Anda di halaman 1dari 20

Perencanaan dan Pemilihan

Lokasi untuk Penanaman


SILIN Meranti

Oleh :
Muhdin

1
Pokok Bahasan
• Pengertian SILIN dan urgensinya
• Persyaratan tempat tumbuh
• Kebutuhan luas, jumlah pohon terkait target
produksi kayu
• Luas sesuai keberadaan terkait kebutuhan
pengayaan

2
N  N0 e  kD

3
Ketentuan umum sistem silvikultur

No System Silv Tapak hutan yang Daur (tahun) Limit diameter


kompatibel (cm)

1 TPTI VF , LoA Hutan kering : 30 HP > 40


Hutan rawa : 40 HPT > 50
Hutan rawa > 30

2 TPTJ LoA 25 HP > 40

3 TR VF, LoA Hutan kering : 30 HP > 40


Hutan rawa : 40 HPT > 50
Hutan rawa > 30

4 THPB NH Tergantung jenis Tebang habis


tanaman

6
PETA PENUTUPAN LAHAN/VEGETASI

Hutan Primer

Areal Non Hutan

Hutan Bekas
Tebangan

7
8
PETA SEDIAAN TEGAKAN JENIS KOMERSIL
UNTUK DIAMETER > 40 CM (HASIL IHMB)

9
UU 41/1999 Pasal 4 : Semua hutan di dalam wilayah RI termasuk
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya DIKUASAI oleh
Negara untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (HP)

1. HP harus dikelola scr lestari sbg amanah undang-undang.


2. Setiap areal HP harus dikelola dgn menggunakan sistem
silvikultur yg tepat, shg dapat meningkatkan produk-
tivitasnya, aman secara ekologis, efektif serta layak secara
ekonomi & mampu meningkatkan kesejahteraan masy.
3. Sistem Silvikultur yg dapat diterapkan sesuai dgn kondisi
ekologis arealnya antara lain : TPTI, TPTJ, THPB, dan
THPA (khusus di Hutan Payau/Mangrove).
4. Pengayaan pd areal HP dpt dilakukan dgn Teknik SILIN
10
KONDISI HUTAN/PENUTUPAN LAHAN
dan TIPE VEGETASI

I. KONDISI HUTAN
• Hutan Primer
• Hutan Bekas Tebangan (LOA)
BERDASARKAN • Areal Non Hutan
DATA CITRA
SATELIT II. TIPE HUTAN
• Hutan Dataran Tanah Kering
• Hutan Rawa
• Hutan Payau/Mangrove

11
PERDIRJEN PHPL
No. P.12/PHPL/SET/KUM.1/12/2018
TTG PEDOMAN TEKNIK SILIN MERANTI
DALAM PENGELOLAAN HAP

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

7. Penanaman adalah kegiatan pengayaan dengan memperbanyak


keragaman dengan cara pemanfaatan ruang tumbuh secara optimal.
8. Jalur tanam adalah jalur yang dipersiapkan untuk penanaman.
9. Jalur antara adalah jalur hutan alam diantara dua jalur tanam.
10. Rumpang adalah areal terbuka di dalam hutan alam.
11. Antar rumpang adalah areal hutan alam di antara rumpang.

12
Pasal 6
(1) Kegiatan Teknik SILIN terdiri dari:
a. Perencanaan Tapak SILIN (PTS) (Et+ 0 – 1);
b. Pengadaan Bibit/Pembibitan;
c. Penyiapan Lahan dan Pembuatan Lubang Tanam;
d. Penanaman;
e. Pemeliharaan (Pt+1,2,3,5 ke atas);
f. Pengelolaan Organisme Pengganggu Tanaman
berbasis ekosistem; dan
g. Pemanenan Akhir Daur Tanaman SILIN.

