Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TERSTRUKTUR

MATA KULIAH EPIDEMIOLOGI


MAKALAH FOOD BORNE DISEASE SURVEILLANCE
DI
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 6
1. LAISI AFRIZA
2. IMA FAJRIANI
3. IVA YUSRINA
4. MAULIDAWATI
DOSEN : MEY ELISA SAFITRI, SST.,M. Kes

PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN


INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat dan karunia-Nya, sehingga makalah mengenai Food Borne Disease Surveillance dapat
diselesaikan. Makalah ini menyajikan informasi seputar informasi definisi, penyebab , dan
pencegahan food borne disease yang sering ditemukan sehari-hari bagi tenaga kesehatan dan
khususnya mahasiswa. Penulis menyadari bahwa buku ini memiliki kekurangan. Penulis juga
sangat berterima kasih atas setiap saran dan kritik yang membangun dalam perbaikan materi
buku ini. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita semua.

Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telah memberikan
tugas untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telah terlibat dalam
proses penulisannya, yang senantiasa memotivasi.Akhirnya, harapan penulis semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca.

Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun
penulis menyadari makalah inibelumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis
mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakan
makalah.

Tapaktuan, 11 Februari 2022

Penyusun

Kelompok 6

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...............................................................................................3
B. Rumusan Masalah ........................................................................................3
C. Tujuan............................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian food borne disease……………….............................................4


B. Penyebab food borne disease.......................................................................4
C. Mencegah food borne disease....................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…..............................................................................................18
B. Saran ...........................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA…..........................................................................................19

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan esensial untuk berbagai kegiatan tubuh manusia, oleh
karena itu pangan harus terjamin bebas dari berbagai cemaran biologis, kimiawi, fisik, dan
bahan berbahaya lainnya yang dapat mengganggu kesehatan. Adanya berbagai cemaran
berbahaya pada pangan dapat mengakibatkan munculnya foodborne disease, yaitu penyakit
pada manusia yang disebabkan oleh makanan dan atau minuman yang tercemar. Cemaran
biologis pada pangan dapat berupa bakteri, virus, parasit, kapang, atau cendawan. Cemaran
biologis yang paling berbahaya dan dapat mengakibatkan wabah penyakit pada manusia ialah
bakteri patogenik, antara lain Salmonella spp., Escherichia coli, Bacillus anthracis,
Clostridium spp., Listeria monocytogenes,Campylobacter spp., Vibrio cholerae, Enterobacter
sakazakii, Shigella, dll. Bahan pangan yang terkontaminasi bakteri patogenik jika dikonsumsi
oleh manusia akan menimbulkan gejala klinis antara lain berupa sakit perut, mual, muntah,
diare, kram (kejang) perut, sakit kepala, tidak ada nafsu makan, demam, bahkan dapat
mengakibatkan dehidrasi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan food borne disease?
2. Apa saja penyebab food borne disease?
3. Bagaimana cara mencegah food borne disease?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pengertian dari food borne disease
2. Untuk mengetahui penyebab food borne disease
3. Untuk mengetahui cara mencegah food borne disease

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian food borne disease bersifat keracunan
Foodborne disease adalah penyakit yang disebabkan karena mengkonsumsi makanan
atau minuman yang tercemar. Foodborne disease disebabkan
oleh berbagai macam mikroorganisme atau mikroba patogen
yang mengkontaminasi makanan. Selain itu, zat kimia
beracun, atau zat berbahaya lain dapat menyebabkan
foodborne disease jika zat-zat tersebut terdapat dalam
makanan. Makanan baik dari hewan maupun tumbuhan
dapat berperan sebagai mediapembawa mikroorganisme penyebab penyakit pada
manusia (Deptan RI, 2007).
Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease), biasanya bersifat
toksik maupun infeksius, disebabkan oleh agens penyakit yang masuk ke dalam tubuh
melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi. Kadang-kadang penyakit ini disebut
“keracunan makanan” (food poisoning) walaupun istilah ini tidak tepat. Penyakit yang
ditularkan melalui makanan mencakup lingkup penyakit yang etiologinya bersifat
kimiawi maupun biologis, termasuk penyakit kolera dan diare, sekaligus beberapa
penyakit parasit (Motarjemi dkk, 2006).
Penyakit yang ditularkan melalui makanan (foodborne disease) yang segera terjadi
setelah mengkonsumsi makanan, umumnya disebut dengan keracunan. Makanan dapat
menjadi beracun karena telah terkontaminasi oleh bakteri patogen yang kemudian dapat
tumbuh dan berkembang biak selama penyimpanan, sehingga mampu memproduksi
toksin yang dapat membahayakan manusia (BPOM RI, 2008).

B. Penyebab food borne disease


1. Bakteri
Di UK, keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri adalah:
Campylobacter jejuni 77,3%, Salmonella 20,9%, E. coli 1,4%, dan bakteri lain <
0,1%. Gejala keracunan baru timbul 12–72 jam setelah mengkonsumsi makanan yang
beracun.
a. Salmonella spp.

4
Infeksi Salmonella dapat bersifat fatal, terutama bagi bayi berumur kurang dari
satu tahun. Selain dipengaruhi umur, juga bergantung pada jumlah bakteri yang
masuk. Salmonella typhi dan S. paratyphi menyebabkan demam tifoid, lebih dikenal
dengan penyakit tifus. Masa inkubasinya 7 – 28 hari, rata-rata 14 hari (FLOWERS,
2004a). Gejala klinis berupa pusing, diare, mual, muntah,
konstipasi, pusing,demam tifoid/demam tinggi terus-
menerus (SOEWANDOJO et al., 1998). Adapun Salmonella
nontifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella lain,
Salmonella juga merupakan bakteri yang terdapat pada usus
unggas, reptilia dan mamalia. Bakteri ini dapat menyebar ke manusia melalui
berbagai macam pangan asal hewan. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
disebut salmonellosis, menyebabkan demam, diare dan keram perut. Pada orang
yang kondisi kesehatannya buruk atau sistem kekebalan tubuhnya lemah, bakteri
ini dapat menembus sistem peredaran darah dan menyebabkan infeksi yang serius
terhadap tubuh.
b. Escherichia coli
Escherichia coli (E. coli) pertama kali ditemukan oleh Theobold Escherich
tahun 1885 dari feses bayi (BETTELHEIM, 1989). Bakteri ini bersifat komensal yang
terdapat pada saluran pencernaan hewan dan manusia. Bakteri E. coli masuk dalam
salah satu bakteri indikator sanitasi (SUPARDI dan SUKAMTO,1999).

menjadi 5 kelompok: kelompok E. coli patogen yaitu E. coli enteropatogenik (


EPEC),E. coli enterotoksigenik (ETEC), E. Coli enteroinvasif (EIEC), E. Coli
hemoragik (EHEC), dan E. Coli enteroaggregatif (BETTELHEIM, 1989). Infeksi
bakteri tersebut diduga merupakan faktor utama penyebab malnutrisi pada bayi dan
anak-anak di negara berkembang. Gejala umum infeksi E. coli diantaranya diare
berdarah, muntah, nyeri abdomen, dan kram perut. Infeksi E. coli pada bayi, anak-
anak, lanjut usia, individu immunocompromised ( sistem kekebalan
tubuh rendah) seperti penderita HIV/AIDS, dapat menimbulkan
komplikasi yang menyebabkan kematian (BETTELHEIM, 1989;
KAPER et al., 2004). Laporan hasil monitoring dan surveilans
yang dilakukan di beberapa lokasi di Indonesia menunjukkan
bahwa bakteri E. coli patogen telah mencemari beberapa produk
asal ternak seperti daging sapi, susu sapi, hati sapi, daging ayam, telur ayam, dan hati

