Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MIKROBIOLOGI DAN

PARASITOLOGI KULTUR FAECES

Dosen Pengampu :

Alifea Meta D, S.Pd., M.Kes

Nama Mahasiswa :

1. Aryani Dewi Fatmawati


2. Asiyah
3. Ervina Eka Fitria
4. Kartika Febriana Kusuma Wardani
5. Ma'rifatul Azizah
6. Miftakhul Inayah
7. Nurul Munaharoh
8. Siti Azizah
9. Siti Tuchtiyatul Chusna
10. Tutik Pujiati
11. Vita Indah Srilestari

PRODI S1 KEBIDANAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN NAHDLATUL ULAMA TUBAN

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tugas mata kuliah Mikrobiologi
dan Parasitologi dengan judul “Kultur Feces” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Mikrobiologi dan Parasitologi.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Alifea Meta D, S.Pd., M.Kes selaku Dosen mata kuliah Mikrobiologi
dan Parasitologi
2. Teman-teman satu kelompok atas kerjasamanya dalam melaksanakan tugas ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, ataupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen pengampu mata kuliah guna
menjadi acuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan
datang.

Tuban, 29 Desember 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Tujuan..................................................................................................................................4
1.3 Manfaat................................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Pengertian.............................................................................................................................5
2.2 Macam-macam Feses...........................................................................................................5
2.3 Bau Feses..............................................................................................................................6
2.4 Dekomposisi Tinja...............................................................................................................7
2.5 Feses normal.........................................................................................................................8
2.6 Pengambilan Sampel Faces.................................................................................................8
2.7 Jenis Pemeriksaan Feses....................................................................................................10
BAB III...............................................................................................................................................16
PENUTUP..........................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................16
3.2 Saran...................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................17

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemeriksaan feses ( tinja ) adalah salah satu pemeriksaan laboratorium yang telah
lama dikenal untuk membantu menegakkan diagnosis suatu penyakit. Meskipun saat ini
telah berkembang berbagai pemeriksaan laboratorium yang modern, dalam beberapa
kasus pemeriksaan feses masih diperlukan dan tidak dapat digantikan oleh pemeriksaan
lain. Pengetahuan mengenai berbagai macam penyakit yang memerlukan pemeriksaan
feses, cara pengumpulan sampel yang benar serta pemeriksan dan interpretasi yang benar
akan menentukan ketepatan diagnosis yang dilakukan

Mikrobiologis Feses berarti mencari mikroba pada feses. Yang dimaksud mikroba
adalah bakteri, virus, jamur, dan parasit. Tentang deteksi parasit pada feses sudah tersedia
topik tersendiri yaitu Pemeriksaan Parasitologis Feses.

Pemeriksaan feses di maksudkan untuk mengetahui ada tidaknya telur cacing ataupun
larva yang infektif. Pemeriksaan feses ini juga dimaksudkan untuk mendiagnosa tingkat
infeksi cacing pada parasit usus pada orang yang di periksa fesesnya.

1.2 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian feses
2) Untuk mengetahui macam-macam feses
3) Untuk mengetahui dekomposisi dari feses
4) Untuk mengetahui feses manusia yang normal
5) Untuk mengetahui cara pengambilan feses yang benar
6) Untuk mengetahui berbagai jenis pemeriksaan sampel feses
7) Untuk mengetahui tujuan dari pemeriksaan feses

