Anda di halaman 1dari 33

PENGANTAR ILMU KEHUTANAN

Oleh:
Dr. Ir. MUHAMMAD DAMIRI, MS
RUANG LINGKUP
 Pengantar Ilmu Kehutanan merupakan
bidang kajian keilmuan yang dapat
berfungsi sebagai pintu gerbang bagi para
peminat ilmu pengetahuan, teknologi dan
profesi kehutanan; sebelum secara lebih
intensif mendalami dan mengembangkan
bidang tersebut.
RUANG LINGKUP
 PIK membahas konsep dan perkembangannya,
mengenai hutan, manfa’at hutan bagi
kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya dimuka bumi, gambaran menyeluruh
mengenai Ilmu Kehutanan dan Profesi
Kehutanan serta peranannya dalam kegiatan
pengelolaan hutan secara lestari dimuka bumi.
 Topik yang dibahas adalah
a. konsep hutan, kehutanan dan ilmu kehutanan
b. keadaan serta perkembangan hutan di Indonesia
dan dunia
c. manfa’at hutan bagi kehidupan dan peradaban
umat manusia
d. perkembangan prinsip dan kegiatan pengelolaan
hutan
e. profesi tenaga kehutanan dan peranannya dalam
pengelolaan hutan
f. permasalahan global kehutanan dan upaya2
manusia untuk mengatasinya
PENGERTIAN HUTAN
1. Pada penekanan Ekologi
a. Menurut Sharma (1992)
Hutan adalah suatu komunitas tumbuhan yang didominasi oleh
pohon2 atau tumbuhan berkayu lainnya, tumbuh secara ber-
sama2 dan cukup rapat
b. Menurut Helms (1998)
Hutan adalah sebuah ekosistem yang dicirikan oleh penutupan
pohon2 yang cukup rapat dan luas, seringkali terdiri dari tegakan2
yang beraneka ragam sifat,seperti komposisi jenis, struktur, kelas
umur, dan proses2 yang berhubungan; pada umumnya
menyangkut padang rumput, sungai, ikan dan satwa liar. Hutan
menyangkut pula bentuk khusus seperti hutan industri, hutan milik
non industri, hutan tanaman, hutan publik, hutan lindung dan
hutan kota.
c. Menurut Departemen Kehutanan (1989)
Hutan adalah suatu ekosistem yang bercirikan liputan pohon yang
cukup luas, baik yang lebat maupun kurang lebat.
DEFINISI HUTAN UNTUK TUJUAN TERTENTU