5
ayam (Tabel 2) (YOGASWARA dan SETIA, 2005). Kondisi ini sebenarnya telah
menyalahi aturan yang ditetapkan oleh pemerintah yang mensyaratkan bahwa E. coli
pada bahan pangan, terutama susu segar, harus nol/negatif (SNI, 1997).
c. Bacillus anthracis
Bacillus anthracis menyebabkan penyakit antraks pada hewan dan manusia
(SIEGMUND, 1979). Bakteri ini sensitif terhadap lingkungan, tidak tahan panas, dan
mati dengan perebusan selama 2 – 5 menit. Sporanya sangat tahan selama bertahun-
tahun pada suhu pembekuan, di dalam tanah dan kotoran hewan (SPENCER, 2003),
Bahkan, spora tersebut tahan 25 – 30 tahun di dalam tanah kering, sehingga dapat
menjadi sumber penularan penyakit baik bagi manusia maupun ternak
(SOEJOEDONO, 2004).
Penularan penyakit dapat diawali dari tanah yang mengandung spora B.
anthracis menginfeksi luka, terhirup pernafasan ataupun bersama makanan yang
tercemar masuk saluran pencernaan (ACHA dan SZYFRES, 1989). Gejala
penyakit antraks pada manusia dikenal 3 tipe/bentuk; yaitu tipe kulit (kutaneus),
pernafasan (respirasi), dan pencernaan ( intestinal) (SIEGMUND, 1979). Gejala
yang dapat diamati pada tipe kutaneus adalah bentuk kulit bersifat lokal, timbul
bungkul merah pucat (karbungkel) yang berkembang menjadi nekrotik dengan luka
kehitaman (black center). Luka dapat sembuh spontan dalam 2 – 3 minggu
(SPENCER, 2003). Gejala klinis tipe pernafasan berupa sesak nafas di daerah
dada, batuk, dan demam. Penyakit antraks tipe ini umumnya ditemukan pada
pekerja penyortir bulu domba (wool sorter’s disease) dan penyamak kulit
(SIEGMUND, 1979; SPENCER, 2003). Gejala bentuk pencernaan berupa nyeri di
bagian perut, demam, mual, muntah, nafsu makan menurun, diare berdarah karena
inflamasi pada usus halus (DEPTAN, 2003; SOEJOEDONO, 2004).
d. Clostridium spp.
Bakteri Clostridium perfringens dan C. Botulinum umum terdapat di alam,
misalnya tanah, sampah, debu,kotoran hewan dan manusia, serta bahan makanan yang
berasal hewan. Bakteri ini menghasilkan 5-7 jenis enterotoksin tipe A, B, C, D, E,
dan F, dan sebagai penyebab keracunan makanan pada hewan dan manusia
(NANTEL, 1999; LABBE, 2004). C.
Botulinum menghasilkan 7 jenis toksin tipe A, B, C, D, E,
F, dan G. Tipe A, B, E, dan F menghasilkan botulinum
yang berbahaya bagi manusia; tipe C menyebabkan

6
botulinum pada burung, kura-kura, sapi, domba, dan kuda; tipe D banyak menyerang
sapi dan kambing di Australia dan Afrika Selatan; sedangkan tipe G jarang dilaporkan
(SONNABEND et al., 1985).
Gejala botulisme biasanya timbul 12 jam sampai 1 minggu, dengan rata-rata
12 – 24 jam setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung toksin botulinum.
Gejala tersebut dapat berupa perut mulas, muntah, diare, dan dilanjutkan dengan
serangan syaraf (neurologis) (PIERSON and REDOY,

2004). Masa inkubasi bisa lebih cepat antara 6 – 10 jam,


terutama pada makanan yang mengandung toksin tipe E.
Kadang-kadang timbul gangguan badan seperti
lemas,pusing, vertigo, dan penglihatan berkunang-
kunang (NANTEL, 1999).
Botulinum juga dapat menyebabkan kelumpuhan
(paralisis) pada tenggorokan sehingga tidak dapat menelan, selanjutnya diikuti oleh
kelumpuhan otot yang menyebabkan lidah dan leher tidak dapat digerakkan
(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999).

Clostridium perfingens juga umum ditemukan di alam,bahkan dapat


ditemukan pada permukaan tubuh orang sehat. Bakteri ini merupakan penyebab utama
keracunan makanan pada manusia

(SUPARDI dan SUKAMTO, 1999). Enterotoksin perfringens tipe A sangat


berbahaya dan banyak mencemari pangan, serta dapat menyebabkan gangren
(LABBE, 2004). Gejala keracunan karena enterotoksin perfringens dapat berupa sakit
perut bagian bawah, diare dan pengeluaran gas serta jarang disertai dengan demam
dan pusing-pusing. Gejala keracunan enterotoksin perfringens timbul 8 – 24 jam,
dengan rata-rata 12 jam setelah mengonsumsi pangan yang mengandung toksin
perfringens (SIEGMUND, 1979).

e. Listeria monocytogenes

Bakteri Listeria monocytogenes banyak ditemukan di alam seperti tanah, air dan
tumbuhan, serta dapat hidup dalam jangka lama dalam kondisi
minimal dengan suhu -4°C (OIE, 2008). Infeksi L.
nomocytogenes pada manusia pertama kali dilaporkan pada
tahun 1980-an, yaitu dengan adanya wabah listeriosis di Jerman