1.3 Manfaat
Agar Mahasiswa dapat lebih memahami tentang kultur feses.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Tinja merupakan semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh yang harus
dikeluarkan dari dalam tubuh. Tinja (faeces) merupakan salah satu sumber penyebaran
penyakit yang multikompleks. Orang yang terkena diare, kolera dan infeksi cacing
biasanya mendapatkan infeksi ini melalui tinja (faeces). Seperti halnya sampah, tinja juga
mengundang kedatangan lalat dan hewan-hewan lainnya. Lalat yang hinggap di atas tinja
(faeces) yang mengandung kuman-kuman dapat menularkan kuman-kuman itu lewat
makanan yang dihinggapinya, dan manusia lalu memakan makanan tersebut sehingga
berakibat sakit. Beberapa penyakit yang dapat disebarkan akibat tinja manusia antara lain
tipus, disentri, kolera. Pengerasan tinja atau feses dapat menyebabkan meningkatnya
waktu dan menurunnya frekuensi buang air besar antara pengeluarannya atau
pembuangannya disebut dengan konstipasi atau sembelit. Dan sebaliknya, bila pengerasan
tinja atau feses terganggu, menyebabkan menurunnya waktu dan meningkatnya frekuensi
buang air besar disebut dengan diare atau mencret. Dalam keadaan normal dua pertiga
tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus,
bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gasindol, skatol, sterkobilinogen
dan bahan patologis. Normal : 100-200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari - 3x /
minggu.

2.2 Macam-macam Feses


Feses umumnya berwarna kuning dikarenakan bilirubin (sel darah merah yang mati,
yang juga merupakan zat pemberi warna pada feses dan urin). Bilirubin adalah pigmen
kuning yang dihasilkan oleh pemecahan hemoglobin (Hb) di dalam hati (liver). Bilirubin
dikeluarkan melalui empedu dan dibuang melalui feses. Fungsinya untuk memberikan
warna kuning kecoklatan pada feses. Selain itu warna dari feses ini juga dapat
dipengaruhi olehkondisi medis, makanan serta minuman yang dikonsumsi, karena itu
sangat mungkin warna feses berubah sesuai dengan makanan yang dikonsumsi.
1) Warna Kuning Kecoklatan
Feses berwarna Kuning adalah normal. Karena Feses manusia pada umumnya adalah
warna ini. Warna kecoklatan atau kekuningan ini disebabkan karena feses
mengandung suatu zat berwarna orange-kuning yg disebut Bilirubin. Nah, ketika

5
Bilirubin ini bergabung dengann zat besi dari usus maka akan dihasilkan perpaduan
warna cokelat kekuning - kuningan.
2) Warna Hitam
Feses Berwarna Hitam bisa jadi mengandung darah dari sistem pencernaan sebelah
atas, kerongkongan, lambung ato jg bagian hulu usus halus. Zat Lain yg memberi
warna Hitam ke feses kita bisa juga dari zat-zat makanan berwarna Hitam (Licorice),
timbal, pil yang mengandung besi, pepto-bismol atau blueberry. Bisa juga karena
mengkonsumsi herb (sejenis tumbuhan yang dikenal dengan akar manis).
3) Warna Hijau
Feses warna Hijau didapat dari Klorofil sayuran, seperti bayam yang dikonsumsi.
Selain itu pewarna makanan biru atau hijau yang biasa terkandung dalam minuman
atau es bisa menyebabkan feses berwarna hijau. Kondisi ini biasanya disebabkan oleh
makanan yang terlalu cepat melewati usus besar sehingga tidak melalui proses
pencernaan dengan sempurna. Feses Hijau juga bisa terjadi pada diare, yakni ketika
bahan pembantu pencernaan yang diproduksi hati dan disimpan dalam empedu usus
tanpa pengolahan atau perubahan. Ada kejadian khusus pada bayi dimana jika feses
berwarna hijau dianggap feses normal, khususnya ketika bayi itu baru saja dilahirkan.
4) Warna Merah
Seperti layaknya feses hitam, tetapi bedanya feses merah ini dominan diberi oleh
kandungan darah. Darah ini di dapat dari sistem pencernaan bagian bawah. Wasir dan
radang usus besar adalah yang menjadi penyebab utama Feses menjadi berwarna
merah. Feses merah akibat makanan umumnya disebabkan oleh buah bit, makanan
dengan pewarna merah termasuk minuman bubuk dan juga makanan yang
mengandung gelatin. Mengkonsumsi tomat juga bisa membuat feses jadi merah.
5) Warna Abu-abu / Pucat
Sama dalam dunia manusia, wajah pucat menandakan orang yang sakit bukan Kali
ini feses pucat pun menandakan seseorang sedang dilanda sakit. Biasanya sedang
mengalami penyakit liver, pankreas, atau empedu.

