PENDAHULUAN
paparan dari bahan pencemar udara (timbal, asap knalpot yang mengandung
timah hitam, asap rokok, radiasi sinar matahari dan sinar X) (Kurniali dan
Abikusno, 2007). Radikal bebas dapat pula berasal dari limbah pabrik, ozon
disadari radikal bebas terbentuk secara terus menerus didalam tubuh manusia,
baik melalui proses metabolism sel normal, peradangan dan kekurangan gizi
(Winarsi, 2011). Radikal bebas merupakan molekul yang tidak memiliki elektron
berpasangan yang mudah bereaksi dengan senyawa lain (Kurniali dan Abikusno,
2007). Radikal bebas yang masuk kedalam tubuh sangat merusak sel sehingga
tubuh mengalami oksidasi dan penuaan (Planck, 2007). Tingginya radikal bebas
akan membentuk air. Kerusakan yang terjadi karena radikal bebas dapat
produksi radikal yang masuk kedalam tubuh (Youngson, 2005). Bahan makanan
yang mengandung antioksidan yang cukup tinggi salah satunya yaitu beras
hitam.
1
2
Beras hitam merupakan beras lokal yang mengandung pigmen paling baik
dibandingkan beras lainnya, beras ini memiliki khasiat yang lebih banyak
dibandingkan beras lainnya (Suardi dan Ridwan, 2009). Beras hitam merupakan
komoditi yang makin marak dipromosikan oleh industri pengolahan makanan dan
dari beras putih. Salah satu alternatif untuk membuat nasi kecambah yaitu dari
kandungan antosianin yang tinggi 3,26 mg/100 g (Sutharut dan Sudarat, 2012).
Beras hitam juga mengandung hemiselulosa sebanyak 5,8% dan serat pangan
sebesar 7,5% (Sa’adah et al., 2013). Beras hitam yang dikecambahkan akan
beras (Sutharut dan Sudarat, 2012). Beras dengan pericarp hitam mengandung
antioksidan sebesar 345,3 µmol TE g (Goffman dan Berman dalam Walter et al.,
sebesar 62,43% (Djaafar, et al., 2012). Oleh karena itu, untuk mencegah
dipengaruhi oleh lama elisitasi (Garcia dan Encarna, 2013). Penambahan elisitor
konsentrasi 100 ppm natrium alginat dapat memicu produksi senyawa fenolik.
Proses elisitasi tidak hanya meningkatkan kadar senyawa antioksidan tetapi juga
(Anggraeni, 2003).
terkandung dalam beras hitam. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah
pengembangan produk beras hitam, dimana pada penelitian ini bertujuan untuk
TINJAUAN PUSTAKA
paling baik dibandingkan dengan beras putih maupun beras lain. Warna beras
hitam diatur secara genetik sehingga perbedaan gen dapat mengatur warna
aleuron, endosperma dan komposisi pati pada endosperma (Suardi dan Ridwan,
2009) .
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Traceobionta
Divisi : Magnoliophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Glumiflorae
5
6
Famili : Poaceae/Gramineae
Subfamili : Oryzoideae
Suku : Oryzeae
Genus : Oryza
Beras hitam dikenal dengan beberapa nama yaitu beras wulung (Solo),
beras gadog (Cibeusi, Subang, dan Jawa barat), cempo ireng / beras jlitheng
(Sleman), beras melik (Bantul), sedangkan orang china kuno mengenal beras
Tanaman padi beras hitam memiliki tubuh yang tegap dan tinggi, rata-rata
Pada batang bagian bawah memiliki ruas yang pendek, semakin keatas maka
ruasnya akan semakin panjang. Daun tanaman padi ini memiliki ciri khas yaitu
adanya sisik dan telinga daun. Hal ini dapat membedakan padi beras hitam
merah, biru dan ungu pekat, warna tersebut menunjukan adanya kandungan
Kandungan senyawa kimiawi fraksi pigmen pada 100 gram beras hitam
Tabel 2.1.4 Kandungan Senyawa Kimiawi Fraksi Pigmen Pada 100 Gram
Beras Hitam
- Mencegah kanker/tumor
- Memperlambat penuaan
- Antioksidan
- Mencegah anemia
8
2.2 Perkecambahan
makanan dari jaringan penyimpanan atau keping biji ke bagian vegetatif (sumbu
yang akan menjadi tanaman baru. Struktur biji pada tumbuhan monokotil dan
dan daun pertama. Sedangkan pada tumbuhan dikotil meliputi akar primer,
(Purnobasuki, 2011).
Kecambah adalah tumbuhan yang baru muncul dari biji dan bergantung
keadaan hidup dan sehat karena akan menentukan proses pertumbuhan dan
perkecambahan biji (Aak, 2010). Faktor tersebut antara lain : air yang memadai,
hidroksil (OH) yang banyak terdapat pada biji. Ikatan air dengan senyawa lain
akan membentuk ikatan hidrat melalui ikatan hidrogen (Winarno dalam harahap,
kandungan oksigen dalam udara sebanyak 20% (Abidin dalam Harahap, 2007).
berkecambah dengan baik ditempat yang gelap maupun ada cahaya (Yuliana
yaitu waktu. Pada awal perkecambahan, asam gliberelik keluar dari embriotik
merombak pati menjadi glukosa (Susanto dan Saneto dalam Harahap, 2007).
biji. Sebelum dikecambahkan, zat gizi dalam kondisi terikat (tidak aktif). Setelah
dikecambahkan, zat gizi diubah dalam bentuk aktif sehingga dapat meningkatkan
kadar air. Kadar protein, karbohidrat dan kadar abu tidak menurun, sedangkan
2.3 Elisitor
2.3.1 Kitosan
dengan ikatan β-(1,4) glycoside. Kitosan dibentuk dari kitin yang diubah menjadi
beberapa asetil. untuk mengubah kitin menjadi kitosan, perlu dilakukan eliminasi/
dengan deasetilasi (menghilangkan sebagian asetil), proses ini terdiri dari dua
metode yaitu metode kimia dan metode enzim (Yao et al., 2012).
Selain kitin, struktur kitosan juga mirip dengan selulosa. Perbedaannya terdapat
11
pada atom C nomor dua dimana pada selulosa merupakan gugus hidroksil (-OH)
sedangkan pada kitosan yaitu gugus amina (-NH2) (Alvarenga, 2011). Struktur
tergantung dari jumlah gugus amino yang terprotonasi dalam rantai polimer
sehingga proporsinya terbagi menjadi proporsi asetat dan non-asetat pada unit
D-glukosamin. Gugus amio dengan pKa 6,2 – 7,0 membuat terprotonasi dengan
lengkap, asam dengan pKa kurang dari 6,2 akan membuat kitosan larut
(Alvarenga, 2011).
Kitosan memiliki sifat tidak larut dalam air, pelarut organik dan air basa,
namun kitosan dapat larut setelah diaduk dengan asam seperti asam asetat,
asam nitrat, asam klorida, asam perklorat dan asam fosfat (Alvarenga, 2011).
Kitosan bersifat sebagai anti viral, anti bakteri dan anti jamur. Kitosan
terbukti dapat mencegah atau mengurangi kerusakan yang dilakukan oleh bakteri
pathogen dalam memanfaatkan nutrisi dan mineral dengan cara mengikat nutrisi
dan mineral atau dengan meningkatkan sistem pertahanan tanaman baik pada
sebagai salah satu polimer yang sering digunakan pada bidang biomedis dan
biopolymer. Gum xanthan ditemukan pada tahun 1950 an oleh Northern Regional
terdiri dari bentuk pentasakarida oleh dua unit glukosa, dua unit manosa dan satu
unit glukoronit (Garcia et al., 2000). Struktur gum xanthan dapat dilihat pada
gambar 2.3.2.
