Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS FAESES

Diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Urinalisa dan Cairan Tubuh Praktik

Dosen Pengampu
1. Tri Prasetyorini,S.Si.MM
2. Salbiah,M.Kes

Ditulis oleh Kelompok V :

1. Aprilisia Widya Yosinta P3.73.34.1.19.050


2. Ariska Septiana P3.73.34.1.19.051
3. Bety Rahayu P3.73.34.1.19.054
4. Deri Eka Febrianto P3.73.34.1.19.055
5. Nia Rista E P3.73.34.1.19.066

Poltekkes Kemenkes Jakarta III


Jurusan Teknologi Laboratorium Medik
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Pemeriksaan Mikroskopis Feses” tepat pada waktunya. Shalawat beserta salam semoga
senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Adapun maksud penyusunan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Klinik.
Kami telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini dengan memberikan
gambaran secara deskriptif agar mudah di pahami.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini semata-mata karena
keterbatasan kemampuan kami sendiri.Oleh karena itu, sangatlah kami harapkan saran dan kritik
yang positif dan membangun dari semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan
bermanfaat dimasa yang akan datang.

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................4
BAB II.........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
2.1 Pengertian Feces....................................................................................................................................5
2.2 Macam – Macam Warna Feses..............................................................................................................6
2.3 Bau Feses...............................................................................................................................................8
2.4 Feses normal..........................................................................................................................................8
2.5 Pengambilan Sampel Faces...................................................................................................................8
2.5.1 Indikasi Pemeriksaan......................................................................................................................8
2.5.2 Syarat pengambilan feces...............................................................................................................9
2.5.3 Waktu Pengambilan Feses............................................................................................................10
2.5.4 Alat-alat Pengambilan Feses.........................................................................................................10
2.5.5 Cara kerja.....................................................................................................................................10
2.6 Jenis Pemeriksaan Feses......................................................................................................................12
2.7 Pemeriksaan Mikroskopik...................................................................................................................12
2.8 Nilai Normal Pemeriksaan Feses.........................................................................................................16
2.9 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Feses :.................................................................................................16
BAB III......................................................................................................................................................18
PENUTUP.................................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah lama
dikenal untuk membantu klinisi menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini telah
berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern , dalam beberapa kasus
pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan lain.
Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan feses , cara
pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar akan menentukan
ketepatan diagnosis yang dilakukan oleh klinisi.

Hal yang melatar belakangi kami menyusun sebuah makalah tentang feses untuk
memberikan pengetahuan kepada kita sehingga dalam pemeriksaan feses ini dapat penunjang
dalam penegakan diagnosa berbagai penyakit. Agar para tenaga teknis laboratorium dan
mahasiswa analis kesehatan dapat meningkatkan kemampuan dan mengerti bermacam-macam
penyakit yang memerlukan sampel feses, memahami cara pengumpulan sampel untuk
pemeriksaan feses secara benar, mampu melaksanakan pemeriksaan sampel feses dengan baik,
dan pada akhirnya mampu membuat interpretasi hasil pemeriksaan feses dengan benar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian faeses?


2. Bagaimana pemeriksaan Laboratorium pada feses?
3. Bagaimana analisa mikroskopis pada feses?
4. Apa saja jenis pemeriksaan sampel feses ?
5. Apakah tujuan dari pemeriksaan feses ?
1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian feses


2. Mengetahui cara pemeriksaan laboratorium pada feses
3. Mengetahui analisa mikroskopis pada feses
4. Untuk mengetahui macam-macam feses
5. Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Feces

Tinja atau feses merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang
harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja atau feses merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing biasanya
mendapatkan infeksi ini melalui tinja atau feses. Seperti halnya sampah, tinja juga mengundang
kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja atau feses yang
mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat makanan yang
dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga berakibat sakit. Beberapa
penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain tipus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), schistosomiasis, dan sebagainya.

Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya waktu dan menurunnya
frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau pembuangannya disebut dengan konstipasi
atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan tinja atau feses terganggu, menyebabkan
menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi buang air besar disebut dengan diare atau
mencret.

Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi
saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, selulosa gas
indol, skatol, sterkobilinogen dan bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi
defekasi : 3x / hari – 3x / minggu.

