul 15.50 Wita).
Kurniawan, Firman. 2010. Mengenal Tanah Sebagai Media Tanam. Bogor
Agricultural University , (Online), ( http://www.ipb.ac.id, diakses tanggal
25 Maret 2017 , pukul 15.45 Wita).
Lugito. 2012. Organisme Tanah dan Bahan Organik Tanah, (Online),
( http://lugito-center.blogspot.co.id/2012/11/nama-lugito-npm
1114121122-prodi.html, Diakses tanggal 25 Maret 2017, pukul 15.45
Wita).
M.Seta, Rasantika. 2013. Mengemali Tanah Sebagai Media Tanam, (Online),
(http://www.ideaonline.co.id/iDEA2013/Eksterior/Taman/Mengenali-
Tanah-Sebagai-Media-Tanam, diakses tanggal 25 Maret 2017, pukul 15.50
Wita).
Madjid, A. 2007. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Bahan Ajar Online Fakultas Pertanian
Unsri, (Online), ( http://dasar2ilmutanah.blogspot.com. Diakses tanggal 25
Maret 2017).
Mawarti, Indah. 2012. Pengaruh Faktor Edafik Terhadap Penyebaran

34
Tumbuhan, (Online),
( https://indahmawarti.wordpress.com/2012/10/20/pengaruh-faktor-edafik-
terhadap-penyebaran-tumbuhan/, diakses tanggal 25 Maret 2017, pukul
15.50 Wita).
Safriansyah, Dedi. 2010. Sifat Kimia Tanah. (Online),
(http://dsafriansyah.blogspot.co.id/2010/04/sifat-kimia-tanah.html, diakses
tanggal 25 Maret 2017, pukul 15.50 Wita).
Septi. 2012. Organisme Tanah, (Online),
(http://septychep.blogspot.co.id/2012/03/organisme-tanah.html, diakses
tanggal 25 Maret 2017, pukul 15.50 Wita).
Utoyo, Bambang. 2010. Geografi Membuka Cakrawala Dunia Kelas XI, (Online),
(http://geografi-geografi.blogspot.co.id/2010/08/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-sebaran.html, diakses tanggal 25 Maret 2017).
Yura, Rhieya. 2012. Pengaruh Faktor Edafik Terhadap Persebaran
Tumbuhan, (Online),
(https://rhieyayura.wordpress.com/2012/10/23/pengaruh-faktor-edafik-
terhadap-persebaran-tumbuhan/, diakses tanggal 15 Maret 2017).

35

Anda mungkin juga menyukai