Gum xanthan merupakan biopolimer sintetik yang larut dalam air yang
yang tahan panas dan cukup tahan terhadap asam maupun basa (Pudjaatmaka,
13
2002). Gum xanthan dapat digunakan sebagai aditif makanan karena bersifat
Gum xanthan merupakan bubuk yang berwarna putih sampai krem yang
dapat larut dalam air panas maupun dingin, proses hidrasi terjadi cepat yang
membuat gum xanthan dapat mengikat air sehingga terbentuk viskositas yang
penelitian Food and drug Administration (FDA) tahun 1969, gum xanthan dapat
digunakan pada produk makanan dan telah mendapat ijin untuk standarisasi gum
xanthan pada beberapa makanan seperti keju dan produk keju, susu dan produk
penggunaan gum xanthan pada saus, gravies, dan roti yang diisi dengan daging
Natrium alginat merupakan salah satu jenis alginat. Alginat adalah suatu
(Pudjaatmaka, 2002). Natrium alginate adalah polisakarida yang terdiri unit gula
yang teroksidasi yang bergabung membentuk suatu polimer ionik. Unit tersebut
membentuk enam cincin yang bermuatan negatif yaitu kelompok –CO2. Atom
karbon C-1 dari satu cincin terhubung dengan oksigen atom ke atom karbon C-4
pada cincin berikutnya dalam rantai polimer (Flinn, 2009). Struktur natrium alginat
kelompok –OH sehingga membuat polimer alami ini bersifat sangat hidrofilik.
makanan olahan seperti es krim, yogurt, produk keju, kue, dan makanan ringan.
komponen air dan minyak dan memberikan tekstur yang lebih halus. Ion natrium
pada natrium alginate digantikan oleh ion kalsium yang menyebabkan interaksi
antara rantai polimer dan memberikan gel larut sehingga membentuk kalsium
2.4 Elisitasi
meningkatkan produksi metabolit sekunder. Metode ini lebih efektif jika dibanding
(Anggraeni, 2003).
15
Setiap sel pada sistem pertahanan yang dimiliki tanaman telah mempunyai
faktor yaitu karakteristik genetic dan kondisi fisiologis. Langkah pertama respon
membran plasma sel, seperti protein kinase yang memberikan persepsi pathogen
untuk sejumlah elisitor jamur atau bisa dilokalisasi dalam sel untuk memulai
2.5 Antioksidan
dengan cara mendonorkan satu elektron (H) kepada senyawa yang bersifat
system imun tubuh, terutama untuk menjaga integritas dan fungsi dari
membrane lipid, protein sel, dan asam nukleat serta untuk mengontrol
tranduksi signal dan ekspresi gen dalam sel imun (Winarsi, 2011).
kerusakan oksidatif didalam tubuh yang juga dipicu dengan adanya senyawa
oksidan baik dalam bentuk radikal bebas maupun bentuk senyawa oksidatif
flavonoid, quinon dan bilirubin. 2) antioksidan larut air, seperti asam askorbat,
asam urat, protein pengikat logam dan protein pengikat heme (Winarsi, 2011).
(Winarsi, 2011).
atau jika sudah ternentuk senyawa oksigen reaktif, maka senyawa tersebut
tiga kelompok yaitu antioksidan primer, sekunder dan tersier. Antioksidan primer
bekerja dengan cara mencegah pembentukan senyawa radikal bebas yang baru
atau mengubah radikal bebas menjadi molekul yang kurang reaktif. Karena
memutus reaksi berantai (polimerisasi) yang akan diubah menjadi produk yang
18
enzim katalase dan glutation peroksidase yaitu dengan cara mengubah H2O2
menjadi H2O dan O2 sedangkan SOD bekerja dengan cara mengkatalisis reaksi
dengan cara memotong reaksi oksidasi berantai dari radikal bebas atau dengan
cara menangkapnya sehingga radikal bebas tersebut tidak akan bereaksi dengan
flavonoid, asam urat, bilirubin, dan albumin. Adapula yang berpendapat bahwa
asam lipoat yang terdapat dalam kentang, wortel, brokoli, yeast, bit, dan daging
yang rusak akibat reaktifitas radikal bebas. DNA yang rusak akibat terinduksi
senyawa radikal bebas memiliki ciri yaitu dengan rusaknya single dan double
strand baik gugus non-basa maupun basa. DNA yang rusak lebih banyak pada
DNA mitokondria dengan basa yang rusak yaitu 8-oksoguanin (Winarsi, 2011).
(Winarsi, 2011).
dengan intensitas warna ungu DPPH. Beras hitam memiliki antosianin lebih tinggi
(0,0242 mg/g) dibandingkan dengan beras merah (0,0025 mg/g) namun beras
merah lebih tinggi kandungan flavonoid (0,849 mg/g) dan total fenolnya (37,93
mg/g sampel). Aktivitas antioksidan yang dimiliki beras hitam (0,43 mg equivalen
vitamin E/g sampel) tidak sebesar yang dimiliki oleh beras merah (0,90 mg
equivalen vitamin E/g sampel). Oleh karena itu, kemampuan antioksidan pada
beras hitam dalam menangkal radikal tidak sebaik beras merah (Monika et al.,
2013).
