Kegunaan
Kegunaan penelitian ini adalah dapat menjadi data time series dan informasi
terbaru mengenai kondisi dan status mangrove di pesisir Sungai Rasau, pesisir
Kuala Tambangan dan pesisir Tanjung Dewa Kabupaten Tanah Laut. Data
tersebut selanjutnya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan suatu kebijakan atau dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam
penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup
Ruang Lingkup Wilayah
Penelitian ini meliputi pesisir Sungai Rasau dengan batas wilayah
3º44’13,695” – 3º44’29,010” LS dan 114º30’0,532” – 114º38’43,069” BT. Pada Gambar 1. Bagan Alir Penelitian
pesisir Kuala Tambangan memiliki batas wilayah 3º56’56,153” – 4º0’5,643” LS
dan 114º36’5,342” – 114º39’12,040” BT. Sedangkan pesisir Tanjung Dewa METODE PENELITIAN
dengan batas wilayah 3º59’52,411” – 4º4’11,877” LS dan 114º30’0,532” – Lokasi dan Waktu Penelitian
114º38’43,069” BT, Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2020 - Januari 2022.
Waktu tersebut meliputi penyusunan proposal, pengambilan data lapangan, studi
Ruang Lingkup Materi literatur, analisis dan pengolahan data serta konsultasi mengenai laporan akhir.
Ruang lingkup materi dalam penelitian ini meliputi: Penelitian berlokasi di Pesisir Sungai Rasau, Pesisir Kuala Tambangan dan Pesisir
Tanjung Dewa Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan (Gambar 2)
2
Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium SIG dan Penginderaan 2. Data Sekunder BPSPL Tahun Identifikasi Mangrove
Jauh, Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas 2020
Lambung Mangkurat.
Alat dan bahan yang digunakan pada saat analisis dan pengolahan data di
Laboratorium disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat dan Bahan Yang Digunakan Saat Analisis dan Pengolahan Data
Alat
No. Nama Alat Kegunaan
1. Hardware: laptop, printer Mengolah data dan membuat
laporan
2. Software: Arc Map 10.7, QGis 3.10, Mengolah citra, mengolah data
Surfer 15, ImageJ, Microsoft Excel, dan membuat peta tematik
Microsoft Word
Bahan
No. Nama Bahan Kegunaan
1. Citra Sentinel 2 Tahun 2016 dan Data tutupan lahan dan
Tahun 2020 identifikasi mangrove Gambar 2. Peta lokasi penelitian
3
Metode Perolehan Data
Unsupervised
Tidak
Ya
Supervised
Reclass
(2020)
Analisis Kondisi dan Status Lahan Kritis Mangrove
Overlay
Peta tematik yang dihasilkan oleh citra Tahun 2016 dan Tahun 2020
selanjutnya di overlay (tumpeng susun). Teknik overlay yang digunakan adalah Gambar 6. Bagan Alir penelitian
union atau gabungan. Hasil peta union selanjutnya dinilai dengan bobot dan
6
menjadi berkurang sehingga perairan tersedimentasi. Kondisi perubahan lahan di
HASIL DAN PEMBAHASAN Pesisir Kuala Tambangan mengalami perbedaan dengan 2 lokasi sebelumnya.
Pada pesisir Kuala Tambangan mangrove berada di wilayah dalam sungai, yang
Perubahan Luasan Mangrove artinya mangrove tersebut merupakan zonasi mangrove payau dengan pengaruh
yang besar berasal dari air payau. Pengaruh terbesar terhadap hilangnya mangrove
Tabel 6. Perubahan Luas Lahan di Pesisir Sungai Rasau
di wilayah ini ialah berasal dari aktivitas manusia salah satunya pengerukan.
Tahun Berdasarkan Gambar 7b terjadi perubahan yang mencolok pada wilayah dalam
Wilayah Kelas Tutupan Tahun Perubahan Persentase
2016 sungai. Meskipun mangrove di pesisir Kuala Tambangan berada di bagian dalam
Penelitian Lahan 2020 (Ha) (Ha) (%)
(Ha) Sungai namun juga tak luput dari tekanan di sekitar khususnya aktivitas manusia.
