Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MIKROBIOLOGI PANGAN
"Non Bakterial Agents Of Foodborne Illnes"
( Agen Non Bakteri Penyakit Bawaan Makanan)

Disusun Oleh : Kelompok IV

Alince Goo (21502025)

March Bella Hotman (21502008)

PROGRAM STUDI ILMU BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA, ILMU PENGETAHUAN ALAM DAN KEBUMIAN

UNIVERSITAS NEGERI MANADO

2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan
berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Mikrobiologi Pangan ini
tepat pada waktunya.

Kami sendiri menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan
serta masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya
kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan ini.

Makalah ini disesuaikan dengan berdasarkan materi-materi yang ada. Makalah ini
bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan kreativitas dalam belajar mengenai
mikroorganisme pada pangan. Serta dapat memahami nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.

Tondano, 18 September 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mikrobiologi pangan adalah studi terhadap mikroorganisme yang mendiami, membuat,


hingga yang merusak makanan. Probiotik yang merupakan bakteri yang baik, menjadi
sub-bidang pembahasan yang penting dalam mikrobiologi pangan.

Infeksi parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit, misalnya cacing atau kutu.
Infeksi parasit terjadi ketika parasit masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi, gigitan serangga, atau kontak langsung dan tidak
langsung dengan penderita infeksi parasit.

Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia. Makanan dan
minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan juga bisa menjadi sumber
penyakit bagi manusia. Parasit adalah mikroorganisme yang hidup dan
menggantungkan hidup dari organisme lain. Sebagian parasit tidak berbahaya,
sedangkan sebagian lain dapat hidup dan berkembang di dalam tubuh manusia
kemudian menyebabkan infeksi. Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan dan
minuman disebabkan dua hal, yaitu adanya komponen beracun pada makanan dan
minuman tersebut, misalnya bahan kimia beracun, dan logam berat. Kedua, adanya
mikroorganisme patogen pada makanan dan minuman sehingga bisa menimbulkan
penyakit pada manusia.

Seseorang yang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan


tercemar maka akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne disease,
karena dalam makanan dan minuman tersebut terdapat bakteri, virus, parasit atau zat
kimia lainnya yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran cerna.

Banyak spesies cacing parasit dan protozoa hidup di saluran pencernaan, tetapi hanya
sedikit yang menyebabkan gangguan pencernaan yang serius. Penularan parasit usus
dimediasi oleh pelepasan kista, telur atau larva, biasanya dalam tinja. Beberapa spesies
diperoleh melalui makanan atau air yang terkontaminasi atau langsung dari orang atau
hewan yang sakit.
Gangguan gastrointestinal yang terjadi berkisar dari penyakit diare ringan hingga
penyakit akut atau kronis atau, lebih jarang, penyakit yang mengancam jiwa yang
disebabkan oleh penyebaran parasit ke dalam darah dan organ.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja Non-bakterial pada penyakit bawaan makanan?


2. Bagaimana Parasit sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan?
3. Bagaimana Alga sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan?
4. Bagaimana Jamur sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan?
5. Bagaimana Virus sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan?

1.3 TUJUAN

1. Mempelajari Non- bakterial penyakit bawaan makanan


2. Mempelajari Parasit sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan
3. Mempelajari Alga sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan
4. Mempelajari Jamur sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan
5. Mempelajari Virus sebagai agen non bakterial penyakit bawaan makanan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Agen Non-Bakteri Cacing dan Nematoda

Cacing pipih dan cacing gelang di antara kelompok-kelompok ini ada sejumlah parasit
hewan yang dapat ditularkan ke manusia melalui makanan dan air.

Hewan kompleks ini tidak berkembang biak dalam makanan dan tidak dapat dideteksi
serta dihitung dengan metode kultur seperti yang dapat dilakukan oleh banyak bakteri.
Cacing dan Nematoda biasanya dideteksi dengan melakukan pemeriksaan mikroskopis
langsung yang sering mengikuti beberapa bentuk konsentrasi dan prosedur
pemeriksaan.

Platyhelminthes: Cacing Hati dan Cacing Pita :

Dalam konteks parasit bawaan makanan, dua kelas paling penting dari Platyhelminthes
(cacing pipih) adalah Trematoda, yang mencakup cacing hati Fasciola hepatica, dan
Cestoidea yang mencakup cacing pita dari genus Taenia. Organisme ini memiliki siklus
hidup yang kompleks yang mungkin termasuk inang yang tidak berhubungan pada
tahap yang berbeda.