BAB 3
Keterangan :
Variabel terikat :
elisitor, konsentrasi elisitor, lama elisitasi, dan lama perkecambahan itu sendiri.
yaitu konsentrasi elisitor dan lama elisitasi. Jenis elisitor yang akan digunakan
20
21
METODE PENELITIAN
Acak Kelompok (RAK) yang disusun dengan dua faktor. Faktor pertama yaitu
E1 = 4 jam
E2 = 6 jam
E3 = 8 jam
(r6-1) – (6-1) ≥ 6
23
24
6r-1 ≥ 6+5
6r ≥ 12
R ≥ 2 (3)
Keterangan :
t = perlakuan
Sampel dalam penelitian ini adalah beras hitam dengan varietas cempo ireng
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juni 2015.
Universitas Brawijaya.
25
4.5.1 Bahan
pelarut methanol.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beras hitam varietas
DPPH yaitu methanol dan asam askorbat (sebagai standar) dan reagen
4.5.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah jam, gelas sampel /
volume 1 ml, pipet volume 10 ml, labu ukur 25 ml, labu ukur 10 ml, dan
spektrofotometer.
26
Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala
Konsentrasi Jumlah elisitor yang dapat Menimbang Timbangan digital 1. 100 ppm Ordinal
hitam
Lama elisitasi Waktu yang dibutuhkan untuk Menghitung waktu Pengukur waktu 1. 4 jam Ordinal
elisitor
Aktivitas Kandungan aktivitas Metode DPPH Spektrofotometer Jumlah kandungan aktivitas Rasio
persen (%)
27
akan digunakan pada pelaksanaan penelitian. Jenis elisitor yang akan dianalisis
pada penelitian pendahuluan yaitu kitosan, gum xanthan, natrium alginat, serta
kontrol. Konsentrasi elisitor yang digunakan yaitu 100 ppm. Lama elisitasi yang
24 jam.
akan digunakan yaitu beras hitam varietas cempo ireng. Proses perkecambahan
yang ditambahkan yaitu elisitor yang diambil dari penelitian pendahuluan, proses
ini disebut sebagai elisitasi. Konsentrasi elisitor yang digunakan yaitu 100 ppm
dan 150 ppm. Lama elisitasi yang digunakan yaitu 4 jam, 6 jam, dan 8 jam.
Jumlah larutan elisitor yang ditambahkan untuk perendaman beras hitam adalah
1:5, yang artinya setiap satu gram berat beras hitam ditambahkan 4 ml larutan
elisitor. Beras yang telah dicuci dimasukkan kedalam gelas sampel dan
Beras hitam yang telah selesai direndam selanjutnya ditiriskan. Setelah itu,
beras hitam disimpan sementara dan ditata diatas kertas / tissue. Proses
dilakukan pada suhu kamar 250C dan lama perkecambahan selama 24 jam.
Diagram Alir
Beras hitam
Penambahan Konsentrasi
jenis elisitor elisitor
Direndam
Ditiriskan
Dikecambahkan
Kecambah
beras hitam
SPSS (Statistical Package for Social Science) versi 16. Data tersebut akan
dianalisis dengan uji One way Anova. Jika ada pengaruh yang signifikan, maka
DAFTAR PUSTAKA
Baenas, N., Cristina, G.V., and Diego A.M. 2014. Elicitation: A Tool for Enriching
the Bioactive Composition of Foods. Molecules. Vol. 19, 13541-13563.
Djaafar, T.F., Umar Santosa, Muhammad Nur Cahyanto, dan Endang Sutriswati
Rahayu, 2012. Pengaruh Perendaman dan Perebusan terhadap Kandungan
protein, Gula, Total Fenolik, dan Aktivitas Antioksidan Kerandang (Canavalia
virosa). Agritech, Vol. 32, No. 3.
Garcia-Ochoa, F., V.E. Santos, J.A. Casas, dan E. Gomez, 2000. Xanthan gum:
production, recovery, and properties. Biotechnology Advances. Elsevier.
