Anda di halaman 1dari 70

SEMINAR

DOKUMEN DAYA DUKUNG DAYA


TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
KOTA SALATIGA
CV. PURI SAPTA CONSULTANT, SEMARANG 23 Maret 2022
Outline Pembahasan

1. PENDAHULUAN

2. PROFIL LINGKUNGAN HIDUP


KOTA SALATIGA
3. DDDTLH KOTA SALATIGA

4. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


PENDAHULUAN
DEFINISI
DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP (DDDTLH)

UU No. 32 Tahun 2009 Tentang PPLH


Daya dukung lingkungan hidup : definisi kemampuan lingkungan hidup
untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan
keseimbangan antar keduanya.
Daya tampung lingkungan hidup : kemampuan lingkungan hidup untuk
menyerap zat, energi, dan/atau komponen lain yang masuk atau
dimasukkan ke dalamnya.
LATAR BELAKANG
Permasalahan :
• Ada keterbatasan lingkungan dan sumber daya alam wilayah dalam mendukung kehidupan
penduduk dan makhluk hidup
• Kualitas dan kondisi wilayah yang semakin menurun akibat dari kegiatan manusian yang
tidak memperhatikan aspek keberlanjutan dari fungsi lingkungan hidup

Amanat UU No. 32/2009 Pasal 12 : “Apabila RPPLH belum tersusun, maka pemanfaatan
sumberdaya alam dilaksanakan berdasarkan DDDTLH”
Penentuan DDDTLH tersebut sebagai dasar pertimbangan dalam pembangunan dan
pengembangan suatu wilayah.

Sebagai basis data lingkungan dan instrumen pengendalian dan pengelolaan


lingkungan hidup sehingga tercipta Pembangunan Berkelanjutan
MAKSUD, TUJUAN DAN MANFAAT

MANFAAT
TUJUAN
1. Pedoman bagi Pemerintah
1. Tersedianya peta potensi Kota Salatiga dalam rangka
MAKSUD ekoregion dan penggunaan perlindungan dan
1. Menyediakan data/informasi tentang : lahan atau liputan lahan pengelolaan sumberdaya
a. Penentuan kemampuan lahan untuk 2. Tersedianya profil daya alam dan lingkungan hidup
alokasi pemanfaatan ruang dukung dan daya tampung serta perumusan kebijakan
lingkungan hidup berbasis progam Pembangunan
b. Perbandingan antara ketersediaan dan kinerja jasa lingkungan hidup Daerah berbasis DDDTLH
kebutuhan lahan
3. Tersedianya informasi daya 2. DDDLTH menjadi dasar bagi
c. Perbandingan antara ketersediaan dan dukung dan daya tampung proses perencanaan dan
kebutuhan air. lingkungan berbasis pengambilan keputusan
2. Menyusun dokumen DDDTLH Kota ketersediaan dan kebutuhan pembangunan seperti
Salatiga sebagai basis data dan bahan sumber daya untuk penyusunan RPPLH, KLHS,
dalam penyusunan kebijakan mendukung kehidupan RPJPD, RPJMD, RTRW dan
pengendalian dan pengelolaan manusia RDTR
lingkungan hidup
SASARAN
Dokumen Daya Dukung Daya Tampung Lingkungan Hidup Kota Salatiga dengan muatan :
4. Perhitungan DDDTLH berbasis
1. Peta potensi ekoregion dan 2. Deskripsi kondisi DDDTLH kebutuhan dan ketersediaan
penggunaan lahan atau berbasis kinerja jasa lingkungan sumberdaya
liputan lahan hidup dengan unit satuan 1) Daya dukung pangan
ekoregion dan administratif 2) Daya dukung air
3) Daya dukung lahan
3. Profil DDDTLH berbasis kinerja jasa lingkungan hidup 4) Daya dukung fungsi lindung
1. Jenis Jasa Penyediaan, meliputi Pangan (P 1), Air (P 2), Serat 5) Daya tampung lahan/ kemampuan
dan Material Lainnya (P 3), Bahan Bakar (P 4), Sumber Daya lahan
Genetik (P 5)
2. Jenis Pengatur atau Pengendali, meliputi Pengaturan Iklim (R 5. Rekomendasi program dan atau
1), Pengaturan Air (R 2), Mitigasi Bencana (R 3), Pemurnian kegiatan dalam rangka untuk
Air (R 4), Pengolahan Dan Pengurai Limbah (R 5), Kualitas mempertahankan serta meningkatkan
Udara (R 6), Penyerbukan Alami (R 7), Pengendali Hama (R 8) kondisi DDDTLH
3. Jasa Sosial Budaya, meliputi Tempat Tinggal dan Ruang Hidup
(C 1), Rekreasi/ Fungsi Rekreasi dan Ekowisata (C 2),
Estetika/Budaya Fungsi Estetika Alam (C 3)
4. Jasa pendukung, meliputi Pembentukan Dan Regenerasi 6. Album Peta
Tanah (D 1), Siklus Hara (D 2), Produksi Primer (D 3),
Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) (D 4)
PROFIL LINGKUNGAN HIDUP
KOTA SALATIGA
ADMINISTRASI KELERENGAN
ADMINISTRASI

Batas-batas wilayah Kota Salatiga


sebagai berikut :
 Utara : Kecamatan Pabelan (Desa Sidorejo Sidorejo
Pabelan dan Desa Pejaten), dan
Kecamatan Tuntang (Desa
Kesongo dan Desa Watu Agung)
 Timur : Kecamatan Pabelan (Desa
Glawan, Desa Sukoharjo, dan
Desa Ujung-Ujung), dan
Kecamatan Tengaran (Desa
Bener, Desa Nyamat, dan Desa Tingkir Tingkir
Tegalwaton) Sidomukti Sidomukti
 Selatan : Kecamatan Getasan
(Desa Jetak, Desa Samirono, dan
Desa Sumogawe), dan
Kecamatan Tengaran (Desa
Duren dan Desa Patemon) Argomulyo Argomulyo
 Barat : Kecamatan Getasan (Desa
Polobogo), dan Kecamatan
Tuntang (Desa Candirejo, Desa
Gedangan, Desa Jombor, dan
Desa Sraten).
JENIS TANAH GEOLOGI
JENIS TANAH
• Latozol Coklat
• Latozol Coklat Tua
• Coklat Kekelabuan
• Andosol Coklat
Sidorejo Jenis tanah mempengaruhi Sidorejo
sifat dan keseburan tanah
serta penyerapan air ke dalam
tanah

GEOLOGI
1.Endapan kolokium,
Tingkir rombakan dari breksi volkanik
Sidomukti tufa dan batu yang tersebar di Tingkir
Sidomukti
bagian utara Kota Salatiga,
yaitu di Kelurahan Sidorero
Lor, Blotongan dan Pulutan.
2.Tufa batu pasir, breksi
Argomulyo vulkanik dengan sisipan napal
tersebar di bagian utara, yaitu Argomulyo
Kleuragan Bugel, Blotongan
dan Sidorejo Lor.
3.Endapan Vulkanik muda
terdiri dari tufa lahan breksi
dan lava yang tersebar di
seluruh wilayah Kota Salatiga.
KONDISI KLIMATOLOGI KONDISI HIDROLOGI
Musim penghujan antara bulan Nopember – Juni dipengaruhi oleh musim Barat,
sedang musim kemarau antara bulan Juli–Oktober yang dipengaruhi oleh angin musim
Timur. Rata-rata curah hujan di Kota Salatiga mengalami peningkatan selama kurun sungai-sungai yang mengalir
waktu 3 tahun. melintas di daerah Kota Salatiga
Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Hh)
Bulan
2018 2019 2020 2018 2019 2020
berhulu di sebelah barat-daya
Januari 270 284 391 13 14 16 yakni dari lereng Gunung
Februari 233 417 501 15 21 19 Merbabu, dimana sebagian
Maret 208 379 469 13 16 14
April 175 367 348 13 10 13
merupakan sungai musiman yang
Mei 53 103 266 7 3 11 kering airnya di musim kemarau.
Juni 21 49 81 2 1 3
Juli - - 72 - - 3
Agustus - - 78 - - 3
September 12 - 21 2 - 2
Oktober 26 - 180 2 - 9
November
Desember
241
332
127
299
167
458
10
15
9
16
12
18
kering kering
Jumlah 1.571 2.025 3.032 92 90 123
Sumber : Kota Salatiga Dalam Angka, 2021

3.500
3.032
3.000

2.500
2.025
2.000 1.571
1.500

1.000

500
92 90 123
0
2018 2019 2020
Curah Hujan (mm)
Hari Hujan (hh)
KARAKTERISTIK EKOREGION
PETA EKOREGION / BENTANG ALAM PETA TUTUPAN VEGETASI ALAMI
PETA EKOREGION
Sumber : P3E Jawa
Skala : 1 : 50.000
Tahun : 2016

PETA TUTUPAN VEGETASI


ALAMI
Sumber : PDLKWS
Skala : 1 : 250.000
Tahun : 2013
KARAKTERISTIK EKOREGION
PETA TUTUPAN LAHAN
PETA TUTUPAN LAHAN
• Sumber : Permendagri 49 Tahun 2019 Tentang Batas Daerah
Antara Kota Salatiga Dengan Kabupaten Semarang Provinsi
Jawa Tengah
• Peta dasar skala 1 : 5.000 dari sumber RDTR Kota salatiga
dan Updating Kawasan Terbangun dengan Foto Udara
perekaman tahun 2019 - 2020
• Analisis Jasa Lingkungan Kota salatiga menggunakan
multiskala pada peta ekoregion, tipe vegetasi alami dan
tutupan lahan untuk menghasilkan analisis 20 Jasa Lingkungan
DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG
LINGKUNGAN HIDUP (DDDTLH)
1 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS
KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA ALAM