Telur cacing ini menetas di air untuk menghasilkan embrio yang sangat bersilia dan
motil (mirasidium) yang tidak dapat menginfeksi inang definitif dan hanya menginfeksi
spesies, keong air seperti Limnaea truncatula.

Pada manusia pada umumnya gejala yang ditimbulkan yaitu demam, kelelahan dan
kehilangan nafsu makan dengan rasa sakit dan ketidaknyamanan di daerah hati perut.
Penyakit ini dikenal sebagai fascioliasis dan dapat didiagnosis dengan menemukan
telur dalam tinja atau cairan tubuh seperti cairan empedu atau duodenum.

Dari Cestoda, cacing pita Taenia solium yang berasosiasi dengan daging babi dan T.
saginata yang berasosiasi dengan daging sapi. Cacing pipih panjang seperti pita ini
berada pada manusia sebagai inang definitifnya tetapi berbeda dalam inang
sekundernya. Tahapan larva cacing pita daging sapi yang berkembang pada sapi dan
akhirnya menginfeksi manusia melalui mengkonsumsi daging sapi yang kurang
matang.

Efeknya cukup umum, termasuk mual, sakit perut, anemia dan gangguan saraf yang
menyerupai epilepsi, serta iritasi mekanis pada usus.

Cacing gelang :

Nematoda yang paling terkenal dalam konteks penyakit bawaan makanan, yang akan
dibahas adalah Trichinella spiralis, agen trichinellosis.

Parasit ini tidak memiliki tahap hidup bebas, namun parasit ini ditularkan dari inang ke
inang yang lain, dan mencakup cukup banyak mamalia termasuk manusia dan babi.
Jadi trichinellosis pada populasi manusia biasanya diperoleh dari konsumsi produk
daging babi mentah atau yang dimasak dengan kurang tepat dan yang mudah
terinfeksi.

Trichinella menyebabkan ketidaknyamanan pada tubuh, menimbulkan demam dan


bahkan kematian. Infeksi dimulai dengan pada jaringan otot yang mengandung larva
berkista yang telah menggulung secara khas dalam kista dengan dinding yang
terkalsifikasi. Parasit ini dapat hidup selama bertahun-tahun di inang yang hidup tetapi,
setelah dimakan oleh inang kedua, larva dilepaskan oleh cairan pencernaan lambung
dan akan tumbuh dan dewasa di lumen usus.

2.2 Agen Non-Bakteri Protozoa

Di antara protozoa hanya satu jenis Protozoa yang akan dijelaskan yaitu Giardia Lamblia

Makanan yang kotor, pengolahan makanan yang tidak bersih, serta tidak mencuci
tangan dengan baik dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi pada saluran cerna.
Infeksi tersebut dapat disebabkan oleh berbagai macam bakteri serta parasit. Salah
satu parasit yang dapat menyebabkan infeksi saluran cerna yaitu Giardia lamblia.
Giardia Lamblia :

Giardia lamblia merupakan infeksi parasit yang banyak ditemukan pada daerah beriklim
tropis. Penularan giardia didapat melalui makanan yang terkontaminasi oleh parasit.
Makanan dapat terkontaminasi akibat tangan yang tidak cuci dengan baik atau
pengolahan makanan yang tidak bersih. Hal ini didasari oleh giardia keluar saat buang
air besar sehingga bila tidak mencuci tangan dengan baik parasite akan menempel
pada tangan.

Giardia lamblia (sinonim dengan Lamblia intestinalis dan Giardia duodenalis) adalah
protozoa parasit flagellata yang berkoloni dan bereproduksi di usus halus,
menyebabkan penyakit giardiasis. Giardia menyerang manusia, tetapi juga dapat
menyerang kucing, anjing, burung, sapi, berang-berang, rusa dan domba.

Giardia menyebabkan terjadinya keluhan seperti rasa tidak nyaman pada perut, mual,
perut kembung, serta demam ringan. Keluhan diare dapat terjadi. Pada kasus yang
berat dapat terjadi keluhan buang air besar tampak berminyak yang sangat berbau
busuk dan sulit untuk disiram. Buang air besar yang tampak berminyak disebabkan oleh
parasit yang masuk ke saluran cerna akan menempel pada permukaan dalam usus
halus sehingga penyerapan lemak terganggu. Akibat penyerapan lemak yang terganggu
dapat timbul juga gejala seperti penurunan berat badan.

2.3 Agen Non-Bakteri Alga Toksigenik

Sejumlah alga planktonik dapat menghasilkan senyawa yang sangat beracun yang
dapat diangkut ke kerang penyaring seperti remis dan kerang, atau ikan herbivora kecil
yang merupakan makanan bagi ikan karnivora yang lebih besar.

Karena racun ini melewati rantai makanan, yang dapat terkonsentrasi pada ikan
karnivora besar yang ditangkap untuk konsumsi manusia yang merupakan ikan paling
beracun. Dalam kasus kerang, racun dapat terakumulasi tanpa merugikan hewan,
namun dapat berdampak yang kuat bagi manusia atau burung yang memakannya.

Agen ini bisa menjadi penyakit serius dengan tingkat kematian yang tinggi. Metabolit
beracun dari alga ini, yang meliputi saxitoxin dan gonyautoxin, dapat memblokir
transmisi saraf yang menyebabkan gejala seperti kesemutan dan mati rasa pada ujung
jari dan bibir, pusing yang berat, bicara tidak jelas dan kesusahan dalam pernapasan.

2.4 Agen Non-Bakteri Jamur Toksigenik


Kemampuan beberapa jamur untuk menghasilkan metabolit beracun, yang dikenal
sebagai mikotoksin, dalam makanan dan mempunyai hubungan dengan berbagai
penyakit manusia, dari kondisi gastroenterik hingga kanker.

Seringkali ketika jamur menyerang makanan, jamur tidak menyebabkan jenis kerusakan
pembusukan yang sama dengan beberapa bakteri dan makanan dapat dimakan
meskipun berjamur serta mungkin telah terkontaminasi dengan mikotoksin. Dibalik itu
beberapa perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan jamur tertentu pada makanan
mungkin diinginkan secara organoleptik yang mengarah pada pembuatan produk
seperti keju yang dibuat dari jamur dan sosis jamur.

2.5 Agen Non-Bakteri Virus Bawaan Makanan

Virus sangat berbeda dari jenis mikroorganisme lainnya, karena tidak memiliki struktur
seluler dan hanya memiliki satu jenis asam nukleat (baik RNA atau DNA) yang
dibungkus dalam selubung protein atau kapsid.

Beberapa virus (misalnya HIV) diselimuti oleh membran lipid luar,ini tidak dapat
ditularkan melalui makanan karena mereka relatif rapuh dan dihancurkan oleh paparan
empedu dan keasaman di saluran pencernaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, virus semakin dikenal sebagai penyebab penting
penyakit bawaan makanan. Saat ini ada lebih dari 100 virus enterik manusia yang
dikenal, dan karena virus ini disebarkan melalui jalur fekal-oral dalam makanan yang
merupakan salah satu jalur penularan yang potensial.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Foodborne illness adalah gangguan kesehatan/sakit yang diakibatkan oleh konsumsi


pangan yang telah terkontaminasi mikroba patogen/kuman atau bahan kimia
berbahaya. Foodborne illness dalam bahasa Indonesia dinyatakan sebagai penyakit
bawaan pangan.

Penyakit yang ditimbulkan oleh makanan dan minuman disebabkan dua hal, yaitu
adanya komponen beracun pada makanan dan minuman tersebut, misalnya bahan
kimia beracun, dan logam berat. Kedua, adanya mikroorganisme patogen pada
makanan dan minuman sehingga bisa menimbulkan penyakit pada manusia. Seseorang
yang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung bahan tercemar maka
akan menyebabkan penyakit bawaan makanan atau foodborne disease, karena dalam
makanan dan minuman tersebut terdapat bakteri, virus, parasit atau zat kimia lainnya
yang bisa menyebabkan infeksi pada saluran cerna.

3.2 SARAN

Dengan pembuatan makalah ini diharapkan kita mampu untuk memahami agen non
bakterial apa saja yang termasuk dalam penyebab penyakit bawaan makanan, dapat
memahami parasit, alga, jamur dan virus sebagai agen non bakterial penyakit bawaan
makanan.
DAFTAR PUSTAKA

United States Department of Agriculture. (2013, August 7). Parasites and


foodborne illnes.

Nawa, Y., Hatz, C., Blum, J. (2005). Sushi delights and parasites: The risk of
fishborne and foodborne parasitic zoonoses in Asia.

Hodgekiss, A. (2014, September 24). Sushi Lover’s entire body left riddled with
worms after eating.

Centers for Disease Control and Prevention. (2015, July 22). Parasites – Giardia

Dozier, T. (n.d.). Viruses, bacteria and parasites in the digestive tract.

Anda mungkin juga menyukai