Mangrove 620,11 659,01 +38,9 6,27% Faktor pembentuk zonasi mangrove salah satunya ialah karakter tanah
Non mangrove 6903,72 6906,73 3,01 3,63% yang juga berkaitan dengan topografinya. Menurut Tuwo (2011) pengaruh
Pesisir Sungai
Tambak 17,29 14,334 -2,96 17,11% topografi atau kemiringan pantai juga memberikan dampak terhadap adanya
Rasau variasi tinggi relatif air laut, pengendapan sedimen dan pengaruh gelombang
Permukiman 38,30 38,34 0,1 0,1%
Perairan 22556,33 22517,38 -38,95 0,17% maupun pasang surut serta suplai sedimen dari lahan atas. Berdasarkan pernyataan
Luas Total 30135,76 30135,76 DKP Kabupaten Tanah Laut (2016) perairan laut di kawasan pantai barat
Mangrove 380,1 341,51 -38,59 10% Kabupaten Tanah Laut umumnya dangkal dan memiliki degradasi landai. Maka
Non mangrove 1297,68 1337,33 39,65 30% dari itu, Pesisir Sungai Rasau memiliki tipe pantai yang landai sehingga pengaruh
Pesisir Kuala Tambak 834,31 833,79 -0,52 0% sedimentasi masih dirasakan dari Sungai Barito dan Laut Jawa. Sedangkan pada
Tambangan Permukiman 22,38 21,63 -0,74 3% Pesisir Tanjung Dewa juga memiliki tipe pantai landai karena daerah tersebut
Perairan 134,43 134,63 0,2 0% cukup dinamis untuk dipengaruhi oleh gelombang Laut Jawa yang menyebabkan
Luas Total 2668,89 2668,89 banyak terjadi sedimentasi
Mangrove 79,98 82,2 +2,23 2,78%
Non mangrove 1229,75 1256,06 -26,31 26,43%
Pesisir
Tambak 1,54 1,32 -0,22 14,28%
Tanjung
Dewa Permukiman 56,65 56,18 -0,47 2,70%
Perairan 3096,48 3068,63 -27,85 0,90%
Luas Total 4464,41 4464,41
Pada Tabel 6 menunjukkan perubahan lahan mangrove terbesar berada di
Pesisir Kuala Tambangan dengan persentase 10% sedangkan perubahan lahan
paling kecil berada di Pesisir Tanjung Dewa sebesar 2,78% (Gambar7c) lalu
diikuti wilayah Pesisir Sungai Rasau dengan nilai 6,27% (Gambar 7a). Perairan
pesisir Sungai Rasau yang berada di Utara dari Kuala Tambangan dan Pesisir
Tanjung Dewa yang berada di Selatan memiliki zonasi mangrove terbuka. Artinya
mangrove berada di bagian yang langsung berhadapan dengan laut sehingga
mangrove benar-benar tumbuh dipengaruhi oleh air laut. Pertambahan pada
Pesisir Sungai Rasau dan Pesisir Tanjung Dewa disebabkan oleh sedimentasi yang
terjadi disekitar wilayah tersebut. Adanya masukan material baik dari Sungai
Barito, Laut Jawa maupun dari hulu sungai disekitarnya membuat lahan perairan (a) (b)
7
(c)
Gambar 7. (a) Peta Perubahan Lahan Pesisir Sungai Rasau; (b) Peta Perubahan (c)
Lahan Pesisir Kuala Tambangan; (c) Peta Perubahan Lahan Pesisir Tanjung Gambar 8. (a) Tipe Penutupan dan Penggunaan Lahan Pesisir Sungai Rasau; (b)
Dewa Tipe Penutupan dan Penggunaan Lahan Pesisir Kuala Tambangan; (c) Tipe
Penutupan dan Penggunaan Lahan Pesisir Tanjung Dewa
Parameter Kekritisan Lahan Mangrove
Parameter Tipe Penutupan dan Penggunaan Lahan (Tppl) Pesisir Sungai Rasau, Pesisir Kuala Tambangan dan Pesisir Tanjung Dewa
sama-sama memiliki tutupan lahan mangrove dominan berupa mangrove
bercampur vegetasi lain seperti yang tertera pada Gambar 8a- 8c. Pada wilayah
depan umumnya ditemukan mangrove murni dengan jenis Avicennia alba,
Avicennia marina, Avicennia officinalis, Sonneratia caseolaris, Rhizophora
apiculata. Sedangkan pada bagian tengah dengan jenis Excoecaria agallocha dan
Acanthus ilicifolius, Nypa frutican juga ditemukan vegetasi lain seperti
Cerbera manghas, Pandanus odorifer, Terminalia catappa, dan Leucaena
leucocephala sebagai vegetasi pantai yang tumbuh berdampingan. Menurut DKP
Tanah Laut (2016) indikator kerusakan terlihat dari adanya tumbuhan Acanthus
ilicifolius yang merupakan tumbuhan berduri yang dapat tumbuh di substrat lunak
berlumpur. Tumbuhan ini dapat menjadi tumbuhan dominan di hutan mangrove
yang rusak.