A. Kemampuan Lahan Untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang

Penentuan daya dukung lingkungan hidup dilakukan dengan cara


mengetahui kapasitas lingkungan alam dan sumber daya untuk
mendukung kegiatan manusia atau penduduk yang
menggunakan ruang bagi kelangsungan hidup.
A. Kemampuan
Analisis Input Proses Output Lahan :
a. Kemampuan Data fisik alam Overlay peta  Peta dan basis data (luasan 1. Tingkat Kelas
lahan untuk dalam bentuk untuk dan sebaran) kemampuan 2. Tingkat Sub
alokasi peta : menghasilkan lahan tingkat kelas Kelas
pemanfaat  Peta topografi/ klasifikasi kelas  Peta dan basis data (luasan
3. Unit
an ruang kemiringan kemampuan lahan dan sebaran) kemampuan
lereng (tingkat kelas, lahan dalam subkelas Pengelola
 Peta jenis subkelas dan unit  Peta dan basis data (luasan
tanah pengelolaan) dan sebaran) kemampuan B. Evaluasi
 Peta drainase lahan dalam unit Kesesuaian
 Peta lahan pengelolaan Lahan
kritis  Peta dan basis data (luasan
dan sebaran) potensi
kemampuan lahan (tinggi,
sedang, dan rendah)

Acuan Analisis : Permen LH No. 17 Tahun 2009 – Pedoman Penentuan Daya Dukung LH
A. Kemampuan Lahan Untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang
A.1. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Kelas A.2. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Sub Kelas
Dominasi di Kelas II dan III
• Kelas I dan II : untuk
peruntukan pertanian
• Kelas III s.d VI : sesuai untuk
pertanian dan non pertanian
(mempunyai faktor
penghambat dan ancaman
tetapi bisa untuk dilakukan
tindakan konservasi)
• Kelas VIII : sesuai untuk
hutan produksi dan padang
rumput (mempunyai faktor
penghambat/ancaman yang
berat)
A. Kemampuan Lahan Untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang
A.3. Kemampuan Lahan dalam Tingkat Unit Pengelola A.4 Evaluasi Kesesuaian Lahan
Karakteristik kondisi evaluasi
kesesuaian lahan di Kota Salatiga,
yaitu :
 Sesuai/cocok : merupakan
kawasan dengan hasil evaluasi
kesesuaian dengan kondisi cocok,
dengan beberapa parameter
karakteristik, sebagai berikut :
 Kondisi penggunaan lahan
sesuai dengan kemampuan
lahan.
 Tidak terdapat faktor
penghambat dalam kesesuaian
lahannya.
 Jika terdapat faktor
penghambat dapat diatasi
(tidak berpengaruh negatif).
 Sesuai/cocok dengan
rekomendasi : merupakan
kawasan dengan hasil evaluasi
kesesuaian dengan kondisi cocok
dengan rekomendasi, dengan
beberapa parameter
karakteristik, sebagai berikut :
 Kondisi penggunaan lahan
sesuai dengan kemampuan
lahan
 Terdapat faktor penghambat
dalam kesesuaian lahannya,
namun bisa diatasi dengan
alternatif penggunaan lahan
lainnya
1 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS
KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA ALAM

B. Perbandingan Antara Ketersediaan Dan Kebutuhan Lahan B. Perbandingan Antara Ketersediaan Dan Kebutuhan Air
Input Proses Output
Input Proses Output
 Data produksi aktual  Perhitungan antara  Ketersediaan (Supply)
tiap jenis komoditi ketersediaan dan Lahan (SL)  Data luas penggunaan  Perhitungan antara  Ketersediaan (Supply)
 Harga satuan tiap kebutuhan lahan dilakukan
SL 
 ( P xH ) X
i i 1 lahan
 Data rata-rata aljabar
ketersediaan dan kebutuhan
air dilakukan berdasarkan
Air (SA)
jenis komoditas berdasarkan Peraturan
Hb Ptvb
(Rp/satuan) di tingkat Menteri Lingkungan Hidup curah hujan tahunan Peraturan Menteri Lingkungan
produsen Nomor 17 Tahun 2009  Kebutuhan (Demand)  Curah hujan tahunan Hidup Nomor 17 Tahun 2009
 Harga satuan beras  Penetapan status daya Lahan (DL) pada stasiun  Penetapan status daya dukung
(Rp/kg) ditingkat dukung lahan DL  NxKHLl  Jumlah stasiun lahan  Kebutuhan (Demand) Air
produsen Bila SL > DL, daya dukung pengamatan curah hujan Bila SA > DA, daya dukung air (DA)
 Produktivitas beras lahan dinyatakan surplus.  Status Daya Dukung  Data potensi mata air dinyatakan surplus.
(kg/ha) Bila SL< DL, daya dukung Lahan dan potensi CAT Bila SA< DA, daya dukung air  Status Daya Dukung Air
 Jumlah penduduk lahan dinyatakan defisit  Luas wilayah dinyatakan defisit atau
atau terlampaui.  Jumlah penduduk terlampaui.

 Status Daya Dukung Lahan Tahun 2020  Status Daya Dukung Air Tahun 2020
SL (18.623 Ha) < DL, (46.251 Ha), hal ini berarti bahwa daya SA (252.371.144,31 m3/tahun) > DA, (41.226.420,57
dukung lahan pada tahun 2020 dinyatakan defisit atau m3/tahun), hal ini berarti bahwa daya dukung air tahun 2020
terlampaui. dinyatakan Surplus
 Status Daya Dukung Lahan Tahun 2042  Status Daya Dukung Air Tahun 2042
SL (12.516 Ha) < DL, (37.746 Ha), hal ini berarti bahwa daya SA (250.762.017,62 m3/tahun) > DA, (55.408.664,49
dukung lahan pada tahun 2042 dinyatakan defisit atau m3/tahun), hal ini berarti bahwa daya dukung air tahun 2042
terlampaui. dinyatakan Surplus.
Kondisi tersebut berarti bahwa daya dukung lahan Kota Salatiga Kondisi tersebut berarti bahwa Kota Salatiga mampu memenuhi
tidak mampu memenuhi kebutuhan standart hidup layak kebutuhan air penduduk.
penduduk.
1 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS
KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA ALAM

B. Perbandingan Antara Ketersediaan Dan Kebutuhan Pangan

Analisis Input Proses Output KEBUTUHAN BERAS KOTA SALATIGA


Jumlah Indeks Konsumsi Kebutuhan Kebutuhan Kebutuhan
Tahun
Perbandingan  Data laju  Perhitungan permintaan  Ketersediaan pangan Penduduk Beras (Kg/Kap/Thn) Beras (Ton) Padi/ GKG (Ton) Luas Panen (Ha)
antara pertumbuhan (Demand) kebutuhan beras beras 2020 192.322 124,89 24.019,09 36.952 240.875
Ketersediaan penduduk  Perhitungan sisi  Kebutuhan pangan 2042 246.046 124,89 30.728,74 47.275 308.162
dan Kebutuhan  Data proyeksi ketersediaan (Supply) beras PRODUKSI BERAS KOTA SALATIGA
Pangan penduduk beras  Daya dukung lahan Luas Baku Sawah Produksi Padi/ GKG Faktor Konversi Beras Produksi Beras
Tahun
 Data luas lahan padi  Perhitungan daya dukung pertanian (ha) (Ton) (Kg) (Ton)
sawah lahan pertanian  Status daya dukung 2020 567 3.696 0,6384 2.360
2042 494,50 6.447 0,6384 4.116
 Data produktivitas pangan
padi PRODUKTIVITAS LAHAN KOTA SALATIGA
 Data luas panen Jumlah Produksi Konsumsi fisik beras Supply beras
Tahun Keterangan
Penduduk Beras (Ton) minimun / tahun (Ton) (Ton)
2020 192.322 2.360 0,12 0,01 defisit
KETERSEDIAAN PANGAN 2042 246.046 4.116 0,12 0,02 defisit
Total produksi padi (ton) = Luas lahan padi sawah (Ha) x IP x produktivitas padi (ton/ha) Produktivitas lahan pertanian untuk pemenuhan pangan (beras) mempunyai nilai < 0,12
KEBUTUHAN PANGAN : ton/orang/tahun yang berarti bahwa Kota Salatiga mengalami defisit dalam
Kebutuhan Beras Total = Penduduk Hasil Proyeksi x Indeks Konsumsi Beras pemenuhan pangan beras penduduk
DAYA DUKUNG LAHAN PERTANIAN
a=x/k STATUS DAYA DUKUNG PANGAN
PRODUKTIVITAS LAHAN Luas Lahan yang tersedia Luas Lahan yang diperlukan Daya Dukung Lahan Keteranga
Tahun
 Jika total supply < 342 gr/org/hari atau 0,12 ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kota (X) (k) (α) n
Salatiga mengalami defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. 2020 0,003 0,018 0,16 α<1
 Jika total supply = 342 gr/org/hari atau 0,12 ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kota 2042 0,004 0,018 0,22 α<1
Salatiga mengalami optimal dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. Daya dukung lahan sawah dari tahun 2020 sampai akhir tahun 2042 daya dukung lahan
 Jika total supply > 342 gr/org/hari atau 0,12 ton/orang/tahun, maka dapat dikatakan Kota sawah mempunyai nilai α < 1, yang berarti bahwa Kota Salatiga tidak mampu
Salatiga mengalami surplus dalam pemenuhan kebutuhan pangan (beras) penduduk. swasembada pangan
1 PERHITUNGAN DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS
KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN SUMBERDAYA ALAM

C. Daya Dukung Fungsi Lindung


DAYA DUKUNG FUNGSI LINDUNG KOTA SALATIGA
Koefisien Lindung untuk Guna
Analisis Input Proses Output No Tutupan Lahan Luas Guna Lahan (Lgl) Lgl x α
Lahan (α) *)
1 Bangunan Hankam 46,06 0,18 8,29
Analisis Daya  Data luas penggunaan Perhitungan berdasarkan  Nilai daya dukung fungsi 2 Bangunan Industri 141,08 0,18 25,39
Dukung Fungsi lahan kondisi tutupan lahan lindung 3 Bangunan Kesehatan 26,18 0,18 4,71
4 Bangunan Olahraga 5,12 0,18 0,92
Lindung  Luasan wilayah dengan koefisien lindung  Status tingkat kualitas 5 Bangunan Pariwisata dan Hiburan 2,48 0,18 0,45
 Nilai koefisien lindung untuk guna lahan daya dukung fungsi 6 Bangunan Pendidikan 102,54 0,18 18,46
untuk guna lahan dibandingkan dengan luas lindung (sangat rusak, 7 Bangunan Perdagangan Jasa 63,64 0,18 11,45
8 Bangunan Peribadatan 16,93 0,18 3,05
wilayah rusak, sedang, baik dan 9 Bangunan Perkantoran 27,86 0,18 5,02
sangat baik) 10 Bangunan Permukiman 1.816,38 0,18 326,95
11 Bangunan Transportasi 1,93 0,18 0,35
12 Bangunan Utilitas 6,98 0,18 1,26
13 Hutan Kota 1,06 1 1,06
14 Jalan 195,87 0,18 35,26
15 Kolam 3,98 0,98 3,90
16 Lapangan Olahraga 0,84 0,18 0,15
17 Makam 67,33 0,01 0,67
18 Perkebunan 339,93 0,42 142,77
19 Permukaan/Lapangan Diperkeras 0,34 0,18 0,06
20 Peternakan 1,19 0,42 0,50
Tingkat kualitas daya dukung fungsi lindung adalah: 21 Sawah 580,73 0,46 267,14
 Sangat rusak jika nilai DDL 0 – 0,20 22 Sungai 35,38 0,98 34,67
23 Taman 63,84 1 63,84
 Rusak jika nilai DDL 0,20 – 0,40 24 Tegalan/ ladang dengan bangunan
1.950,87 0,42 819,37
 Sedang jika nilai DDL 0,40 – 0, 60 terpencar
Jumlah 5.498,56 1.775,68
 Baik jika nilai DDL 0,60 – 0,80 DDL 0,30

 Sangat Baik jika nilai DDL 0,80 – 1


Kota Salatiga memiliki DDL sebesar 0,30. Nilai DDL tersebut termasuk dalam kondisi
rusak dengan kriteria nilai 0,20 – 0,40. Hal tersebut berarti bahwa perkembangan di
Kota Salatiga, menggambarkan lebih berfungsi sebagai kawasan budidaya.
2 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
BERBASIS JASA LINGKUNGAN

Profil Jasa Lingkungan


1. Jasa Penyedia (P1, P2, P3, P4, P5)
2.1 2. Jasa Pengatur (R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8)
3. Jasa Sosial Budaya (C1, C2, C3)
4. Jasa Pendukung (D1, D2, D3, D4)

2.2 Jasa Lingkungan Penting

2.3 Isu Strategis Jasa Lingkungan

Penentuan Kecukupan (Status ) Jasa Lingkungan Hidup Sebagai


2.4 Penyedia Air dan Pangan
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Luasan Status Indeks Jasa Penyedia Kota Salatiga

Jasa Penyedia :
• Pangan (P 1)
• Air (P 2)
• Serat dan Material Lainnya (P 3)
• Bahan Bakar (P 4)
• Sumber Daya Genetik (P 5)
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A.1. Jasa Lingkungan Penyedia Pangan (P 1)
 Jasa penyedia pangan merupakan kondisi kemampuan lahan dalam penyediaan pangan berupa hasil
pangan dari pertanian, perkebunan, hutan (tanaman dan hewan), hasil peternakan dan hasil
perikanan.
 Luas lahan pertanian yang berupa sawah di Kota Salatiga 580,73 ha, perkebunan 339,93 ha, peternakan
1,19 ha dan kolam 3,98 ha.
 Komoditas ternak : sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, kambing dan domba, unggas (itik, burung
puyuh, ayam ras, ayam kampung dan itik manila)
 Produksi perikanan berupa ikan lele, nila dan karper.
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A.2. Jasa Lingkungan Penyedia Air (P 2)
 Jasa penyedia air bersih merupakan daya dukung daya tampung yang berkaitan dengan
kemampuan lahan dalam penyediaan air bersih baik yang berasal dari tanah (termasuk kapasitas
penyimpanannya), penyediaan air dari sumber permukaan maupun air hujan.
 faktor yang dapat mempengaruhi kondisi penyedia air bersih yaitu curah hujan, lapisan tanah dan
jenis batuan yang dapat menyimpan air, bentang lahan, tutupan lahan, serta vegetasi.
 Potensi CAT : CAT Rawapening dan CAT Salatiga
 Potensi Mata Air : Senjoyo, Kaligojek, Kaligethek, Kalitaman, Kalisombo
 Potensi curah hujan sebagai air limpasan yang masuk ke dalam tanah sebagai sumber air tanah
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A.3. Jasa Lingkungan Penyedia Serat dan Material Lainnya (P 3)
 Jasa penyedia serat dan material lainnya merupakan kondisi daya dukung daya tampung yang
menggambarkan mengenai hasil hutan, hasil pertanian dan perkebunan untuk material. Jasa lingkungan ini
berkaitan dengan suatu jenis bahan berupa potongan-potongan memanjang yang utuh, dan utamanya dapat
berasal dari tumbuh-tumbuhan, dan hewan, maupun proses geologis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber
serat pangan untuk kebutuhan hidup maupun serat lainnya untuk kebutuhan penunjang (mis. untuk serat
material sandang)
 Potensi pertanian untuk serat pangan berupa tanaman pangan dan hortikultura, sedang untuk serat material
lain (sandang) terdapat potensi tanaman jagung, pisang yang batang dan daunnya berpotensi untuk menjadi
bahan baku serat kain.
PRODUKSI TANAMAN JAGUNG, PISANG, KELAPA
Tahun 2018 2019 2020 2021
Jagung (ku) 1.830 27 97 650*)
Pisang (ton) 4.555,20 3.538,50 4.288,40 **)
Kelapa (ton) - 72,04 80,36 **)

POTENSI LUAS HUTAN RAKYAT


Kecamatan 2017 2018 2019 2020
Kecamatan Argomulyo 92,50 68,90 68,90 64,20
Kecamatan Sidomukti 50,40 50,40 50,40 49,40
Kecamatan Sidorejo 79,20 79,20 79,20 76,20
Kecamatan Tingkir 27,80 27,80 27,80 27,80
Jumlah 249,90 226,30 226,30 217,60
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A.4. Jasa Lingkungan Penyedia Bahan Bakar (P 4)
 Penyedia Bahan Bakar menggambarkan kemampuan lahan dalam penyediaan kayu bakar dan bahan
bakar dari fosil. Penyediaan bahan bakar fosil dapat dilihat berdasarkan struktur geologi dan bentuk
lahannya, sedangkan penyediaan bahan bakar biomassa atau tanaman kayu-kayuan dapat dilihat
berdasarkan kondisi tutupan lahan dan karakteristik vegetasi.
 Potensi tanaman sebagai penyedia biomassa seperti produksi cengkeh yang diolah sebagai minyak atsiri /
bioaditif bahan bakar solar, kelapa yang dapat diolah menjadi minyak kelapa, serta limbah pertanian
seperti sekam padi dan batang jagung yang dapat dikembangkan untuk bahan baku produksi bioetanol.
 Potensi pengelolaan limbah peternakan
Potensi Tanaman Sebagai Penyedia Bahan Bakar

Pengelolaan Limbah Ternak


2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A.5. Jasa Lingkungan Penyedia Sumber Daya Genetik (P 5)
 Penyedia sumber daya genetik merupakan daya dukung daya tampung yang menggambarkan kondisi
penyediaan sumberdaya genetik termasuk flora dan fauna.
 Berhubungan erat dengan keanekaragaman hayati  Kehati tinggi maka sumberdaya genetik juga dalam
kondisi melimpah
 Ketersediaan dan distribusi sumberdaya genetik salah satunya ditentukan oleh tipe ekosistem, yaitu ekoregion
bentang alam dan penutup lahan khususnya areal bervegetasi.
 Pada area vegetasi berdasarkan kondisi guna lahan yang mendukung dalam penyedia sumber daya genetik
di Kota Salatiga yaitu taman, kebun, hutan kota
 Sumber daya genetik berupa flora : gandaria, kesambi, rejasa, pule, glodokan, kepel, damar dll
Luas Potensi Penyedia P5
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Luasan Status Indeks Jasa Pengaturan Kota Salatiga

