Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH KELOMPOK MIKROBIOLOGI PANGAN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3

DINA APRILLA 1911221015

SARASDILA PUTRI IRANTO 1911221016

AULIA RAHMATIKA 1911223020

DOSEN PENGAMPU :
Dr. DENI ELVOVRIZA,STP.,M.Si

PROGRAM STUDI GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tepat waktu dan juga kami
berterima kasih pada Ibu Dr.Deni Elnovriza,STP,.M.Si selaku dosen mata kuliah Mikrobiologi
Pangan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan pembaca mengenai Mikrobiologi Pangan tentang protozoa. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.

Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah
yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa saran yang membangun.

Padang, 24 April 2022

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................ 1

1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 3

2.1 Sumber Makanan yang Terkontaminasi Patogen Protozoa.............................................. 3

2.2 Penyakit Akibat Makanan Yang Terkontaminasi Patogen Protozoa ............................... 3

2.3 Sumber Penularan ............................................................................................................ 6

2.4 Kondisi yang Mempercepat Pertumbuhan ....................................................................... 7

2.5 Cara Mengontrolnya......................................................................................................... 9

BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 10

3.1 Kesimpulan..................................................................................................................... 10

3.2 Saran............................................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan
sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan
dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara
gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam
bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan,
sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada
pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat
untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.

Penyakit bawaan makanan (foodborne disease), biasanya bersifat toksik maupun


infeksius, disebabkan oleh agens penyakit yang masuk ke dalam tubuh melalui konsumsi
makanan yang terkontaminasi. Dari 76.000 kasus foodborne disease di US, 5000 diantaranya
berakhir dengan kematian. Secara umum, istilah penyakit bawaan makanan sering
disebabkan oleh mikroorganisme. Diantaranya bakteri, virus, kapang, prorozoa, ganggang,
dan richettsiae.

Protozoa adalah organisme bersel satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni
yang berasal dari kata proto berarti pertama dan kata zoon berarti hewan. Tiap protozoa
merupakan kesatuan lengkap yang sanggup melakukan semua fungsi kehidupan yang pada
jasad lebih besar dilakukan oleh sel khusus. Protozoa mempunyai nucleus (inti) yang berisi
chromosome dan terletak di dalam cytoplasma (protoplasma). Pada beberapa protozoa di
dalam nukleus ini terdapat satu atau beberapa granula yang disebut anak inti (karyosome).
Jumlah inti dapat satu atau lebih.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diperoleh rumusan masalahnya yaitu terkait penyakit akibat
makanan yang sudah terkontaminasi oleh aktivitas patogen protozoa.
1.3 Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil beberapa tujuan diantaranya :
1. Untuk mengetahui sumber makanan yang biasa dikontaminasi oleh aktivitas patogen
protozoa.
2. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang ditimbulkan dan gejalanya dari aktivitas
patogen protozoa pada sumber makanan yang dikonsumsi.
3. Untuk mengetahui sumber penularan dari aktivitas patogen protozoa.
4. Untuk mengetahui kondisi yang mempercepat pertumbuhan patogen protozoa serta cara
mengontrolnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sumber Makanan yang Terkontaminasi Patogen Protozoa


Kontaminasi adalah suatu kondisi dimana terjadinya pencamuran oleh sesuatu
sehingga menimbulkan kondisi yang tidak diinginkan. Salah satunya kontaminasi bisa
berasal dari sumber makanan yang tertular, atau tercemari oleh kotoran hewan atau hewan
yang terkena atau tertular dari kotoran hewan yang mengenai makanan. Yang dipicu dari
penanganan bahan makanan sebelumnya juga kurang baik terlebih ketika saat dicemari atau
tertular dari kotoran hewan tersebut. Contoh pada kasus makanan yang terkontaminasi atau
tertular dengan kotoran kucing. Penularan oleh kotoran kucing tersimpan dalam tanah yang
subur dan lembab lebih menonjol. Apalagi kucing dapat hidup liar dan berkeliaran di mana-
mana. Kebiasaan kucing menutup kotorannya dengan tanah sesudah membuang hajatnya
justru menyebabkan ookista tahan hidup lebih lama. Hewan ternak yang dipelihara dan
merumput di halaman rumah yang ada kucingnya menjadi sasaran penularan ookista. Pada
gilirannya, pemilik juga tertular karena makan daging ternak tersebut.

2.2 Penyakit Akibat Makanan Yang Terkontaminasi Patogen Protozoa


Pada umumnya parasit protozoa menghasilkan kista sehingga dapat bertahan diluar
hostnya dengan kondisi lingkungan yang berlawanan. Penyebab terjadinya kista adalah
beberapa faktor seperti kekurangan makanan, akumulasi racun metabolit dan reaksi
kekebalan host. Pada kondisi yang cocok, trophozoite baru dilepaskan dari kista. Proses ini
disebut excystment. Berikut merupakan beberapa contoh penyakit akibat makanan yang
terkontaminasi patogen protozoa, antara lain:
1. Malaria
Malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plamodium. Parasit malaria yang
berada didalam peredaran darah dapat menyebabkan serangan panas periodic yang
didahului oleh rasa dingin dan menggigil. Malaria juga dapat menyebabkan penyakit
yang serius antara lain malaria serebral dan kegagalan fungsi berbagai organ lain
misalnya paru, hati, dan ginjal. Sebagai penyakit tropik, malaria memang masih menjadi
masalah kesehatan utama didaerah endemik diluar jawa.
2. Toxoplasmosis
Toxoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan protozoa Toxoplasmagondii
yang memiliki prevalensi yang tinggi, tidak hanya dinegara tropis tetapi juga di negara
maju. Toxplasmosis disebabkan oleh infeksi akibat parasit umum pada kotoran kucing
dan makanan terkontaminasi. Hal yang membuat prevalensi penyakit ini tinggi
dikarenakan pencemaran makanan oleh tinja kucing yang menjadi sumber utama kista
juga dapat ditularkan melalui daging berbagai hewan ternak yang mengandung kista.
Kebiasaan makan daging setengah matang seperti di Prancis yang terkenal dengan
steaknya menjadi sumber penularannya. Sedangkan jika di negara tropis seperti
Indonesia, meskipun juga terdapat kemungkinan penularan karena mengkonsumsi sate
setengah matang, penularan oleh kotoran kucing tersimpan dalam tanah yang subur dan
lembab lebih menonjol. Apalagi kucing dapat hidup liar dan berkeliaran di mana-mana.
Kebiasaan kucing menutup kotorannya dengan tanah sesudah membuang hajatnya
justru menyebabkan ookista tahan hidup lebih lama. Hewan ternak yang dipelihara dan
merumput di halaman rumah yang ada kucingnya menjadi sasaran penularan ookista.
Pada gilirannya, pemilik juga tertular karena makan daging ternak tersebut. Pada
umumnya gejala penyakit toxoplasmosis ringan, pada fase akut terlihat seperti gejala flu
biasa, namun sering kali disertai pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening yang pada
umumnya tidak kita rasakan.
Selain beberapa penyakit diatas, terdapat pula protozoa patogen yang menular
melalui air dan berpengaruh terhadap manusia adalah sebagai berikut.

4
1. Amoebic Disentery
Parasit protozoa ini menular ke dalam tubuh manusia terutama melalui air atau
makanan yang terkontaminasi. Substansi ini menyebabkan amebiasis atau disentri
amoebic, yang merupakan penyakit usus besar. Gejala bervariasi mulai dari diare
bergantian dengan sembelit hingga disentri akut. Dapat pula menyebabkan borok pada
lapisan mucosa saluran pencernaan, menimbulkan diare dan kram.
2. Amoebic Meningoencephalitis
Naeglaria fowleri adalah penyebab primary amoebic meningoencephalitis
(PAME). Protozoa ini masuk ke dalam tubuh melalui membran mucous hidung dan
selanjutnya berpindah ke dalam sistem syaraf pusat. Penyakit ini berhubungan dengan
kegiatan berenang dan menyelam. Hal lain yang menghawatirkan, Naeglaria dapat
bergabung dengan Legionella pneumophila dan patogen lainnya. Akibat dari
penggabungan ini terhadap manusia, masih dalam penelitian.
3. Cryptosporidiosis
Cryptosporidiosis yang disebabkan oleh Protozoa dari genus Crytosporidium
tersebar secara luas diseluruh dunia dan sering menyebabkan epidemi. Karena parasit
terutama berada didalam usus, maka penularannya melalui makanan dan minuman yang
tercemar oleh tinja yang mengandung ookistanya. Cryptosporidiosis merupakan
penyakit saluran pencernaan dan usus dan akan menimbulkan gejala utama diare.
4. Giardiasis
Giardia Lamblia merupaka protozoa usus yang paling banyak ditemukan dalam
tinja manusia. Karena penularannya melalui bentuk kista yang tahan terhadap pengaruh
lingkungan, maka makanan dan minuman adalah jalan utama penularannya. Gejala yang
ditimbulkan, selain gejala sakit perut pada umumnya yaitu mual, muntah, diare dengan
tinjak berlemak dan berbau khas, anak-anak dengan infeksi berat dapat mengalami
malnutrisi dan kekurangan vitamin yang larut dalam lemak terutama pada Vit A dan E,
karena Giardia Lamblia juga mengganggu penceranaan dan penyerapan zat gizi maupun
lemak.
5. Amubiasis
Amubiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh protozoa patogen
Entamoeba histolytica yang merupakan salah satu dari 3 penyakit parasit yang paling

5
banyak menyebabkan kematian. Pada pemeriksaan mikroskopi tinja ditemukan kista
dan trofozoit. Penderita ini dapat menjadi sumber penularan bagi orang sekelilingnya
dan sewaktu-waktu, trofozoit amuba didalam ususnya dapat mengadakan invasi ke
dalam mukosa usus dan menimbulkan gejala diare dan disentri (buang air besar
mengandung darah dan lendir). Penderita tanpa gejala ini, mengandung trofozoit
didalam ususnya, dapat mengeluarkan ratusan atau ribuan kista dalam tinjanya setiap
harinya, yang dapat tersebar ke lingkungan dan menulari orang lain melalui makana dan
minuman yang tercemar.

2.3 Sumber Penularan


Penularan tergantung pada sumber atau reservoir infeksi, dan cara penularannya.
a. Sumber infeksi
1) Manusia
Manusia merupakan sumber atau perantara terbesar infeksi parasitik (contohnya
taeniasis, amoebiasis, dan lain-lain). Suatu kondisi dimana infeksi ditularkan dari
satu orang ke orang lain disebut antroponisis.
2) Hewan
Dalam banyak penyakit parasit, hewan berperan sebagai sumber infeksi. Suatu
keadaan dimana infeksi ditularkan dari hewan ke manusia disebut zoonosis
(misalnya, hidatidiasis).
b. Cara Penularan
Penularan parasit dari satu host ke host yang lain, disebabkan oleh bentuk parasit
tertentu dikenal sebagai stadium infeksi. Stadium infeksi pada berbagai parasit
ditularkan dari satu host ke host yang lain dalam beberapa cara berikut:
1) Rute oral. Konsumsi makanan, air, sayuran atau tempat yang terkontaminasi oleh
stadium infeksi parasit. Cara penularan ini pada beberapa parasit dikenal sebagai
rute fecal oral (misalnya kista Giardia intestinalis dan Entamoeba histolytica, telur
Ascaris lumbricoides, dan Trichuris trichura.
a. Mengkonsumsi daging mentah atau setengah matang. Infeksi dapat ditularkan
secara oral bila konsumsi daging mentah atau setengah matang yang

6
mengandung parasite infektif (misalnya: daging babi mengandung selulosa
cysticercus, tahap larva Taenia solium).
b. Mengkonsumsi ikan dan kepiting yang kurang matang atau mentah. Infeksi
juga dapat ditularkan dengan konsumsi ikan dan kepiting mentah atau
setengah matang yang mengandung stadium infektif parasit (misalnya:
kepiting mengandung stadium parasit infektif, kepiting atau udang air tawar
mengandung metasercaria Paragonimus westermani, ikan mengandung
metaserkaria Clonorchis sinensis, dan lain lain).
c. Mengkonsumsi air mentah atau belum matang. Infeksi dapat ditularkan lewat
makanan mentah atau air belum masak yang menyembunyikan bentuk parasit
infektif (misalnya: air kacang dada, dll mengandung metaserkaria pada
Fasciolopsis buski dan Fasciola hepatica).
2) Penetrasi kulit dan membran mukosa
Infeksi ditransmisikan dengan:
a. Penetrasi kulit oleh larva filaria (filariformy larva) pada cacing tambang,
Strongyloides stercoralis yang kontak dengan tanah tercemar feces.
b. Tusukan kulit oleh serkaria pada Schistosoma japonicum, S. Mansoni, dan S.
haematobium yang kontak dengan air yang terinfeksi. Bagian kulit yang
dipenetrasi adalah bagian kulit yang tipis, misalnya: di daerah jari jemari,
kulit perianal, dan kulit perineum.
3) Inokulasi vektor arthropoda
Infeksi juga dapat ditularkan dengan inokulasi ke dalam darah melalui nyamuk,
seperti pada penyakit malaria dan filariasis.
4) Kontak seksual
Trichomoniais dapat ditularkan melalui kontak seksual. Entamoebiasis dapat
ditularkan melalui kontak seksual anal oral, seperti pada kalangan homoseksual.

2.4 Kondisi yang Mempercepat Pertumbuhan


Protozoa hidup di air atau setidaknya di tempat yang basah. Mereka umumnya hidup
bebas dan terdapat di lautan, lingkungan air tawar, atau daratan. Beberapa spesies bersifat

7
parasitik, hidup pada organisme inang. Inang protozoa yang bersifat parasit dapat berupa
organisme sederhana seperti algae, sampai vertebrata yang kompleks, termasuk manusia.
Beberapa spesies dapat tumbuh di dalam tanah atau pada permukaan tumbuh-
tumbuhan. Semua protozoa memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun.
Beberapa jenis protozoa laut merupakan bagian dari zooplankton. Protozoa laut yang lain
hidup di dasar laut. Spesies yang hidup di air tawar dapat berada di danau, sungai, kolam,
atau genangan air. Ada pula protozoa yang tidak bersifat parasit yang hidup di dalam usus
termit atau di dalam rumen hewan ruminansia. Beberapa protozoa berbahaya bagi manusia
karena mereka dapat menyebabkan penyakit serius. Protozoa yang lain membantu karena
mereka memakan bakteri berbahaya dan menjadi makanan untuk ikan dan hewan lainnya.
Protozoa hidup secara soliter atau bentuk koloni.
Didalam ekosistem air protozoa merupakan zooplankton. Permukan tubuh Protozoa
dibayangi oleh membran sel yang tipis, elastis, permeable, yang tersusun dari bahan
lipoprotein, sehingga bentuknya mudah berubah-ubah.
Beberapa jenis protozoa memiliki rangka luar (cangkok) dari zat kersik dan kapur.
Apabila kondisi lingkungan tempat tinggal tiba-tiba menjadi jelek, Protozoa membentuk
kista. Dan menjadi aktif lagi. Organel yang terdapat di dalam sel antara lain nucleus,
badangolgi, mikrokondria, plastida, dan vakluola. Nutrisi protozoa bermacam-macam. Ada
yang holozoik(heterotrof), yaitu makanannya berupa organisme lainnya.
Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, beberapa ditemukan habitat komensal
dalam usus manusia, salah satu organisme E. histolytica dapat menginvasis jaringan dan
menyebabkan penyakit. Sebagian besar protozoa hidup bebas di alam, beberapa ditemukan
habitat komensal dalam usus manusia, salah satu organisme E. histolytica dapat menginvasi
jaringan dan menyebabkan penyakit. Dari organisme sporozoa, terdapat dua penyakit yang
potensial mematikan manusia, yaitu malaria dan toksoplasmosis.
Dalam kebanyakan parasit protozoa, tahap perkembangan yang sering ditularkan dari
satu host ke host yang lain adalah stadium kista. Proses reproduksi juga berhubungan
dengan pembentukan kista. Reproduksi aseksual beberapa siliata dan flagelata dikaitkan
dengan pembentukan kista, dan reproduksi seksual Sporozoa selalu menghasilkan kista.
Protozoa patogen dapat menyebar dari klien yang terinfeksi ke orang lain dapat terjadi
penularan fecal-oral melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Dapat pula melalui

8
gigitan serangga atau gesekan feses serangga yang terinfeksi pada area gigitan dan kontak
seksual.
Letak geografis Indonesia memang berada di daerah tropis, dengan tingkat sosial
ekonomi dan pengetahuan masyarakat yang masih belum memadai. Keadaan lingkungan
dan iklim juga sangat menyokong perkembangan penyakit-penyakit tropis. Infeksi parasit,
khususnya Protozoa, merupakan penyakit yang sangat subur berkembang di daerah tropis,
karena sebagian besar penyakit ini ditularkan melalui lingkungan, baik secara langsung
maupun melalui serangga sebagai vektor. Lingkungan tropis yang hangat dan lembab akan
memperpanjang hidup kista amuba dan Giardia lamblia serta ookista Toxoplasma gondii dan
Cryptosporidium parvum.

2.5 Cara Mengontrolnya


Pengenalan tindakan sanitasi yang adekuat dan penyuluhan tentang rute penularan:
1. Peningkatan kebersihan perorangan, antara lain mencuci tangan sampai bersih dengan
sabun dan air hangat setelah buang air besar, mencuci anus, dan sebelum makan;
2. Air yang dimasak sampai mendidih sebelum diminum;
3. Mencuci sayuran dengan asam asetat dan vinegar minimal 15 menit sebelum konsumsi
salad;
4. Mencuci sayuran atau memasaknya sampai matang sebelum dimakan;
5. Buang air besar di jamban, tidak menggunakan tinja manusia untuk pupuk;
6. Menutup dengan baik makanan yang dihidangkan, membuang sampah di tempat
sampah yang ditutup untuk menghindari lalat (Gandahusada Srisasi, 2000 ).

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Protozoa merupakan salah satu mikroorganisme patogen yang dapat merubah bahan
pangan menjadi bahan pangan yang tidak diinginkan atau biasa disebut pembusukan yang
dapat menimbulkan penyakit jika dikonsumsi manusia. Protozoa adalah organisme bersel
satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni yang berasal dari kata proto berarti
pertama dan kata zoon berarti hewan. Sumber makanan yang biasa dikontaminasi oleh
mikroorganisme protozoa, yaitu merupakan makanan yang sudah tercemari oleh
mikroorganisme yang bisa berasal dari kotoran hewan atau hewan yang terkena atau tertular
dari kotoran hewan yang mengenai makanan. Selain itu, juga dapat dipicu dari penanganan
makanan yang kurang baik dan tepat. Makanan yang terkontaminasi tadi dapat menimbulkan
penyakit, seperti malaria, toxoplasmosis, cryptosporidiosis, giardiasis, amubiasis, dan lain
sebagainya jika dikonsumsi. Sumber penularan dari protozoa yaitu tergantung pada sumber
infeksi, seperti manusia dan hewan serta cara penularannya. Protozoa dapat tumbuh cepat
pada subtrat atau bahan perantara seperti bahan makanan ketika berada pada kondisi yang
memerlukan kelembaban yang tinggi pada habitat apapun, hal ini sesuai dengan iklim tropis
di Indonesia dimana lingkungan tropis yang hangat dan lembab akan memperpanjang hidup
beberapa jenis protozoa. Dengan beberapa kemungkinan yang dapat mempercepat
pertumbuhan dari protozoa, maka terdapat beberapa pula cara mengontrolnya, yaitu dengan
menjaga kebersihan individu dan penanganan bahan makanan yang baik disegala aspek.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah yang membahas tentang protozoa, diharapkan dapat
menambah ilmu pengetahuan baru bagi pembaca dan bermanfaat dalam pengaplikasiannya
di dunia penelitian. Selain itu, diharapkan pula semakin banyak penelitian terkait protozoa
sehingga lebih banyak referensi yang didapatkan untuk mengumpulkan informasi seputar
metode ini.
DAFTAR PUSTAKA

Albiner. 2002. Mikroba Patogen Pada Makanan dan Sumber Pencemarannya. Usu Digital
Library. Diakses dari: https://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/3672/fkm-
albiner3.pdf.
Ariwati. N.L. 2019. Tinjauan Pustaka. Infeksi Parasit Usus. Diakses dari:
http://erepo.unud.ac.id/id/eprint/29071/1/0561f2e38a6aad95842dd6f73658314b.pdf.
Padoli. Mikrobiologi Parasitologi Keperawatan. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Diakses dari: http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Mikrobiologi-dan-Parasitologi-Komprehensif.pdf.
Santoso. S.H.B. 2008. Infeksi Protozoa dan Permasalahannya Peran Profesi Parasitologi
Kedokteran dalam Pendidikan dan Pelayanan. Airlangga University Press. Diakses dari:
https://repository.unair.ac.id/30382/1/PG%20258.10.pdf.
Said, Nusa Idaman dan Ruliasih Marsidi. (2005). Mikroorganisme Patogen dan Parasit di Dalam
Air Limbah Domestik serta Alternatif Teknologi Pengolahan. JAI, Vol. 1, No. 1, Hlm.
65-81. Diakses dari :
https://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JAI/article/download/2293/1911/4001.

11

Anda mungkin juga menyukai