Anda di halaman 1dari 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

1% Vitamin A Vitamin A Minyak


dalam Aquadest Sawit
Kelompok
Carr- Carr-
TCA TCA
Price Price
1 + + + +
2 + + + +
3 + + + -
4 + + + -
5 + + + -
6 + + + +

Minyak Kedelai
Kelompok Vitamin B Vitamin C
+ Vitamin E
1 + + +
2 + + +
3 + + +
4 + + +
5 + + +
6 + + +

Vitamin adalah zat esensial yang diperlukan untuk membantu kelancaran


penyerapan zat gizi dan proses metabolisme tubuh. Kekurangan vitamin akan
berakibat terganggunya kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan asupan harian
dalam jumlah tertentu yang idealnya bisa diperoleh dari makanan. Jumlah
kecukupan asupan vitamin per hari untuk perawatan kesehatan ditentukan oleh
RDA (Recomended Daily Allowance) (Yuliarti, 2009 dalam Aini, 2011).

VITAMIN A
Sumber vitamin A adalah karoten dan karotenoid yang banyak terdapat
dalam bahan-bahan nabati sebagai provitamin. Dalam jaringan hewan, vitamin A
diperoleh dalam bentuk retinol. Vitamin A dapat rusak bila dioksidasi atau
didehidrogenasi. Penentuan adanya vitamin A dapat dilakukan dengan
pereaksi Carr-Price atau pereaksi trikloroasetat (TCA). Jika dengan
pereaksi Carr-Price memberikan warna biru yang kemudian berubah menjadi
merah coklat maka zat tersebut positif mengandung vitamin A. Sedangkan dengan
pereaksi trikloroasetat (TCA) memberikan warna biru kehijauan.
Pada pengujian vitamin A dengan pereaksi Carr-Price yang terdiri dari
kloroform, SbCl3, dan asam asetat anhidrat. Kloroform berfungsi untuk
melarutkan vitamin A, karena vitamin A hanya larut dalam pelarut non polar.
Ketika vitamin A larut, dipecah menjadi retinol, retinal (retinaldehyde) dan
retinoic acid lalu penambahan SbCl3 yang di dalamnya terdapat kepingan atau
kristal kuning pucat sehingga menghasilkan warna biru tua dan menjadi merah
coklat karena adanya SbCl3.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sampel positif mengandung
vitamin A ditandai dengan terjadinya perubahan warna biru menjadi coklat pada
metode Carr-Price. Hal ini pun dibuktikan pada metode TCA, diperoleh larutan
berwarna biru kehijauan yang menandakan positif terdapat vitamin A. Intensitas
warna biru sebanding dengan banyaknya vitamin A yang dikandung oleh suatu
bahan sehingga dapat dijadikan dasar penentuan kuantitatif vitamin A secara
kolometri. Dari semua percobaan yang dilakukan semua kelompok memiliki hasil
positif sehingga dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut mengandung vitamin
A.
Selain sampel di atas, praktikum kali ini menggunakan sampel minyak
kelapa sawit untuk pengujian vitamin A. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
pada metode dengan pereaksi Carr-Price semua kelompok memiliki hasil yang
positif mengandung vitamin A. Sedangkan pada metode perekasi TCA tidak
semua menunjukkan hasil yang positif. Hasil positif ditandai dengan terjadinya
perubahan warna menjadi coklat.
Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu tanaman yang mampu
membuat berbagai vitamin khususnya vitamin A dan E. Untuk setiap volume yang
sama, minyak sawit ternyata mengandung vitamin A sebanyak 15 kali dari
kandungan vitamin A wortel. Bahkan dibandingkan dengan kandungan vitamin A
yang terdapat pada pisang, kandungan vitamin A minyak sawit hampir 100 kali
lipat lebih besar. Minyak goreng sawit, mentega yang sehari-hari kita konsumsi
bukan hanya sekedar minyak goreng saja, melainkan minyak goreng bervitamin.
Karena minyak sawit mengandung vitamin A yang tinggi, makanya minyak sawit
banyak digunakan untuk bahan perawatan kulit (skin care) maupun bahan-bahan
kosmetik dan kecantikan.

VITAMIN B1
Vitamin B adalah kelompok yang larut dalam air vitamin yang memainkan
peran penting dalam sel metabolisme. Secara umum, suplemen yang mengandung
semua delapan yang disebut sebagai vitamin B kompleks. Individu suplemen
vitamin B disebut dengan nama spesifik dari setiap vitamin (misalnya, B1,B2, B3
dll). Vitamin B yang ditemukan dalam makanan yang tidak diolah secara
keseluruhan.
Praktikum kali ini dilakukan untuk menguji vitamin B1 yang ditambahkan
larutan Pb Asetat dan NaOH pada sampel larutan vitamin B1. Vitamin B1 atau
thiamin mengandung sistem dua cincin yaitu inti pirimidin dan thiazol. Dalam
tanaman, terutama serealia, vitamin B1 terdapat dalam keadaan bebas, sedangkan
dalam jaringan hewan terdapat sebagai koenzim, yaitu thiamin pirofosfat (TPP).
Vitamin B1 bersifat larut dalam air, tetapi tidak larut dalam pelarut lemak.
Dalam larutan netral atau alkalis, thiamin mudah rusak. Oleh karena itu,
ditambahkannya NaOH agar membuat larutan dalam suasana basa. Thiamin stabil
pada pemanasan kering, tetapi mudah terurai oleh zat-zat pengoksidasi dan
terhadap radiasi sinar ultraviolet. Karena itulah ditambahkan Pb asetat untuk
mengoksidasi sampel dan ion Pb2+ akan tereduksi menjadi Pb+ yang akhirnya
akan mengendap sebagai endapan berwarna coklat, yaitu PbO2. Campuran
dipanaskan supaya reaksi terjadi lebih cepat.
Hasil mengamatan menunjukkan terjadinya perubahan warna menjadi
sedikit kekuningan ketika dicampurkan. Kemudian, setelah dilakukannya
pemanasan, terjadi perubahan warna menjadi coklat pekat dan terdapat endapan
berwarna coklat. Dari semua percobaan yang dilakukan semua kelompok
memiliki hasil yang positif yang ditandai dengan berubahnya warna campuran
menjadi sangat gelap (coklat kehitaman) yang disertai dengan adanya endapan-
endapan kecil berwarna coklat. Jadi dapat disimpulkan bahwa larutan tersebut
positif mengandung vitamin B.

VITAMIN C
Vitamin C di alam terdapat dalam dua bentuk yaitu bentuk teroksidasi
(asam askorbat) dan tereduksi (asam dehidroaskorbat). Keduanya memiliki
keaktifan sebagai vitamin C. Vitamin C banyak ditemukan di sayuran yang
berwarna hijau dan buah-buahan. Vitamin C larut dalam air dan agak stabil dalam
larutan asam, tetapi mudah dioksidasi terutama bila dipanaskan. Proses oksidasi
akan dipercepat dengan adanya tembaga, oksigen dan alkali.
Pada praktikum kali ini pengujian vitamin C dilakukan dengan cara
menetralkan larutan sampel dengan penambahan NaHCO3 dan FeCl3. Pada
metode ini, larutan sampel dinetralkan dengan NaHCO3 hingga pH 8, lalu
direaksikan dengan FeCl3 dan penanda positif mengandung vitamin C dengan
terbentuknya larutan berwarna merah hingga keunguan. Terbentuknya warna
tersebut karena terjadinya reduksi ion besi (III) dari FeCl3, menjadi ion besi (II)
oleh asam askorbat yang bersifat reduktor kuat untuk membentuk asam
dehidroaskorbat dalam suasana basa. Oleh karena itu, penambahan NaHCO3
hingga larutan menjadi berpH 8 (basa) karena reaksi ion Fe3+ akan semakin
nampak dalam suasana basa atau netral.
Hasil pengamatan menunjukkan semua percobaan yang dilakukan semua
kelompok memiliki hasil yang positif yang ditandai dengan berubahnya warna
larutan menjadi merah tua kecoklatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa larutan
tersebut positif mengandung vitamin C.
Sumber vitamin C secara umum terdpat pada buah jeruk, sayur-sayur hijau
dan buah tomat. Vitamin C juga dapat beracun jika dikonsumsi dalam dosis besar
atau berlebihan, seperti vitamin C pricipat hasil akhir dari katabolisme yang
disebut sebagai asam oxalit. Vitamin C berfungsi melindungi sel darah putih
dari enzim yang dilepaskan saat mencerna bakteri yang telah ditelannya,sintesa
hormon-hormon steroid dari kolesterol, membantu dalam pembentukan kolagen,
menyembuhkan penyakit sariawan, proses penyembuhan luka serta daya
tahan tubuh melawan infeksi dan stress dan sebagai antioksidan.

VITAMIN E
Vitamin E terdiri dari beberapa jenis dalam bentuk alami. Semuanya
merupakan 6- hidroksikromana atau tokol yang tersubsitusi isoprenoid.
Penyerapan aktif lemak meningkatkan absorbsi vitamin E. Gangguan penyerapan
lemak dapat menimbulkan defisiensi vitamin E. Vitamin E disimpan dalam
jaringan adiposa
Pada praktikum kali ini, pengujian vitamin E menggunakan sampel
minyak kedelai yang ditambahkan vitamin E itu sendiri. Vitamin E juga
terkandung dalam minyak kedelai. Kandungan vitamin E pada kedelai sebelum
diolah, mengandung vitamin E yang tinggi dalam bentuk alfa-tokoferol dan
gamma-tokoferol. Pada saat pengolahan, lebih dari 30 % vitamin E hilang. Namun
demikian, hasil olahan berupa minyak kedelai masih merupakan sumber vitamin
E yang baik. Dengan satu sendok makan minyak kedelai menyediakan lebih dari
10 % vitamin E untuk memenuhi kebutuhan minimum setiap hari. (Rusdiana,
2004).
Hasil pengamatan menunjukkan positif mengandung vitamin E dengan
ditandai terjadinya perubahan warna menjadi jingga hingga merah. Penambahan
alkohol dan HNO3 pekat pada uji vitamin E ini berfungsi untuk membentuk
senyawa α–kuinon yang dapat direduksi menghasilkan kuinol. Dengan adanya
pereaksi HNO3 pekat maka α–tokoferol dapat menghasilkan α–kuinon.
Vitamin E (tokoferol) bertindak sebagai antioksidan dengan memutuskan
berbagai reaksi rantai radikal bebas sebagai akibat kemampuannya untuk
memindahkan hydrogen fenolat kepada radikal bebas perksil dari asam lemak tak
jenuh ganda yang telah mengalami peroksidasi . Radikal bebas fenoksi yang
terbentuk kemudian bereaksi dengan radikal bebas peroksil selanjutnya. Dengan
demikian á – tokoferol tidak mudah terikat dalam reaksi oksidasi yang reversible,
cincin kromana dan rantai samping akan teroksidasi menjadi produk non radikal
bebas. (Rusdiana, 2004).
Oleh karena itu dalam percobaan uji vitamin E dilakukan pemanasan.
Pemanasan ini dilakukan selama 15 menit dengan suhu 75oC yang berfungsi
untuk mempercepat reaksi campuran tersebut. Senyawa-senyawa antioksidan
alami yang paling kuat adalah α–tokoferol dan flavonoid. α–tokoferol salah satu
dari 8 bentuk vitamin E, yang merupakan antioksidan larut lemak yang paling
banyak dikenal. Semula α–tokoferol hanya dikenal sebagai penangkal radikal
lipida peroksil, khususnya oxLDL (oxidized low-density lipoprotein) sehingga
ampuh mencegah aterosklerosis.

KESIMPULAN
Uji vitamin A dapat dilakukan dengan pereaksi Carr-Price ditandai dengan
perubahan warna biru menjadi merah kecoklatan yang menunjukkan hasil positif.
Selain itu, pereaksi TCA pun dapat menguji adanya vitamin A dengan
memberikan warna biru kehijauan. Uji vitamin B dengan ditambahkan Pb asetat
untuk mengoksidasi sampel dan ion Pb2+ akan tereduksi menjadi Pb+ yang
akhirnya akan mengendap sebagai endapan berwarna coklat yang menunjukkan
hasil positif. Uji vitamin C dengan menetralkan larutan sampel menggunakan
NaHCO3 dan penambahan FeCl3, penanda positif dengan terbentuknya larutan
berwarna merah hingga keunguan. Uji vitamin E dengan penambahan alkohol dan
HNO3 pekat yang berfungsi untuk membentuk senyawa α–kuinon yang dapat
direduksi menghasilkan kuinol dan perubahan warna menjadi jingga hingga
merah pada saat pemanasan menunjukkan hasil positif menganndung vitamin E.

SARAN
Sebaiknya pada setiap akan melakukan praktikum diharapkan mahasiswa
membaca terlebih dahulu cara kerja alat, bahan, dan metode yang akan dilakukan.
Selain itu, untuk uji kualitatif alangkah lebih baiknya disediakan indikator warna
hasil pengamatan agar tidak terjadinya kesalahan (human error) dan perbedaan
persepsi dalam menentukan perubahan warna. Selain itu, diharapkan adanya
kesamaan persepsi atau pemahaman antara dosen pengampu dengan asisten
praktikum agar tidak terjadinya perbedaan pemahaman pada mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA
Aina, Mia dan Dawam Suprayogi. (2011). Uji Kualitatif Vitamin C Pada Berbagai
Makanan Dan Pengaruhnya Terhadap Pemanasan. Sainmatika: Jurnal Sains
dan Matematika. Vol. 3 No. 1.

Friel, J.K., Bessie, J.C., Belkhode, S.L., Edgecombe, C., Steele-Rodway, M.,
Downton, G., et al. (2001). Thiamine, riboflavin, pyridoxine, and vitamin C
status in premature infants receiving parenteral and enteral nutrition. Journal
of Pediatr Gastroenterol Nutr. 33: hlm 64–69.
Putra, R.M. (2013). Pengujian Kualitatif Vitamin B dan C. (Laporan). Teknologi
Tanaman Pangan dan Hortikultura, Politeknik Negeri Jember, Jember.
Ruslie, R. H. (2011). Peranan Vitamin sebagai Nutrisi pada Bayi Prematur.
[Online]. Diakses dari http://library.usu.ac.id/download/fk/biokimia-
rusdiana2.pdf
Rusdiana. (2004). Vitamin. Sumatera Utara : Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara

Winarno, F.G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.

Anda mungkin juga menyukai