2.2 Macam – Macam Warna Feses

Feses umumnya berwarna Kuning di karenakan Bilirubin (sel darah merah yang mati, yang
juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen kuning yang
dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin dikeluarkan melalui
empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan warna kuning kecoklatan pada
feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat dipengaruhi oleh kondisi medis, makanan serta
minuman yang dikonsumsi, karena itu sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan
makanan yang dikonsumsi. Beberapa warna feses yang sering ditemukan diantaranya :

1. Warna Kuning Kecoklatan

Feses berwarna kuning adalah normal. Karena feses manusia pada umumnya adalah warna ini.
Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses mengandung suatu zat berwarna
orange-kuning yg disebut Bilirubin. Ketika Bilirubin ini bergabung dengan zat besi dari usus
maka akan dihasilkan perpaduan warna cokelat kekuning - kuninganTinja normal kuning coklat
dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain
urobilin warna tinja dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan karena susu,jagung,
lemak dan obat santonin.

2. Warna Hitam

Feses berwarna hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah atas,
kerongkongan, lambung atau juga bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi warna hitam ke
feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna hitam (Licorice), timbal, pil yang
mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena mengkonsumsi herb (sejenis
tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).

3. Warna Hijau
Feses warna hijau didapat dari klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi. Selain itu
pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman atau es bisa
menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh makanan yang terlalu
cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses pencernaan dengan sempurna. Feses
berwarna hijau juga bisa terjadi pada diare, yakni ketika bahan pembantu pencernaan yang
diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus tanpa pengolahan atau perubahan. Ada
kejadian khusus pada bayi dimana jika feses berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya
ketika bayi itu baru aja dilahirkan.Pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh biliverdin dan
porphyrin dalam mekonium.

4. Warna Merah

Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh kandungan
darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan radang usus besar
adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna merah. Feses merah akibat
makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan dengan pewarna merah termasuk
minuman bubuk dan juga makanan yang mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa
membuat feses jadi merah.

5. Warna Abu-abu / Pucat

Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan ? Kali ini feses
pucat pun menandakan pasien sedang dilanda sakit. Biasanya pasien sedang mengalami penyakit
liver, pankreas, atau empedu, maka pantat dari pasien akan berwarna abu-abu atau pucat.

6. Warna Coklat

Tinja berwarna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal saluran
pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain. Warna coklat tua disebabkan
urobilin yang berlebihan seperti pada anemia hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat
disebabkan obat yang yang mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh
melena.

2.3 Bau Feses

Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga gas
hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas feses atau
tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat mengurangi bau feses atau
tinja.

2.4 Feses normal

Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 gr feses per hari dari jumlah tersebut 70%
merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa kuman. Selebihnya
adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel sel epitel yang rusak dan unsur
unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak lunak, tidak cair seperti bubur
maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. Frekuensi defekasi normal 3x per-hari sampai
3x per-minggu.

2.5 Pengambilan Sampel Faces

2.5.1 Indikasi Pemeriksaan


a. Adanya diare dan konstipasi
b. Adanya icterus
c. Adanya gangguan pencernaan
d. Adanya lendir dalam tinja
e. Kecurigaan penyakit gastrointestinal
f. Adanya darah dalam tinja

2.5.2 Syarat pengambilan feces

a. Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
b. Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
c. Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
d. Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher.
e. Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu.
f. Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass.
g. Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari bahan
lain yang tidak dapat ditembus seperti plastik, bermulut lebar, bertutup ulir. Kalau
konsistensi tinja keras,dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai.
h. Oleh karena unsur -unsur patologik biasanya tidak dapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat,
cukup diberi tanda –(negatif),(+),(++),(+++) saja.
i. Hal – hal yang perlu diperhatikan untuk penyimpanan
 Feses tahan < 1 jam pada suhu ruang
 Bila 1 jam atau lebih gunakan media transpot yaitu Stuart’s medium, ataupun
Pepton water
 Penyimpanan < 24 jam pada suhu ruang, sedangkan > 24 jam pada suhu 4°C

j. Pengiriman
 Pengiriman < 1 jam pada suhu ruang
 Bila tidak memungkinkan, gunakan media transport atau kultur pada media
Tetra Thionate Broth
2.5.3 Waktu Pengambilan Feses

Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum pemberian
anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.