2.3 Bau Feses


Bau khas dari tinja atau feses disebabkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri menghasilkan
senyawa seperti indole, skatole, dan thiol (senyawa yang mengandung belerang), dan juga
gas hidrogen sulfida. Asupan makanan berupa rempah-rempah dapat menambah bau khas

6
feses atau tinja. Di pasaran juga terdapat beberapa produk komersial yang dapat
mengurangi bau feses atau tinja.

2.4 Dekomposisi Tinja


Tinja dimana saja berada atau ditampung akan segera mulai mengalami penguraian
(decompotition), yang pada akhirnya akan berubah menjadi bahan yang stabil, tidak
berbau, dan tidak mengganggu. Aktifitas utama dalam proses dekomposisi adalah :
1) Pemecahan senyawa organic kompleks, seperti protein dan urea, menjadi bahan yang
lebihsederhana dan lebih stabil
2) Pengurangan volume dan massa (kadang - kadang sampai 80%) dari bahan yang
mengalami dekomposisi, dengan hasil gas metan, karbondioksida, amoniak, dan
nitrogen yang dilepaskan ke atmosfer. Bahan - bahan yang terlarut yang dalam
keadaan tertentu meresap kedalam tanah di bawahnya.
3) Penghancuran organisme pathogen yang dalam beberapa hal tidak mampu hidup
dalam proses dekomposisi, atau diserang oleh banyak jasad renik di dalam massa yang
tengah mengalami dekomposisi. Bakteri memegang peranan penting dalam
dekomposisi. Aktifitas bakteri dapat berlangsung dalam suasana aerobik, yakni dalam
keadaan terdapat udara, atau anaerobic dalam keadaan tidak terdapat oksigen.
Proses dekomposisi berlangsung pada semua bahan organic mati yang berasal
dari tumbuhan atau hewan, terutama pada komponen nitrat, sulfat, atau karbonat yang
dikandungnya. Pada kotoran manusia yang merupakan campuran tinja dan air seni
yang relative kaya akan senyawa nitrat, proses dekomposisi terjadi melalui siklus
nitrogen. Pada siklus ini, pertama-tama, senyawa dipecahkan menjadi amonia dan
bahan sederhana lainnya. Kemudian, diubah oleh bakteri nitrit (nitrifying bacteria)
menjadi nitrit dan nitrat. Bau merangsang yang timbul selama dekomposisi air seni
disebabkan oleh amonia yang terlepas sebelum berubah menjadi bentuk yang lebih
stabil. Dekomposisi dapat berlangsung sangat cepat, dari beberapa hari pada
dekomposisi mekanis yang sangat terkendali sampai dengan beberapa bulan, bahkan
hamper satu tahun pada kondisi rata - rata lubang jamban. Pada umunya, kondisi yang
terjadi pada dekomposisi tinja tidak menguntungkan bagi kehidupan organisme
pathogen. Bukan hanya karena temperatur dan kandungan airnya yang menghambat
pertumbuhan organisme pathogen itu, melainkan kompetisi antara flora bakteri dan
protozoa, yang bersifat predator dan merusak.

