Anda di halaman 1dari 29

Lab.

Satwa Liar
Secara umum HABITAT adalah tempat tinggal
berbagai jenis organisme hidup melaksanakan
kehidupannya.
Dalam ekosistem yang menjadi habitatnya dapat
bermacam-macam, seperti perairan, daratan, hutan
atau sawah.
Habitat dapat berarti juga sebagai tempat tinggal atau
tempat menghuni seluruh populasi atau komunitas
makhluk hidup dalam ekosistem.
Bagi tumbuhan dan makhluk hidup lainnya, habitat
selain sebagai lokasi atau tempat yang bersifat fisik
juga berbagai jenis hubungan (asosiasi) yang terjadi
dalam habitat tersebut.
Pada umumnya tumbuhan dan makhluk hidup
lainnya mempunyai preferensi ekologi
(persyaratan faktor ekologi yang dibutuhkan
untuk hidupnya yang sesuai) tertentu.
Misalnya tumbuhan mangrove mempunyai
preferensi ekologi habitat rawa payau di tepi
pantai yang berlumpur dengan salinitas bervariasi
sesuai dengan frekuensi, kedalaman dan lumpur,
dan ketahanan jenis mangrove terhadap arus dan
ombak.
Definisi habitat
Menurut Clements dan Shelford (1939)

habitat adalah lingkungan fisik yang ada di sekitar
suatu spesies, atau populasi spesies, atau kelompok
spesies, atau komunitas.

Menurut (Dasman, 1981)

Habitat suatu jenis satwa liar
merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi
antar komponen fisik dan biotik serta dapat
mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup
di dalamnya
Menurut Alikodra (1990)

habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari
komponen fisik maupun abiotik yang merupakan satu
kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup
serta berkembang biaknya satwa liar.
Morrison (2002) mendefinisikan
habitat sebagai sumberdaya dan
kondisi yang ada di suatu
kawasan yang berdampak
ditempati oleh suatu species.
Habitat merupakan organism-
specific: ini menghubungkan
kehadiran species, populasi, atau
individu (satwa atau tumbuhan)
dengan sebuah kawasan fisik dan
karakteristik biologi.
Habitat terdiri lebih dari sekedar
vegatasi atau struktur vegetasi,
yakni merupakan jumlah
kebutuhan sumberdaya khusus
suatu species.
Dimanapun suatu organisme
diberi sumberdaya yang
berdampak pada kemampuan
untuk bertahan hidup, itulah
yang disebut dengan habitat.
Sumber daya
Semua faktor lingkungan yang
memiliki korelasi terhadap
distribusi, kelimpahan, kinerja
reproduksi suatu species disebut
dengan sumber daya (Wiens,
1989a:321).
Sumberdaya merupakan faktor
abiotik dan abiotik yang
digunakan langsung oleh suatu
organisme (Morrison, 2002).
Habitat yang baik akan mendukung
perkembang biakan organism yang
hidup di dalamnya secara normal.
Habitat memiliki kapasitas tertentu
untuk mendukung pertumbuhan
populasi suatu organisme daya
dukung habitat
Dilihat dari komposisinya di alam, habitat satwa
liar terdiri dari 3 komponen utama yang satu
sama lain saling berkaitan, yaitu:
1. Fisik: air, radiasi matahari, temperatur, panjang
hari, aliran & tekanan udara, tanah.
2. Biotik: faktor biotik yg berperan dalam
pengadaan makanan & energi; masyarakat biotik
(vegetasi pelindung, suksesi & perilaku satwa liar
3. Komponen kimia, meliputi seluruh unsur kimia
yang terkandung dalam komponen biotik
maupun komponen fisik
Tipe Habitat
Habitat tidak sama dengan tipe
habitat.
Tipe habitat merupakan sebuah
istilah yang dikemukakan oleh
Doubenmire (1968) yang hanya
berkenaan dengan tipe asosiasi
vegetasi dalam suatu kawasan atau
potensi vegetasi yang mencapai
suatu tingkat klimaks.
Habitat lebih dari sekedar sebuah
kawasan vegetasi (seperti hutan
pinus).
Istilah tipe habitat tidak bisa
digunakan ketika mendiskusikan
hubungan antara satwa liar dan
habitatnya.
Ketika kita ingin menunjukkan
vegetasi yang digunakan oleh satwa
liar, kita dapat mengatakan asosiasi
vegetasi atau tipe vegetasi
didalamnya.
Penggunaan habitat (habitat use)
Penggunaan habitat merupakan
cara satwa menggunakan atau
mengkonsumsi dalam (suatu
pandangan umum) suatu
kumpulan komponen fisik dan
biologi (sumber daya) dalam suatu
habitat.
Hutto (1985) menyatakan bahwa
penggunaan habitat merupakan
sebuah proses yang secara
hierarkhi melibatkan suatu
rangkaian perilaku alami dan
belajar suatu satwa dalam
membuat keputusan; habitat
seperti apa yang akan digunakan
dalam skala lingkungan yang
berbeda.
Kesukaan Habitat
(habitat preference)
Johnson (1980)
menyatakan bahwa
seleksi merupakan proses
satwa memilih komponen
habitat yang digunakan.
Kesukaan habitat
merupakan konsekuensi
proses yang menghasilkan
adanya penggunaan yang
tidak proporsional
terhadap beberapa
sumberdaya, yang mana
beberapa sumberdaya
digunakan melebihi yang
lain.
Ketersediaan Habitat (habitat
availability)
Ketersediaan habitat
menunjuk pada
aksesibilitas komponen
fisik dan biologi yang
dibutuhkan oleh satwa,
berlawanan dengan
kelimpahan sumberdaya
yang hanya menunjukkan
kuantitas habitat masing-
masing organisme yang
ada dalam habitat
tersebut (Wiens
1984:402).
Kualitas Habitat
(habitat quality)
Istilah kualitas habitat
menunjukkan kemampuan
lingkungan untuk memberikan
kondisi khusus tepat untuk
individu dan populasi secara
terus menerus.
Kualitas merupakan sebuah
variabel kontinyu yang berkisar
dari rendah, menengah, hingga
tinggi. Kualitas habitat
berdasarkan kemampuan untuk
memberikan sumberdaya untuk
bertahan hidup, reproduksi, dan
kelangsungan hidup populasi
secara terus menerus.
Para peneliti umumnya menyamakan
kualitas habitat yang tinggi dengan
menonjolkan vegetasi yang memiliki
kontribusi terhadap kehadiran (atau ketidak
hadiran) suatu spesies (seperti dalam
Habitat Suitability Index Models dalam
Laymon dan Barrett, 1986 dan Morrison et
al. 1991).
Berdasarkan variasi habitat menurut ruang,dapat
dikenal 4 macam habitat :
Habitat yang konstan,yaitu suatu habitat yang
kondisinya terus-menerus relatip baik atau kurang baik.
Habitat yang bersifat memusim,yaitu suatu habitat yang
kondisinya secara relatif teratur berganti-ganti antara
baik dan kurang baik.
Habitat yang tidak menentu,yaitu suatu habitat yang
mengalami suatu priode dengan kondisi baik yang
lamanya bervariasi ,sehingga kondisinya tidak dapat
diramalkan.
Habitat yang efemeral,yaitu suatu habitat yang
mengalami periode kondisi baik yang berlangsung
relatif singkat,diikuti oleh suatu priode dengan kondisi
yang kurang baik yang berlangsung relatif lama sekali.

Berdasarkan variasi kondisi habitat menurut ruang,
habitat dapat diklasifikasi menjadi tiga macam.
1. Habitat yang bersinambung, yaitu apabila suatu
habitat memiliki area dengan kondisi baik yang
luas sekali,yang melebihi luas area yang dapat di
jelajahi populasi satwa yang menjadi penghuninya
2. Habitat yang berputus-putus, merupakan suatu
habitat yang memiliki area dengan kondisi baik
letaknya berselang-seling dengan area yang
berkondisi kurang baik, satwa penghuninya
dengan mudah dapat menyebar dari area
berkondisi baik yang satu ke yang lainnya.

3. Habitat yang terisolasi, merupakan suatu habitat
yang memiliki area terkondisi baik yang terbatas
luasnya dan letaknya terpisah jauh dari area
berkondisi baik yang lain, sehingga satwa tidak dapat
menyebar untuk mencapainya, kecuali bila didukung
oleh faktor-faktor kebetulan.
a. Suatu pulau kecil yang di huni oleh populasi rusa. Jika
makanan habis rusa tersebut tidak dapat berpindah ke
pulau lain.
b. Pulau kecil tersebut merupakan bukan habitat
terisolasi bagi suatu populasi burung yang dapat
dengan mudah pindah ke pulau lainnya, tetapi lebih
cocok disebut habitat yang terputus

Komponen Habitat yang dapat
mengendalikan kehidupan
satwa liar
Pakan
merupakan komponen
habitat yang paling nyata dan
setiap jenis satwa mempunyai
kesukaan yang berbeda dalam
memilih pakannya.
Sedangkan ketersediaan
pakan erat hubungannya
dengan perubahan musim;


Pakan merupakan sumber nutrisi dan
energi.
Energi dalam pakan berfungsi sebagai
bahan bakar dalam proses metabolisme.
Nutrisi dalam pakan mendukung
pertumbuhan dan menjaga struktur tubuh.
Kualitas dan kuantitas pakan sangat
mempengaruhi kebugaran satwa yang
dikelola
Pelindung (cover)
adalah segala tempat dalam
habitat yang mampu
memberikan perlindungan
bagi satwa dari cuaca dan
predator, ataupun
menyediakan kondisi yang
lebih baik dan
menguntungkan bagi
kelangsungan kehidupan
satwa

Pelindung yang baik mencegah hilangnya
energi dan memberikan naungan dari angin
dan suhu yang ekstrim.
Pelindung dapat berfungsi sebagai naungan
Pelindung dapat berfungsi sebagai
persembunyian

Air
dibutuhkan oleh satwa
dalam proses metabolisme
dalam tubuh satwa.
Kebutuhan air bagi satwa
bervariasi, tergantung air
dan/atau tidak tergantung
air.
Banyak satwa liar yang
persebarannya mengikuti
distribusi sumber air.

Sumber-sumber air bagi satwa liar:
Air bebas yangg tersedia di danau, kolam,
sungai, air pada parit irigasi
Bagian vegetasi yang mengandung air
daun, buah, batang
Air yang dihasilkan dari proses-proses
metabolisme lemak/karbohidrat di dalam
tubuh

Ruang (space)
dibutuhkan oleh individu
individu satwa untuk
mendapatkan cukup pakan,
pelindung, air dan tempat untuk
kawin.
Menurut Mueller, Dombois dan
Ellenberg, 1974, struktur vegetasi
berfungsi sebagai pengaturan
ruang hidup suatu individu
dengan unsur utama adalah :
bentuk pertumbuhan,
stratifikasi dan penutupan tajuk
Berkurangnya habitat disebabkan karena
beberapa faktor.
Ada tiga faktor utama yang dinilai sangat
mempengaruhi terhadap perubahan
habitat, yaitu: aktivitas manusia, satwa liar
dan bencana alam seperti gunung meletus.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai