Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

KERACUNAN PANGAN
MATA KULIAH HIGIENE DAN SANITASI MAKANAN

DI SUSUN OLEH
EVI MAGDALENA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS TOMPOTIKA LUWUK
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat Kasih
dan Karunianya kita dapat menyelesaikan tugas makalah Keracunan Pangan dengan tepat
waktu.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Dr.
Maria Kanan M. Kes pada bidang mata kuliah Higiene dan sanitasi makanan. Selain itu
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Keracunan Pangan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis
Saya berterima kasih kepada Ibu Dr. Maria Kanan M. Kes selaku Dosen mata kuliah
Higiene dan sanitasi makanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membagi Sebagian
pengetahuannya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
Saya enyadari bahwa makalah yang saya buat ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sangat membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini

Luwuk, 23 Maret 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman modern seperti sekarang ini, kasus keracunan makanan dan minuman
masih menjadi salah satu kasus yang serius bagi negara maju maupun negara
berkembang.
Pangan merupakan kebutuhan esensial bagi setiap manusia untuk pertumbuhan
maupun mempertahankan hidup. Namun, dapat pula timbul penyakit yang disebabkan
oleh pangan.
Keracunan pangan atau foodborne disease (penyakit bawaan makanan), terutama
yang disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di berbagai
negara termasuk Indonesia. Seringkali diberitakan terjadinya keracunan pangan akibat
mengkonsumsi hidangan pesta, makanan jajanan, makanan catering, bahkan pangan
segar. Terdapat tiga faktor kunci yang umumnya menimbulkan kejadian luar biasa
(KLB) keracunan pangan akibat bakteri, yaitu kontaminasi – bakteri patogen harus ada
dalam pangan; pertumbuhan – dalam beberapa kasus, bakteri patogen harus memiliki
kesempatan untuk berkembang biak dalam pangan untuk menghasilkan toksin atau dosis
infeksi yang cukup untuk menimbulkan penyakit; daya hidup (survival) – jika berada
pada kadar yang membahayakan, bakteri patogen harus dapat bertahan hidup dalam
pangan selama penyimpanan dan pengolahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan Pangan atau makanan ?
2. Apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan ?
3. Bagaimana pencegahan keracunan makanan ?
4. Apa dampak bila keracunan makanan ?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai bagaimana melakukan
pencegahan serta penangganan pada saat keracunan makanan
2. Tujuan khusus
Untuk melengkapi tugas mata kuliah Higiene dan sanitasi makanan yang mana
merupakan tugas kuliah wajib
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pangan atau makanan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumen manusia, termasuk dalam bahan tambahan pangan dan bahan lain yang
digunakan dalam proses, penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
Panga olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode
tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
Istilah pangan atau food dalam kata mandarin di tuliskan dengan dua bagian yang satu
berarti manusia atau human dan yang lain berarti baik atau good. Hal itu berarti bahwa
pangan sudah seharusnya bagus, bermutu dan aman bila di konsumsi manusia. Istilah
pangan lebih banyak digunakan sebagai istilah teknis, sepeti misalnya teknologi pangan,
bukan teknologi makanan, produksi pangan, bukan produksi makanan, bahan tambahan
pangan, bukan bahan tambahan makanan. Istilah makanan digunakan bagi pangan yang
telah di olah.
Pangan merupakan kebutuhan besar manusia yang terpenting disamping papan,
Pendidikan, Kesehatan. Karena tanpa pangan tiada kehidupan dan tanpa kehidupan tidak
ada kebudayaan. (Sari, 2017)

B. Keracunan Pangan
Keracunan makanan merupakan keadaan yang muncul akibat mengkonsumsi
makanan yang mengandung racun, misalnya: jamur, kerang, pestisida, susu, bahan
beracun akibat pembusukan makanan dan bakteri. (García Reyes, 2013)

Keracunan pangan atau keracunan makanan di sebabkan oleh makanan yang telah
terkontaminasi organisme, seperti bakteri, virus, dan parasite atau racun, seperti paparan
bahan kimia dan logam. Kontaminasi tersebut dapat terjadi kapan saja, baik saat proses
awal produksi, maupun saat sedang di olah untuk di konsumsi.

C. Penyebab Keracunan Pangan


Agent penyebab keracunan makanan bisa saja dari biologi, dan prilaku atau racun
seperti paparan bahan kimia dan logam serta dapat juga di akibatkan oleh penyimpan
atau bahkan pengolahan yang salah.
Berikut adalah beberapa factor perilaku yang dapat menyebabkan terjadinya keracuan
makanan :

a. Tidak menyimpan makanan dengan benar, seperti tidak menyimpan daging dan susu
pada suhu yang tepat
b. Tidak memasak makanan hinngga matang, sehingga bakteri yang ada di dalam
makanan tidak terbunuh seluruhnya
c. Menyiapkan makanan tanpa mencuci tangan sebelumnya
d. Kontaminasi silang akibat penggunaan alat makanan mentah dan matang
e. Minuman susu dan keju yang tidak dipasteurisasi
f. Mengkonsumsi makanan yang telah kadaluarsa

Berikut adalah agent biologi yang dapat menyebabkan terjadinya keracunan makanan :

a. Bacillus cereus
Bacillus cereus merupakan bakteri yang berbentuk batang, tergolong bakteri
Gram-positif, bersifat aerobik, dan dapat membentuk endospora. Keracunan akan
timbul jika seseorang menelan bakteri atau bentuk sporanya, kemudian bakteri
bereproduksi dan menghasilkan toksin di dalam usus, atau seseorang mengkonsumsi
pangan yang telah mengandung toksin tersebut.
Ada dua tipe toksin yang dihasilkan oleh Bacillus cereus, yaitu toksin yang
menyebabkan diare dan toksin yang menyebabkan muntah (emesis).
Gejala keracunan:
a) Bila seseorang mengalami keracunan yang disebabkan oleh toksin
penyebab diare, maka gejala yang timbul berhubungan dengan saluran
pencernaan bagian bawah berupa mual, nyeri perut seperti keram, diare
berair, yang terjadi 8-16 jam setelah mengkonsumsi pangan
b) Bila seseorang mengalami keracunan yang di sebabkan oleh tosin
penyebab muntah, gejala yang timbul akan bersifat lebih parah dan akut
serta berhubungan dengan saluran penceranaan bagian atas berupa, mual
dan muntah yang dimulai 1-6 jam setalah mengkonsumsi pangan yang
trcemar.

Bakteri penghasil toksin penyebab muntah bisa mencemari pangan berbahan


keras, kentang tumbuk, pangan yang mengandung pati, dan tunas sayuran. Sedangkan
bakteri penghasil toksin penyebab diare mencemari sayuran dan daging.(BPOM RI,
2014)

b. Clostridium botulinum
Clostridium botulinum merupakan bakteri Gram-positif yang dapat membentuk
spora tahan panas, bersifat anaerobik, dan tidak tahan asam tinggi. Toksin yang
dihasilkan dinamakan botulinum, bersifat meracuni saraf (neurotoksik) yang dapat
menyebabkan paralisis. Toksin botulinum bersifat termolabil. Pemanasan pangan
sampai suhu 80 0 C selama 30 menit cukup untuk merusak toksin. Sedangkan spora
bersifat resisten terhadap suhu pemanasan normal dan dapat bertahan hidup dalam
pengeringan dan pembekuan.
Gejala keracunan:
Gejala botulism berupa mual, muntah, pening, sakit kepala, pandangan
berganda, tenggorokan dan hidung terasa kering, nyeri perut, letih, lemah otot,
paralisis, dan pada beberapa kasus dapat menimbulkan kematian. Gejala dapat timbul
12-36 jam setelah toksin tertelan. Masa sakit dapat berlangsung selama 2 jam sampai
14 hari.(García Reyes, 2013)
c. Staphilococcus aureus
Terdapat 23 spesies Staphilococcus, tetapi Staphilococcus aureus merupakan
bakteri yang paling banyak menyebabkan keracunan pangan. Staphilococcus aureus
merupakan bakteri berbentuk kokus/bulat, tergolong dalam bakteri Gram-positif,
bersifat aerobik fakultatif, dan tidak membentuk spora. Toksin yang dihasilkan
bakteri ini bersifat tahan panas sehingga tidak mudah rusak pada suhu memasak
normal. Bakteri dapat mati, tetapi toksin akan tetap tertinggal. Toksin dapat rusak
secara bertahap saat pendidihan minimal selama 30 menit. Pangan yang dapat
tercemar bakteri ini adalah produk pangan yang kaya protein, misalnya daging, ikan,
susu, dan daging unggas; produk pangan matang yang ditujukan dikonsumsi dalam
keadaan dingin, seperti salad, puding, dan sandwich; produk pangan yang terpapar
pada suhu hangat selama beberapa jam; pangan yang disimpan pada lemari pendingin
yang terlalu penuh atau yang suhunya kurang rendah; serta pangan yang tidak habis
dikonsumsi dan disimpan pada suhu ruang.
Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual,
muntah (lebih dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi
abdominal, demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala,
kram otot, dan perubahan tekanan darah.

Bakteri patogen dapat menginfeksi korbannya melalui pangan yang dikonsumsi.


Dalam hal ini, penyebab sakitnya seseorang adalah akibat masuknya bakteri patogen ke
dalam tubuh melalui konsumsi pangan yang telah tercemar bakteri. Untuk menyebabkan
penyakit, jumlah bakteri yang tertelan harus memadai. Hal itu dinamakan dosis infeksi.
Beberapa bakteri patogen yang dapat menginfeksi tubuh melalui pangan sehingga
menimbulkan sakit adalah :

1. Salmonella
Salmonella merupakan bakteri Gram-negatif, bersifat anaerob fakultatif, motil,
dan tidak menghasilkan spora. Salmonella bisa terdapat pada bahan pangan mentah,
seperti telur dan daging ayam mentah serta akan bereproduksi bila proses pamasakan
tidak sempurna. Sakit yang diakibatkan oleh bakteri Salmonella dinamakan
salmonellosis. Cara penularan yang utama adalah dengan menelan bakteri dalam
pangan yang berasal dari pangan hewani yang terinfeksi. Pangan juga dapat
terkontaminasi oleh penjamah yanng terinfeksi, binatang peliharaan dan hama, atau
melalui kontaminasi silang akibat higiene yang buruk. Penularan dari satu orang ke
orang lain juga dapat terjadi selama infeksi.(García Reyes, 2013)
Gejala keracunan:
Pada kebanyakan orang yang terinfeksi Salmonella, gejala yang terjadi adalah
diare, kram perut, dan demam yang timbul 8-72 jam setelah mengkonsumsi pangan
yang tercemar. Gejala lainnya adalah menggigil, sakit kepala, mual, dan muntah.
Gejala dapat berlangsung selama lebih dari 7 hari. Banyak orang dapat pulih tanpa
pengobatan, tetapi infeksi Salmonella ini juga dapat membahayakan jiwa terutama
pada anak-anak, orang lanjut usia, serta orang yang mengalami gangguan sistem
kekebalan tubuh.(García Reyes, 2013)
2. Clostridium perfringens
Clostridium perfringens merupakan bekteri Gram-positif yang dapat
membentuk endospora serta bersifat anaerobik. Bakteri ini terdapat di tanah, usus
manusia dan hewan, daging mentah, unggas, dan bahan pangan kering. Clostridium
perfringens dapat menghasilkan enterotoksin yang tidak dihasilkan pada makanan
sebelum dikonsumsi, tetapi dihasilkan oleh bakteri di dalam usus. (García Reyes,
2013)
Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi sekitar 8-24 jam setelah mengkonsumsi pangan
yang tercemar bentuk vegetatif bakteri dalam jumlah besar. Di dalam usus, sel-sel
vegetatif bakteri akan menghasilkan enterotoksin yang tahan panas dan dapat
menyebabkan sakit. Gejala yang timbul berupa nyeri perut, diare, mual, dan jarang
disertai muntah. Gejala dapat berlanjut selama 12-48 jam, tetapi pada kasus yang
lebih berat dapat berlangsung selama 1-2 minggu (terutama pada anak-anak dan
orang lanjut usia).(García Reyes, 2013)
3. Escherichia coli
Bakteri Escherichia coli merupakan mikroflora normal pada usus kebanyakan
hewan berdarah panas. Bakteri ini tergolong bakteri Gram-negatif, berbentuk batang,
tidak membentuk spora, kebanyakan bersifat motil (dapat bergerak) menggunakan
flagela, ada yang mempunyai kapsul, dapat menghasilkan gas dari glukosa, dan
dapat memfermentasi laktosa. Kebanyakan strain tidak bersifat membahayakan,
tetapi ada pula yang bersifat patogen terhadap manusia, seperti Enterohaemorragic
Escherichia coli (EHEC). Escherichia coli O157:H7 merupakan tipe EHEC yang
terpenting dan berbahaya terkait dengan kesehatan masyarakat. E. coli dapat masuk
ke dalam tubuh manusia terutama melalui konsumsi pangan yang tercemar, misalnya
daging mentah, daging yang dimasak setengah matang, susu mentah, dan cemaran
fekal pada air dan pangan. (García Reyes, 2013)
Gejala keracunan:
Gejala penyakit yang disebabkan oleh EHEC adalah kram perut, diare (pada
beberapa kasus dapat timbul diare berdarah), demam, mual, dan muntah. Masa
inkubasi berkisar 3-8 hari, sedangkan pada kasus sedang berkisar antara 3-4 hari.
(García Reyes, 2013)

Selain di sebabkan oleh agent biologi serta pola prilaku, keracunan pangan dapat juga
di sebabkan oleh zat-zat kimia yang terpapar pada makanan atau bahkan sengaja di
berikan pada makanan, berikut adalah beberapa zat kimia yang sering di dapati pada
makanan

1. Boraks
Boraks beracun terhadap semua sel. Bila tertelan senyawa ini dapat menyebabkan
efek negatif pada susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Ginjal merupakan organ yang
paling mengalami kerusakan dibandingkan dengan organ lain. Dosis fatal untuk
dewasa berkisar antara 15-20 g dan untuk anak-anak 3-6 g. Bila tertelan, dapat
menimbulkan gejala-gejala yang tertunda meliputi badan terasa tidak nyaman
(malaise), mual, nyeri hebat pada perut bagian atas (epigastrik), pendarahan
gastroenteritis disertai muntah darah, diare, lemah, mengantuk, demam, dan rasa
sakit kepala.
2. Formalin
(larutan formaldehid), paparan formaldehid melalui saluran pencernaan dapat
mengakibatkan luka korosif terhadap selaput lendir saluran pencernaan disertai
mual, muntah, rasa perih yang hebat dan perforasi lambung. Efek sistemik dapat
berupa depresi susunan syaraf pusat, koma, kejang, albuminaria, terdapatnya sel
darah merah di urine (hematuria) dan asidosis metabolik. Dosis fatal formalin
melalui saluran pencernaan pernah dilaporkan sebesar 30 ml. Formaldehid dapat
mematikan sisi aktif dari protein- protein vital dalam tubuh, maka molekul-molekul
itu akan kehilangan fungsi dalam metabolisme. Akibatnya fungsi sel akan terhenti.
Pada dasarnya, formaldehid dalam jaringan tubuh sebagian besar akan
dimetabolisir kurang dari 2 menit oleh enzim formaldehid dehidrogenase menjadi
asam format yang kemudian diekskresikan tubuh melalui urin dan sebagian dirubah
menjadi CO2 yang dibuang melalui nafas. Fraksi formaldehid yang tidak mengalami
metabolisme akan terikat secara stabil dengan makromolekul seluler protein DNA
yang dapat berupa ikatan silang (cross-linked). Ikatan silang formaldehid dengan
DNA dan protein ini diduga bertanggungjawab atas terjadinya kekacauan informasi
genetik dan konsekuensi lebih lanjut seperti terjadi mutasi genetik dan sel kanker.
Bila gen-gen rusak itu diwariskan, maka akan terlahir generasi dengan cacat gen.
Dalam pada itu, International Agency Research on Cancer
(IARC) mengklasifikasikannya sebagai karsinogenik golongan 1 (cukup bukti
sebagai karsinogen pada manusia), khususnya pada saluran pernafasan.
3. Nitrat
Zat ini digunakan sebagai pengawet makanan dan rasa gurih
dalam daging dan ikan. Umumnya zat ini terdapat di dalam makanan kaleng.
Penelitian yang dilakukan universitas Harvard pada tahun 2010, menemukan bahwa
peningkatan jumlah nitrat dalam makanan kemasan/kalengan ini dapat berbahaya
bagi jantung dan diabetes tipe 2.
4. Merkuri
Kandungan merkuri ini bisa jadi ancaman bagi tubuh. Umumnya terbawa oleh
ikan laut yang bahkan kaya akan nutrisi dan omega-3. Merkuri menjadi racun yang
paling berbahaya bagi tubuh, terutama anak-anak dan wanita hamil karena
memberikan pengaruh yang sangat besar apabila jumlahnya banyak menumpuk di
dalam tubuh.
5. Arsenik
Arsenik ditemukan dalam air serapan tanah. Biasanya juga terbawa pada
makanan atau minuman dan apabila dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dan
waktu lama ia dapat menyebabkan kanker.
6. Pewarna buatan
Pewarna buatan yang berbahaya umumnya yang bukan untuk makanan, tetapi
diperuntukkan kepentingan lain, misalnya seperti tekstil. Harganya jauh lebih murah
ketimbang pewarna makanan sehingga tidak sedikit orang yang menggunakannya.
Bahayanya beragam, dapat menyebabkan hiperaktif pada anak, ADHD, dan lain
sebagainya.
7. Pemanis buatan
Sama seperti pewarna buatan, pemanis buatan ini mengandung aneka bahan
berbahaya seperti aspartame, sucralose, saccharin, dan acesulfame potassium yang
bisa mempengaruhi kesehatan.
8. BHA
BHA atau juga disebut Butylated hydroxyanisole biasa digunakan untuk
menstabilkan rasa dan membuatnya lebih awet. Environmental Working Group
mengategorikan bahan ini sebagai bahan yang sangat berbahaya bagi manusia
karena dapat menyebabkan kanker. 
D. Gejala dan cara penanganan
1. Gejala keracunan:
Gejala keracunan dapat terjadi dalam jangka waktu 4-6 jam, berupa mual, muntah (lebih
dari 24 jam), diare, hilangnya nafsu makan, kram perut hebat, distensi abdominal,
demam ringan. Pada beberapa kasus yang berat dapat timbul sakit kepala, kram otot, dan
perubahan tekanan darah. (García Reyes, 2013)
2. Penanganan:
Penanganan keracunannya adalah dengan mengganti cairan dan elektrolit yang hilang
akibat muntah atau diare. Pengobatan antidiare biasanya tidak diperlukan. Untuk
menghindari dehidrasi pada korban, berikan air minum dan larutan elektrolit yang
banyak dijual sebagai minuman elektrolit dalam kemasan. Untuk penanganan leboih
lanjut, hubungi puskesmas atau rumah sakit terdekat.(García Reyes, 2013)

E. Pencegahan
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya keracunan pangan akibat
bakteri patogen adalah:
a) Mencuci tangan sebelum dan setelah menangani atau mengolah pangan.
b) Mencuci tangan setelah menggunakan toilet.
c) Mencuci dan membersihkan peralatan masak serta perlengkapan makan sebelum dan
setelah digunakan.
d) Menjaga area dapur/tempat mengolah pangan dari serangga dan hewan lainnya.
e) Tidak meletakan pangan matang pada wadah yang sama dengan bahan pangan
mentah untuk mencegah terjadinya kontaminasi silang.
f) Tidak mengkonsumsi pangan yang telah kadaluarsa atau pangan dalam kaleng yang
kalengnya telah rusak atau menggembung.
g) Tidak mengkonsumsi pangan yang telah berbau dan rasanya tidak enak.
h) Tidak memberikan madu pada anak yang berusia di bawah satu tahun untuk
mencegah terjadinya keracunan akibat toksin dari bakteri Clostridium botulinum.
i) Mengkonsumsi air yang telah dididihkan.
j) Memasak pangan sampai matang sempurna agar sebagian besar bakteri dapat
terbunuh. Proses pemanasan harus dilakukan sampai suhu di bagian pusat pangan
mencapai suhu aman (> 700C) selama minimal 20 menit.
k) Menyimpan segera semua pangan yang cepat rusak dalam lemari pendingin
(sebaiknya suhu penyimpanan di bawah 50C).
l) Tidak membiarkan pangan matang pada suhu ruang lebih dari 2 jam, karena mikroba
dapat berkembang biak dengan cepat pada suhu ruang.
m) Mempertahankan suhu pangan matang lebih dari 600C sebelum disajikan. Dengan
menjaga suhu di bawah 50C atau di atas 600C, pertumbuhan mikroba akan lebih
lambat atau terhenti.
n) Menyimpan produk pangan yang harus disimpan dingin, seperti susu pasteurisasi,
keju, sosis, dan sari buah dalam lemari pendingin.
o) Menyimpan produk pangan olahan beku, seperti nugget, es krim, ayam goreng
tepung beku, dll dalam freezer.
p) Menyimpan pangan yang tidak habis dimakan dalam lemari pendingin.
q) Tidak membiarkan pangan beku mencair pada suhu ruang.
r) Membersihkan dan mencuci buah-buahan serta sayuran sebelum digunakan,
terutama yang dikonsumsi mentah.(García Reyes, 2013)
BAB III
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang
diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukan sebagai makanan atau minuman bagi
konsumen manusia, termasuk dalam bahan tambahan pangan dan bahan lain yang
digunakan dalam proses, penyiapan, pengolahan dan pembuatan makanan atau minuman.
Istilah pangan atau food dalam kata mandarin di tuliskan dengan dua bagian yang satu
berarti manusia atau human dan yang lain berarti baik atau good. Hal itu berarti bahwa
pangan sudah seharusnya bagus, bermutu dan aman bila di konsumsi manusia. Istilah
pangan lebih banyak digunakan sebagai istilah teknis, sepeti misalnya teknologi pangan,
bukan teknologi makanan, produksi pangan, bukan produksi makanan, bahan tambahan
pangan, bukan bahan tambahan makanan. Istilah makanan digunakan bagi pangan yang
telah di olah.
DAFTAR PUSTAKA

BPOM RI. (2014). Keracunan Pangan Akibat Bakteri Patogen. Sentra Informasi Keracunan
Nasional : Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) RI, 1–7.
http://ik.pom.go.id/v2016/artikel/Keracunan-Pangan-Akibat-Bakteri-Patogen3.pdf

García Reyes, L. E. (2013). TREN KEJADIAN KERACUNAN MAKANAN DIBERBAGAI


WILAYAH DI INDONESIA TAHUN 2014 DAN TAHUN 2015 Muslikha Nourma
Rhomadhoni, Nurul Jannatul Firdausi, Novera Herdiani. Journal of Chemical
Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Sari, M. H. (2017). Pengetahuan Dan Sikap Keamanan Pangan Dengan Perilaku Penjaja
Makanan Jajanan Anak Sekolah Dasar. Journal of Health Education, 2(2), 163–170.
https://doi.org/10.15294/jhe.v2i2.16916

Arinda Veratamala. ( 2016 ). Membedakan keracunan makanan dan penyakit bawaan


makanan. Diakses pada tanggal 7 April 2021 melalui
https://hellosehat.com/nutrisi/keracunan-makanan-penyakit-bawaan/

Dr. Tjin Willy. ( 2019 ) pengertian keracunan makanan. Diakses pada tanggal 7 April 2021
melalui https://www.alodokter.com/keracunan-.

Anda mungkin juga menyukai