Anda di halaman 1dari 42

PERIODIC INVENTORY POTENSI STOK

KARBON DAN EMISI PERKEBUNAN


KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI

Tim BioCF –ISFL BRIN dan Ditjenbun, Kementan

Taman Mini, Jakarta, 19 Desember 2023


Tim BioCF –ISFL BRIN
Nama Bidang Institusi
Dr. Ir. Anny Mulyani, M.S. Pemetaan PR Tanaman Pangan, BRIN
Dr. Ir. Ai Dariah Pengelolaan Lahan PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Dr. Ir. Markus Anda, M.Sc. Pemetaan PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Dr. Ir. Maswar, M. Agric.Sc. Konservasi Tanah PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Prof. Dr. Ir. Sukarman, M.S. Evaluasi Lahan PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Dr. Ir. Neneng Laela Nurida Konservasi Tanah PR Tanaman Pangan, BRIN
Dr. Ir. Rahmah Dewi Yustika, SP., M.Si. Konservasi Tanah PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Dr. Ir. Muhammad Hikmat, MSi. Pemetaan PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Dr. Destika Cahyana, SP., M.Sc. Pemetaan PR Tanaman Pangan, BRIN
Diah Puspita Hati, M.Si. Ilmu Tanah PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Erwinda, SP., M.Si. Ilmu Tanah PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Ir. Erni Susanti, M.Sc. Agroklimat PR Iklim dan Atmosfer, BRIN
Joh Hendri, SP. M.Si. Ilmu Tanah PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Mira Media Pratamaningsih, S.P. Ilmu Tanah PR Hortikultura dan Perkebunan, BRIN
Fadhlullah Ramadhani, S.Kom, M.Sc. Ph.D. Pemetaan/GIS dan Analisis Geospasial PR Geospasial
Vicca Karolinoerita, M.Si. Pemetaan/GIS dan Analisis Geospasial PR Geospasial
PENDAHULUA
N
Respond terhadap Isu negatif:
POSISI KELAPA SAWIT:  Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2016 tentang
• Penghasil minyak nabati berbiaya Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun
produksi paling rendah, dengan 2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem
penggunaan lahan yang paling Gambut
e sien  INPRES No, 8 Tahun 2018 tentang Penundaan dan
• Pengahasil devisa negara, penyerap Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta
tenaga kerja, serta bahan bakar Peningkatan Produktivitas Perkebunan Kelapa Sawit
alternatif. atau Moratorium Sawit.
• Isu lingkungan: deforestrasi dan  PERPRES No. 44 Tahun 2020, tentang Sistem Serti kasi
penggunaan lahan Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesi
gambutdituding sebagai kotributor  Permentan No, 38 Tahun 2020 tentang
utama emisi GRKmenurunkan daya
saing produk sawit terutama di pasar Penyelenggaraan Serti kasi Perkebunan Kelapa Sawit
global Berkelanjutan Indonesia
TERBITNYA PERATURAN JUGA DILARABELAKANGI
Beberapa persoalan mendasar dalam perkebunan kelapa sawit (Barani et al
2021):
 Lemahnya tata kelola perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan,
 kepastian hukum,
 kelestarian lingkungan hidup termasuk penurunan emisi GRK,
 perlunya pembinaan petani kelapa sawit dan peningkatan produktivitas
kelapa sawit

Berbagai dukungan diantaranya BioCF-IFSL


(Bio Carbon Fund Initiative for Sustainable Forest Landscape)
PROGRAM BIOCF-ISFL
 mempromosikan dan memberikan imbal jasa terhadap penurunan
emisi gas rumah kaca (GRK) dan peningkatan sekuestrasi melalui
pengelolaan lahan terpadu.
 mendukung, mengidenti kasi, dan mempromosikan climate smart
agriculuture dan low-carbon land-use practices dalam rangka
meminimalisir kehilangan tutupan hutan dan lahan, serta menekan
emisi GRK.
Kegiatan Periodic Inventory Potensi Stok Karbon dan Emisi atau
sekuestrasi Perkebunan Kelapa Sawit
TUJUAN
 Melakukan inventarisasi secara priodik dinamika stok
karbon dan potensi emisi/sekuestrasi bersumber dari
perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi
 Mempelajari dan mengidenti kasi praktek Climate Smart
Agriculuture dan Low-Carbon Land-Use pada Perkebunan
Kelapa Sawit di Provinsi Jambi yang dapat mendukung
adaptasi dan mitigasi emisi GRK
Lokasi Kegiatan
Provinsi Jambi.
• Utamanya Muara Jambi, Tanjung
Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur,
Tebo, Bungo, Merangin, dan
Sarolangun).
• Kota Jambi, dan Sungai Penuh, serta
Kabupaten tidak dilakukan ground
check.

