Gusti Hardiansyah 1, Dwi Yoga P 1, Fahrizah 1, Farah Diba 1, Hendarto 3, Feira B Arief 2,
Marius Marcellus 4, Adi Yani 5, Andi Suryadi 1, Wahyu Indraningsih 6,
Huda Achsani 6 dan Darea 3
1
Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Jalan Imam Bonjol Pontianak 78124
2
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Jalan Prof. Hadari Nawawi Pontianak 78121
3
Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat Jalan Mujahidin Pontianak 78121
4
Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Barat Jalan Sultan Abdurahman Pontianak 78121
5
Badan Lingkungan Hidup Daerah kalimantan Barat Jalan Ahmad Yani Pontianak 78121
6
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan jalan
DI Panjaitan Jakarta 13410
Email : gusti.hardiansyah@gmail.com
Abstrak
Kurangnya data dan informasi Kesatuan Hidrologis Gambut (KHG) menjadi masalah yang penting dalam
pengelolaan dan konservasi gambut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar luas KHG dan
penetapan fungsi ekosistem gambut beserta pengelolaannya di Kalimantan Barat. Penelitian dilaksanakan di
empat belas kabupaten/kota Provinsi Kalimantan Barat yang meliputi pengumpulan data dan informasi,
pemantapan peta dan analisis fungsi ekosistem gambut. Analisis fungsi dilakukan dengan mengintegrasikan
(overlay) berbagai peta-peta tematik yang dibutuhkan dalam penentuan areal fungsi ekosistem gambut. Hasil
penelitian luas KHG di Kalimantan Barat sebesar 2.832.128 Ha yang terbagi menjadi 124 KHG dengan luas
yang bervariasi pada tiap kabupaten/kota. Dalam satu KHG, pada umumnya terdapat Kawasan Lindung
Kubah Gambut (KLG) dan Kawasan Budidaya Gambut (KBG), walaupun tidak semua KHG memiliki
keduanya. KLG terletak di bagian puncak kubah gambut dan sekitarnya, yang luasannya sekitar 40% dari total
luas KHG.
interusi air laut, abrasi pantai, sosial atau para pemangku kepentingan,
masyarakat, keanekaragaman hayati, lembaga/instansi daerah (SKPD) di
emisi, dan perubahan iklim maka Provinsi Kalimantan Barat. Analisis fungsi
Pemerintah Indonesia telah mengeluarkan dilakukan dengan mengintegrasikan
Peraturan Pemerintah (PP) No. 71 Tahun (overlay) berbagai peta-peta tematik yang
2014 tentang Perlindungan dan dibutuhkan dalam penentuan areal fungsi
Pengelolaan Ekosistem Gambut. ekosistem gambut, antara lain berupa peta
Berdasarkan PP ini disebutkan bahwa karakteristik ekosistem gambut, peta
Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem fungsi ekosistem gambut, peta sebaran
Gambut adalah upaya sistematis dan lahan gambut, peta penutupan/penggunaan
terpadu yang dilakukan untuk melestarikan lahan (landcover / landuse), peta
fungsi ekosistem gambut dan mencegah moratorium, peta kontur permukaan/relief
terjadinya kerusakan ekosistem gambut lahan, peta jaringan hidrologi, peta areal
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, terbakar, peta areal konsesi/perizinan
pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, pemanfaatan lahan, peta moratorium, peta
dan penegakan hukum. Penelitian daerah aliran sungai, peta administrasi
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar wilayah, peta dasar (peta rupa bumi), peta
luas KHG dan penetapan fungsi ekosistem RTRW Provinsi dan RDTR
gambut beserta pengelolaannya di Kabupaten/Kota, peta kawasan hutan
Kalimantan Barat (Gambar 1). (TGHK/Padu Serasi), dll.
pengelolaan lahan gambut dilakukan oleh (Gambar 2) dan KHG terkecil berada di
kabupaten/kota yang bersangkutan tetapi Kota Singkawang (Gambar 3), dengan
bila keberadaan KHG tersebut lintas masing-masing jumlah luasan KLG dan
kabupaten/kota, maka pengelolaannya KBG yang berbeda (Gambar 4).
dikoordinasikan oleh provinsi. Untuk
KHG terluas di Provinsi Kalimantan Barat
berada di wilayah Kabupaten Kubu Raya
900.000
794.260
800.000
700.000
600.000
479.579 476.758
500.000
400.000
283.956
300.000
196.182
200.000 133.939
122.749 115.996
71.54194.739
100.000 26.83716.061 17.0072.524
-
SBS BKY LDK MPW SGU KTP STG KHL SKD MLW KYU KBR PNK SKW
Gambar 4. Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Ekosistem Gambut Provinsi Kalimantan Barat
penggunaan lahan pertanian dan gambut sebagai lahan basah. Selain itu,
perkebunan. manajemen lahan gambut harus
mempertimbangkan topografi lahan
b. Pembuatan sabuk tanamam pengaman gambut (yang sering dianggap datar), di
ekohidrologi dengan menyisakan 30 mana umumnya memiliki daerah kubah
persen dari luasan total kubah gambut gambut yang elevasinya lebih tinggi
sebagai kawasan konservasi tanpa dari daerah gambut sekitar dan
drainase mampu melestarikan ketebalan gambutnya lebih dalam.
pengelolaan KHG pada tingkat lanskap. Semakin ke arah kubah, kesuburan
Menurut BBP2SLP dalam Widyati tanah semakin berkurang. Manajemen
(2011) Selain menguras kandungan air banjir dan kekeringan di lahan gambut
dalam gambut yang dapat tidak dapat dilihat sebagai usaha yang
mengakibatkan kebakaran dan terpisah melainkan merupakan sebuah
amblesnya gambut, kanalisasi juga upaya yang terintegrasi. Prinsip tata air
memberikan akses bagi para pembalak di lahan gambut didasarkan kepada
liar sehingga kerusakan hutan gambut beberapa prinsip utama yaitu :
makin meningkat. Di samping itu, 1. Memilih metode dan bangunan
berkurang atau hilangnya kawasan pengendalian berdasarkan
hutan rawa gambut akan menurunkan karakteristik lahan setempat (site
kualitas lingkungan, bahkan specific), antara lain kontur,
hidrologi, kedalaman gambut dan
menyebabkan banjir pada musim hujan
kematangan gambut.
serta kekeringan dan kebakaran pada 2. Membasahi gambut untuk
musim kemarau. memperlambat laju penurunan
c. Klaim bahwa tata air skala luas bisa muka tanah (land subsidence).
dikelola dengan mengikuti standar yang 3. Menahan/memperlambat air di
ada. Dalam skala luas-satu unit hulu.
4. Di musim hujan, memperlancar
manajemen perkebunan kelapa sawit
gerakan air di hilir.
mencapai 10-15 ribu Ha, bahkan untuk 5. Sistem aliran satu arah atau satu
hutan tanaman sekitar 50 ribu Ha, arah dominan dan satu arah
pengelolaan air yang berorientasi temporer (untuk lahan gambut
penyeragaman tinggi muka air ini sulfat masam).
memiliki tantangan yang cukup besar, d. Konsep tata air di KHG Kalimantan
memerlukan teknologi pengelolaan Barat pada tingkat lanskap belum bisa
yang didukung dengan teknologi, dijalankan sepenuhnya. Masalah kanal
monitoring dan survey topografi yang utama yang berukuran besar (lebar bisa
sangat akurat. Fauzan (2016) mencapai 12 m) patut mendapat
menyatakan bahwa sifat alami lahan perhatian dengan seksama. Keterangan
gambut adalah lahan basah. Prinsip dari diskusi beberapa ahli hidrologi
pengelolaan lahan gambut di gambut menjelaskan bahwa kanal yang
perkebunan harus menyesuaikan berukuran besar tersebut terpaksa harus
dengan sifat alami lahan gambut, yaitu dibuat pada saat pembangunan awal
sedapat atau selama mungkin hutan tanaman, atau pada areal
mempertahankan karakteristik lahan perkebunan sawit yang berada di KHG,
dimana kayu alam dalam volume yang dan lapisan bawah gambutnya. Hasil
luar biasa besarnya harus dikeluarkan. penelitian luas KHG di Kalimantan Barat
e. Kenyataan di Kalimantan Barat, belum sebesar 2.832.128 Ha yang terbagi
ada bukti yang menunjukkan menjadi 124 KHG dengan luas yang
bervariasi pada tiap kabupaten/kota.
kelestarian produksi berbagai
Dalam satu KHG, pada umumnya
komoditas yang dikembangkan pada terdapat Kawasan Lindung Kubah
KHG terutama pada tingkat kedalaman Gambut (KLG) dan Kawasan Budidaya
yang ekstrim. Pengelolaan KHG skala Gambut (KBG), walaupun tidak semua
besar belum cukup lama dan juga KHG memiliki keduanya. KLG terletak di
belum teruji. Ekpansi perkebunan dan bagian puncak kubah gambut dan
HTI pada KHG baru dimulai setelah sekitarnya, yang luasannya sekitar 40%
pertengahan tahun 2000-an, dan belum dari total luas KHG.
ada bukti bahwa produktivitas, bahkan
UCAPAN TERIMA KASIH
dengan input pemupukan yang Penelitian ini terlaksana atas
memadai sekalipun, mampu pendanaan dan bantuan dari Kementerian
dipertahankan pada jangka waktu yang Lingkungan Hidup dan Kehutanan
panjang. Menyangkut tata air yang Republik Indonesia Direktorat Jenderal
tidak mampu mempertahankan laju Pengendalian Pencemaran dan
subsidens, atau setidaknya laju Kerusakan Lingkungan sehingga Tim
Peneliti dari Fakultas Kehutanan
subsidens melambat secara
Universitas Tanjungpura dapat
eksponensial karena subsidens
merumuskan masterplan RPPEG
diakibatkan oleh pemampatan Provinsi Kalimantan Barat. Untuk
(komposisi dan bukan dekomposisi) informasi lebih lanjut dapat merujuk ke
sehingga KHG dapat dikelola dalam dalam dokumen tersebut.
waktu panjang.
f. KHG dapat dengan mudah direstorasi
dengan cara penutupan kanal (canal DAFTAR PUSTAKA
blocking) sehingga muka airnya Fauzan .R (2016). Tata Air Lahan Gambut
meningkat dimana dalam kenyataan, untuk Manajemen Banjir dan
kanal (primer dan sekunder) yang harus Kekeringan di Perkebunan Kelapa
ditutup memiliki ukuran sedemikian Sawit. Majalah Sawit Indonesia
besar sehingga teknologi yang tersedia Edisi 15
bahkan kontruksi seharga 100 juta per
Kementerian Lingkungan Hidup dan
buah tidak akan mampu bertahan lama
Kehutanan Republik Indonesia.
2016. Model Rencana
KESIMPULAN DAN SARAN Perlindungan dan Pengelolaan
Ekosistem Gambut (RPPEG)
Implementasi PP No. 71 Tahun 2014 Provinsi Kalimantan Barat– Tahun
tentang Perlindungan dan Pengelolaan 2016.
Ekosistem Gambut atau mengenai RPPEG
perlu diawali dengan analisis karakteristik Napitupulu S. M. dan Mudiantoro .B
ekosistem gambut terutama untuk fungsi (2015) Pengelolaan Sumber Daya
budidaya. Analisis karakteristik dimaksud Air pada Lahan Gambutyang
seperti analisis sifat fisik, kimia, biologis
7|D is elengg ar ak an d al am r angk ai an Dies Natalis Univers itas
T anjungpura
Pontian ak/tahun/ volu m e
Seminar Nasional Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PIPT)