(SOP)
SOP-0209
04
19/11 /2011
1. PENGERTIAN
a. Hutan Produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukan guna produksi hasil hutan untuk
memenuhi keperluan masyarakat pada umumnya dan khususnya untuk pembangunan industri
dan ekspor.
b. Hak Pengusahaan Hutan (HPH) adalah hak untuk mengusahakan hutan di dalam suatu
kawasan hutan produksi yang meliputi kegiatan penanaman, pemeliharaan, pengamanan,
pemanenan hasil, pengolahan dan pemasaran hasil hutan, berdasarkan ketentuan yang
berlaku serta berdasarkan azas kelestarian.
c. Plasma Nutfah adalah substansi yang terdapat dalam kelompok makhluk hidup dan
merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dimanfaatkan dan dikembangkan atau dirakit
untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru.
d. Kawasan Pelestarian Plasma Nutfah (KPPN) adalah suatu tipe kawasan pelestarian di dalam
habitat aslinya (in situ) dikawasan hutan produksi untuk kepentingan pelestarian plasma
nutfah baik dari jenis tumbuhan maupun hewan dan jasad renik.
2. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan KPPN adalah
a. Untuk menjelaskan dan menerangkan pelaksanaan pembuatan kebun plasma nutfah di areal
IUPHHK PT. Arfak Indra.
b. Untuk melindungi, mengawetkan dan memanfaatkan secara lestari plasma nutfah dari jenisjenis tumbuhan, hewan maupun jasad renik di kawasan hutan produksi.
3. SASARAN
Untuk pedoman tata cara kerja pada tahapan pelaksanaan pembuatan KPPN di areal IUPHHK PT.
Arfak Indra. Kegiatan ini mencakup seluruh proses kegiatan kebun plasma benih.
4. DOKUMEN ATAU REFERENSI YANG BERHUBUNGAN
a. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya.
b. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang ketentuan-ketentuan pokok Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
c. Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.
d. Peraturan Pemerintah RI Nomor 45 Tahun 2004 tentang perlindungan Hutan.
e. Keputusan
Menteri
Kehutanan
Nomor
357/Kpts-II/1998
tentang
pengelolaan
dan
SOP-0209
04
19/11 /2011
Peraturan Pemerintah RI Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan.
Setiap pemegang Hak Pengusahaan Hutan wajib menunjuk sebagian areal kerja
sebagai kawasan pelestarian plasma nutfah.
Menyiapkan lahan KPPN minimum seluas 300 hektar dan maksimum 500 hektar.
keterakaman kekayaan.
ketersediaan regulasi.
SOP-0209
04
19/11 /2011
2) Penentuan Tempat
Kondisi Tanah
Kondisi tanah yang diinginkan adalah kondisi tanah yang dapat mewakili kondisi
tanah rata-rata dari HPH setempat.
Ketinggian
Lokasi KPPN harus mewakili selang keragaman ketinggian di lokasi IUPHHK dimana
panjang areal mengarah ke atas lereng. Dari hal ini diharapkan dapat diperoleh
koleksi yang lebih lengkap sehingga mewakili vegetasi yang ada pada setiap kelas
ketinggian.
Kondisi Vegetasi
Diutamakan hutan yang akan dijadikan KPPN adalah hutan virgin atau hutan yang
kerusakannya sedikit. Keragaman vegetasi dapat mewakili keragaman tegakan hutan
konsensi yang ada disekitarnya.
SOP-0209
04
19/11 /2011
Tinggi pal secara keseluruhan adalah 150 cm dan bagian yang tertanam didalam
tanah adalah 50 cm, 50 cm bagian atas pal dicat warna orange agar mudah
dikenali,sisanya berwarna hitam.
Jarak antara pal batas yang satu dengan yang lainnya adalah 100 meter.
Disekeliling kebun plasma nutfah dibuat penyekat baker berupa lahan kosong selebar
10 meter dan mintakat penyanggah selebar 40 meter untuk melindungi hutan dari
kebakaran dan gangguan lain yang mungkin terjadi.
Pemasangan papan nama dilakukan setelah penetuan lokasi dan penata batasan
areal.
Papan nama terbuat dari kayu yang mempunyai kelas awet yang tinggi agar tahan
terhadap cuaca.
c. Perlakuan
1) Perlakuan Awal
Inventarisasi Pertama
Inventarisasi pertama ini bertujuan untuk melihat kelayakan kawasan ditinjau
dari syarat-syarat yang diperlukan untuk dijadikan kebun plasma nutfah.
Jalur inventarisasi dibuat melebar dengan jarak antar jalur sebesar 1/6 sisi
panjang. Lebar jalur inventarisasi adalah 20 meter.
Sepanjang jalur inventarisasi dalam rentang 1 meter pada sisi kanan dan kiri,
tegakan yang cukup besar ditandai dengan cat putih.
Penandaan dilakukan pada sekeliling pohon pada ketinggian setinggi dada, agar
pada ketinggian inventarisasi berikutnya jalur inventarisasi mudah ditemukan
kembali.
Nama yang dipakai dalam inventarisasi adalah nama local dan untuk pohon yang
tidak dikenal dibuatkan herbariumnya untuk identifikasi selanjutnya.
Untuk satwa liar, inventarisasi dilakukan dengan mencatat jenis, besar populasi,
distribusi penyebaran satwa dan prilaku satwa.
Inventarisasi Kedua
SOP-0209
04
19/11 /2011
Pemeliharaan yang dilakukan adalah menjaga lingkungan luar kawasan dari gangguan
manusia seperti pencurian kayu, perambahan hutan dan kebakaran hutan. Sedangkan
untuk vegetasinya tidak diberikan perlakuan tetapi dibiarkan sesuai aslinya.
Untuk satwa liar, pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah pada tempat-tempat
khusus seperti tempat untuk makan, bersarang, berlindung.