Garcia, Y.R., dan G.P. Encarna, 2013. Elicitors : A Tool for Improving Fruit
Phenolic Content. Agriculture. Vol. 3, 33-52
Hadrami, A.E., L.R. Adam, I.E. Hadrami, dan F. Daayf, 2010. Chitosan in Plant
Protection. Mar. Drugs, Vol. 8, 968-987.
Harahap, V.F., 2007. Studi Aktivitas antioksidan Susu Kecambah Kedelai Hasil
Elisitasi Gum Xanthan 50 ppm – Na-Alginat 200 ppm dengan berbagai
30
31
Kristamtini. 2009. Mengenal Beras Hitam dari Bantul. Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Yogyakarta.
Kurniali, P.C. dan Nugroho Abikusno, 2007. Physical Intelligence Series Healthy
Food for Healthy People. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Makfoeld, D., Djagal Wiseso marseno, Pudji Hastuti, sri anggrahini, Sri raharjo,
sudarmanto sastrosuwignyo, et al., 2006. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.
Yogyakarta: Kanisius.
Monika, P., William Saputrajaya, Christian Ligouri, Paini Sri Widyawati, Anita
Maya Suteja, dan Thomas Indarto putut Suseno, 2013. Aktivitas Antioksidan
Beras Organik Varietas Lokal (Putih, Varietas Cianjur, Merah Varietas
Saodah, Hitam Varietas Jawa). Seminar Nasional: Menggagas Kebangkitan
Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura.
Park, Y.S., Sun-Joong Kim, dan Hyo-Ihl Chang, 2008. Isolation of Anthocyanin
from Black Rice (Heugjinjubyeo) and screening of its Antioxidant Activities.
Kor. J. Microbial. Biotechnol. Vol. 36, No. 1, Hal 55-60.
Planck, N., 2007. Real Food: Hidup Bebas Penyakit dengan Makanan Alami.
Yogyakarta: B-first (PT Bentang Pustaka).
Putri, Ayesa NR. 2012. Uji Analisis Antioksidan Daun Sirsak Dengan Metode
DPPH. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah. file:///F:/SKRIPSI/GBR/jurnal%20dipake/kerangkan%20
konsep.pdf, diakses pada 05 Juni 2015.
32
Radman, R., Saez, T., Bucke, C., and Keshavarz, T. 2003. Elicitacion of Plant
and Microbial Cell Systems. Biotechnology Applied Biochemistry, Vol.37, pp.
91-102
Rahmawati, A., 2010. Efek Ekstrak Bekatul Beras Hitam (Oryza sativa L)
terhadap Perbaikan Luka pada Mukosa Lambung Mencit yang dipapar
Aspirin. Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sa’adah, I.R., Supriyantana dan Subejo. 2013. Keragaman Warna Gabah dan
Warna Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza Sativa L.) yang
dibudidayakan oleh Petani Kabupaten Sleman, Bantul dan Magelang.
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sharma, B.R., Naresh L., N.C. Dhuldhoya, S.U Merchant dan U.C. Merchant,
2006. Xanthan Gum – A Born to Food Industry. Food promotion Chronicle,
Volume 1(5), Halaman 27-30. LUCID
Suardi, D. dan Iman Ridwan, 2009. Beras Hitam, Pangan Berkhasiat yang Belum
Populer. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol. 31. N0. 2.
Sutardi dan Supriyadi, 1996. Sifat Tepung Sukun dan Kesesuainnya untuk Diolah
Menjadi Berbagai Produk Olahan Makanan Kecil. Majalah Pangan No. 2 Vol.
VII. Jakarta.
Winarsi, H., 2011. Antioksidan Alami dan Radikal Bebas. Yogyakarta: Kanisius.
Xia, M., Wen Hua Ling, Jing Ma, David. Kitts dan Jerzy Zawitstowski, 2003.
Suplementation of Diets with the Black Rice Pigment Fraction Attenuates
Atherosclerotic Plaque Formation in Apolipoprotein E Deficient Mice. The
Journal of Nutrition.
33
Yao, K., Junjie Li, Fanglian Yao, dan Yuji Yin, 2012. Chitosan-Based Hydrogels
Functions and Applications. U.S: CRC Press.
Youngson, R., 2005. Antioksidan: Manfaat Vitamin C dan E Bagi Kesehatan. Alih
bahasa: Susi Purwoko. Jakarta: Acran.