7
yang dikaitkan dengan konsumsi susu mentah. Masa inkubasi penyakit antara 2 – 6
minggu. Gejala yang timbul pada listeriosis berupa mual, muntah, diare, demam, dan
gejala influensa (SCHUCHAT et al.,
1991) . Bakteri ini banyak dijumpai dalam susu, daging sapi, daging unggas, ikan laut
dan produknya, serta makanan siap saji (FDA, 2003).
f. Campylobacter spp.
Campylobacter merupakan bakteri penyebab kampilobakteriosis. Bakteri ini
ditemukan dalam saluran pencernaan hewan (DOYLE,2004,). Ada 3 spesies yang
telah diidentifikasi sangat berbahaya pada hewan dan manusia, yaitu C. jejuni, C.
coli, dan C. upsaliensis (ALTEKRUSE et al., 1994). C. jejuni dikenal sebagai
penyebab gastroenteritis dan keguguran pada domba.
Masa inkubasi kampilobakteriosis antara 1 – 10 hari setelah makan-makanan
yang terkontaminasi bakteri tersebut secara oral (DOYLE,
1998). Gejala sakit dapat bervariasi dari yang ringan sampai
parah. Kematian jarang terjadi akibat infeksi ini. Gejala
klinis ditandai dengan diare encer (kadang-kadang disertai
darah), demam, sekitar abdomen, mual, sakit kepala, dan ngilu/ sakit pada otot
(USMEF, 2007; ANONYMOUS,2008).
g. Enterobacter sakazakii
Bakteri E. sakazakii termasuk ke dalam golongan bakteri yang hidup dalam
saluran pencernaan manusia dan hewan (Mc ENTIRE and BUSTA,2004). Bakteri
ini banyak menyerang bayi dengan gejala diare dan meningitis, terutama pada bayi
baru lahir dan prematur (MUYTJENS et al., 1983). Makanan yang serin tercemar
adalah makanan/susu bayi formula (MCENTIRE dan BUSTA, 2004). Menurut
dugaan BREEUWER et al. (2003), infeksi E. sakazakii pada makanan/susu bayi
formula disebabkan oleh adanya kontaminasi yang terjadi setelah proses pembuatan
makanan tersebut. Infeksi E. sakazakii pada bayi dapat
mengakibatkan meningitis, nekrotik enterokolitis, dan sepsis,
sedangkan pada beberapa kasus dapat pula mengalami
kesembuhan (ARSENI et al., 1987; BIERING et al., 1989).
Disamping itu, E. sakazakii dapat menghasilkan enterotoksin
yang dapat mengakibatkan kelainan-kelainan pada syaraf secara
permanen (permanent neurological differencies) (MCENTIRE dan BUSTA, 2004).
h. Shigella spp.

8
Shigella spp. merupakan bakteri patogenik yang dapat mengakibatkan
shigellosis (disentri basiler) pada manusia dan hewan. Sejak tahun 1896 beberapa
jenis Shigella lain ditemukan; seperti S. dysenteriae,S. flexneri, S. boydii, dan S.
sonnei (FLOWERS, 2004b). Gejala shigellosis bervariasi dari yang ringan sampai
yang parah; seperti nyeri abdomen, muntah, demam, diare dari yang cair (S. sonnei)
sampai sindrom disentri yang disertai dengan tinja yang mengandung darah, mukus,
dan pus (TAPLIN, 1989). Pada keadaan tertentu dapat mengakibatkan terganggunya
keseimbangan elektrolit dalam darah hingga terjadi dehidrasi ( SUPARDI dan
SUKAMTO, 1999).
2. Virus
virus berkembang biak hanya pada inang yang sesuai dan tidak dapat tumbuh
diluar inang beberapa virus dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan ciri-cirinya
hampir sama dengan yang di timbulkan oleh bakteri. Sebagian virus juga dapat
menginfeksi tanpa adanya simpton sampai virus tersebut menyerang jaringan sel yang
lain,misanya jaringan saraf,melalui aliran darah. Transmisi virus yang dapat
menyebabkan gangguan pencernaan dapat melalui aerosol atau kontak langsung
dengan orang yang terinfeksi.
3. Protzoa dan Parasit