Perbedaan jenis mangrove oleh kondisi salinitas dan substrat tumbuhnya.
Menurut Muzaki (2019) ekosistem mangrove umumnya terdapat di sepanjang
pantai berlumpur dan pada area yang terdapat suplai sedimen halus dan air tawar
yang melimpah. Kondisi substrat mangrove juga merupakan salah satu faktor
yang berperan dalam pembentukan zonasi mangrove.
(a) (b)
8
Parameter Pohon (N) Tambangan di dominasi oleh jenis R.apiculata dibagian depan dan E. agallocha
dibelakangnya dengan dominan jumlah pohon > 1500/ha.
Parameter Permudaan (Np)
Gambar 9. (a) Parameter Pohon Pesisir Sungai Rasau; (b) Parameter Pohon
Pesisir Kuala Tambangan; (c) Parameter Pohon Pesisir Tanjung Dewa
9
Pada wilayah depan umumnya ditemukan anakan dan pancang dari A.alba
dan terdapat beberapa semai yang baru ditanam dengan jenis A.alba dan
R.apiculata namun saat pengamatan berlangsung kondisinya sangat
memprihatinkan dimana semai yang baru saja di tumbuh mengalami kerusakan
akibat gelombang dan angin kencang saat itu. Pada ketiga lokasi anakan dan semai
yang paling sering dijumpai ialah jenis E. agallocha yang berada di sekitar
mangrove mayor. Adanya jenis ini dapat menjadi indikator kerusakan, hal ini
mengacu pada pendapat Noor dkk (2018) yang menyatakan bahwa mangrove E.
agallocha umum ditemukan sebagai jenis yang tumbuh kemudian pada beberapa
hutan mangrove yang telah ditebang.
10
mangrove sebagai pelindung dari abrasi pantai, menjaga garis pantai maupun
sebagai pengendali intrusi air laut. Menurut DLH Kalimantan Selatan (2018)
adanya mangrove dengan ketebalan yang sangat besar di sepanjang pantai, cukup
besar pengaruhnya dalam meredam gelombang maupun kecepatan arus.
(a) (b)
(c)
Gambar 12. (a) Parameter Jalur Hijau Pesisir Sungai Rasau; (b) Parameter Jalur
Hijau Pesisir Kuala Tambangan; (c) Parameter Jalur HijauTanjung Dewa
Berdasarkan Gambar 12c jalur hijau pada Pesisir Tanjung Dewa
didominasi oleh skor 5 dengan nilai >100%. Hal ini mengindikasikan mangrove Gambar 13. (a) Parameter Tingkat Abrasi Pesisir Sungai Rasau; (b) Parameter
diwilayah ini memiliki jalur hijau yang tebal. Jalur hijau yang semakin menipis Tingkat Abrasi Pesisir Kuala Tambangan; (c) Parameter Tingkat Abrasi Tanjung
akan berakibat pada rusaknya ekosistem mangrove dan hilangnya fungsi fisik Dewa
11
Status Kekritisan Lahan Mangrove Faktor Lingkungan dan Struktur Komunitas Mangrove
200,00
150,00
100,00
50,00
0,00
RDi RFi RCi INP
R. apiculata 22,22 16,67 58,48 97,37
S. caseolaris 44,44 50,00 7,53 101,97
A. oficinalis 5,56 16,67 15,00 37,23
A. marina 27,78 16,67 18,99 63,43
kerusakan mangrove yang terjadi di beberapa wilayah pesisir disebabkan karena (a) (b)
faktor alam dan adanya gangguan manusia. Faktor alam seperti angin kencang dan
gelombang yang kuat turut menyebabkan kerusakan mangrove di wilayah pesisir Gambar 16. (a) INP Bagian Tengah Pesisir Sungai Rasau; (b) INP Bagian
tersebut, selain itu adanya penebangan liar yang dilakukan masyarakat sekitar Selatan Pesisir Sungai Rasau
turut membuat kerusakan mangrove di pesisir meningkat.
Pada bagian tengah Pesisir Sungai Rasau didominasi oleh mangrove jenis
E. agallocha dengan nilai 179,65 dan ditemukan juga mangrove jenis S.caseolaris
dan A. officinalis seperti yang tertera pada Gambar 16a. Di lokasi pengamatan
jenis E. agallocha tumbuh pada wilayah lumpur berpasir hingga substrat berpasir.
Berbeda dengan dua lokasi sebelumnya, pada bagian selatan Pesisir Sungai Rasau
12
didominasi oleh Avicennia marina. Mangrove jenis A. marina memiliki INP 183, Berdasarkan Gambar 18 jenis E. agallocha memiliki INP yang tinggi
54 berdasarkan Gambar 16b, jenis ini tumbuh pada substrat berlumpur dan berada dengan nilai 175,24. Pada lokasi pengamatan mangrove bagian depan di dominasi
di bagian depan zonasi mangrove sehingga pertumbuhannya langsung oleh jenis E. agallocha dengan komponen substrat lumpur berpasir dan berpasir.
dipengaruhi oleh air laut. Kadar salinitas di lokai ini 1,6 – 7,7 ppt hal ini disebabkan oleh masuknya air
tawar yang tinggi dikarenakan curah hujan tinggi dan karena posisi mangrove
200,00 yang berada di wilayah dalam sungai sehingga komponen air tawar lebih dominan
dibanding air laut.
150,00
PENUTUP
100,00 Kesimpulan
50,00
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan uraian sebelumnya adalah
sebagai berikut:
0,00
1. Perubahan mangrove dalam 4 tahun terakhir terjadi di beberapa wilayah pesisir.
RDi RFi RCi INP
A. alba 31,48 75,00 16,10 122,58
Pesisir Sungai Rasau mengalami pertambahan sebesar ±38,9 Ha dan pada
E. agallocha 68,52 25,00 83,90 177,42 Pesisir Tanjung Dewa juga mengalami pertambahan sebesar ±2,23 Ha. Namun
Gambar 17. INP Pesisir Tanjung Dewa berbeda halnya dengan Pesisir Kuala Tambangan yang mengalami penurunan
sebesar ±38,59 Ha.
Pada wilayah ini didominasi oleh jenis E. agallocha dan A. alba. 2. Kekritisan lahan mangrove terjadi di Pesisir Sungai Rasau, Pesisir Kuala
Berdasarkan Gambar 17 INP E. agallocha sebesar 177,42 . Pada lokasi penelitian Tambangan dan Pesisir Tanjung Dewa dengan luasan yang berbeda-beda.
umumnya mangrove jenis A. alba ditemukan di bagian depan dengan komponen Status Rusak Berat yang paling tinggi berada di Pesisir Sungai Rasau diikuti
substrat berlumpur dan pada bagian tengah ditemukan jenis E. agallocha dengan oleh Pesisir Tanjung Dewa dan Pesisir Kuala Tambangan.
komponen substrat lumpur berpasir dan areal berpasir. Nilai salinitas pada lokasi 3. Faktor lingkungan yang paling dominan berpengaruh pada ekosistem mangrove
ini berkisar antara 2 – 9 ppm, hal ini dikarenakan lokasi pengamatan berada di ialah salinitas dan substrat. Namun, mangrove masih dapat beradaptasi pada
dekat muara sungai sehingga salinitas dipengaruh oleh masuknya air tawar dan kondisi salinitas dan substrat yang berubah-ubah sehingga pertumbuhan dan
juga dipengaruhi oleh curah hujan yang masih tinggi. kekritisan mangrove tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor lingkungan
karena tingkat adaptasi mangrove yang besar.
200,00
Saran
150,00
Saran yang diberikan pada penelitian ini sebaiknya mengkaji secara
100,00
mendetail terkait aktivitas yang ada disekitarnya dan mengambil lebih banyak
parameter lingkungan untuk dapat melihat kondisi pertumbuhan mangrove secara
50,00
keseluruhan.
0,00
RDi RFi RCi INP
R. apiculata 45,00 40,00 4,76 89,76
E. agallocha 55,00 60,00 95,24 210,24
[DKP]. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Tanah Laut. 2016. Identifikasi
Dan Inventarisasi Kerusakan Ekosistem Mangrove. Kabupaten Tanah
Laut.
14