2.5.4 Alat-alat Pengambilan Feses

1. Sarung tangan
2. Spatel steril
3. Vasselin
4. Lidi kapas steril
5. Pot tinja
6. Bengkok
7. Perlak pengalas
8. Tissue

2.5.5 Cara kerja

A. Prosedur pengambilan feses pada dewasa :


 Jelaskan prosedur pada pasien dan meminta persetujuan tindakan
 Menyiapkan alat yang diperlukan
 Meminta pasien untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
 Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
 Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada
sampel
 Buang alat bekas mengambil feses dengan benar
 Cuci tangan
 Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke laboratorium
 Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

B. Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi sendiri:
 Mendekatkan alat
 Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
 Mencuci tangan
 Memasang perlak pengalas dan sampiran
 Melepas pakaian bawah pasien
 Mengatur posisi dorsal recumbent
 Memakai hand scoon
 Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas kemudian
diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
 Setelah dapat , dikeluarkan perlahan – lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
 Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
 Melepas sarung tangan
 Merapikan pasien
 Mencuci tangan

C. Prosedur pengambilan feses pada bayi :


 Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan pada bayinya
 Menyiapkan alat yang diperlukan
 Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak dengan
urine
 Cuci tangan dan pakai sarung tangan
 Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
 Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit pada
sampel
 Buang alat dengan benar
 Cuci tangan
 Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
 Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

2.6 Jenis Pemeriksaan Feses

Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan
sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir
dan sebagainya. Oleh Karen unsur-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi
tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.

2.7 Pemeriksaan Mikroskopik

Pemeriksaan Mikroskopis tinja

No Jenis pemeriksaan Tujuan pemeriksaan


1. Pemeriksaan parasit (diambil tinja Untuk melihat keberadaan parasit
segar pada bagian yang ada darah (telur) dari cacing dan amuba
atau lendir)
2. Sisa makanan  Melihat proses pencernaan
 Gangguan proteolisis
(kberadaan serat otot atau
bergaris )
 Gangguan malabsorpsi
(missal:lemak,protein,dll)
3 Seluler  Sel epithel: iritasi mukosa
 Loekosit:proses inflamasi
usus
 Eritrosit:perdarahan usus

Pemeriksaan mikroskpis secara langsung

Pemeriksaan sederhana dan paling sering dilakukan. Infeksi parasit dapat dilihat dengan
pemeriksaan langsung. Untuk pemeriksaan secara mikroskopis, sejumlah kecil feses atau bahan
yang akan diperiksa diletakan diatas objek glass, bila feses sangat padat dapat ditambahkan
sedikit air selanjutnya ditutup dengan deck glass, buat dua atau lebih sediaan.

Pada pemeriksaan mikroskopis usaha mencari protozoa dan telur cacing merupakan
maksud terpenting. Untuk mencari protozoa sering dipakai larutan eosin 1-2% sebagai bahan
pengencer feses atau juga larutan Lugol 1-2%. Selain itu larutan asam acetat 10% dipakai untuk
melihat leukosit lebih jelas, sedangkan untuk melihat unsur-unsur lain larutan garam 0,9% yang
sebaiknya dipakai untuk pemeriksaan rutin.

Sediaan hendaknya tipis, agar unsur-unsur jelas terlihat dan dapat dikenal; meskipunbegitu selalu
akan dijumpai unsur-unsur yang telah ruksak sehingga identifikasi tidak mungkin lagi.

A.  Sel epitel

Beberapa sel epitel, yaitu yang berasal dari dinding usus bagian distal dapat ditemukan dalam
keadaan normal. Kalau sel epitel berasal dari bagian yang lebih proximal, sel-sel itu sebagian
atau seluruhnya ruksak. Jumlah sel epitel bertambah banyak kalau ada perangsangan atau
peradangan dinding usus itu.

B.   Makrofag

Sel-sel besar berinti satu memiliki daya fagositosis; dalam plasmanya sering dilihat sel-sel lain
(leukosi, eritrosit) atau benda-benda lain. Dalam preparat natif sel-sel itu menyerupai ameba;
perbedaanya ialah sel ini tidak dapat bergerak.
C.   Leukosit

Lebih jelas terlihat kalau feses dicampur dengan beberapa tetes larutan asam acetat 10%. Kalau
hanya dilihat beberapa dalam seluruh sediaan, tidak ada artinya. Pada dysentri basiler, colitis
ulcerosa dan peradangan lain-lain, jumlahnya menjadi besar.

D.  Eritrosit

Hanya dilihat kalau lesi mempunyai lokalisasi colon, rectum, atau anus. Pendapat ini selalu
abnormal.

E.   Kristal-kristal

Pada umumnya tidak banyak artinya. Apapun dalam feses normal mungkin terlihat kristal-kristal
tripelfosfat, celciumoxalat dan asam lemak. Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal chacoat-
leyden adan kristal hematoidin.

F.    Sisa makanan

Hampir seluruh dapat ditemukan juga; bukanlah adanya, melainkan jumlahnya yang dalam
keadaan tertentu dipertalikan dengan sesuatu hal yang abnormal.sisa makanan itu sebagian
berasal dari makanan daun-daunan dan sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serat
otot, serat elestik, dan lain-lain.

Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan lugol: pati (amylum) yang
tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir biru atau merah. Larutan jenuh sudan III atau
sudan IV dalam alkohol 70% juga dipakai: lemak netral menjadi tetes-tetes merah atau jingga

G.  Sel ragi

Khusus Blastocystis hominis jarang didapat. Pentingnya mengenal strukturnya ialah supaya
tidak dianggap kista amoeba.

H.  Telur dan jentik cacing


Ascaris lumbricoides. Necator americanus enterobius permicularis. Trichiusus trichiura,
estrongyloides strcoralis, dan seagainya; juga yang termasuk genus cestodas dan trematodas
mungkin di dapat

I. Urobilin

Dalam tinja normal selalu ada urobilin. Jumlah urobilin akan berkurang pada ikterus obstruktif,
pada kasus obstruktif total hasil tes menjadi negatif, tinja dengan warna kelabu disebut akholik.

Prosedur kerja :

1. Taruhlah beberapa gram tinja dalam sebuah mortir dan campurlah dengan larutan
mercurichlorida 10 % dengan volume sama dengan volume tinja
2. Campurlah baik-baik dengan memakai alunya
3. Tuanglah bahan itu ke dalam cawan datar agar lebih mudah menguap dan biarkan selama
6-24 jam
4. Adanya urobilin dapat dilihat dengan timbulnya warna merah

J. Urobilinogen

Penetapan kuantitatif urobilinogen dalam tinja memberikan hasil yang lebih baik jika
dibandingkan terhadap tes urobilin,karena dapat menjelaskan dengan angka mutlak jumlah
urobilinogen yang diekskresilkan per 24 jam sehingga bermakna dalam keadaan seperti anemia
hemolitik dan ikterus obstruktif.

Tetapi pelaksanaan untuk tes tersebut sangat rumit dan sulit, karena itu jarang dilakukan di
laboratorium. Bila masih diinginkan penilaian ekskresi urobilin dapat dilakukan dengan
melakukan pemeriksaan urobilin urin.

K. Bilirubin

Pemeriksaan bilirubin akan beraksi negatif pada tinja normal,karena bilirubin dalam usus akan
berubah menjadi urobilinogen dan kemudian oleh udara akan teroksidasi menjadi urobilin.

Reaksi mungkin menjadi positif pada diare dan pada keadaan yang menghalangi perubahan
bilirubin menjadi urobilinogen, seperti pengobatan jangka panjang dengan antibiotik yang
diberikan peroral, mungkin memusnakan flora usus yang menyelenggarakan perubahan
tadi.Untuk mengetahui adanya bilrubin dapat digunakan metode pemeriksaan Fouchet.

2.8 Nilai Normal Pemeriksaan Feses


No. Jenis pemeriksaan Nilai normal Keterangan
Mikroskopis

1. Sel epitel Ditemukan sedikit


Lekosit dan Ditemukan banyak :
2. Ditemukan sedikit
makrophag peradangan
Darah(tesben
3. Negative
sidin)
Telur dan jentik
4. Negative
cacing
5. Protozoa Negative
+ : diare atau gangguan flora
6. Bilirubin Negative
usus
7. Urobilin Positif -      : obstruksi empedu

2.9 Interpretasi Hasil Pemeriksaan Feses :


Makroskopi dan Mikroskopi Interpretasi
Butir,   kecil, keras, warna tua Konstipasi
Volume   besar, berbau dan Malabsorbsi   zat lemak atau protein
mengambang
Rapuh   dengan lendir tanpa darah Sindroma   usus besar yang mudah
terangsang inflamasi dangkal dan difus,
adenoma dengan   jonjot- jonjot
Rapuh   dengan darah dan lendir Inflamasi   usus besar, tifoid, shigella,
(darah nyata) amubiasis, tumor ganas
Hitam,   mudah melekat seperti ter Perdarahan   saluran cerna bagian atas
Volume   besar, cair, sisa padat Infeksi   non-invasif (kolera, E.coli 
sedikit keadaan   toksik, kkeracunan makanan
oleh stafilokokus,   radang selaput
osmotic (defisiensi disakharida, makan
berlebihan)
Rapuh   mengandung nanah atau Divertikulitis   atau abses lain, tumor
jaringan nekrotik nekrotik, parasit
Agak   lunak, putih abu- abu sedikit Obstruksi   jaundice, alkoholik
Cair   bercampur lendir dan eritrosit Tifoid,   kolera, amubiasis
Cair   bercampur lendir dan leukosit Kolitis   ulseratif, enteritis, shigellosis,
salmonellosis, TBC usus
Lendir   dengan nanah dan darah Kolitis   ulseratif, disentri basiler,
karsinoma ulseratif colon, diverticulitis
akut,   TBC
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Feses untuk pemeriksaan sebaiknya yang berasal dari defekasi spontan; jika pemeriksaan
sangat diperlukan, boleh juga sample fese diambil dengan jari bersarung dari rectum. Untuk
pemeriksaan biasa dipakai feses sewaktu, jarang diperlukan feses 24 jam untuk pemeriksaan
tertentu.

Bahan-bahan untuk pemeriksaan feses harus melalui salurab yang bersih tanpa bercampur
dengan urin. Diperlukan dalam jumlah kecil kecuali beberapa keadaan. Ditampung dalam wadah
sekali pakai, harus dilakukan pemeriksaan dalam beberapa jam setelah pengambilan, untuk
pemeriksaan amuba specimen harus segar.

Jumlah material feses sangat tergantung dari diet individu biasanya antara 100-250
mg/hari atau 100-250 ml dalam bentuk cairan. Konsistensi lunak warna cokelat tua yang
disebabkan oleh pigmen empedu, perubahan warna dapat disebabkan olehjenis makanan, obat-
obatan dan hal ini dapat dibedakan dari kondisi patolog. Putih keabu-abuan atau warna pucat
khas untuk gambaran penyumbatan saluran empedu. Perdarahan pada saluran cerna bagian atas
feses akan berwarna hitam pekat seperti cairan kopi yang sangat karakteristik. Warna cokelat
gelap bahkan kemerah-merahan tergantung luas dan lamanya perdarahan disaluran cerna yang
mengalami proses digesti atau denaturasi. Bercak merah pada feses disebabkan lesi pada rectum
atau anus. Mucus yang berlebihan dapat dilihat dengan mudah. Sejumlah pus (nanah) dapat
terlihat tanpa harus dikonfirmasikan dengan pemeriksaan mikroskopis.

Sejumlah kecil sel epitel dapat ditemukan pada feses adanya kenaikan jumlah sel epitel
menggambarkan berbagai peradangan. Adanya sel-sel pus mendukung adanya proses peradangan
saluran cerna. Memperhatikan sel dengan menambahkan setetes 10% asam asetat atau metilen
blue. Sejumlah Kristal dapat ditemukan biasanya tidak mempunyai korelasi klinik.
DAFTAR PUSTAKA

R. Ganda Soebrata. (1970). Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat

Catatan Kuliah Patologi Klinik I. Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung

Sutedjo, AY. (2007). Mengenal Penyakit Melalui Hasil Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta:
Amara Books

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM190904081601401

http://endriyanieli.blogspot.com/2013/11/pemeriksaan-feses.html

Anda mungkin juga menyukai