Giardia, Cryptosporidium, Balantidium, Entamoeba dan protozoa lainnya


sertai parasit seperti cacing pita, dapat menginfeksi melalui air dan makanan.
Beberapa spesies dapat bertahan pada lingkungan untuk beberapa minggu dan dapat
klorinasi. Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh bakteri dan penularan rute fekal-oral.
tabel makanan-makanan yang dapat terinfeksi oleh virus,protozoa dan parasit serta
pencegahannya.
organisme Pangan yang Waktu Gejala penyakit pencegahan
dapat inkubasi
terinfeksi
Poliomyelitis Susu,makanan 5-35 hari Demam,mutah- Kebersihan
olahan muntah,sakit kepala dan individu;kecukupa
nyeri otot n panas makanan
olahan;desen
tifeksi
air;pencegahan
kontak makanan
dengan lalat
9
Virus susu dan 10-50 Kulit kuning, kehilangan Pemasakan
hepatitis kerag,salad hari, rata- nafsu makan,gangguan kerang-kerangan,
rata 25 pencernaan. kecukupan panas
hari makanan olahan,
susu, perebusan air

10
4. Jamur
setengah hari,tetap otot,demam,pembengkaka bekuan daging
mtang yang i bisa n kelopak mata,susah babi suhu 15°C
mengandung bervarias bernafas. selama 20 hari
larva. i 2-28 atau -23°C selama
hari 20 hari atau -29°C
selama 12 hari,
hindari adaya tikus
di sekitar
kandang,pakan
babi di masak

Jamur merupakan mikroorganisme eukariotik, menghasilkan spora, tidak


punya klorofil, dan berkembang biak secara seksual dan aseksual. Jamur tergolong
menjadi 2 golongan yaitu kapang dan khamir. Kapang adalah jamur yang mempunyai
filamen sedangkan khamir adalah jamur sel tunggal yang tidak mempunyai filamen.
Jamur dapat bersifat parasit yaitu memperoleh makanan dari benda hidup atau bersifat
saprofit yaitu memperoleh makanan dari benda mati.
Jamur merupakan salah satu penyebab foodborne disease karena dapat
mengkontaminasi makanan melalui mikotoksin. Penyakit yang diakibatkan karena
adanya mikotoksin disebut mikotoksikosis. Mikotoksin dapat mengkontaminasi
pangan bila bahan pangan yang umumnya tanpa pengawet disimpan lama dalam
kondisi lembab dan tidak disimpan dalam lemari pendingin, sehingga bahan pangan
ini mudah menjadi media bagi pertumbuhan jamur.
C. Cara mencegah food borne disease
1. Kebersihan
Sesudah ke WC, mengganti popok, sebelum makan atau menyiapkan
makanan,cucilah tangan dengan teliti memakai sabun dan kucuran air setidaknya 15
detik,lalu keringkanlah dengan handuk bersih. Orang yang mendapat gejala penyakit
ini tidak patut menyiapkan makanan bagi orang lain.
2. Pemantauan suhu
Menyimpan makanan pada suhu yang keliru bisa berakibat membiaknya
kuman yang menyebabkan racun makanan, yang tumbuh di antara suhu 5° C dan 60°
C. Untuk berjaga-jaga:

11
a. Suhu lemari es jangan lebih tinggi dari 5° C dan ada aliran udara di seputar
makanannya agar pembagian suhunya merata,
b. Makanan beku sebaiknya dicairkan di dalam lemari es atau microwave, sebab
makin lama makanan mentah dibiarkan pada suhu ruangan, makin cepat pulalah
kuman berbiak dan racun bisa terbentuk,
c. Agar kuman di dalamnya mampus, makanan harus dimasak matang benar.
d. Makanan panas patut disimpan di atas suhu 60° C,
e. Makanan yang harus dipanaskan lagi ya cepat-cepat dipanaskan sampai semua
bagiannya mencapai suhu 75° C.
Penularan foodborne disease oleh makanan dapat bersifat infeksi