7
Hasil akhir proses dekomposisi mengandung nutrient tanah yang bermanfaat dan
dapat memberikan keuntungan bila digunakan sebagai pupuk penyubur tanaman
(fertilizer). Kadang - kadang petani mengeluh karena sedikitnya kandungan nitrogen
pada tinja yang telah mengalami dekomposisi. Tinja segar memang mengandung lebih
banyak bahan nitrogen, namun bahan itu tidak dapat digunakan oleh tanaman pada
susunannya yang asli. Tanaman hanya dapat menggunakan nitrogen sebagian amonia,
nitrit, atau nitrat yang dihasilkan selama dekomposisi tahap lanjutan. Bila tinja segar
dihamparkan diatas tanah, kebanyakan nitrogen akan berubah menjadi bahan padat
yang menguap ke udara sehingga tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

2.5 Feses normal


Orang dewasa normal mengeluarkan 100-300 g feses per hari dari jumlah
tersebut70% merupakan air dan separuh dari sisanya mungkin berupa kuman dan sisa sisa
kuman. Selebihnya adalah sisa makanan berupa sisa sayur mayur sedikit lemak, sel-sel
epitel yang rusak dan unsur unsur lain. Konsistensi tinja normal (semi solid silinder) agak
lunak, tidak cair seperti bubur maupun keras, berwarna coklat dan berbau khas. frekuensi
defekasi normal 3x per-hari sampai 3x per-minggu.

2.6 Pengambilan Sampel Faces


A. Indikasi Pemeriksaan
1) Adanya diare dan konstipasi
2) Adanya ikterus
3) Adanya gangguan pencernaan
4) Adanya lendir dalam tinja
5) Kecurigaan penyakit gastrointestinal.
6) Adanya darah dalam tinja
B. Syarat pengumpulan feces
1) Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30-40 menit sejak
dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
2) Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum
pemeriksaan.
3) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
4) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher
5) Pasien konstipasi

8
C. Waktu
Pengambilan dilakukan setiap saat, terutama pada gejala awal dan sebaiknya sebelum
pemberian anti biotik. Feses yang diambil dalam keadaan segar.
D. Alat-alat
1) Sarung tangan
2) Spatel steril
3) Hand scoon bersih
4) Vasseline
5) Lidi kapas steril
6) Pot tinja
7) Bengkok
8) Perlak pengalas
9) Tissue
10) Tempat bahan pemeriksaan
11) Sampiran
E. Cara kerja
1) Prosedur pengambilan feses pada dewasa :
a. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Meminta ibu untuk defekasi di pispot, hindari kontak dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit
pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai
2) Prosedur pengambilan feses pada dewasa dalam keadaan tidak mampu defekasi
sendiri:
a. Mendekatkan alat
b. Jelaskan prosedur pada ibu dan meminta persetujuan tindakan
c. Mencuci tangan
9
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan handscoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat, dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam
tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
3) Prosedur pengambilan feses pada bayi :
a. Jelaskan prosedur pada ibu bayi dan meminta persetujuan tindakan yang akan
dilakukan pada bayinya
b. Menyiapkan alat yang diperlukan
c. Memantau feses yang dikeluarkan oleh bayi di popoknya, hindari kontak
dengan urine
d. Cuci tangan dan pakai sarung tangan
e. Dengan alat pengambil feses, ambil dan ambil feses ke dalam wadah specimen
kemudian tutup dan bungkus
f. Observasi warna, konsistensi, lendir, darah, telur cacing dan adanya parasit
pada sampel
g. Buang alat dengan benar
h. Cuci tangan
i. Beri label pada wadah specimen dan kirimkan ke labolatorium
j. Lakukan pendokumentasian dan tindakan yang sesuai

2.7 Jenis Pemeriksaan Feses


Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja yang kemungkinan besar
ditemui kelainan seperti pada bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya.
Oleh Karen unsur-unsur patologi biasanya tidak merata, maka hasil pemeriksaan
mikroskopis tidak dapat dinilai derajat positifnya dengan tepat, cukup diberi tanda –
(negative), +, ++ atau +++ saja.