13
BAB II
TEKNIK SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN)

Pasal 4
(1) Pedoman Teknik SILIN Meranti wajib diacu oleh pemegang
IUPHHK-HA pelaksana SILIN Meranti, sesuai kondisi
tapak di areal kerja dan ditetapkan dalam RKUPHHK.
(2) Teknik SILIN Meranti dapat dilaksanakan pada seluruh
Sistem Silvikultur pada Hutan Alam.
(3) Pedoman Teknik SILIN sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) memiliki faktor-faktor pendukung sebagai berikut:
a. Areal hutan produksi bekas tebangan.
b. Tapak dengan kelerengan maksimum 25 % (dua puluh
lima persen), drainase baik, dan aksesibilitas baik.

14
Pasal 5
(1) Tapak Teknik SILIN yg telah ditetapkan dalam RKUPHHK
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, dapat
menerapkan SILIN dengan pola:
a. Jalur; dan atau
b. Rumpang.
(2) Pola Jalur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a,
memiliki kriteria:
a. Areal pengelolaan terdiri dari dua bagian yaitu jalur
tanam dan jalur antara.
b. Lebar jalur tanam adalah 3 (tiga) meter sampai dengan
5 (lima) meter.
c. Jarak antar sumbu jalur tanam adalah kurang lebih
20 (dua puluh) meter.
d. Jarak tanam dalam jalur tanam adalah 2,5 (dua koma
lima) sampai dengan 5 (lima) meter.
e. Jenis yang ditanam dalam satu jalur sebaiknya lebih
dari satu jenis.
15
(3) Pola Rumpang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
memiliki kriteria:
a. Areal pengelolaan terdiri dari areal rumpang dan areal antar rumpang.
b. Pemilihan lokasi rumpang dilakukan berdasarkan peta topografi dan
peta sebaran pohon, yang ditempatkan pada areal pengelolaan
dengan kelerengan kurang dari 25% (dua puluh lima persen).
c. Luas tiap rumpang maksimum 2 (dua) hektar sesuai kondisi
lapangan, dan tersebar dalam blok RKT dengan jarak antar tepi
rumpang minimum ± 50 (lima puluh) meter.
d. Pada penyiapan lahan, semua pohon dlm rumpang ditebang kecuali
jenis dilindungi dan jenis meranti dengan pertumbuhan yg prospektif.
e. Jarak tanam 3x3 meter, 5x5 meter, 6x3 meter atau sesuai dengan
tujuan pengelolaan hutan.
f. Semua permudaan yang berada di dalam rumpang dipelihara.

16
PERSYARATAN BIOFISIK AREAL DALAM MSS

Tahapan kegiatan pada penerapan teknik SILIN meliputi:


1. Perencanaan Tapak SILIN (PTS) (Et+ 0)
Maksud Perencanaan Tapak SILIN (PTS) adalah memberi pedoman
pemilihan lokasi untuk pola tanam jalur dan atau rumpang. Target
areal SILIN dalam RKU maksimum 20% areal efektif produksi.
Teknik Silvikultur Intensif dapat diterapkan pada areal RKT yang
sedang berjalan. Tata cara pemilihan tapak SILIN adalah:
1) Melakukan penapisan areal berdasarkan kelerengan (<25%),
aksesibilitas mudah, dan drainase baik;
2) Melakukan ground survey dgn mengacu pada peta ITSP terhadap
calon lokasi tapak SILIN dalam rangka menentukan pola tanam
(jalur/rumpang).
3. Membuat peta rencana implementasi SILIN yg berisi lokasi, luas,
dan pola tanam.
17
3. Penyiapan Lahan dan Pembuatan Lubang Tanam
Tujuan : menyiapkan lahan tanam yg optimal utk pertumbuhan tanaman.
a. Penyiapan lahan dengan pola tanam jalur
Dilakukan dgn pembuatan jalur tanam selebar 3-5 m dan jarak antar
sumbu jalur ±20 m, panjang jalur disesuaikan dgn kondisi lapangan.
Jenis pohon dilindungi dan langka tetap dipertahankan.

18
b. Penyiapan Lahan dengan Pola Tanam Rumpang
Dilakukan dgn cara pembersihan dari semak belukar dan
jenis-jenis non komersial. Jenis pohon komersial dengan
diameter ≥ 20 cm, dilindungi, dan langka tetap dipertahan-
kan. Luas setiap rumpang maksimum 2 ha.

19
Terima kasih

20

Anda mungkin juga menyukai