Jasa Pengaturan :
• Pengaturan Iklim (R 1)
• Pengaturan Air (R 2)
• Mitigasi Bencana (R 3)
• Pemurnian Air (R 4)
• Pengolahan Dan
Pengurai Limbah (R 5)
• Kualitas Udara (R 6)
• Penyerbukan Alami (R 7)
• Pengendali Hama (R 8)
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.6. Jasa Lingkungan Pengaturan Iklim (R 1)
 Jasa pengaturan iklim merupakan jasa dalam pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, pengendalian gas
rumah kaca & karbon. Dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain tutupan vegetasi, ketinggian tempat, serta
bentuk lahan. Kondisi vegetasi memiliki pengaruh dalam pengaturan iklim, diantaranya pada kepadatan vegetasi
yang rapat dan terletak pada dataran tinggi akan memiliki sistem pengaturan iklim yang lebih baik.
 Faktor yang mempengaruhi JE Pengaturan Iklim terumata dalam pembentuk iklim mikro di Kota Salatiga berupa
penggunaan pupuk di lahan pertanian, penggunaan bahan bakar untuk kegiatan rumah tangga dan
transportasi, produksi sampah kota
 Trend emisi GRK yang mengalami peningkatan tinggi pada sektor energi  akibat aktivitas transportasi,
limbah  dipengaruhi pertumbuhan penduduk
Penggunaan Pupuk

Penggunaan Energi Kegiatan RT dan Transportasi


2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.7. Jasa Lingkungan Pengaturan Air (R 2)
 R 2 menggambarkan kondisi siklus hidrologi, serta infrastruktur alam untuk penyimpanan air, pengendalian
banjir, dan pemeliharaan air. Siklus hidrologi merupakan pergerakan air dalam hidrosfer yang meliputi proses
penguapan (evaporasi), pendinginan massa udara (kondensasi), hujan (presipitasi) dan pengaliran (flow).
 Ekosistem sawah, perkebunan, tegal/ladang, hutan kota, taman mampu melakukan penyimpanan air yang
lebih baik daripada ekosistem lingkungan binaan berupa permukiman.
 Karakteristik bentang alam pegunungan struktural patahan dengan sifat batuan penyusun yang keras berikibat
minim untuk menyimpan air  banyak tersebar di bagian utara. Bentang alam kaki gunung dengan material
pasir, kerikil, batuan berbagai ukuran masi dapat menyimpan pasokan air, dataran aluvial dan pegunungan
komplek struktural mempunyai kondisi ketersediaan air tanah yang cukup baik.
 Siklus hidrologi yang normal akan pada pengaturan tata air yang baik untuk berbagai macam kepentingan seperti
penyimpanan air, pengendalian banjir serta keberlangsungan potensi sumber air.
Luas Lahan Potensi Jasa Pengaturan Air
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.8. Jasa Lingkungan Pengaturan Mitigasi Bencana (R 3)
 R 3 menggambarkan gambaran kondisi infrastruktur dalam pencegahan dan perlindungan dari bencana seperti
kebakaran lahan, erosi, abrasi, longsor, badai. Jasa lingkungan pengaturan pengendalian dan pencegahan bencana
alam berkaitan dengan kemampuan suatu daerah melindungi dan memberikan upaya perlindungan sekitar dari
bencana erosi, longsor, abrasi.
 Beberapa fungsi pencegahan bencana terkait dengan fungsi bentang lahan dan tutupan lahan. Tutupan lahan dengan
vegetasi yang rapat dan bentang lahan yang datar minim untuk terjadi bencana longsor, sebaliknya jika tutupan
vegetasi tidak rapat dan pada lahan yang bergelombang berpotensi terjadi longsor.
 Perubahan tata guna lahan guna menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya bencana. Seperti peningkatan
fungsi permukiman menyebabkan berkurangnya area peserapan air dapat berdampak pada banjir dan kekeringan

Upaya Bencana yang terjadi di Salatiga Tahun 2019


mitigasi
pengendalian
banjir
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.9. Jasa Lingkungan Pengaturan Pemurnian Air (R 4)

 Jasa pengaturan pemurnian air berfungsi sebagai pengaturan pemurnian air melalui kegiatan mengencerkan,
mengurai dan menyerap pencemar oleh kapasitas badan air. Ekosistem memiliki kemampuan untuk
“membersihkan” pencemar melalui proses-proses kimia-fisik-biologi yang berlangsung secara alami dalam badan
air.
 Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran terhadap badan air.
Kemampuan alam ini ada batasnya, oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran air, seperti perubahan perilaku bersih, penggunaan pupuk organik dalam aktivitas pertanian.
 Tutupan lahan terbangun mempunyai kemampuan yang rendah terhadap siklus pemurnian air jika dibandingkan
dengan guna lahan non terbangun
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.10. Jasa Lingkungan Pengaturan Pengolahan Dan Pengurai Limbah (R 5)
 Jasa R 5 meliputi kapasitas lokasi dalam menetralisir, mengurai dan menyerap limbah dan sampah.
 Ekosistem alam mempunyai kemampuan dalam menguraikan limbah, tetapi juga memiliki batasan maksimal zat
pencemar yang mampu diuraikan secara alami oleh alam. Setelah batas itu terlampaui, maka pencemar akan berada di
alam secara tetap atau terakumulasi dan kemudian berdampak pada manusia, material, hewan, tumbuhan dan ekosistem.
 Kondisi JER 5 di Kota Salatiga yang didominasi sedang hingga rendah tercermin dari aktivitas guna lahan yang
berkontribusi dalam pengaturan dan penguraian limbah, seperti peningkatan volume limbah cair akibat peningkatan
jumlah penduduk, pengelolaan sampah di TPA yang masih menghasilkan lindi yang belum dapat diolah secara sempurna
dan terjadi pencemaran air sungai yang mengalami peningkatan akibat cemaran BOD, COD dan E Coli.
 Kondisi JER 5 kelas tinggi dipengaruhi salah satunya dari kondisi Kota Salatiga sudah ODF, pengurangan penggunaan
pupuk pada pertanian dan beberapa industri melakukan pengolahan limbah yang dihasilkan.
Kualitas air sungai
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.11. Jasa Lingkungan Pengaturan Kualitas Udara (R 6)

 Ekosistem memiliki kemampuan untuk memberikan manfaat berupa pengaturan terhadap kualitas udara yang
baik. Kualitas udara dipengaruhi oleh interaksi antar berbagai polutan yang diemisikan ke udara dengan
faktor - faktor meteorologis (angin, suhu, hujan, sinar matahari) dan pemanfaatan ruang permukaan bumi.
 Kualitas udara dipengaruhi oleh pola penggunaan lahan yang ada di suatu wilayah. Intensitas penggunaan
ruang yang tinggi lahan terbangunnya akan memberikan pengaruh yang tinggi terhadap penurunan
kualitas udara.
 Aktivitas guna lahan yang berpengaruh sebagai penyumbang penurunan kualitas udara : trasnportasi, industri
 Aktivitas guna lahan yang dapat meningkatkan kualitas udara : guna lahan bervegetasi seperti RTH, Hutan,
perkebunan.
 nilai IKU Kota Salatiga Tahun 2020 tercatat sebesar sebesar 79,41 atau berada di atas ambang batas
standar baku mutu kualitas udara Peningkatan Jumlah Kendaraan Bermotor
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.12. Jasa Lingkungan Penyerbukan Alami (R 7)
Penyerbukan alami (pollination) adalah proses penyerbukan (berpindahnya serbuk sari dari kepala sari ke
kepala putik) yang secara khusus terjadi pada bunga yang sama atau antar bunga yang berbeda tetapi
dalam satu tanaman atau di antara bunga pada klon tanaman yang sama. Ekosistem menyediakan jasa
pengaturan penyerbukan alami khususnya lewat tersedianya habitat spesies yang dapat pembantu proses
penyerbukan alami. Habitat alami seperti hutan dan areal bervegetasi umumnya menyediakan media
spesies pengatur penyerbukan yang lebih melimpah.

