If ,. '" . ~
~
DAFTARISI
Oleh:
Juang Rata Matangaran
Pendahuluan
Hutan produksi dengan status hukum sebagai Ijin Us aha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu
PHHK) tidak boleh dan tidak bisa disampingkan. Namun dengan dasar bahwa hutan
produksi berfungsi untuk memberi manfaat ekonorni bagi pembangunan bangs a Indonesia, maka
hal ini tentu seyogyanya mendorong pemanfaatan-pemanfaatan hasil hutan non kayu di samping
akan menambah manfaat ekonomi hasil hutan kayu. Sesungguhnya pemanfaatan kayu yang
sesuai dengan ketentuan praktek kelestarian tidak akan merubah secara ekstrim keseimbangan
ekosistem hutan dan perubahan itu dalam batas-batas yang dapat dipulihkan atau dikembalikan
Jagi oleh kemampuan internal ekosistem itu sendiri.
Dengan dernikian manfaat kayu tetap ada dan berlanjut, manfaat-manfaat lainnya juga dapat
di kelola dan diusahakan dengan sebaik-baiknya. Pengintegrasian pemanfaatan dan pengusahaan
kayu dan ekosistem di hutan produksi sangatlah dimungkinkan sebagaimana akan dijelaskan
dalam tulisan berikut. Bagian tulisan ini membahas ten tang kemungkinan pelaksanaan dan
perencanaan ekowisata di dalam hutan produksi serta keterkaitan dengan hal lainnya yang
diuraikan dalam sub-bagian sebagai berikut:
.:. Integrasi sistem perencanaan pemanenan kayu dengan perencanaan ekowisata .
•:. Biaya pengusahaan hutan dan biaya ekowisata
.:. Kerusakan akibat pemanenan hutan
.:. Mengurangi kerusakan hutan dan limbah pemanenan dengan ekowisata
.:. Perubahan sistem pemanenan hutan
.:. Optimisme dan kekahwatiran yang mungkin muncul
.:. Aktivitas pengelolaan hutan produksi yang berpotensi ekowisata
Tabel 10. Peta-peta yang diperlukan untuk perencanaan pemanenan kayu dan mungkin diperlukan
untuk perencanaan ekowisata.
DAFTAR PUSTAKA
Hertault JG, Sist P. 1997. An experimental comparison of Pinard MA, Putz FE, Tay J. 2000. Lessons learned from the
different hamesting intensities with reduced-impact and implemen tation of reduced-impact logging in hilly
conventional logging in East Kalimantan, Indonesia. terrain in Sabah, Malaysia. International Forestry
Forest Ecology and Management 94:209-218. Review 2(1):33-39.
Elias. 1997. C01wentional versus reduced impact wood Sist P, Ferreira FN. 2007. Sustainability of reduced-impact
Immesting in tropical natural forest in Indonesia. Jumal logging in the Eastern Amazon. Forest Ecology and
Teknologi Hasil Hutan 10(1):5-9. Management 243:199-209.
Lempang M, Madjo MI, Seran D, Gautama I. 1995. Faktor Sist P, Sheil D, Kartawinata K, Priyadi H. 2003. Reduced-
eksploitasi pada pemungutan kayu dengan sistem impact logging in Indonesian Bomeo:some results
mekanis di Sulawesi Selatan. lumal Penelitian Hasil confinning the need for new silpicultural prescriptions.
Hutan 9(2):5-9. Forest Ecology and Management 179:415-427.
M anan S. 1992. Silvikultur Umum. Bogor:Fakultas Suhartana S. 1993. Pengaruh pemanenan hasil hutan
Kehutanan IPB. terhadap tingkat kerusakan tegakan tinggal pada
Ma tangaran JR. 2003. Natural regeneration and stand damage dua Hak Pengusahaan Hutan (HPH) di Kalimantan
after logging operation. Jumal Teknologi Hasil Hutan Barat. lurnal PencIitian Hasil Hutan 11(4):153-156.
16(2):63-69. Sukanda 1995. Penentua n Faktor Eksploitasi, Limbah
Matangaran JR, Tobing TL, Ukman TU, Yovi EY. 2000. kayu dan Kerusakan Tegakan Tinggal Akibat
Studi Pemanfaatan Limbah Pembalakan untuk Pemane na n Kayu dengan Sislem TPTI Studi Kasus
Bahan Baku Industri Dalam Rangka Pengembangan di Areal PT. Narkata Timber Kalimantan Timur,
dan Pemasaran Hasil Hutan. Bogor: Fakultas [tesis] . Bogor: Program Pascasarjana IPB.
Kehutanan IPE. Suparto RS, Matanganm JR. 1994. Sistem-Sistem Logging.
Matangaran JR. 2010a. Kerusakan tegakan Tinggal di PT Makalah Penataran Manajer Logging. Bogor:
Salaki Summa Sejahtera. Laporan penelitian. Bogor: Fakultas Kehutanan IPB
Fakultas Kehutanan IPB.
Matangaran JR. 2010b. Faktor Eksploitasi dan Limbah
Pemanenan Hutan di PT Salaki Summa Sejahtera.
Laporan penelitian. Bogor: Fakultas Kehutanan IPE.
i ~
I!
i
I:
I
I. ·{