Anda di halaman 1dari 36

HABITAT DAN

RELUNG EKOLOGI (NICHE)


A. Habitat

Kehadiran suatu populasi hewan di suatu tempat dan


penyebaran spesies hewan itu di muka bumi, selalu
berkaitan dengan habitat dan relung ekologi yang
ditempatinya.
HABITAT
Secara umum habitat
menunjukkan corak lingkungan
yang ditempati populasi hewan
itu dalam kaitan hubungannya
dengan faktor-faktor lingkungan
biotik dan abiotik.
Habitat suatu populasi hewan
pada dasarnya merupakan
totalitas sumberdaya lingkungan
baik berupa ruang termasuk tipe
substrat atau medium, cuaca dan
iklim, serta vegetasi yang terdapat
di lingkungan yang ditempati
populasi itu
HABITAT
Habitat adalah tempat hidup
makhluk hidup, misalnya
habitat kodok adalah di darat
setelah dewasa, di air bila masih
menjadi berudu atau telurnya.
Dalam hal ini kodok
mempunyai dua habitat.
Contoh lain, yaitu pohon bakau
mempunyai habitat di pantai
yang berlumpur dan tanah
bersalinitas serta arus yang
tenang.
Morrison (2002) mendefinisikan habitat sebagai
sumberdaya dan kondisi yang ada di suatu kawasan
yang berdampak yang ditempati oleh suatu species.

Setiap makhluk hidup mempunyai habitat yang sesuai


dengan kebutuhannya. Apa yang akan terjadi bilamana
habitat suatu organisme mengalami gangguan atau
perubahan? Diskusikan!
Mikrohabitat dan makrohabitat
Beberapa istilah seperti makrohabitat dan
mikrohabitat penggunaannya tergantung dan merujuk
pada skala apa studi yang akan dilakukan terhadap
satwa menjadi pertanyaan. Dengan demikian
makrohabitat dan mikrohabitat harus ditentukan untuk
masing-masing studi yang berkenaan dengan spesies
spesifik.

Secara umum, macrohabitat merujuk pada ciri khas


dengan skala yang luas seperti zona asosiasi vegetasi.
.
Populasi-populasi hewan yang mendiami habitat itu
akan terkonsentrasi ditempat-tempat dengan kondisi
yang paling cocok bagi pemenuhan persyaratan
hidupnya masing-masing.
Bagian dari habitat yang merupakan lingkungan  yang
kondisinya paling cocok dan paling akrab berhubungan
dengan hewan dinamakan mikrohabitat. 
mikrohabitat memegang peranan penting dalam
menentukan keanekaragaman jenis yang
mempengaruhi habitat itu.
Contoh makrohabitat dan mikrohabitat : Organisme
penghancur (pembusuk) daun hanya hidup pada
lingkungan sel-sel daun lapisan atas fotosintesis,
sedangkan spesies organisme penghancur lainnya
hidup pada sel-sel daun bawah pada lembar daun yang
sama hingga mereka hidup bebas tidak saling
mengganggu. Lingkungan sel-sel dalam selembar
daun di atas disebut mikrohabitat sedangkan
keseluruhan daun dalam lingkungan makro disebut
makrohabitat
Habitat dalam batas tertentu sesuai dengan persyaratan
makhluk hidup yang menghuninya. Batas bawah persyaratan
hidup itu disebut titik minimum dan batas atas disebut titik
maksimum. Antara dua kisaran itu terdapat titik optimum.
Ketiga titik itu yaitu titik minimum, titik maksimum dan titik
optimum disebut titik cardinal.
Apabila sifat habitat berubah sampai diluar titik minimum
atau maksimum, makhluk hidup itu akan mati atau harus
pindah ke tempat lain.
Misalnya jika terjadi arus terus-menerus di pantai habitat
bakau, dapat dipastikan bakau tersebut tidak akan bertahan
hidup . Apabila perubahannya lambat, misalnya terjadi selama
beberapa generasi, makhluk hidup umumnya dapat
menyesuaikan diri dengan kondisi baru di luar batas
semula.Melalui proses adaptasi itu sebenarnya telah terbentuk
makhluk hidup yang mempunyai sifat lain yang disebut
varietas baru atau ras baru bahkan dapat terbentuk jenis baru.
Berdasarkan variasi habitat menurut ruang,dapat dikenal4
macam habitat
a.      Habitat yang konstan yaitu habitat yang kondisinya
terus-menerus relatif baik atau kurang baik.
b.      Habitat yang bersifat memusim yaitu habitat yang
kondisinya relatif teratur berganti-ganti antara baik dan
kurang baik.
 c.       Habitat yang tidak menentu yaitu habitat yang
mengalami suatu periode dengan kondisi baik yang lamanya
bervariasi diselang-selingi oleh periode dengan kondisi
kurang baik yang lamanya juga bervariasi sehingga
kondisinya tidak dapat diramal.
d.      Habitat yang ephemeral yaitu habitat yang mengalami
periode dengan kondisi baik yang berlangsung relatif singkat
diikuti oleh suatu periode dengan kondisi yang kurang baik
yang berlangsungnya lama sekali. ( Kramadibrata, 1996 ).
Habitat sebagai fungsi dari ruang dapat dikenal
dengan :
 a.       Habitat yang berkesinambungan : meliputi area
dengan kondisi baik luas sekali, melebihi daerah yang
dapat dijelajahi hewan.
b.      Habitat yang terputus-putus : menunjukan area
yang berkodisi baik dan tidak berselang seling serta
hewan dengan mudah dapat menyebar dari area baik
yang satu ke yang lainnya.
 c.       Habitat yang terisolasi : area yang terbatas dan
terpisah jauh dari area lainnya sehingga hewan tidak
dapat mencapainya kecuali bila didukung factor
kebetulan.
Misal suatu pulau kecil yang di huni oleh populasi rusa.
Jika makanan habis rusa tersebut tidak dapat berpindah
ke pulau lain. Pulau kecil tersebut merupakan bukan
habitat terisolasi bagi suatu populasi burung yang dapat
dengan mudah pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih
cocok disebut habitat yang terputus.
Habitat makhluk hidup dapat lebih dari satu, misalnya
burung pipit, habitat untuk mencari makannya adalah
di sawah dan habitat untuk bertelur adalah pohon-
pohonan di kampung.
Ikan salem yang terkenal di Eropa dan Amerika utara,
waktu dewasa mempunyai habitat di laut. Waktu akan
bertelur ikan itu berenang ke sungai sampai ke hulu. Di
daerah hulu ikan bertelur. Anak ikan untuk beberapa
tahun tinggal di sungai. Kemudian pergi ke laut untuk
menjadi dewasa sampai saatnya ikan akan bertelur.
Istilah habitat dapat dipakai untuk menunjukkan
tempat tumbuh sekelompok organisme dari
berbagai jenis yang membentuk suatu komunitas.
Relung Ekologi
Istilah relung (niche) pertama kali dikemukakan oleh
Joseph Grinnell pada tahun 1917.
Menurut Grinner, relung merupakan bagian dari
habitat yang disebut dengan mikrohabitat.
Dengan pandangan seperti ini, Grinnell mengatakan
bahwa setiap relung hanya dihuni oleh satu spesies.
Pandangan relung yang dikemukakan oleh Grinnell
inilah yang disebut dengan relung habitat.
Secara umum dapat dikatakan bahwa relung ekologi
merupakan suatu konsep abstrak mengenai
keseluruhan persyaratan hidup dan interaksi
organisme dalam habitatnya.
Dalam hal ini habitat merupakan penyedia berbagai
kondisi dan sumberdaya yang dapat digunakan oleh
organisme sesuai dengan persyaratan hidupnya
Relung ekologi merupakan gabungan khusus antara
faktor fisik (mikrohabitat) dan kaitan biotik (peranan)
yang diperlukan oleh suatu jenis untuk aktivitas hidup
dan eksistensi yang berkesinambungan dalam
komunitas (Soetjipto, 1992).
Niche (relung) ekologi mencakup ruang fisik yang
diduduki organisme , peranan fungsionalnya di dalam
masyarakatnya (misal: posisi trofik) serta posisinya dalam
kondisi lingkungan tempat tinggalnya dan keadaan lain
dari keberadaannya itu.
Ketiga aspek relung ekologi itu dapat dikatakan sebagai
relung atau ruangan habitat, relung trofik dan relung
multidimensi atau hypervolume.
Oleh karena itu relung ekologi sesuatu organisme tidak
hanya tergantung pada dimana dia hidup tetapi juga apa
yang dia perbuat (bagaimana dia merubah energi, bersikap
atau berkelakuan, tanggap terhadap dan mengubah
lingkungan fisik serta abiotiknya), dan bagaimana jenis lain
menjadi kendala baginya
Contoh, jika kita mengatakan relung habitat dari
kalajengking, maka kita akan menjelaskan
mikrohabitat kalajengking tersebut.
Dengan demikian kita harus menjelaskan pada suhu
dan kelembaban berapa kalajengking hidup, apakah
dia tahan terhadap cahaya atau tidak, apakah dia
hidup di tanah dalam lubang, atau di pohon, dan
sebagainya.
Setelah Grinnell, Charles Elton (1927) secara terpisah
menyatakan bahwa relung merupakan fungsi atau
peranan spesies di dalam komunitasnya.
Maksud dari fungsi dan peranan ini adalah kedudukan
suatu spesies dalam komunitas dalam kaitannya dengan
peristiwa makan memakan dan pola-pola interaksi yang
lain. Inilah yang disebut dengan relung trophik.
Sebagai contoh kalau kita menyatakan relung trophik
dari katak sawah, maka kita harus menjelaskan bahwa
katak itu makan apa dan dimakan oleh siapa, apakah dia
herbivore, karnivora, atau omnivore, apakah dia bersifat
competitor bagi yang lain, dll.

Berbeda dengan Elton, maka Hutchinson(1958)


menyatakan bahwa relung adalah kisaran berbagai
variabel fisik dan kimia serta peranan biotik yang
memungkinkan suatu spesies dapat survival dan
berkembang di dalam suatu komunitas. Inilah yang
disebut dengan relung multidimensi (hipervolume).
Dengan kata lain dapat dinyatakan bahwa relung
multidimensi merupakan gabungan dari relung habitat dan
relung trophik.
Sebagai contoh, kalau menyatakan relung multidimensi dari
tikus sawah, berarti kita menjelaskan tentang mikrohabitatnya
dan sekaligus menjelaskan tentang apa makanannya dan siapa
predatornya, dll.
Menurut Odum (1993) tidak ada dua spesies yang adaptasinya
identik sama antara satu dengan yang lainnya, dan spesies
yang memperlihatkan adaptasi yang lebih baik dan lebih
agresif akan memenangkan persaingan.
Spesies yang menang dalam persaingan akan dapat
memanfaatkan sumber dayanya secara optimal sehingga
mampu mempertahankan eksistensinya dengan baik. Spesies
yang kalah dalam persaingan bila tidak berhasil
mendapatkan tempat lain yang menyediakan sumber daya
yang diperlukannya dapat mengalami kepunahan local.
Berjenis makhluk hidup dapat hidup bersama dalam satu
habitat . Akan tetapi apabila dua jenis makhluk hidup
mempunyai relung yang sama, akan terjadi persaingan.
Makin besar tumpang tindih relung kedua jenis makhluk
hidup, makin intensif persaingannya.
Dalam keadaan itu masing-masing jenis akan mempertinggi
efisiensi cara hidup atau profesinya.Masing-masing akan
menjadi lebih spesialis, yaitu relungnya menyempit.
Jadi efek persaingan antar jenis adalah menyempitnya relung
jenis makhluk hidup yang bersaing, sehingga terjadi
spesialisasi. Akan tetapi bila populasi semakin meningkat,
maka persaingan antar individu di dalam jenis tersebut akan
terjadi pula. Dalam persaingan ini individu yang lemah akan
terdesak ke bagian niche yang marginal. Sebagai efeknya ialah
melebarnya relung, dan jenis tersebut akan menjadi lebih
generalis. Ini berarti jenis tersebut semakin lemah atau kuat.

Makin spesialis suatu jenis semakin rentan makhluk tersebut. 


Makin spesialistis suatu jenis, makin rentan populasinya
 misalnya wereng yang monofag dan hidup dari tanaman
padi, populasinya kecil setelah masa panen dan
membesar lagi setelah sawah ditanami dengan padi.
Populasi yang kecil setelah panen menanggung resiko
kepunahan. Sebaliknya jenis makhluk yang generalis,
populasinya tidak banyak berfluktuasi, ia dapat
berpindah dari jenis makanan yang satu ke jenis
makanan yang lain. Pada manusia kita dapatkan hal
yang serupa. Bangsa yang makanan pokoknya hanya
beras, hidupnya amat rentan , apabila produksi beras
menurun misalnya karena iklim yang buruk,
kehidupannya mengalami kegoncangan.
Niche ada yang bersifat umum dan spesifik. Misalnya ayam
termasuk mempunyai niche yang umum karena dapat
memakan cacing, padi, daging, ikan, rumput dan lainnya.
Ayam merupakan polifag, yang berarti makan banyak jenis.
Makan beberapa jenis disebut oligofag, hanya makan satu
jenis disebut monofag seperti wereng, hanya makan padi.
Banyak, organisme, khususnya hewan yang mempunyai
tahap-tahap perkembangan hidup yang nyata, secara
beruntun menduduki relung yang berbeda. Umpamanya
jentik-jentik nyamuk hidup dalam habitat perairan
dangkal, sedangkan yang sudah dewasa menempati habitat
dan relung yang samasekali berbeda Relung atau niche
burung adalah pemakan buah atau biji, pemakan ulat atau
semut, pemakan ikan atau kodok.
Apabila terdapat dua hewan atau lebih mempunyai
niche yang sama dalam satu habitat yang sama maka
akan terjadi persaingan. Dalam persaingan yang ketat,
masing-masing jenis mempertinggi efisiensi cara
hidup, dan masing-masing akan menjadi lebih
spesialis yaitu relungnya menyempit.
Jenis-jenis populasi yang berkerabat dekat akan
memiliki kepentingan serupa pada dimensi-dimensi
relung sehingga mempunyai relung yang saling
tumpang tindih. Jika relung suatu jenis bertumpang
tindih sepenuhnya dengan jenis lain maka salah satu
jenis akan tersingkir sesuai dengan prinsip
penyingkiran kompetitif.Jika relung-relung itu
bertumpang tindih maka salah satu jenis sepenuhnya
menduduki relung dasarnya sendiri dan
menyingkirkan jenis kedua dari bagian relung dasar
tersebut dan membiarkannya menduduki relung nyata
yang lebih kecil ,
Asas Persaingan Gaus
Dengan adanya interaksi persaingan antara dua
spesies atau lebih yang memiliki relung ekologi yang
sangat mirip maka mungkin saja spesies-spesies
tersebut tidak berkonsistensi dalam habitat yang sama
secara terus-menerus.
Hal ini menunjukkan bahwa suatu relung ekologi
tidak dapat ditempati secara simultan dan sempurna
oleh populasi stabil lebih dari satu spesies. Pernyataan
ini dikenal sebagai ” Asas Eksklusi Persaingan” atau ”
Aturan Gause”.
Asas persaingan Gaus
Asas persaingan Gaus mempunyai satu konsekuensi
sangat penting yaitu:
Kompetisi secara terus-menerus antara dua spesies
akan sangat jarang terjadi didalam komunitas alami.
Salah satu dari spesies tersebut pasti mengendalikan
spesies lain menuju ke kepunahan atau keterusiran, atau
dengan kata lain seleksi alam akan mengurangi
kompetisi diantara keduanya.
Sehubungan dengan asas tersebut di atas, menurut ”
asas koeksistensi’, beberapa spesies yang dapat hidup
secara langgeng dalam habitat yang sama ialah
spesies-spesies yang relung ekologinya berbeda-beda.
Tentang pentingnya perbedaan-perbedaan diantara
berbagai spesies telah lama dikemukakan oleh Darwin
(1859).
Darwin menyatakan bahwa makin besar perbedaan-
perbedaan yang diperlihatkan oleh berbagai spesies
yang hidup di suatu tempat, makin besar pula jumlah
spesies yang dapat hidup di suatu tempat itu.
Pernyataan Darwin tersebut dikenal sebagai ” Asas
Divergensi”
Contoh dari kasus pemisahan relung antara berbagai
spesies yang berkohabitasi dapat dilihat dari contoh
berikut ini. Serumpun padi dapat menjadi sumberdaya
berbagai jenis spesies hewan. Orong-orong (Gryllotalpa
africana) memekan akarnya, walang sangit (Leptocorisa
acuta) memakan buahnya, ulat tentara kelabu
(Spodoptera maurita) yang memakan daunnya, ulat
penggerek  batang (Chilo supressalis) yang menyerang
batangnya, hama ganjur (Pachydiplosis oryzae)
menyerang pucuknya, wereng coklat (Nilaparvata
lugens) dan wereng hijau (Nephotettix apicalis) yang
menghisap cairan batangnya. Tiap jenis hama tersebut
masing-masing telah teradaptasi khusus untuk
memanfaatkan tanaman padi sebagai sumberdaya
makanan pada bagian-bagian yang berbeda-beda.
Interaksi interspecifik dapat menyebabkan satu
spesies yang menempati relung actual menjadi lebih
kecil dibandingkan relung fundamentalnya.
Jika sumber-sumberdaya sedang membatasi, dua
spesies secara normal tidak bisa menduduki relung
sama dengan tanpa batas.
Manfaat dalam mempelajari
habitat dan relung ekologi
Pengetahuan tentang relung suatu organisme
sangat perlu sebagai landasan untuk memahami
berfungsinya suatu komunitas dan ekosistem
dalam habitat utama.
Untuk dapat membedakan relung suatu
organisme, maka perlu diketahui tentang
kepadatan populasi, metabolisme secara kolektif,
pengaruh faktor abiotik terhadap organisme,
pengaruh organisme yang satu terhadap yang
lainnya.
Konsep relung ekologi dapat diaplikasikan dalam
upaya pelestarian atau konservasi hewan langka
sebagai pengetahuan penggunaan sumber daya biotik
dan abiotik oleh organisme yang secara teoritis
mampu digunakan oleh suatu populasi dibawah
keadaan ideal.

sehingga dapat digunakan sebagai dasar acuan


memahami dan mengatasi masalah kondisi dan
sumberdaya yang membatasi atau secara potensial
membatasi suatu populasi hewan.

Anda mungkin juga menyukai