10
1. Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas
pemeriksaan makroskopik, pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan kimia.
A. Pemeriksaan makroskopik
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi,
warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus
segera diobati, yaitu infeksi karena amoeba atau bakteri shigella.
Syarat dalam pengumpulan sampel untuk pemeriksaan feses :
1) Wadah sampel bersih, kedap, bebas dari urine
2) Harus diperiksa 30-40 menit sejak dikeluarkan jika ada penundaan simpan di
almari es
3) Tidak boleh menelan barium, bismuth dan minyak 5 hari sebelum pemeriksaan
4) Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan. misalnya bagian
yang bercampur darah atau lendir
5) Paling baik dari defekasi spontan atau Rectal Toucher sebagai pemeriksaan
tinja sewaktu.
6) Pasien konstipasi dapat diberikan saline cathartic terlebih dahulu
7) Pada Kasus Oxyuris dapat digunakan metode schoth tape & object glass
8) Untuk mengirim tinja, wadah yang baik ialah yang terbuat dari kaca atau sari
bahan lain yang tidak dapat ditembus seperti plastic. Kalau konsistensi tinja
keras, dos karton berlapis paraffin juga boleh dipakai. Wadah harus bermulut
lebar
9) Oleh karena unsur-unsur patologi biasanya tidak dapat merata, maka hasil
pemeriksaan mikroskopi tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan
tepat, cukup diberi tanda – (negatif), (+), (++), (+++) saja
Berikut adalah uraian tentang berbagai macam pemeriksaan secara
makroskopis dengan sampel feses.
1) Pemeriksaan Jumlah
Dalam keadaan normal jumlah tinja berkisar antara 100-250gram per hari.
Banyaknya tinja dipengaruhi jenis makanan bila banyak makan sayur jumlah
tinja meningkat.
2) Pemeriksaan Warna
a) Tinja normal kuning coklat dan warna ini dapat berubah mejadi lebih tua
dengan terbentuknya urobilin lebih banyak. Selain urobilin warna tinja
dipengaruhi oleh berbagai jenis makanan, kelainan dalam saluran
11
pencernaan dan obat yang dimakan. Warna kuning juga dapat disebabkan
karena susu, jagung, lemak dan obat santonin.
b) Tinja yang berwarna hijau dapat disebabkan oleh sayuran yang
mengandung khlorofil atau pada bayi yang baru lahir disebabkan oleh
biliverdin dan porphyrin dalam mekonium.
c) Warna kelabu mungkin disebabkan karena tidak ada urobilinogen dalam
saluran pencernaan yang didapat pada ikterus obstruktif, tinja tersebut
disebut akholis. Keadaan tersebut mungkin didapat pada defisiensi enzim
pankreas seperti pada steatorrhoe yang menyebabkan makanan
mengandung banyak lemak yang tidak dapat dicerna dan juga setelah
pemberian garam barium setelah pemeriksaan radiologik.
d) Tinja yang berwarna merah muda dapat disebabkan oleh perdarahan yang
segar dibagian distal, mungkin pula oleh makanan seperti bit atau tomat.
e) Warna coklat mungkin disebabkan adanya perdarahan dibagian proksimal
saluran pencernaan atau karena makanan seperti coklat, kopi dan lain-lain.
Warna coklat tua disebabkan urobilin yang berlebihan seperti pada anemia
hemolitik. Sedangkan warna hitam dapat disebabkan obat yang yang
mengandung besi, arang atau bismuth dan mungkin juga oleh melena.
3) Pemeriksaan Bau
Indol, skatol dan asam butirat menyebabkan bau normal pada tinja. Bau
busuk didapatkan jika dalam usus terjadi pembusukan protein yang tidak
dicerna dan dirombak oleh kuman. Reaksi tinja menjadi lindi oleh
pembusukan semacam itu.
Tinja yang berbau tengik atau asam disebabkan oleh peragian gula yang
tidak dicerna seperti pada diare. Reaksi tinja pada keadaan itu menjadi asam.
Konsumsi makanan dengan rempah-rempah dapat mengakibatkan rempah-
rempah yang tercerna menambah bau tinja.
4) Pemeriksaan Konsistensi
Tinja normal mempunyai konsistensi agak lunak dan berbentuk. Pada
diare konsistensi menjadi sangat lunak atau cair, sedangkan sebaliknya tinja
yang keras atau skibala didapatkan pada konstipasi. Peragian karbohidrat
dalam usus menghasilkan tinja yang lunak dan bercampur gas. Konsistensi
tinja berbentuk pita ditemukan pada penyakit hisprung. Feses yang sangat
besar dan berminyak menunjukkan malabsorpsi usus
12
5) Pemeriksaan Lendir
a) Dalam keadaan normal didapatkan sedikit sekali lendir dalam tinja.
Terdapatnya lendir yang banyak berarti ada rangsangan atau radang pada
dinding usus.
b) Lendir yang terdapat di bagian luar tinja, lokalisasi iritasi itu mungkin
terletak pada usus besar. Sedangkan bila lendir bercampur baur dengan
tinja mungkin sekali iritasi terjadi pada usus halus.
c) Pada disentri, intususepsi dan ileokolitis bisa didapatkan lendir saja tanpa
tinja.
d) Lendir transparan yang menempel pada luar feces diakibatkan spastik
kolitis, mucou scolitis pada anxietas.
e) Tinja dengan lendir dan bercampur darah terjadi pada keganasan serta
peradangan rektal anal.
f) Tinja dengan lendir bercampur nanah dan darah dikarenakan adanya
ulseratif kolitis, disentri basiler, divertikulitis ulceratif, intestinal tbc.
g) Tinja dengan lendir yang sangat banyak dikarenakan adanya vilous
adenoma colon
6) Pemeriksaan Darah
Adanya darah dalam tinja dapat berwarna merah muda, coklat atau hitam.
Darah itu mungkin terdapat di bagian luar tinja atau bercampur baur dengan
tinja.
a) Pada perdarahan proksimal saluran pencernaan darah akan bercampur
dengan tinja dan warna menjadi hitam, ini disebut melena seperti pada
tukak lambung atau varices dalam oesophagus.
b) Pada perdarahan di bagian distal saluran pencernaan darah terdapat di
bagian luar tinja yang berwarna merah muda yang dijumpai pada
hemoroid atau karsinoma rektum. Semakin proksimal sumber perdarahan
semakin hitam warnanya.
7) Pemeriksaan Nanah
Pada pemeriksaan feses dapat ditemukan nanah. Hal ini terdapat pada pada
penyakit kronik ulseratif kolon, fistula colon sigmoid, lokal abses. Sedangkan