a. Untuk tujuan inventarisasi (FAO, 1958, menurut


Loetsch dan Haller, 1964): Hutan adalah seluruh
lahan yang berhubungan dengan masyarakat
tumbuhan yang didominasi oleh pohon2 dari
berbagai ukuran, diekspolitasi atau tidak, dapat
menghasilkan kayu atau hasil2 hutan lainnya,
dapat memberikan pengaruh terhadap iklim atau
siklus air, atau menyediakan perlindungan untuk
ternak dan satwa liar.
b. untuk tujuan inventarisasi hutan dunia oleh FAO
melalui program The Global Forest Resources
Assesment (FRA) tahun 2010:
Hutan adalah suatu hamparan lahan dengan luas
lebih dari 0,5 hektar, yang ditumbuhi oleh pepohonan
dengan tinggi lebih dari 5 meter dan dengan
penutupan tajuk lebih dari 10 persen atau ditumbuhi
oleh pohon2 yang secara alami (asli) tumbuh
ditempat itu. Lahan yang yang penggunaannya
didominasi oleh tanaman pertanian atau lahan untuk
perkotaan tidak termasuk dalam kategori hutan.
c. Untuk pengelolaan hutan dengan tujuan
menghasilkan kayu:
1. Menurut Davis dan Johnson (1987):
Hutan adalah suatu kumpulan bidang2 lahan
yang ditumbuhi (memiliki) atau akan ditumbuhi
tumbuhan pohon dan dikelola sebagai suatu
kesatuan yang utuh untuk mencapai tujuan
pemilik lahan berupa kayu atau hasil2 lain yang
berhubungan (persamaan kata untuk hutan
adalah kesamaan kepemilikan, kesatuan
pengelolaan dan kesatuan perencanaan)
2. Menurut Bruenig (1996):
Hutan adalah suatu bidang lahan yang tertutupi oleh
pohon2 yang dapat membentuk keadaan iklim
tegakan (iklim mikro didalam hutan), termasuk
bagian bidang lahan bekas tebangan melalui tebang
habis, didalam wilayah hutan tetap pada tanah
negara atau tanah milik, yang setelah pemanenan
(penebangan) terhadap tegakan hutan yang
terdahulu, dilakukan pembuatan dan pemeliharaan
permudaan alam atau penghutanan kembali
(permudaan buatan).
MENURUT UNDANG-UNDANG BERDASARKAN
PENEKANAN PADA STATUS HUKUM LAHAN YANG
MENJADI TEMPAT TUMBUH HUTAN MENURUT
UNDANG-UNDANG :
a. Menurut Undang-Undang nomor 5 tahun 1957 tentang
Ketentuan2 Pokok Kehutanan adalah suatu hamparan
lapangan bertumbuhan pohon2 yang secara keseluruhan
merupakan persekutuan hidup alam hayati beserta alam
lingkungannya dan yang ditetapkan oleh Pemerintah
sebagai hutan.
b. Menurut Undang-Undang Nomor 61 tahun 1999 tentang
Kehutanan:
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan alam
lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan.
KLASIFIKASI HUTAN

1. Berdasarkan Tumbuhan Hutan (Bruenig 1996)


a. Hutan lebat atau hutan rapat (closed forest)
Sebidang lahan yang tertutup oleh pohon2 yang
membentuk total penutupan tajuk pohon lebih dari
10% dari total luas permukaan tanah, biasanya di
ukur oleh rasio antara luas total proyeksi tajuk
terhadap luas permukaanb tanahnya. Pendapat ini
hampir sama dengan kriteria FAO tahun 2001.
b. Hutan terbuka atau hutan jarang (open forest)
Sebidang lahan yang tertutup oleh pohon2 yang
membentuk hutan dengan penutupan tajuk pohon
kurang dari 10 % dari luas permukaan tanah.
c. Hutan primer (primary forest, virgin forest)
Hutan yang belum pernah mendapat gangguan
manusia atau sedikit gangguan untuk keperluan
berburu, berkumpul atau penebangan pohon secara
individu dengan dampak kerusakan yang kecil dan
akan mampu kembali kepada keadaan semula dalam
hal struktur, fungsi dan dinamikanya.
d. Hutan sekunder (secondary forest)
Hutan yang tumbuh melalui suksesi sekunder alami
pada lahan hutan yang telah mengalami gangguan
yang berat seperti lahan bekas perladangan
berpindah atau pertanian menetap, peternakan dan
pertambangan.
ASAL HUTAN DAN CARA HUTAN TERBENTUK
a. Hutan alam (natural forest)
Hutan yang disusun oleh pohon2 asli, tumbuh
secara alami ditempat itu, mempunya struktur yang
menyerupai atau identik dengan hutan alam primer
(Bruenig 1996).
b. Hutan tanaman atau hutan buatan (planted forest)
Hutan yang dibangun dengan cara penanaman atau
menyebarkan (biji) pada lahan yang gundul, atau
padang rumput, atau lahan terbuka pada hutan
sekunder atau belukar atau lahan bekas tebang habis
pada hutan primer yang kemudian dimodifikasi dan
dimanipulasi menjadi hutan (Bruenig, 1996).
e. Hutan tidak seumur (uneven-aged forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan2 tidak seumur,
yaitu tegakan yang mengandung pohon2 yang
memiliki tiga atau lebih kelas umur. Untuk hutan
alam, kelas umur biasanya diganti dengan kelas
diameter pohon karena umur pohon pada hutan
alam tidak pernah diketahui. Hutan tidak seumur
biasanya disebut juga hutan semua umur (all-aged
forest) atau hutan berumur jamak (multi-aged
forest).
c. Hutan terubusan ( coppice forest)
Hutan yang berasal dari terubusan, tunas2 mekar
atau keduaanya tumbuh melalui cara vegetatif
(Departemen Kehutanan, 1990).

d. Tegakan hutan tinggi (high forest)


Tegakan yang umumnya berasal dari anakan yang
tumbuh secara normal dan memiliki tajuk tinggi dan
tertutup (Departemen Kehutanan, 1990)
TAHAPAN PERTUMBUHAN DAN
PERKEMBANGAN TEGAKAN (HELMS, 1998)
a. Hutan Klimaks (climax forest)
Masyarakat tumbuhan yang telah berada pada tahap
puncak dalam suksesi alami untuk keadaan spesifik lokasi
tertentu, misalnya untuk keadaan lingkungan spesifik
tertentu.

b. Tegakan (hutan) masak tebang (mature forest stand).


Tegakan hutan seumur yang pohon2nya telah memenuhi
standar ukuran dan kualitas perdagangan tertentu,
biasanya memiliki riap tinggi dan diameter yang mulai
menurun dari riap maksimumnya. Riap pohon adalah laju
pertumbuhan (perubahan persatuan waktu, misalnya
tahun) dimensi pohon, misalnya diamter dan tinggi pohon.
Satuan riap diameter biasanya sentimeter pertahun dan
riap tinggi pohon digunakan meter pertahun.
c. Hutan normal (normal forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan2 yang
pertumbuhannya normal, yaitu memenuhi syarat2
konsep ideal dalam hal susunan umur tegakan,
besarnya volume tegakan persediaan, bentuk
sebaran ukuran pohon2 dalam tegakan dan riap
tegakan.
d. Hutan se umur (ever-aged forest)
Hutan yang dibentuk oleh tegakan2 seumur yaitu
tegakan yang mengandung pohon2 dengan kelas
umur yang sama. Kisaran kelas umur dalam satu
daur tanaman biasanya dibuat lebih dari 20% dari
daur. Daur adalah jangka waktu (umur) yang
diperlukan dari mulai sa’at penanaman sampai
mencapai pohon masak tebang (siap ditebang).
KOMPOSISI JENIS POHON (HELMS, 1998)
a. Hutan murni atau homogen (pure forest)
Hutan atau tegakan yang mengandung satu jenis
pohon yang utama secara konvensional biasanya
dicirikan oleh sekurang kurangnya 80% berdasarkan
jumlah pohon, luas bidang dasar tegakan atau volume
tegakan.
b. Hutan campuran atau heterogen (mixed forest)
Hutan atau tegakan yang mengandung dua atau lebih
jenis pohon.
c. Hutan perdu (sclerophyllous forest)
Hutan yang terdiri dari jenis2 pohon bersemak yang
tersebar merata, biasanya tumbuhan berdaun kecil.
Hutan jenis ini umumnya terdapat pada daerah yang
beriklim relatif panas dan musim kering.
d. Hutan savana (savana forest, savana woodland).
Padang rumput dengan pohon atau kelompong
tumbuhan yang tumbuh secara terpencar pencar,
biasanya terdapat pada daerah2 dataran rendah,
daerah tropika atau sub tropika.
LETAK GEOGRAFIS DAN KETINGGIAN TEMPAT
DARI TEMPAT TUMBUH HUTAN

a. Hutan pantai (coastal forest)


Hutan yang terletak ditepi pantai dan tidak
terpengaruh oleh iklim serta berada di atas garis
pasang tertinggi (Helms, 1998).
b. Hutan dataran rendah (low land forest)
Hutan yang tumbuh dibawah ketinggian 700 meter di
atas permukaan laut (Departemen Kehutanan, 1989).
c. Hutan dataran tinggi (high land forest)
Hutan yang tumbuh di ketinggian 700-1.500 meter di
atas permukaan laut (Departemen Kehutanan, 1989).
d. Hutan pegunungan (mountain forest)
Hutan yang tumbuh pada ketinggian 1.500-2.500
meter di atas permukaan air laut (Departemen
Kehutanan, 1989), biasanya didominasi oleh jenis2
phon pegunungan (Helms, 1998).
e. Hutan boreal (boreal forest)
Hutan yang berada pada belahan bumi bagian
Utara, berada pada sekitar kutub bumi termasuk
pada tipe hutan tundra terutama terdiri atas jenis2
phon black spruce dan white spruce (Helms, 1998).
f. Hutan ripari (riparian forest)
Hutan yang berada di pinggiran perairan rawa,
danau, sumber air atau sungai (Departemen
Kehutanan, 1989).
KEADAAN IKLIM TEMPAT TUMBUH

a. Hutan hujan (rain forest)


Hutan yang selalu hijau (evergreen forest) yang
biasanya berada pada daerah yang beriklim dengan
ciri2 kelembaban udara tinggi sepanjang tahun dan
curah hujan tinggi (di atas 1.500 mm pertahun)
dan dengan musim kering yang pendek atau tidak
ada sama sekali. Istilah lain adalah hutan tropika
(tropical forest), sangat kaya dengan epifit dan
tumbuhan pemanjat (Helms, 1998).
b. Hutan musim atau hutan tropika menggugurkan daun
(monsoon forest, tripical decidu forest deciduous forest).
Lahan terbuka bertumbuhan tumbuh-tumbuhan kayu di
daerah tropika yang memiliki musim kering yang panjang
dan diikuti musim hujan dengan curah hujan tinggi (Helms,
1998) atau hutan yang sifat2nya mengikuti perubahan dua
musim (Departemen Kehutanan, 1989).
c. Hutan beriklim sedang (temperate forest)
Hutan yang terletak pada daerah beriklim sedang, yaitu
daerah yang memiliki suhu rata2 di atas 10 derajat C untuk
dua atau empat bulan dalam satu tahun (Helms, 1998)
d. Hutan tropika (tropical forest)
Hutan yang berada pada daerah tropis, yaitu tipe iklim
yang memiliki ciri-ciri: suhu udara tinggi dengan rata2
suhu 18 derajatC untuk bulan yang paling dingin,
kelembaban tinggi dan curah hujan tinggi (Helms, 1998).
Daerah ini terletak di sekitar khatulistiwa.
KEADAAN TANAH TEMPAT TUMBUH
a. Hutan tanah kering (dry land forest)
Hutan yang tanah atau lantai hutannya tidak pernah
tergenang air sepanjang tahun (Departemen
Kehutanan, 1990)
b. Hutan gambut (peat land)
Hutan yang tumbuh pada tanah organosol yang
memiliki lapisan gambut dengan ketebalan 50 cm
atau lebih, umumnya terdapat pada daerah yang
memiliki tipe iklim A atau B menurut klasifikasi tipe
iklim Schmidt dan Ferguson (Departemen
Kehutanan, 1989).
c. Hutan rawa (swamp forest)
Hutan yang tumbuh pada daerah2 yang selalu
tergenang air tawar, tidak dipengaruhi oleh iklim.
Pada umumnya terletak di belakang hutan payau
dengan tanah aluvial. Tegakan hutan selalu hijau
dengan pohon2 yang tingginya bisa mencapai 40 meter
dan terdiri dari banayak lapisan tajuk (Departemen
Kehutanan, 1976).
d. Hutan mangrove atau hutan bakau (mangrove forest).
Hutan yang bverada di tepi pantai, dido9minasi oleh
pohon2 tropika atau belukar dengan genus
Rhizophora, Laguncularia dan Avicennia (Helms,
1998).
FAKTOR DOMINAN YANG MEMPENGARUHI
PEMBENTUKAN VEGETASI
a. Formasi klimatis (climatic formations)
Hutan yang dalam pembentukan tumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh iklim, yaitu faktor2 temperatus udara,
kelembaban udara, intensitas cahaya dan angin. Hutan
yang termasuk dalam formasi hutan ini adalah hutan
hujan, hutan musim dan hutan gambut (Direktorat
Jenderal Kehutanan, 1976).

b. Formasi edafis (edafhic formations)


Hutan yang dalam pembentukan tumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh keadaan tanah yaitu sifat2 fisik, kimia
dan kelembaban tanah. Hutan yang termasuk dalah
formasi hutan ini adalah hutan rawa, hutan payau dan
hutan pantai (Direktorat Jenderal Kehutanan, 1976).
KATEGORI HUTAN MENURUT FUNGSI
(BRUENIG, 1996)
a. Hutan yang berfungsi untuk perlindungan atau hutan
lindung (protective forest)
Hutan yang secara eksklusif seluruhnya dilindungi
atau sebagian dirancang untuk memenuhi fungsi
perlindungan terhadap tanah, air, iklim, flora dan
fauna, lingkungan, warisan budaya, nilai ilmu
pengetahuan atau keindahan alam.
b. Hutan yang berfungsi untuk produksi (productive
forest)
Hutan yang dirancang untuk kebutuhan kayu atau
hasil hutan lain, atau kombinasi dari keduanya secara
lestari.
c. Hutan yang berfungsi serbaguna (multiple-purpose
forest)
Hutan yang dirancang untuk kombinasi antara
fungsi produksi dan fungsi perlindungan. Dalam
prakteknya, hutan ini dikategorikan dalam hutan
yang berfungsi produksi atau hutan yang berfungsi
perlindungan, bergantung pada urutan prioritas dari
fungsi2 tersebut.
STATUS HUKUM TENTANG FUNGSI POKOK
PENGGUNAAN HUTAN (UU NO: 41 TAHUN 1999
TENTANG KEHUTANAN)
a. Hutan lindung (protection forest)
Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai
perlindungan sistem penyeangga kehidupan untuk
mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi,
mencegah intrusi air laut dan memelihara kesuburan
(tanah)
b. Hutan produksi (production forest)
Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok produksi
hasil hutan yaitu benda2 hayati, non hayati dan
turunannya, serta jasa yang berasal dari hutan.
c. Hutan konservasi (conservation forest)
Kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, mempunyai
fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa serta ekosistemnya.
STATUS HUKUM LAHAN HUTAN (UU NO:41
TAHUN 1999 TENTANG KEHUTANAN)
a. Hutan negara (state forest)
Hutan yang berada pada tanah yang tidak dibebani hak
atas tanah.
b.Hutan masyarakat (community forest)
Hutan yang dimiliki dan pada umumnya dikelola
masyarakat yang setiap anggotanya dapat berperan serta
dalam pengelolaan dan mendapatkan manfa’at dari hutan
tersebut (Helms, 1998).
c. Hutan komunal (communal forest)
Hutan yang dimiliki dan dikelola oleh pemegang
kekuasaan di desa, kota, masyarakat adat atau
pemerintah setempat dan setiap anggotanya ikut
mendapatkan manfa’at dan berperan dalam
pengelolaannya (Helms, 1998).
d. Hutan hak (private forest)
Hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak
atas tanah, yang masuk dalam kategori hutan ini
adalah hutan milikyaitu hutan yang berada pada
tanah yang dibebani hak milik atas tanah.
e. Hutan rakyat (social forest)
Lahan milik rakyat atau milik adat atau ulayat yang
secara terus menerus diusahakan untuk usaha
perhutanan yaitu jenis2 kayu seperti pinus dan
albizia baik yang tumbuh secara alami maupun
buatan (Departemen Kehutanan,1990).
f. Hutan adat (traditional law society forest)
Hutan yang berada pada tanah dalam wilayah
masyarakat hukum adat. Hutan ini termasuk dalam
hutan negara, berdasarkan Undang-UndangNo:41
Tahun 1999btentang Kehutanan pengertian hutan
ini dapat juga dimasukan ke dalam hutan
masyarakat, hutan komunal dan hutan rakyat.

Anda mungkin juga menyukai