Ekosistem dengan kemampuan


penyerbukan rendah

Ekosistem dengan kemampuan


penyerbukan tinggi
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Pengatur A.13. Jasa Lingkungan Pengendali Hama (R 8)
 Pengendalian hama adalah pengaturan makhluk-makhluk atau organisme pengganggu yang disebut hama
karena dianggap mengganggu kesehatan manusia, ekologi, atau ekonomi. Kondisi bentang alam yang
berpengaruh akan pengaturan pengendalian hama dan penyakit yaitu dataran alluvial yang merupakan
potensi adanya pertanian, baik sistem produksi maupun pengolahan hasil pertanian.
 Ekosistem secara alami menyediakan sistem pengendalian hama dan penyakit melalui keberadaan
habitat spesies trigger dan pengendali hama dan penyakit.
 Tingginya kemampuan ekosistem dalam pengendalian hama dapat dicirikan dengan meningkatnya
produktivitas pertanian. Luasan panen sawah yang mengalami penurunan, tetapi produksi padi mengalami
peningkatan sehingga produktivitasnya meningkat.
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Luasan Status Indeks Jasa Sosial Budaya Kota Salatiga

Jasa Sosial Budaya :


• Tempat Tinggal dan Ruang Hidup (C 1)
• Rekreasi/ Fungsi Rekreasi dan Ekowisata (C 2)
• Estetika/Budaya Fungsi Estetika Alam (C 3)
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Sosial Budaya A.14. Jasa Lingkungan Fungsi Tempat Tinggal dan Ruang Hidup (C 1)

 Jasa lingkungan fungsi tempat tinggal dan ruang hidup merupakan jasa yang dimanfaatkan
sebagai tempat tinggal. Ruang hidup ini didukung oleh kemampuan dan kesesuaian lahan yang
tinggi sehingga memberikan dukungan kehidupan baik secara sosial, ekonomi maupun
budaya.
 Pada kelas sangat rendah di Salatiga didominasi oleh ekoregion pegunungan struktural patahan
dimana mempunyai ciri bantuan penyusunnya keras dan kurang memungkinkan untuk menyimpan
air dengan tutupan lahan berupa perkebunan
Nilai Daya Dukung Lahan untuk
Bangunan (DDLB) sebesar 1,63.
Berarti bahwa daya dukung
lahan permukiman termasuk
dalam kategori bersyarat dan
sedang  masih mampu
menampung rencana
pengembangan lahan terbangun
terutama zona perumahan
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Sosial Budaya A.15. Jasa Lingkungan Rekreasi/ Fungsi Rekreasi dan Ekowisata (C 2)
 Jasa lingkungan rekreasi/fungsi rekreasi dan ekowisata memberikan manfaat bagi manusia dalam pemenuhan
kebutuhan akan fungsi rekreasi. Ekosistem Kota Salatiga menyediakan potensi lansekap dan keunikan alam
yang menjadi daya tarik wisata. Potensi kondisi landsekap di Kota Salatiga didukung adanya lansekap
pegunungan dan rawa yang menawarkan potensi keindahan. Variasi bentang alam berpengaruh besar
terhadap nilai jasa budaya rekreasi dan ekowisata.
 Dukungan program Program Niansista adalah salah satu penyangga ketahanan pangan untuk masyarakat
Salatiga serta dapat meningkatkan pendapatan petani di Kota Salatiga melalui aktivitas yang memanfaatkan
usaha pertanian sebagai obyek wisata.
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Sosial Budaya A.16. Jasa Lingkungan Estetika/Budaya Fungsi Estetika Alam (C 3)
 Jasa estetika/budaya fungsi estetika alam memberikan manfaat bagi manusia berupa warisan budaya dan keindahan
yang dapat dinikmati. Ekosistem Kota Salatiga mempenrikan fitur lansekap ekoregion dengan keunikan dan potensi keindahan
alamnya dapat menjadi daya tarik wisata. Manfaat lain secara ekonomi akan meningkatkan perekonomian melalui kegiatan
wisata yang berlangsung didalamnya. Variasi bentang alam berpengaruh besar terhadap jasa estetika /budaya.
 Bentang alam di Kota Salatiga dapat dikelompokkan dalam 2 kenampakan, yaitu kenampakan lahan terbangun yang
berada di pusat kota dengan perkembangan mengikuti jaringan jalan dan kenampakan lahan terbuka berupa lahan
pertanian, perkebunan. Kenampakan ini sebagai pembentuk fungsi estetika alam.
 Kurangnya keterpaduan antar bentang alam, memberika variasi dalam pembentukan jasa lingkungan fungsi estetika alam
Potensi kelas tinggi Potensi view bentang alam
untuk wisata

Potensi kelas rendah


2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Luasan Status Indeks Jasa Penyedia Kota Salatiga

Jasa Penyedia:
• Pembentukan Dan Regenerasi Tanah (D 1)
• Siklus Hara (D 2)
• Produksi Primer (D 3)
• Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) (D 4)
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A.17. Jasa Penyedia Pembentukan Dan Regenerasi Tanah (D 1)

 Jasa pembentukan dan regenerasi tanah memberikan manfaat pendukung proses alami ekosistem dalam
pembentukan dan regenerasi tanah. Faktor pembentukan tanah dimulai dari bahan induk dan berlanjut untuk
jangka waktu yang sangat lama. Faktor pembentukan tanah terjadi saat bahan induk mengalami pelapukan dan
atau diangkut dan diendapkan kemudian berubah menjadi tanah.
 Bentang alam Kota Salatiga yang mendukung dalam pembentukan dan regenerasi tanah karena memiliki sifat
jenis batuan yang cepat lapuk adalah dataran aluvial, perbukitan struktural lipatan (antiklinal) kendeng
batugamping napalan dan kaki gunung merbabu material piroklastik
 Tutupan lahan non terbangun mempunyai potensi kelas tinggi dalam mendukung proses pembentukan dan
regenerasi tanah
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A. 18. Jasa Lingkungan Penyedia Siklus Hara (D 2)
 Jasa penyedia siklus hara yaitu kemampuan ekosistem mendukung proses pelapukan bahan organik.
 Tutupan lahan yang mempengaruhi kelas tinggi pada jasa lingkungan siklus hara ini berupa lahan
pertanian, yang proses siklus haranya berlangsung berupa siklus hara terbuka atau mengalami kebocoran
karena berpotensi kehilangan hara diakibatkan adanya erosi lahan karena aliran run off air yang
cenderung tinggi di daerah perkotaan.
 Dominasi pada kelas tinggi yaitu seluas 2.854,75 ha (51,92%).

Perkembangan produksi padi


2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A. 19. Jasa Lingkungan Penyedia Produksi Primer (D 3)
 Jasa Produksi Primer (D 3) yaitu kemampuan lingkungan dalam mengkonversi energi dari
matahari menjadi bentuk organik melalui proses fotosistetis.
 Ekosistem dapat berfungsi sebagai pengikat karbon dan menghasilkan oksigen melalui proses
fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan.
 Jasa Lingkungan Produksi Primer berupa penggunaan lahan budidaya dengan tutupan lahan
didominasi vegetasi yaitu fungsi tegalan/ladang (35,48%), sawah (10,56%) dan perkebunan
(6,18%).
 Didominasi pada kelas tinggi yaitu seluas 2.635,00 ha atau 47,92%.
2.1 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
Jasa Penyedia A. 20. Jasa Penyedia Keanekaragaman Hayati (Biodiversitas) (D 4)
 Jasa lingkungan biodiversitas mampu memberikan jasa yang mendukung keanekaragaman hayati
(biodiversity), seperti perbukitan atau pegunungan berhutan, menjadi habitat perkembangbiakan flora
fauna.
 Jasa semakin tinggi karakteristik biodiversitas, maka semakin tinggi fungsi dukungan ekosistem terhadap
perikehidupan dan keanekaragaman hayati.
 Potensi RTH Publik di Kota Salatiga sebagai potensi keanekaragaman hayati
 Potensi tutupan lahan budidaya sebagai biodiversitas seperti perkebunan, tegalan/ladang (dengan jenis
tutupan pohon kayu yang banyak ditemukan di Salatiga)
 Potensi flora dan fauna

Taman
2 DAYA DUKUNG DAN DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN

2.2. JASA LINGKUNGAN PENTING


 Jasa lingkungan penting adalah ekosistem yang menunjukkan
tingkat kepentingan suatu wilayah atau ekosistem
dibandingkan dengan wilayah atau ekosistem lainnya.
 Jasa lingkungan penting, merupakan gabungan dari semua
jasa lingkungan.
 Semakin tinggi nilai jasa lingkungan, semakin penting dan
menjadi prioritas dalam pengelolaan lingkungan.
 Proporsi jasa lingkungan yang menjadi prioritas untuk menjaga
kondisi kualitas lingkungan hidup yang baik yaitu Prioritas I
921,37 Ha (16,76%), Prioritas II seluas 2.057,34 Ha (37,42%),
dan Prioritas III seluas 2.519,84 Ha (45,83%).
2 ISU STRATEGIS JASA LINGKUNGAN

2.3. CONTOH PENERAPAN ANALISIS JASA LINGKUNGAN PADA ISU PENDIDIKAN (KAMPUS UIN SALATIGA)

Tutupan Lahan kampus UIN dan Sekitarnya

• Aktivitas guna lahan disekitarnya di dominasi oleh sawah dan tegal/ladang akan terdampak
langsung (alih fungsi) oleh aktivitas pendidikan
• Guna lahan di sekitarnya seperti permukiman akan terdampak secara tidak langsung seperti
kualitas lingkungan hidup
2.3 ISU STRATEGIS JASA LINGKUNGAN
CONTOH PENERAPAN ANALISIS JASA LINGKUNGAN PADA ISU PENDIDIKAN (KAMPUS UIN SALATIGA)
2.3 ISU STRATEGIS JASA LINGKUNGAN
CONTOH PENERAPAN ANALISIS JASA LINGKUNGAN PADA ISU PENDIDIKAN (KAMPUS UIN SALATIGA)

UPAYA MEMPERTAHANKAN JASA LINGKUNGAN TERDAMPAK


a. Jasa Lingkungan Penyedia Pangan (P 1)
Upaya dalam mempertahankan jasa lingkungan penyedia pangan yaitu:
- Intensifikasi lahan pertanian tanaman pangan
- Pengembangan teknologi pertanian yang mendukung dalam peningkatan
produksi
b. Jasa Lingkungan Penyedia Air Bersih (P 2)
Upaya dalam mempertahankan jasa lingkungan penyedia air bersih yaitu:
- Peningkatan luasan Ruang Terbuka Hijau pada kawasan pendidikan
- Pembuatan sumur resapan dan biopori pada kawasan pendidikan
c. Jasa Lingkungan Fungsi Tempat Tinggal Dan Ruang Hidup (C 1)
Upaya dalam mempertahankan jasa lingkungan fungsi tempat tinggal dan
ruang hidup yaitu:
- Peningkatan penyediaan Ruang Terbuka Hijau pada lingkungan
permukiman
- Pembuatan sumur resapan dan biopori pada kawasan permukiman
- Peningkatan sarana dan prasarana pendukung kawasan permukiman
2.4 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
2.4. Penentuan Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup (Penyedia Air dan Pangan)
Dilakukan untuk melihat keseimbangan antara kondisi ketersediaan dan kebutuhan air dan pangan di Kota
Salatiga. Metode menggunakan pemetaan sistem grid berdasarkan Pedoman Penentuan DDDTLH
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2019.

Tahapan Penentuan Kecukupan Jasa Lingkungan Hidup Penyedia Air dan Pangan
a. Perhitungan Ketersediaan Tiap Grid
• Analisis tumpang susun (overlay) antara peta grid, peta kinerja jasa lingkungan hidup sebagai
penyedia air dan pangan.
• Distribusi jumlah ketersediaan air dan pangan tiap grid
b. Perhitungan Kebutuhan Air dan Pangan tiap Grid
• Perhitungan kebutuhan air tiap grid
• Perhitungan kebutuhan pangan tiap grid
c. Perhitungan Status Kebutuhan Air dan Pangan tiap Grid
2 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
2.4. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup (Penyedia Air dan Pangan)
A. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup Penyedia Air
a. Ketersediaan Air b. Kebutuhan Air
2 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
4. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup (Penyedia Air dan Pangan)
A. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup Penyedia Air
c. Status Daya Dukung Air

Dasar perhitungan ketersediaan air : limpasan air berdasarkan kondisi tutupan


lahan (Permen LH No. 17 Tahun 2009)
Ketersediaan Total Kebutuhan
Status
(m3/Tahun) (m3/Tahun)
Kecamatan Argomulyo 82.809.133 12.850.303 69.958.830 SURPLUS
Kecamatan Sidomukti 46.866.762 7.052.601 39.814.161 SURPLUS
Kecamatan Tingkir 48.878.928 8.117.895 40.761.034 SURPLUS
Kecamatan Sidorejo 71.900.375 12.649.310 59.251.065 SURPLUS

Status daya dukung penyedia air berdasarkan perhitungan selisih ketersediaan dan
kebutuhan air memiliki kondisi SURPLUS. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
ketersediaan air yang ada masih mampu memenuhi kebutuhan aktivitas di Kota
Salatiga, walaupun di beberapa wilayah rawan kekeringan seperti kelurahan seperti
Randuacir dan Kumpulejo, tetapi secara ketersediaan air Kota Salatiga mampu
memenuhi kebutuhan air.
Upaya dalam meningkatkan ketersediaan air dilakukan dengan penyediaan sumur
resapan, sumur biopori,.
2 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
4. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup (Penyedia Air dan Pangan)
B. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup Penyedia Pangan
b. Kebutuhan Pangan
a. Ketersediaan Pangan
2 DAYA DUKUNG LINGKUNGAN HIDUP BERBASIS JASA LINGKUNGAN HIDUP
4. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup (Penyedia Air dan Pangan)
B. Kecukupan (Status) Jasa Lingkungan Hidup Penyedia Pangan
c. Status Daya Dukung Pangan
Ketersediaan pangan dihitung dengan pendekatan daya dukung lahan
Permen LH Nomor 17 Tahun 2009).
Status Daya Dukung Pangan : perhitungan selisih ketersediaan dan kebutuhan
pangan

Ketersediaan Pangan Kebutuhan Pangan


Kecamatan Status
(Ha) (Ha)
Kecamatan Argomulyo 1.715 5.924 Defisit
Kecamatan Sidomukti 541 5.316 Defisit
Kecamatan Sidorejo 273 1.606 Defisit
Kecamatan Tingkir 529 6.346 Defisit

Kondisi status daya dukung penyedia pangan berdasarkan perhitungan


selisih ketersediaan dan kebutuhan pangan yaitu DEFISIT. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa ketersediaan pangan di Kota Salatiga tidak mampu
memenuhi kebutuhan aktivitas kehidupan.
3 DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
1. Identifikasi dan Penentuan Titik Uji Sampel
• Lokasi yang menggambarkan dan mewakili kondisi hulu dan hilir dari aliran sungai.
• Jumlah titik lokasi uji sampel yaitu sebanyak 40 titik lokasi.
• Pengecekan untuk memastikan titik lokasi uji sampel berair atau kering/tidak berair.

Titik Lokasi Uji Kondisi Tidak Berair/Kering


(Diganti dengan titik lain)

Titik Lokasi Uji Kondisi Berair


3 DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

Peta Lokasi Titik Uji Sampel Air


3 DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP No Nama Titik Parameter Yang diujikan
1 Aliran Sungai Senjoyo 1 BOD, COD dan DO
2 Titik 1 Banyuputih Pungkursari BOD, COD, DO, TSS, pH, Pb terlarut, Fecal Coliform, dan Amoniak
3 Titik 1 Benoyo BOD, COD, DO, TSS, pH, Pb terlarut, Fecal Coliform, dan Amoniak
4 Titik 2 Aliran Belon BOD, COD dan DO
a) Parameter Uji Sampel 5 Titik 2 Banyuputih Perpusda BOD, COD dan DO
6 Titik 2 Benoyo Kalitaman BOD, COD dan DO
7 Titik 2 Jetis Sendangsari BOD, COD dan DO
• Parameter Biological Oxygen Demand (BOD), 8 Titik 2 Ngronggo BOD, COD dan DO
9 Titik 2 Sungai senjoyo BOD, COD dan DO
Chemical Oxygen Demand (COD) dan 10 Titik 3 Benoyo Pramuka BOD, COD dan DO

Dissolved Oxygen (DO) pada 40 titik uji 11


12
Titik 3 Jetis JLS SCI
Titik 4 Banyuputih
BOD, COD dan DO
BOD, COD dan DO
sampel. 13
14
Titik 4 Benoyo Canden
Titik 5 Banyuputih Pulutan
BOD, COD dan DO
BOD, COD dan DO
15 Titik 5 Benoyo Pattimura BOD, COD dan DO
• Parameter BOD, COD, DO, Total Suspended 16 Titik 5 Sungai senjoyo BOD, COD dan DO
17 Titik 6 Benoyo Patimura BOD, COD dan DO
Solid (TSS), pH, Pb terlarut, Fecal Coliform, 18 Titik 7 Benoyo Kauman Kidul BOD, COD, DO, TSS, pH, Pb terlarut, Fecal Coliform, dan Amoniak

dan Amoniak pada 5 titik uji sampel 19


20
Titik 7 Ngronggo Nanggulan
Titik 8 Benoyo Bugel
BOD, COD dan DO
BOD, COD dan DO
prioritas. 21
22
Titik 8 Ngronggo Butuh
Titik 9 Benoyo TWSS
BOD, COD dan DO
BOD, COD dan DO
23 Titik 9 Ngronggo Perengsari BOD, COD dan DO
24 Titik 10 Ngronggo Kauman Kidul BOD, COD dan DO
25 Titik Akhir Banyuputih BOD, COD, DO, TSS, pH, Pb terlarut, Fecal Coliform, dan Amoniak
26 Titik Aliran ke RSU BOD, COD dan DO
27 Titik Gabungan Kumpulrejo Belon BOD, COD, DO, TSS, pH, Pb terlarut, Fecal Coliform, dan Amoniak
28 Titik RSU 2 BOD, COD dan DO
29 Titik Siranda Pulutan BOD, COD dan DO
30 Titik TPS Kalimangkak BOD, COD dan DO
31 Senjoyo 1A Tingkir Lor BOD, COD dan DO
32 Senjoyo 1B Kradenan BOD, COD dan DO
33 Senjoyo 1C Kalibening BOD, COD dan DO
34 Senjoyo Utama 1 BOD, COD dan DO
35 Senjoyo Utama 2 BOD, COD dan DO
36 Senjoyo Utama 3 BOD, COD dan DO
37 Senjoyo Utama 4 BOD, COD dan DO
38 Titik Kalilondo 2 BOD, COD dan DO
39 Titik Kalilondo 3 BOD, COD dan DO
40 Titik Kalilondo1 BOD, COD dan DO
3 DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP

b) Pengambilan Sampel Air

Contoh Dokumentasi Pengambilan Sampel Air


3 ANALISIS DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
2. Analisis Kualitas Air Permukaan
Dilakukan untuk menentukan status mutu air melalui metode
indeks pencemaran. Pendekatan : Kepmen LH Nomor : 115
Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air
dengan persamaan Indeks Pencemaran
Klasifikasi evaluasi terhadap nilai PI :
0 ≤ PIj ≤ 1,0 memenuhi baku mutu (kondisi baik)
1,0 < PIj ≤ 5,0 cemar ringan
5,0 < PIj ≤ 10 cemar sedang
PIj > 10 cemar berat

HASIL ANALISIS INDEKS PENCEMAR


Nilai IP 1,0 < PIJ ≤ 5,0 Nilai IP 5,0 < Pij ≤ 10,0
(Tercemar Ringan) (Tercemar Sedang)

1. Titik 2 Aliran Belon 16. Titik 3 Benoyo 1. Titik 1 Benoyo


2. Titik Gabungan Pramuka 2. Titik 7 Ngronggo
Kumpulrejo Belon 17. Titik TPS Kalimangkak Naggulan
3. Titik 4 Banyuputih 18. Titik Siranda Pulutan 3. Senjoyo 1 C Kalibening
4. Titik Aliran Ke Rsu 19. Titik 5 Banyuputih 4. Senjoyo 1 B Kradenan
5. Titik Rsu 2 Pulutan 5. Senjoyo 1 A Tingkir Lor
6. Titik 2 Banyuputih 20. Titik Akhir Banyuputih 6. Aliran Sungai Senjoyo 1
Perpusda 21. Titik 9 Ngronggo 7. Senjoyo Utama 1
7. Titik 1 Banyuputih Perengsari 8. Titik 2 Jetis Sendangsari
Pungkursari 22. Titik 8 Ngronggo 9. Titik 2 Ngronggo
8. Titik 1 Banyuputih Butuh
Pungkursari 23. Titik Kalilondo 3
9. Titik 4 Benoyo Canden 24. Titik Kalilondo 2
10. Titik 5 Benoyo Patimura 25. Titik Kalilondo 1
11. Titik 6 Benoyo Patimura 26. Senjoyo Utama 3
12. Titik 8 Benoyo Bugel 27. Senjoyo Utama 4
13. Titik 10 Ngronggo 28. Titik 2 Sungai Senjoyo
Kauman Kidul 29. Senjoyo Utama 2
14. Titik 7 Benoyo Kauman 30. Titik 3 Jetis JLS SCI
Kidul 31. Titik 5 Sungai Senjoyo
15. Titik 9 Benoyo TWSS
(Taman Wisata
Sejarah Salatiga)
3 DAYA TAMPUNG LINGKUNGAN HIDUP
3.Daya Tampung Beban Pencemar Air
Daya tampung beban pencemar air adalah batas
kemampuan sumber daya air untuk menerima masukan
beban pencemar yang tidak melebihi batas syarat kualitas
air untuk berbagai pemanfaatannya dan menemuhi baku
mutu airnya. Metode perhitungan Perbandingan antara
hasil perhitungan BPM dan BPA.

Apabila nilai BPA lebih kecil dari BPM maka


dapat disimpulkan bahwa sungai tersebut masih
mempunyai daya tampung terhadap beban
pencemar dari unsur pencemar yang diujikan.

Hasil analisis daya tampung beban pencemar air :


BPA < BPM
BPA > BPM
(Belum Melebihi
Parameter Total Titik Diuj1 (Melebihi Batas
Batas Daya
Daya Tampung)
Tampung)

Parameter DO 18 Titik 16 titik 2 titik


(merupakan titik
Parameter BOD dengan dukungan 18 titik -
Parameter COD data debit air) 12 titik 6 titik

Fecal Coliform 2 Titik 2 titik -


(merupakan titik
Total Suspended prioritas dan titik 2 titik -
Solid (TSS) dengan dukungan
Amoniak Total data debit air) 2 titik -
(NH3-N)

Timbal terlarut 2 titik -


(Pb)
KESIMPULAN DAN
REKOMENDASI
A. KESIMPULAN #1

1. Dokumen DDDTLH Kota Salatiga secara spasial pemetaan MENGGAMBARKAN FUNGSI JASA
LINGKUNGAN, BUKAN PERUNTUKAN LAHAN sehingga dalam pemanfaatan dokumen DDDTLH LEBIH
SESUAI DIJADIKAN PERTIMBANGAN DALAM PROSES PENGAMBILAN KEBIJAKAN.
2. Kemampuan Lahan untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang
 Hasil analisis kemampuan lahan di Kota Salatiga dapat disimpulkan bahwa luas lahan yang mendukung
untuk dikembangkan kegiatan non pertanian pada kelas III, IV, V dan VI.
 Kemampuan lahan kelas I dan II mendukung untuk pengembangan kegiatan pertanian dan kawasan
lindung sedangkan untuk kelas VII dan VIII mendukung untuk kegiatan lindung dan rekreasi alam.
Kelas kemampuan I dan II dikembangkan secara bersyarat untuk kegiatan non pertanian yang tidak
merusak fungsi lindung.
 Potensi kemampuan lahan Kota Salatiga mempunyai potensi kemampuan lahan tinggi (4.938,02 Ha)
untuk dikembangkan dalam mendukung pembangunan daerah, sedangkan pada wilayah yang
termasuk dalam potensi sedang (520,92 Ha) dan rendah (39,61 Ha) perlu memperhatikan beberapa
faktor fisik guna lahan yang dapat sebagai penghambat untuk meminimalisir dampak negatif yang
ditimbulkan dari hasil kegiatan pembangunan.
A. KESIMPULAN #2

3. Perbandingan Antara Ketersediaan Dan Kebutuhan Lahan


a. Status Daya Dukung Lahan 2020, SL (18.623 Ha) < DL, (46.251 Ha), defisit
b. Status Daya Dukung Lahan 2042, SL (12.516 Ha) < DL, (37.746 Ha), defisit
Ketersediaan lahan setempat tidak dapat mencukupi kebutuhan akan produksi hayati di Kota Salatiga.
4. Perbandingan Antara Ketersediaan Dan Kebutuhan Air
a. Status Daya Dukung Air Tahun 2020
SA (252.371.144,31 m3/tahun) > DA, (41.226.420,57 m3/tahun), Surplus
b. Status Daya Dukung Air Tahun 2042
SA (250.762.017,62 m3/tahun) > DA, (55.408.664,49 m3/tahun), Surplus
Ketersediaan supply air masih dapat mencukupi kebutuhan air di Kota Salatiga
5. Daya Dukung Pangan
Posisi daya dukung lahan sawah dari tahun 2020 sampai akhir tahun 2042 daya dukung lahan sawah
mempunyai nilai α < 1, yang berarti bahwa Kota Salatiga tidak mampu swasembada pangan dalam arti
jumlah penduduknya telah melampaui jumlah penduduk optimal. Kondisi Kota Salatiga yang mengalami
defisit dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat dan tidak mampu swasembada pangan sehingga
Kota Salatiga dapat bekerja sama dengan Bulog dalam penyediaan beras, dapat pula melalui program-
program yang dikembangkan untuk dapat meningkatkan produktivitas tanaman, misalnya melalui program
intensifikasi tanaman pangan, sehingga dapat menaikkan indeks pertanaman.
A. KESIMPULAN #3

6. Kinerja jasa lingkungan ditentukan oleh 3 (tiga) komponen penting yang mempengaruhi yaitu
ekoregion/bentang alam, tipe vegetasi alami dan tutupan lahan
a. Ekoregion yang mendominasi Kota Salatiga adalah Kaki Gunungapi Merbabu Material Piroklastik
seluas 4.903,13 hektar (89%). Ekoregion Kaki Gunungapi Merbabu Material Piroklastik berpotensi
ditemukan permunculan mata air yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber air bersih.
b. Tipe vegetasi alami yang mendominasi Vegetasi Hutan Pamah (non dipterokarpa) seluas 3.197,51
hektar (58%) dengan ciri komunitas vegetasi dengan tegakan pohon-pohon tinggi 30 – 45 m, batangnya
lurus dan relatif ramping, tajuknya lebat berdaun kecil, sedang sampai lebar dan selalu hijau.
c. Dominasi tutupan lahan yang masih didominasi liputan hijauan atau areal hijau/non terbangun seluas
3.043,12 hektar (55,34%) dibandingkan dengan areal terbangun 2.455,43 hektar (44,66%). Tutupan
lahan areal hijau antara lain tegal/ladang 1.950,87 hektar, sawah 580,73 hektar, perkebunan 339,93
hektar, taman 63,84 hektar, sungai 35,38 hektar, kolam 3,98 hektar, makam 67,33 hektar dan hutan kota
1,06 hektar. Kondisi tutupan lahan menyumbang kondisi jasa lingkungan hidup dan daya dukung
jasa lingkungan hidup yang baik, walaupun dalam perkembangan saat ini terancam adanya alih fungsi
sebagai bentuk upaya pemenuhan kebutuhan akan lahan dalam mewadahi berbagai aktivitas manusia.
A. KESIMPULAN #4

7. DDDTLH jasa lingkungan fungsi penyedia hampir setengah luasan wilayah mempunyai potensi tinggi
hingga sangat tinggi sebagai penyedia pangan (44,03%) dan air bersih (49,632%). Selain itu juga
potensi penyedia serat, penyedia bahan bakar, sumber daya genetik yang didukung dengan masih
banyaknya tanaman pekarangan dan kebun/ladang campuran serta perkebunan tanaman keras.
8. DDDTLH jasa lingkungan fungsi pengatur mempunyai kondisi dominasi tinggi hingga sangat tinggi
sebagai fungsi pengaturan pada iklim, pengaturan air, pengaturan mitigasi bencana, pemurnian air,
pengaturan kualitas udara, penyerbukan alami dan pengendalian hama karena masih banyaknya
luasan areal hijauan atau non terbangun yang mendukung fungsi pengaturan atau pengendalian dalam
memelihara keseimbangan lingkungan. Jasa pengurai limbah tergolong berpotensi sedang, karena adanya
kawasan industri yang menyumbang potensi limbah sedangkan kondisi sebagaian sungai di Kota Salatiga
mempunyai tipe kondisi kering saat kemarau dan berair saat musim penghujan. Adanya TPA Ngronggo yang
masih beroperasi juga ikut menyumbang peningkatan konsentrasi limbah walaupun sudah terolah dengan
sistem controled landfill.
9. DDDTLH jasa lingkungan fungsi sosial budaya memiliki potensi fungsi tempat tinggal dan ruang hidup
yang tinggi hingga sangat tinggi. Fungsi rekreasi dan estetika/budaya cenderung rendah hingga
sedang, tetapi di beberapa wilayah mempunyai potensi tinggi karena didukung kondisi alam dengan
view pemandangan yang indah, pengembangan RTH taman kota yang dapat dimanfaatkan sebagai
fungsi estetika, ruang aktivitas bersama dan pendidikan.
A. KESIMPULAN #5

10. DDDTLH jasa lingkungan fungsi pendukung memiliki potensi yang besar dalam pendukung
pembentukan dan regenerasi tanah, penyedia siklus hara, produksi primer dan keanekaragaman
hayati. Hal ini disebabkan karena potensi jasa lingkungan yang tinggi hingga sangat tinggi dan
didukung tutupan lahan yang sebagian besar masih berupa lahan non terbangun.
11. DDDTLH jasa lingkungan penting merupakan gabungan dari semua jasa lingkungan dengan prioritas I
16,76%, prioritas II 37,42% dan prioritas III seluas 45,83%. Wilayah Kota Salatiga berada pada
prioritas I yang berarti bahwa keberadaan jasa lingkungan Kota Salatiga menjadi prioritas untuk
menjaga kondisi kualitas lingkungan hidup yang baik dan berkelanjutan.
12. Status DDDTLH air dengan mengandalkan potensi air permukaan, khususnya air hujan dan koefisien
limpasan serta potensi mata air dan cekungan air tanah, daya dukung air di Kota Salatiga dalam
kondisi SURPLUS.
13. Status DDDTLH pangan Kota Salatiga dalam kondisi DEFISIT, meskipun adanya potensi keberadaan
sawah (580,73 hektar/11%) dan kebun/ladang (1.950,87 hektar/36%) tidak bisa menyebabkan status
daya dukung pangannya surplus. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan jumlah penduduk
dan konversi lahan non terbangun menjadi lahan terbangun untuk pemenuhan kebutuhan ruang bagi
aktivitas masyarakat.
A. KESIMPULAN #6

14. Kualitas lingkungan hidup dan daya dukung lingkungan Kota Salatiga perlu untuk dipertahankan
melalui pengaturan pemanfaatan lingkungan ekosistem dalam perencanaan tata ruang, sehingga
DDDTLH dapat menjadi faktor pertimbangan perumusan kebijakan rencana dan program pengembangan
pembangunan Kota Salatiga.
15. Analisis kualitas air permukaan pada 40 titik dihasilkan 31 titik dengan Nilai IP (Indeks Pencemar)
dalam klasifikasi 1,0 < Pij ≤ 5,0 termasuk kedalam Kategori TERCEMAR RINGAN, dan 9 titik dengan nilai
IP dalam klafisikasi 5,0 < Pij ≤ 10,0 termasuk kategori TERCEMAR SEDANG.
16. Analisis daya tampung beban pencemar pada 18 titik uji (titik dengan dukungan data debit sungai)
dihasilkan :
a. Parameter DO (oksigen terlarut)
Paramater DO pada 16 titik melebihi batasan daya tampung beban pencemar (BPA/aktual >
BPM/maksimal) dan 2 titik belum melebihi batas (BPA < BPM).
b. Parameter BOD (kebutuhan oksigen biologis)
Paramater BOD pada 18 titik melebihi batasan daya tampung beban pencemar (BPA> BPM).
c. Parameter COD (kebutukan oksigen kimia)
Paramater COD pada 12 titik melebihi batasan (BPA > BPM) dan 6 titik belum melebihi batas
(BPA<BPM).
A. KESIMPULAN #7

17. Analisis daya tampung beban pencemar pada 2 titik uji (Titik 7 Benoyo Kauman Kidul dan Titik 1
Benoyo)  titik prioritas dengan dukungan data debit sungai dihasilkan :
a. Parameter Fecal Coliform
Parameter fecal pada 2 titik uji menunjukkan bahwa melebihi batas daya tampung (BPA > BPM)
b. Parameter Total Suspended Solid (TSS)
Parameter TSS pada 2 titik uji menunjukkan bahwa belum melebihi batas daya tampung (BPA < BPM)
c. Parameter Amoniak Total (NH3-N)
Parameter kadar amonia pada 2 titik uji menunjukkan bahwa melebihi batas daya tampung (BPA >
BPM)
d. Parameter Timbal terlarut (Pb)
Parameter Pb pada 2 titik uji menunjukkan bahwa belum melebihi batas daya tampung (BPA < BPM)
B. REKOMENDASI
TABEL REKOMENDASI PROGRAM DAN/ATAU KEGIATAN DDDTLH KOTA SALATIGA
No Hasil Analisis DDDTLH Rekomendasi Program dan/atau Kegiatan
1 Daya Dukung Dan Daya Tampung Lingkungan Hidup Berbasis Ketersediaan Dan Kebutuhan Sumberdaya Alam
a. Kemampuan Lahan Untuk Alokasi Pemanfaatan Ruang
• Kemampuan lahan di Kota Rekomendasi:
Salatiga didominasi kelas II Rekomendasi peningkatan daya dukung lahan. Rekomendasi dirumuskan melalui strategi peningkatan kesesuaian pemanfaatan ruang.
seluas 3.738,83 ha Program/kegiatan/sub kegiatan:
• Kegiatan non pertanian dapat 1. Program Penyelenggaraan Penataan Ruang (1 03 12)
dilakukan pada kemampuan 1) Koordinasi dan Sinkronisasi Pengendalian Pemanfaatan Ruang Daerah Kabupaten/Kota (1 03 12 2.04)
lahan kelas III, IV, V dan VI a. Penerapan mekanisme perijinan yang merujuk pada kondisi daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
• Potensi kemampuan lahan b. Meninjau kembali penggunaan ruang pada lahan dengan memperhatikan kondisi jasa lingkungan hidup (20 jasa ekosistem)
tinggi seluas 4.938,02 Ha c. Membatasi pembangunan infrastruktur pada lahan dengan jasa lingkungan kelas tinggi dan sangat tinggi
mendukung pembangunan Kota d. Mengarahkan pembangunan infrastruktur pada lahan dengan jasa lingkungan kelas sangat rendan dan rendah
Salatiga e. Pengendalian pemanfaatan lahan pada kawasan yang berada pada jasa lingkungan penting
• Potensi kemampuan lahan f. Pengawasan pemanfaatan ruang
sedang (520,92 Ha) dan rendah 2. Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat (2 09 03)
(39,61 Ha) perlu 1) Pengelolaan dan Keseimbangan Cadangan Pangan Kabupaten/Kota (2 09 03 2.02)
memperhatikan beberapa a. Pengadaan Cadangan Pangan Pemerintah Kabupaten/Kota (2 09 03 2.02 03)
faktor fisik guna lahan untuk • Penerapan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dalam pemanfaatan dan pencadangan sumber daya alam
meminimalisir dampak negatif 3. Program Peningkatan Diversifikasi Dan Ketahanan Pangan Masyarakat (2 09 03)
yang ditimbulkan dari hasil 1) Penyediaan dan Penyaluran Pangan Pokok atau Pangan Lainnya sesuai dengan Kebutuhan Daerah Kabupaten/Kota dalam rangka
kegiatan pembangunan. Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (2 09 03 2.01)
a. Penyediaan Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal (2 09 03 2.01 02)
• Peningkatan pelibatan masyarakat dalam rangka pemanfaatan sumberdaya lahan berkelanjutan
4. Program Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup (2 11 03)
1) Pencegahan Pencemaran Dan/Atau Kerusakan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota (2 11 03 2.01)
a. Koordinasi, Sinkronisasi dan Pelaksanaan Pencegahan Pencemaran Lingkungan Hidup Dilaksanakan terhadap Media Tanah, Air,
Udara, dan Laut (2 11 03 2.01 01)
• Pemulihan lahan kurang produktif melalui penghijauan dan penerapan teknologi pengolah tanah yang ramah lingkungan
• Peningkatan konservasi lahan kawasan lindung dan budidaya
• Peningkatan kualitas pengelolaan kawasan konservasi dan kawasan lindung
Selengkapnya rekomendasi program dan kegiatan: TABEL REKOMENDASI PROGRAM DAN/ATAU KEGIATAN DDDTLH KOTA SALATIGA
-TERIMA KASIH-

Anda mungkin juga menyukai