13
pada penyakit disentri basiler tidak didapatkan nanah dalam jumlah yang
banyak.
8) Pemeriksaan Parasit
Diperiksa pula adanya cacing ascaris, anylostoma dan spesies cacing lainnya
yang mungkin didapatkan dalam feses.
9) Pemeriksaan adanya sisa makanan
Hampir selalu dapat ditemukan sisa makanan yang tidak tercerna, bukan
keberadaannya yang mengindikasikan kelainan melainkan jumlahnya yang
dalam keadaan tertentu dihubungkan dengan sesuatu hal yang abnormal.
Sisa makanan itu sebagian berasal dari makanan daun-daunan dan
sebagian lagi makanan berasal dari hewan, seperti serta otot, serat elastic dan
zat-zat lainnya.
Untuk identifikasi lebih lanjut emulsi tinja dicampur dengan larutan Lugol
maka pati (amylum) yang tidak sempurna dicerna nampak seperti butir-butir
biru atau merah. Penambahan larutan jenuh Sudan III atau Sudan IV dalam
alkohol 70% menjadikan lemak netral terlihat sebagai tetes-tetes merah atau
jingga.
B. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop : leukosit,
eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amoeba). Adanya amoeba menandakan
adanya infeksi saluran cerna terhadap amoeba tersebut, dan adanya telur cacing
menandakan harus diobatinya pasien dari infeksi parasit tersebut.
pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing,
leukosit, eritosit, sel epitel, kristal, makrofag dan sel ragi. Dari semua
pemeriksaan ini yang terpenting adalah pemeriksaan terhadap protozoa dan telur
cacing.
1) Protozoa
Biasanya didapati dalam bentuk kista, bila konsistensi tinja cair baru
didapatkan bentuk trofozoit.
2) Telur cacing
Telur cacing yang mungkin didapat yaitu Ascaris lumbricoides, Necator
americanus, Enterobius vermicularis, Trichuris trichiura, Strongyloides
stercoralis dan sebagainya.

14
3) Leukosit
Dalam keadaan normal dapat terlihat beberapa leukosit dalam seluruh
sediaan. Pada disentri basiler, kolitis ulserosa dan peradangan didapatkan
peningkatan jumlah leukosit. Eosinofil mungkin ditemukan pada bagian tinja
yang berlendir pada penderita dengan alergi saluran pencenaan. Untuk
mempermudah pengamatan leukosit dapat ditambah 1 tetes asam acetat 10%
pada 1 tetes emulsi feces pada obyek glass.
4) Eritrosit
Eritrosit hanya terlihat bila terdapat lesi dalam kolon, rektum atau anus.
Sedangkan bila lokalisasi lebih proksimal eritrosit telah hancur. Adanya
eritrosit dalam tinja selalu berarti abnormal.
5) Epitel
Dalam keadaan normal dapat ditemukan beberapa sel epitel yaitu yang berasal
dari dinding usus bagian distal. Sel epitel yang berasal dari bagian proksimal
jarang terlihat karena sel ini biasanya telah rusak. Jumlah sel epitel bertambah
banyak kalau ada perangsangan atau peradangan dinding usus bagian distal.
6) Kristal
Kristal dalam tinja tidak banyak artinya. Dalam tinja normal mungkin terlihat
kristal tripel fosfat, kalsium oksalat dan asam lemak. Kristal tripel fosfat dan
kalsium oksalat didapatkan setelah memakan bayam atau strawberi,
sedangkan kristal asam lemak didapatkan setelah banyak makan lemak.
Sebagai kelainan mungkin dijumpai kristal Charcoat Leyden Tinja, Butir-
butir amilum dan kristal hematoidin. Kristal Charcoat Leyden didapat pada
ulkus saluran pencernaan seperti yang disebabkan amubiasis. Pada
perdarahan saluran pencernaan mungkin didapatkan kristal hematoidin.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Feses memiliki banyak macam warna, terdapat warna coklat, warna hijau, warna
kuning, warna oranye, warna putih, warna merah terang, dan warna hitam. Dari warna-
warna tersebut terdapat penyebab perubahan warnanya yang dapat disebabkan oleh
makanan, minuman, hingga obat-obatan yang dikonsumsi, hingga jika adanya gangguan
pada tubuh. Fenomena yang terjadi adalah khalayak khususnya dewasa muda masih belum
paham memilih mengabaikan mengenai informasi mengecek warna fesesnya. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor karena dianggap menjijikkan dan tidak terlalu penting
sehingga memilih mengabaikannya.

3.2 Saran
1) Saran untuk tenaga medis
Diharapkan makalah ini dapat dijadikan sebagai panduan untuk melakukan tindakan
serta meningkatkan kualitas dari pelayanan tenaga medis.
2) Saran untuk pembaca
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan referensi untuk
menambah pengetahuan dari pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/36830704/Makalah_sili (Diakses pada 29 Desember, pukul 18.30


WIB)

https://id.scribd.com/document/370027610/MAKALAH-FESES (Diakses pada 30 Desember,


pukul 13.30)

17

Anda mungkin juga menyukai