Artinya suatu penyakit yang disebabkan oleh adanya mikroorganisma yang hidup,
biasanya berkembangbiak pada tempat terjadinya peradangan. Pada kasus foodborne
disease mikro organisma masuk bersama makanan yang kemudian dicerna dan
diserap oleh tubuh manusia. Kasus foodborne desease dapat terjadi dari tingkat yang
tidak parah sampai tingkat kematian. Sebagai contoh foodborne desease yang disebabkan
oleh salmonella dapat menyebabkan kematian selain yang disebabkan oleh Vibrio Cholerae
dan Clostridium botulinum. Kejadian dan wabah paling sering disebabkan oleh
salmonella dibanding penyakit foodborne disease lainnya.
Gejala foodborne disease yang umumnya terlihat adalah perut mual diikuti
muntah- muntah, diare, demam, kejang - kejang dan lain - lain. Dalam artikel ini
dibahas kejadian infeksi mikroorganisma yang berasal dari makanan yang hanya
berasal dari hewan. Antara lain E. coli, Salmonella, Campylobacter, Yersinia,
Clostridium dan Listeria, virus dan parasit.
 Penyakit foodborne yang disebabkan oleh E. coli
Escherichia coli merupakan bagian dari mikroflora yang secara normal ada
dalam saluran pencernaan manusia dan hewan berdarah panas. Penularan dapat
terjadi melalui kontak dari pekerja yang terinfeksi selama makanan diproses
berlangsung. Air juga dapat terkontaminasi kotoran manusia yang terinfeksi. Makanan
yang berperan sebagai media penularan adalah ikan salmon, unggas, susu dan keju
camembert (keju perancis). Oleh karena itu pemanasan yang baik pada makanan
seperti daging dan susu mentah sangatlah penting. Gejala yang ditimbulkan pada
manusia jika terinfeksi E. coli adalah diare.

12
E. Coli O157: H7 merupakan bakteri patogen yang mempunyai reservoir
pada hewan ternak dan hewan lain yang sejenis, misalnya sapi. Manusia dapat
terkena bakteri ini jika mengkonsumsi makanan atau minuman yang telah tercemar
oleh feses dari ternak ini. Penyakit ini menyebabkan diare berdarah dan kesakitan
karena keram perut, tanpa disertai demam. Pada 3-5 % dari kasus yang terjadi,
beberapa minggu setelah gejala awal tampak, terdapat komplikasi yang yang
disebut hemolytic uremic syndrom (HUS). Kompilasi ini menyebabkan anemia,
perdarahan dan gagal ginjal. Pertengahan Maret 2011, wabah bakteri Escherichia coli
melanda Jerman.

Bakteri yang pertama kali ditemukan oleh dokter hewan asal Jerman bernama
Theodor Escheric pada tahun 1885 ini telah menyebabkan 1.600 orang dirawat dan
18 orang meninggal dunia di Jerman. Menurut para peneliti di Beijing Genomics Institute,
wabah E. Coli yang melanda Jerman merupakan jenis E. coli strain baru. Dari penelitian
awal, bakteri E. Coli bakteri E. Coli yang menginfeksi timun-timun dari Spanyol itu
merupakan hasil mutasi dari dua jenis bakteri, yaitu jenis EAEC dan EHEC.
1. Bakteri E. coli jenis EAEC menyebabkan diare parah karena bakteri
memproduksi toksin hemolisin yang menyerang mukosa usus. Bakteri E. Coli
jenis EHEC bisa menyebabkan diare berdarah, kram perut, dan bahkan gagal
ginjal.
2. Dari hasil mutasi dua jenis bakteri E. coli ini dihasilkan jenis strain baru, yaitu
strain O104, yang sangat mematikan. Oleh karenanya, O104:H4
dimasukkan sebagai salah satu Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC), atau E.
coli yang bisa menyebabkan pengidapnya mengalami diare berdarah. Bahkan
seringkali kasus ini berkembang menjadi haemolytic uraemic syndrome
(HUS); penyakit yang bisa menyebabkan kegagalan fungsi ginjal dan
berbagai komplikasi infeksi lain.
 Penyakit yang disebabkan oleh Campylobacter jejuni

Campylobacter adalah bakteri patogen yang dapat menyebabkan demam,


diare dan keram perut. Merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan sakit
diare di dunia. Bakteri ini hidup di usus ayam sehat dan pada permukaan karkas
unggas. Sumber infeksi sebagian besar karena memakan daging ayam yang masih
mentah, atau belum matang atau makanan lain yang telah bersentuhan dengan
karkas ayam selama dalam proses pengolahan sehingga tercemar oleh bakteri ini.

13
Kuman ini umumnya ada dalam saluran pencernaan hewan berdarah panas dan sering
ada pada makanan yang berasal dari hewan karena terkontaminasi dengan kotoran
hewan selama prosesing (pengolahan). Kuman ini menyebabkan gastroenteritis akut
(infeksi pada saluran pencernaan) pada manusia. Gejala yang ditimbulkan antara lain
diare, nyeri perut, demam, mual dan muntah.
Sapi, babi, domba, kambing, ayam , kalkun, bebek, kucing dan anjing dianggap
sebagai pembawa kuman ini, tetapi yang paling sering adalah unggas. Kejadian infeksi
yang paling sering terjadi karena mengonsumsi makanan yang tidak dimasak, termasuk
minum susu mentah yang tidak dipasteurisasi. Tindakan pencegahan dapat dilakukan
dengan cara makanan asal unggas sebaiknya dimasak dengan baik dan menghindari
kontaminasi silang. Misalkan pisau bekas memotong daging mentah sebaiknya dicuci
bersih dahulu sebelum digunakan untuk memotong makanan yang matang.
 Penyakit disebabkan oleh Yersinia enterolitica

Gejala yang ditimbulkan adalah nyeri perut, demam, diare pusing dan
muntahmuntah. Gejala yang lebih parah dapat terjadi pada anak-anak. Sumber
utama kuman ini terdapat pada babi yang terinfeksi (kuman ini hidup di daerah
mulut dan saluran babi). Biasanya anak-anak dan remaja peka terhadap penyakit ini.
Kuman ini dapat berkembang biak pada suhu 0 derajat Celcius sampai 44 °C.
 Penyakit yang disebabkan oleh Clostridium perfringens
Gejala yang ditimbulkan adalah diare dan nyeri perut. Bakteri ini terdapat di
saluran pencernaan carnivora (serigala, anjing), herbivora (tikus, gajah, kalkun)
dan babi.Media penularan adalah daging babi dan kalkun. Makanan yang berasal
dari hewan terkontaminasi oleh kuman ini karena daging terkontaminasi oleh kotoran
atau isi saluran pencernaan di rumah potong hewan. Makanan yang sudah
dimasak dibiarkan dalam beberapa jam pada suhu kamar, disimpan didalam oven
hangat atau disimpan dalam freezer dalam jumlah besar sehingga temperatur tidak
terlalu dingin atau tidak cukup untuk mencegah pertumbuhan bakteri ini. Sehingga kasus
penyakit ini dapat terjadi jika manusia mengonsumsi makanan masak yang sudah
mengandung kuman.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan sebagai berikut. Makanan matang segera
disimpan dan didinginkan dengan suhu dibawah 7 ° C. Jika ingin dimakan
kembali harus dipanaskan dahulu pada suhu 71 - 100 ° C. Jika mungkin makanan

14
segera dimakan setelah dimasak. Makanan sebaiknya dipanaskan diatas 60 ° C atau
suhu yang lebih tinggi.
 Penyakit yang disebabkan oleh Listeria monocytogenes
Makanan sebagai media penularan kuman ini adalah sayuran coleslaw (semacam
salad yang diberi mayonaise), susu yang dipasteurisasi, keju lunak, daging
mentah, seafood, sayuran dan buah-buahan (makanan mentah). Gejala yang
ditimbulkan sepsis (infeksi yang meluas ke dalam saluran darah), meningoencephalitis
( infeksi di selaput otak dan di bagian otak), focal infeksius (infeksi lokal, misalnya di
kulit yg terkena,di sal.pencernaan yg dilewati makanan tsb), pregnancy infectious
(infeksi kehamilan), granuloma infantiseptica ( sepsis pada infant yg berbentuk
granuloma).
 Penyakit yang disebabkan oleh virus
Biasanya penularan terjadi karena manusia mengkonsumsi makanan yang
berasal dari hewan seperti daging sapi, domba, ayam, kalkun dan susu, dimana hewan
sudah terinfeksi oleh virus tertentu. Virus yang dapat menyebabkan Foodborne
desease ini dikenal virus yang tahan panas yang dapat ditularkan melalui susu
sehingga tidakan pencegahannya adalah susu dipanaskan dengan dipasteurisasi dalam
waktu yang lama.
 Penyakit yang disebabkan oleh parasit
Beberapa parasit ada dalam feses (kotoran) hewan dan dapat menyebabkan
infeksi jika makanan yang tercemar oleh kotoran yang mengandung parasit termakan ,
dicerna dan diserap oleh tubuh. Sementara beberapa jenis yang lain terdapat dalam
otot/daging hewan. Parasit terbagi dua yaitu protozoa dan cacing.
 Toxoplasmosis yang disebabkan oleh Toxoplasma gondii
Kejadian toxoplasmosis pada manusia ini termasuk tinggi. Sumber utama
penularan berasal dari kucing. Awalnya kucing memakan tikus atau burung
yang mengandung Toxoplasma. Dalam tubuh kucing mikroorganisma ini hidup dan
berkembangbiak menjadi bentuk yang infeksius bagi tubuh mannusia. Bentuk
infeksius ini biasanya terdapat dalam kotoran kucing. Daging domba, babi dan
mungkin sapi dapat terinfeksi oleh spesies ini dan menghasilkan kista (bersifat
infeksius) yang dapat menginfeksi tubuh manusia. Pada kucing yang menderita
toxoplasmosis biasanya tidak menimbulkan gejala tetapi pada manusia tampak.
Terutama berbahaya pada wanita hamil. Jika wanita hamil terserang toxoplasmosis

15
dapat berakibat keguguran, melahirkan bayi yang sudah meninggal, juga cacat bentuk
dan kegagalan fungsi dari organ tubuh terutama yang melibatkan sistem syaraf pusat.