Waktu pelaksanaan kegiatan


Pertengahan Oktober 2023 s/d Desember
2023
Bahan dan alat
ALAT
BAHAN •ArGIS/ArMAP 10.8
•Peta administrasi. •QGIS 3.28.11 LTR (https://qgis.org/
•Peta Perkebunan Kelapa Sawit tahun downloads/QGIS-OSGeo4W-3.28.11-1.msi)
2021 •Python 3.18 (https://github.com/
•Peta Tutupan Lahan periode adang1345/PythonWindows/blob/
1996-2021 (KLHK) master/3.8.18/python-3.8.18-amd64-full.
•Citra satelit LANDSAT 5, 7, 8, 9 dan exe)
Sentinel-2 (Tahun 2018-sekarang). •Visual Code (https://code.visualstudio.
•Data BPS Perkebunan com/Download)
•RAM min 16GB, HD kosong minimal 100
GB, Internet
Tahapan pelaksanaan

kegiatan
Pengumpulan bahan penelitian dan data sekunder
 Analisis perubahan/dinamika tutupan lahan,
 Ground check : veri kasi hasil analisis data spasial, identi kasi
sistem pengelolaan lahan dan praktek CSA dan LC-LU terutama
pada perkebunan kelapa sawit
 Melakukan FGD untuk veri kasi data hasil analisis data spasial, hasil
ground check, mempelajari tingkat pengeloaan kelapa sawit.
Peserta: petani, dinas terkait, dan perusahaan untuk,
 Menghitung dinamika perubahan stok karbon dan potensi emisi
GRK/sekuestrasi karbon sebagai dampak perubahan tutupan lahan.
Kegiatan pengolahan data spasial
Veri kasi lapang
 Veri kasi lapangan sangat
diperlukan untuk memvalidasi hasil
klasi kasi tutupan lahan dengan
melihat kondisi obyektif di lapangan.
 Dilakukan di beberapa lokasi sebagai
areal kunci (key area), pada citra
yang tidak jelas karena tertutup
awan, tidak jelas pola dan bentuk
kanopi.
 Khusus perkebunan kelapa sawit
perlu dicatat umur tanaman untuk Kegiatan ground check/veri kasi lapangan
mengoreksi peta umur tanaman
yang diinterpretasi
FGD
Pengecekan dan pengumpulan data
selain dilakukan melalui pengamatan
langsung, juga dengan melakukan
wawancara dengan petani
menggunakan kuesioner sederhana.
FGD juga dilakukan baik dengan dinas,
perwakilan petani sawit, dan
Perusahaan. Kegiatan wawancara dan FGD dengan petani, dinas,
dan Perusahaan
Dinamika stok C dan potensi emisi/sekuestrasi
Potensi serapan dan emisi karbon yang dihitung
utamanya berasal dari dua sumber utama yaitu:
 perubahan emisi/serapan akibat perubahan stok
karbon di atas permukaan tanah (bersumber dari
above ground C-stock),
 perubahan laju emisi akibat pelepasan C-stok tanah
gambut atau akibat percepatan dekomposisi gambut
(bersumber dari below ground C-stock)
Rerata Cadangan Karbon
Tutupan lahan Referensi
(ton C/ha)
Hutan Lahan Kering primer 132.99 World Agroforestry Centre (2011); Prasetyo et al. (2000); Laumonier et al. (2010); IPCC (2006) for
Tropical rainforest; Harja et al. (2011) dengan nilai cadangan karbon berturut-turut 300, 252, 180,
150, 121 dan 93 t/ha
Hutan Lahan Kering 98.835 World Agroforestry Centre (2011) untuk hutan sekunder berkerapatan tinggi; Rahayu et al. (2005);
Sekunder IPCC (2006) for tropical Asia; Saatchi et al. (2011); World Agroforestry Centre (2011) untuk hutan
berkerapatan rendah, Harja et al. (2011) dengan nilai berturut-turut 250, 203, 180, 158, 150 dan
74 t/ha
Hutan Mangrove Primer 188.3 Komiyama et al. (2008) 170 t/ha
Hutan Rawa Primer 96.345 MoF (2008) 196 t/ha
Hutan tanaman 98.38 World Agroforestry Centre ( 2011) tanah mineral 70 t/ha, tanah gambut 60 t/ha
Semak Belukar 30 IPCC (2006); Istomo et al. (2006); Jepsen (2006); World Agroforestry Centre (2011) berturut-turut
35, 30, 20 dan 27 t/ha.
Perkebunan 63 Palm et al. (1999) perkebunan karet (89 t/ha); Rogi (2002 ) kelapa sawit (60t/ha); van Noordwijk
(2010) kelapa sawit (40 t/ha)
Permukiman 4 World Agroforestry Centre (2011)
Tanah Terbuka 2.5 Asumsi
Padang rumput 4 Rahayu et al. (2005)
Hutan Mangrove Sekunder 94.07 Komiyama et al. (2008) 120 t/ha
Hutan Rawa Sekunder 79.665 MoF (2008) 155 t/ha
Belukar Rawa 30 Diasumsi sama dengan belukar di lahan kering
Pertanian Lahan Kering 10 Hashimotio et al. (2000), Murdiyarso and Wasrin (1996); World Agroforestry Centre (2011)
berturut-turut 12,5; 10 dan 8 t/ha
Pertanian Lahan Kering 30
Potensi emisi C bersumber dari below ground C-stock tanah gambut
Berdasarkan hasil overlay peta tuplah dengan peta lahan gambut didapatkan matrik perubahan
tuplah pada lahan gambut. Perubahan tutupan lahan berdampak terhadap terhadap perubahan
laju emisi dari lahan gambut.
Penggunaan lahan Emisi Keterangan
(t CO2 ha-1 th-1)
Hutan Rawa Primer 0 IPCC (2006)
Hutan Rawa Sekunder 19 IPCC (2013)
Hutan Tanaman 73 IPCC (2013)
Perkebunan (kepala sawit) 40 IPCC (2013)
Pertanian Lahan Kering/tegalan 51 IPCC (2013)
Pertanian Lahan Kering Campuran (Agroforest) 51 IPCC (2013)
Semak Belukar 19 IPCC (2013)
Belukar Rawa 19 IPCC (2013)
Padang rumput (savanna) 35 IPCC (2013)
Sawah 34 IPCC (2013)
Rawa 0 Tergenang,asumsi 0l
Tambak 0 Tergenang asumsi nol
Transmigrasi 51 Asumsi = lahan kering campuran
Permukiman 35 Asumsipd rumput
Bandara/Pelabuhan 0 Tertutup bangunan dan beton
Pertambangan 51 Asumsi=lahan bera
Tanah Terbuka 51 IPCC (2013)
Badan air 0 Tergenangasumsi nol
HASIL DAN PEMBAHASAN
 Peta lahan gambut di Provinsi Jambi
 Posisi kelapa sawit di tanah mineral dan gambut
 Perubahan tuplah 7 periode waktu (1996-2000; 2000-2005; 2005-2009;
2009-2012; 2012-2015; 2015-2021)
 Perubahan Tuplah pada lahan gambut pada 7 periode pengamatan
 Potensi emisi/sekuestrasi akibat perubahan Tuplah pada 7 periode pengamatan
 Potensi emisi akibat perubahan tuplah Perkebunan kelapa sawit
 Potesi emisi akibat perubahan tuplah di lahan gambut
 Kontribusi emisi/sekuestrasi akibat perubahan tuplah dan lahan gambut
 Informasi tentang praktek smart agriculuture dan low-carbon land-use practices pada
Perkebunan kelapa sawit
Perubahan tutupan lahan di provinsi jambi
Tutupan Lahan 1996 2000 2003 2006 2009 2012 2015 2021
Awan 967 4.806 5.238 4.438 3.848 - - -
Belukar Rawa 347.174 279.669 171.935 171.935 267.036 260.046 222.369 275.182
Hutan LK Primer 626.748 626.748 626.669 626.551 625.634 624.936 614.389 561.561
Hutan LK Sekunder 1.517.958 830.583 784.759 725.116 474.196 396.624 293.938 286.307
Hutan Mangrove Primer 1.236 754 1.229 1.229 1.023 1.023 889 853
Hutan Mangrove Sekunder 5.536 4.837 5.632 5.632 5.443 5.429 5.576 8.432
Hutan Rawa Primer 313.833 215.157 273.390 276.568 188.435 184.003 169.028 104.665
Hutan Rawa Sekunder 281.389 143.980 229.048 228.881 54.656 44.821 38.687 58.992
Hutan Tanaman 11 74.525 86.612 83.580 176.088 169.646 206.948 307.856
Pemukiman 40.343 57.092 56.706 56.706 56.852 56.936 53.061 119.035
Perkebunan 90.805 364.265 359.144 358.135 430.730 441.342 657.608 1.882.051
Pertambangan 1.724 3.655 11.896 12.110 5.847 6.112 7.499 19.374
Pertanian Lahan Kering 321.978 327.019 325.777 325.777 337.848 338.187 143.393 138.040
Pertanian LK Campur Semak 1.118.808 1.651.828 1.648.655 1.672.442 1.794.957 1.823.549 1.852.488 506.054
Rawa 16.211 16.885 16.938 16.938 16.622 16.622 15.570 15.944
Savana/ Padang Rumput 86 86 86 86 86 86 86 -
Sawah 15.794 15.794 15.794 15.794 15.830 15.908 17.256 23.899
Semak/ Belukar 65.986 103.869 130.847 135.953 149.087 151.722 167.766 488.603
Tambak - 392 43 43 259 259 216 -
Tanah Terbuka 18.693 53.360 24.458 56.943 170.156 237.377 307.692 48.029
Transmigrasi 8.787 21.809 21.809 21.809 21.776 21.809 21.809 11.604
Tubuh Air dan lainnya 106.729 103.684 104.132 104.132 104.386 104.359 104.525 44.313
Jumlah 4.900.795 4.900.795 4.900.795 4.900.795 4.900.795 4.900.795 4.900.795 4.900.795
A. Tutupan lahan tahun
1996
A. Tutupan lahan tahun
2006
A. Tutupan lahan tahun
2021
A. Tutupan lahan tahun 1996 A. Tutupan lahan tahun
2006

A. Tutupan lahan tahun 2021


Sebaran tutupan lahan gambut periode tahun 1996-2021 di Provinsi Jambi
Tutupan lahan 1996 2.000 2006 2009 2012 2015 2021
Belukar rawa 14.049 108.534 23.517 90.884 88.838 75.211 90.808
Hutan Sekunder 23.433 6.422 6.133 2.052 1.010 747 33
Hutan Rw Primer 234.557 183.411 226.420 160.835 156.678 142.690 85.676
Hutan Rawa Sekunder 191.165 105.530 166.128 42.054 35.519 29.951 46.928
Hutan Tanaman 15 7.752 11.228 61.994 53.287 70.849 64.962
Pemukiman 352 15 15 88 100 2.922
Perkebunan 3.436 23.321 20.480 63.126 69.116 82.419 138.940
Pertambangan 5 62
Pertanian Lahan Kering 10.767 13.604 13.261 19.093 19.575 7.838 21.532
Pertanian LK campur Semak 2.703 11.632 11.365 12.183 12.548 14.663 1.528
Rawa 502 569 618 346 346 269 1.127
Sawah 1.069 1.069 1.069 1.069 1.069 1.083 1.947
Semak/ Belukar 1.264 1.546 1.759 1.992 1.992 3.500 4.389
Tanah Terbuka 137 19.267 1.010 27.364 42.841 53.688 27.175
Transmigrasi 89 89 89 89 89 551
Tubuh Air 195 195 195 195 195 195 98
No data 88
No Data Batas Administrasi 5.385 5.385 5.385 5.385 5.385 5.385
Perubahan tutupan
lahan 1996-2021 di
Kab. Muara Jambi
1994 1999 200 Perkembangan sawit
4 Interpretasi Landsat

200 2014 2023


9
POTENSI EMISI/SEKUESTRASI AKIBAT PERUBAHAN TUPLAH

Emisi dan sekuestrasi akibat perubahan tutupan lahan di Provinsi Jambi


(keterangan +: emisi; - :sekuestrasi)
DINAMIKA STOK C KARBON PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI PROVINSI JAMBI
Emisi/sekuestrasi akibat perubahan tutupan lahan menjadi kelapa sawit
Jenis tutupan lahan sebelum sawit yang berkontribusi tehadap emisi atau serapan GRK
pada perkembangan luas kelapa sawit di Provinsi Jambi
Kontribusi kebun kelapa sawit terhadap emisi/sekuestrasi
bersumber dari perubahan tutupan lahan
Total Kebun kelapa sawit Kontribusi
Tahun Perperiode Tahunan Perperiode Tahunan kelapa sawit
Juta ton CO2e Juta ton CO2e (%)
1996-2000 178,2 44,5 30,1 7,52 25*
2000-2003 -23,6 -7,7 0,3 0,08 0**
2003-2006 18,5 6,2 0,3 0,09 34*
2006-2009 97,7 32,2 8,6 2,87 33*
2009-2012 29,5 9,8 -0,2 -0,07 -33**
2012-2015 -8,2 -2,7 -13,6 -4,55 -33**
2015-2021 -166,1 -27,7 -39,5 -6,59 -17**
Keterangan: * kontrubusi sawit terhadap emisi, ** kontribusi sawit terhadap sekuestrasi, (-) terjadi
sekuestrasi karbon
Potensi Emisi Akibat Percepatan Dekomposisi Gambut
Total Kebun kelapa sawit Kontribusi Kelapa
Tahun Perperiode Tahunan Perperiode Tahunan sawit
Juta ton CO2-e Juta ton CO2-e Ribu ton (%)
1996-2000 6,64 1,66 0,42 0,10 6
2000-2003 6,64 2,46 0,36 0,12 5
2003-2006 6,67 2,22 0,43 0,14 6
2006-2009 9,67 3,22 0,98 0,33 10
2009-2012 12,81 4,27 1,63 0,54 13
2012-2015 13,71 4,57 2,02 0,67 15
2015-2021 15,12 2,52 3,26 0,54 22
Net emisi dari perubahan simpanan C tanaman dan percepatan dekomposisis
gambut

Emisi rata-rata tahunan dari perubahan tutupan lahan dan dekomposisi gambut di Provinsi
Jambi
Praktek Climate Smart Agriculuture dan Low-Carbon Land-Use
pada Perkebunan Kelapa Sawit di Provinsi Jambi
Penerapan Teknik Konservasi Tanah
Perkebunan sawit pada tanah mineral
dan berlerangpotensi erosi tinggi

Luas lahan berdasarkan kemiringan lahan di Provinsi


Jambi
Pengelolaan bahan organic
• Lahan kering umumnya kadar C
rendahPemulihan status bahan
organik tanah
• Peningkatan simpanan C tanah
• Menanam tanaman penutup, pukan,
biomas sawit, hasil samping PKS
Pengelolaan air:
• Lingkungan tumbuh yang sesuai
untuk tanaman
• Lahan gambut: menekan emisi dan
rsiko kebakaran
• Lahan kering: ketuhan air tanaman
terutama di musim kemarau
Saluran drainase yang relative sempit dan dangkal
pada perkebunan kelapa sawit masyarakat di Tanjung
Jabung Barat
drainase
terkontrol
umtuk
mempertahank
an posisi air
Catatan: saluran dan
Sejak pemberlakuan PP 57 tahun 2016: lahan pada
Pembuatan sekat kanal terutama posisi sekitar 50
pada Perkebunan sawit swasta cm dari
permukaan
Methan Capture
• Untuk menangkap GRK khususnya dari proses TBS
• Contoh satu: PKS dengan kapasitas 60 t TBS/jamberpotensi menghasilkan 720 t POME/hari
atau menghasilkan 20.000 m3 gas metana setiap harinya, setara dengan 72MWh/hari

Instalasi methan capture


pada salah satu Pabrik
Kelapa Sawit (PKS) di
Provinsi Jambi
kesimpulan
 Perubahan tutupan lahan terbesar terjadi pada perkebunan dari 90.805 ha
pada tahun 1996 menjadi 1,9 juta ha pada tahun 2021, peningkatan 21 kali
lipat dibandingkan tahun 1996. Lonjakan terbesar terjadi pada periode tahun
2015 sampai 2021, bertambah luas sekitar 1,2 juta ha.
 Sebaliknya, terjadi penurunan luas tutupan lahan hutan lahan kering
sekunder dari 1,5 juta ha pada tahun 1996 menjadi 0,3 juta ha pada tahun
2021. Perubahan terbesar terjadi pada periode tahun 1996 sampai tahun
2000 sekitar 0,7 juta ha
 Pertanian lahan kering bercampur semak tahun 1996 seluas 1,1 juta ha,
bertambah menjadi 1,85 juta ha pada tahun 2015. Hal ini menunjukkan
bahwa pertanian lahan kering berkembang seiring dengan program
transmigrasi yang berbasis pangan. Namun menjelang tahun 2021 lahan
terebut beralih tutupan lahan menjadi perkebunan dan semak belukar,
sehingga lahan pertanian tersisa 0,5 juta ha.
kesimpulan
 Dari tujuh periode waktu yang dikaji, emisi tertinggi akibat perubahan
tutupan lahan terjadi pada periode tahun 1996-2000, diikuti emisi pada
tahun 2006-2009, sekuestrasi karbon terjadi pada 3 periode (2009-2012,
2012-2015 dan 2015-2021) tertinggi terjadi pada periode tahun
2015-2021.
 Selama periode 2009-2012, 2012-2015 dan 2015-2021, kebun kelapa
sawit berkontribusi terhadap sekuestrasi karbon masing-masing
sebesar 33%, 33% dan 17%. Pada periode 2015-2021, kontribusi sawit
paling tinggi yaitu 39,5 juta ton CO2e dari total 166,1 juta ton CO2e
kesimpulan
 Emisi terbesar akibat perubahan tutupan lahan menjadi
perkebunan kelapa sawit terjadi pada periode tahun 1996-2000,
kontribusi kelapa sawit terhadap emisi yang bersumber dari
perubahan tutupan lahan adalah sekitar 25%. Emisi dari lahan
gambut pada perkebuan sawit tertinggi terjadi pada periode tahun
2015-2021, kontribusi sawit terhadap total emisi dari percepatan
dekomposisi gambut adalah sekitar 22%.
 Beberapa Perkebunan sawit (Perusahaan dan Rakyat) telah
mempraktek Climate Smart Agriculuture dan Low-Carbon Land-Use,
praktek-praktek baik ini perlu terus dikembangkan dan dikuanti kasi
dampaknya baik terhadap peningkatan daya adaptasi terhadap
perubahan iklim maupun kontribusinya terhadap penurunan emisi/
sekuestrasi karbonMRV

Saran dan rekomendasi
Perluasan kelpa sawit pada lahan kering pertanian tanaman pangan, posistif dari segi
sekuestrasi Cperlu dikadi dampaknya terhadap subsector pangan
 Periodik inventory emisi/sekuestrasi karbon kelapa sawit perlu terus dilakukan untuk
mendapatkan data riil kontribusi sawit terhadap emisi GRK, sehingga fakta yang
didapatkan bisa digunakan untuk meluruskan isu negatif yang berkembang, dan jika isu
negatif yang berkemang sesuai fakta maka perlu segera dilakukan perbaikan baik dalam
hal sistem pengelolaan lahan maupun prograram perluasan Perkebunan kelapa sawit.
 Hasil studi lapangan ditemukan praktek petani maupun pada perusahaan perkebunan
yang dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi, adaptasi, maupun peningkatan
produktivitas lahan. Ke depan perlu dilakukan identi kasi secara lebih detil dan
menghitung kontribusinya baik terhadap peningkatan perodukstivitas lahan, adaptasi,
dan/atau mitigasi terhadap perubahan iklim.
 Praktek baik padaperkebunan kelapa sawaitserti kasi ISPO. Kontribusinya terhadap
adaptasi dan migasi serta peningkatan produkstivitas secara kuantitasif???
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai