PENDAHULUAN
Ekosistem mangrove mempunyai peranan penting dalam melindungi dari erosi di
pesisir pantai. Kondisi mangrove sendiri sangat sensitif akan adanya gangguan
dari luar yang kebanyakan dari manusia. Lahan mangrove yang dijadikan
perkebunan, perusakan kayu bakau untuk arang dan masih banyak hal yang
mengganggu pertumbuhan mangrove. Indonesia memiliki ekosistem mangrove
terluas di dunia karena mangrove merupakan salah satu ekosistem langka yang
luasnya hanya 2% di bumi. Hutan mangrove dapat tumbuh pada pantai karang,
yaitu pada karang koral mati yang di atasnya ditumbuhi selapis tipis pasir atau
ditumbuhi lumpur atau pantai berlumpur. Hutan mangrove berada di pantai yang
pasti terendam oleh air laut karena terjadi pasang surut. Secara harafiah, luasan
hutan mangrove ini hanya sekitar 3% dari luas seluruh kawasan hutan dan 25%
dari seluruh hutan mangrove didunia [ CITATION Cah07 \l 1057 ]
Hutan mangrove merupakan ekosistem utama pendukung keberlangsungan
kehidupan di pesisir pantai dan juga menjaga kestabilan alam. Beberapa fungsi
hutan mangrove adalah penyedia nutrien bagi biota perairan, mencegah abrasi
pantai, dan juga tempat tinggal ikan, udang, dan kepiting. Hutan mangrove juga
merupakan tempat pemijahan (spawning grounds) dan asuhan (nursery ground)
berbagai macam biota, pemecah angin dan gelombang tsunami, penyerap limbah
dan pencegah intrusi air laut.
Kabupaten Bekasi adalah salah satu daerah yang memiliki pesisir pantai dengan
hutan mangrove yang cukup luas. Salah satu yang memiliki hutan mangroe
tersebut adalah Kecamatan Muara gembong. Potensi ekosistem mangrove yang
cukup luas dan dapat dijadikan wilayah penyangga untuk mengurangi potensi
dampak pemaasan global menjadikan kecamatan Muara Gembong ditetapkan
sebagai kawasan hutan lindung (Ambinari et al., 2016). Beberapa kawasan di
hutan mangrove mengalami masalah lahan. Masyarakat sekitar menggunakan
lahan mangrove untuk kepentingan lain yang membuat kawasan hutan mangrove
mulai terkikis. Meskipun demikian, upaya pelestarian hutang mangrove di Muara
Gembong tetap terus dilakukan mengingat potensi kerusakan yang tinggi.
Berdasarkan kondisi tersebut, Pertamina EP ASSET 3 Tambun Field melakukan
Program Pendampingan Keanekaragaman Hayati di Desa Pantai Mekar,
Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi sebagai salah satu bentuk
konservasi lingkungan.
Perubahan hutan mangrove juga banyak terjadi seperti, penambahan dan
pengurangan lahan. Dikarenakan data yang tidak cukup lengkap untuk
mengetahui bentuk perubahan apa saja yang terjadi, maka dilakukan penelitian
sekitar tahun 2009-2019. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perubahan dan
keanekaragaman yang ada di hutan mangrove di daerah Bekasi. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memberikan informasi bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa
Barat dan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan, terutama
yang terkait dengan pengelolaan kegiatan di wilayah pesisir pantai.
METODE PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Perubahan Hutan mangrove dilakukan pengambilan data di lapanganyang
dilaksanakan pada September 2019-Mei 2020. Tahapan pengambilan data
lapangan dilaksanakan pada Bulan Desember 2019 di pesisir Kecamatan Muara
Gembong Kabupaten Bekasi yang bertujuan untuk memvalidasi hasil pengolahan
data citra satelit dan mengetahui kondisi vegetasi mangrove. Sedangkan untuk
mengamati keanekaragaman hutan mangrove dilakukan di Desa Pantai Mekar,
Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat pada
tanggal 8 –12 Juli 2019.
Pengumpulan Data
Jenis metode yang dilakukan adalah menelusuri beberapa jurnal terkait
dengan topik yang dibicarakan yaitu hutan mangrove di daerah Muara Gembong,
Kabupaten Bekasi. Dari tulisan yang didapatkan, penelitian dilakukan dengan cara
survei langsung ke lapangan. Seperti yang diketahui, mini riset ini mengambil 2
kasus berbeda di tempat yang sama. Yang pertama adalah mengamati perubahan
hutan mangrove dan yang kedua adalah mengamati keanekaragaman hutan
mangrove.
1. Perubahan hutan Mangrove
Penelitian ini dilakukan untuk memvalidasi yang telah diolah melalui citra
satelit (Wirandha et al., 2015). Titik pengamatan ditentukan dengan
metode purposive sampling. Lalu dilakukan dengan pengambilan beberapa
titik sampel yang akan didatangi kemudian bisa dilakukan pendataan
beberapa informasi penting. Data yang diambil adalah data rekam
koordinat titik pengamatan lapangan dari GPS, kondisi tutupan lahan
sekitar titik lapangan yang dilengkapi dan didokumentasikan
menggunakan kamera digital, serta menganalisis faktor penyebab
perubahan dan dampak perubahan lahan mangrove melalui wawancara
kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Alin Maulani*, N. T.-S. (2021). Perubahan Lahan Mangrove di Pesisir Muara Gembong,
Bekasi, Jawa Barat. Jurnal of Marine Research, 9.