Penularan melalui daging dapat dicegah dengan makan daging yang benarbenar
matang. Jika berkebun harus mencuci tangan dengan baik (menggunakan sabun)
setelah berkebun. Pada wanita hamil sebaiknya menghindari tempat kotoran
kucing . Bagi pemelihara kucing sebaiknya tempat kotoran kucing dibersihkan setiap
hari.

 Trichinellosis yang disebabkan oleh Trichinella spiralis

Parasit ini berkembang biak dalam tubuh babi. Infeksi terjadi jika makan daging babi
mentah atau setengah masak. Larva yang infeksius biasanya terdapat pada otot / daging
babi. Pada daerah yang penduduknya tidak makan daging atau tidak
memperbolehkan makan daging babi, kejadian Trichinellosis sangat rendah.
Gejala trichinellosis pada manusia adalah udema (pembengkakan) pada periorbital
(bagian mata), demam dan sakit pada otot dan sendi.
 Foodborne desease oleh Taenia saginata
Cacing ini hidup dan berkembang biak dalam tubuh sapi. Kejadian infeksi
oleh cacing ini jarang tetapi sering terjadi di daerah dimana penduduknya sering
makan daging sapi mentah. Tindakan pencegahan adalah pengontrolan yang
ketat di rumah potong hewan, pembuangan kotoran manusia yang aman (tidak di
sembarang tempat). Pemasakan daging yang baik atau jika daging dibekukan sebaiknya
selama 5 hari pada suhu -10°C.
 Cystiserkosis oleh Taenia solium
Cacing ini hidup dan berkembang biak didalam tubuh babi. Infeksi dapat
terjadi jika orang makan daging babi mentah atau yang dimasak setengah matang.
Cacing ini dalam bentuk cysticerci dapat menyerang organ mata, jantung, otak,
sumsum tulang belakang selain saluran pencernaan pada babi dan manusia.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa beberapa bakteri patogenik dapat
mencemari berbagai pangan asal ternak yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan
pada manusia. Bakteri patogenik tersebut antara lain Salmonella spp., Escherichia coli,
Bacillus anthracis, Clostridium spp., Listeria monocytogenes, Campylobacter spp.,
Vibrio spp., Enterobacter sakazakii, dan Shigella spp. Bahan pangan yang terkontaminasi
bakteri patogenik jika dikonsumsi oleh manusia akan menimbulkan gejala klinis berupa
sakit perut, mual, muntah, diare, kram (kejang) perut, sakit kepala, tidak ada nafsu
makan, demam, bahkan dapat mengakibatkan dehidrasi.
B. Saran
Semoga pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami selaku
penulis memohon adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/239676137/Foodborne-Desease#scribd
https://qomre.files.wordpress.com/2013/05/2a-penyakit-bawaan-pangan.pdf
ALTEKRUSE, S.F, M.L. COHEN and D.L. SWERDLOW. 2008. Perspective: Emerging
Foodborne Diseases. Centers for Diseases Control and Prevention. Atlanta, Georgia, USA.
http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=11&cad=rja&uact=8&ved=0CB4QFjAAOApqFQ
oTCMXWleaj8scCFZEYjgodoDoI2Q&url=http%3A%2F%2Fblog.ub.ac.id%2Fdermolen
%2Ffiles%2F2012%2F04%2FFOOO-BORNE-
DISEASE.docx&usg=AFQjCNEk1aAV2x9c7kumxmBxA_iWdwDwQ&sig2=pjSZ3HN0Xr
ReNgsoqFRO5g
http://www.deptan.go.id/news/detail.php?id=96&awal=&page=&kunci=
http://ryaniehealth.blogspot.com/2007/03/mengenal-foodborne-disease.html
www.mhcs.health.nsw.gov.au/publication_pdfs/7120/DOH-7120-IND.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai