Nama
Wendi Primananda
Nim
PO7233312 296
Tingkat
2A KESEHATAN LINGKUNGAN
BAB I
PENDAHULUAN
c.Bacillus cereus
Bacillus cereus menyebabkan terjadinya gastroenteritis pada manusia.
Gejalanya mual, kejang perut, diare berair, dan muntah-muntah
selama satu hari atau kurang. Pangan yang sering terkontaminasi
adalah serelia, tepung, bumbu, pati, puding, saus, dan nasi goreng.
d.Vibrio cholerae
Vibrio
cholerae menjadi
penyebab
terjadinya
wabah
kolera,
sedangkan Vibrio cholerae van Eltor penyebab dari penyakit kolera
eltor. Cara kerjanya adalah dengan menyerang dinding saluran usus
dan menyebabkan diare dan muntah. Penularan bakteri ini melalui air,
ikan dan makanan hasil laut.
f.Clostridium botulinum
Keracunan yang disebabkan bakteri ini disebut botulism. Racun yang
dihasilkan dapat menyebabkan kematian. Gejalanya dimulai dengan
gangguan pencernaan yang akut, mual, muntah, diare, lemah fisik dan
mental, pusing dan sakit kepala, pandangan berubah menjadi dua, sulit
menelan dan berbicara, otot-otot menjadi lumpuh dan kematian
biasanya karena kesulitan bernafas. Pada kasus yang fatal, kematian
dapat terjadi 3 6 hari.
Pada umumnya intoksikasi terjadi pada pangan kaleng berasam
rendah. Makanan kaleng yang sering menyebabkan botulism adalah
jagung manis, bit, asparagus dan bayam. Botulism juga mungkin
terjadi pada ikan asap.
g.Staphylococcus aureus
Gejala keracunan Staphylococcus aureus adalah banyak mengeluarkan
ludah, mual, muntah, kejang perut, diare berdarah dan berlendir, sakit
kepala, kejang otot, berkeringat dingin, lemas, nafas pendek, suhu
tubuh dibawah normal. Gejala ini berlangsung 1 2 hari, jarang terjadi
kematian.
Rongga hidung manusia khususnya penderita sinusitis mengandung
banyak staphylococcus, demikian halnya dengan bisul dan luka
bernanah merupakan sumber potensial. Sapi perah penderita mastitis
(infeksi pada ambing) menularkan staphylococcus ke dalam air susu.
Bakteri S. aureus yang telah masuk ke dalam makanan, dapat
dimatikan dengan pemanasan pada waktu dimasak, tetapi toksin yang
dihasilkannya hanya dapat terurai jika dilakukan pemanasan selama
beberapa jam, atau dipanaskan pada suhu 115C selama 30 menit.
Makanan yang dipanaskan pada suhu ini tentu saja akan berubah
teksturnya dan mengalami kerusakan kandungan gizi yang relatif
hebat.
h.Pseudomonas cocovenenans
Keracunan bongkrek adalah nama penyakit untuk jenis keracunan oleh
bakteri ini.Pseudomonas cocovenenans sering mengkontaminasi tempe
bongkrek. Tempe bongkrek terbuat dari ampas kelapa dan difermentasi
kapang Rhizopus oligosporus. Pada tempe yang gagal dan rapuh ,
disamping Rhizopus oligosporus biasanya tumbuh juga sejenis bakteri
yang disebut Pseudomonas cocovenenans. Bakteri inilah yang
menyebabkan terbentuknya toksin dalam tempe bongkrek dan
berbahaya jika dikonsumsi manusia.
Penderita keracunan bongkrek ditandai dengan hipoglikemia,
spasma/kejang, dan tidak sadar. Penderita hipoglikemia biasanya
meninggal 4 hari setelah mengkonsumsi tempe bongkrek yang
beracun.
Makanan dan minuman merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan
manusia untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Kebutuhan pokok makanan dan
minuman tersebut harus aman dan menyehatkan badan. Kesalahan dalam
penyediaan makanan dan minuman akan berakibat diperolehnya makanan yang
tidak aman dan tidak menyehatkan bahkan berdampak pada gangguan kesehatan
masyarakat.
c
Makanan jenis sayuran dan minuman dengan waktu penyimpanan
paling lama 1 minggu yaitu 70sampai 100 C
d.
II.Cara penyimpanan
a.Setiap bahan makanan yan disimpan diatur ketebalannya, maksudnya agar suhu
dapat merata keselutuh bagian
b.Setiap bahan makanan ditempatkan secara terpisah menurut jenisnya, dalam
wadah (container) masing-masing. Wadah dapat berupa bak, kantong plastik atau
lemari yang berbeda.
c.Makanan disimpan didalam ruangan penyimpanan sedemikian hingga terjadi
sirkulasi udara dengan baik agar suhu merata keseluruh bagian. Pengisian lemari
yang terlalu padat akan mengurangi manfaat penyimpanan karena suhunya tidak
sesuai dengan kebutuhan.
3.
Upaya pencegahan pada tahap pengolahan makanan
Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah
menjadi makanan yang siap santap. Pengolahan makanan yang baik adalah yang
mengikuti kaidah dan prinsip-prinsip hygiene dan sanitasi. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam proses pengolahan makanan antara lain :
a.
Pencucian
Cuci bahan mentah dengan teliti untuk mengeluarkan kotoran atau benda
asing pada permukaannya.
Pada saat ingin mengolah buah dan sayuran pastikan anda mencuci buah
dan sayuran tersebut dengan air bersih yang mengalir agar bakteri dan kotoran
yang menempel bisa hilang bersama air.
Pada saat pencucian dapat juga menggunakan cairan desinfektan untuk
membunuh kuman-kuman yang menempel pada sayuran.
b.
Penjamah makanan
Selama bekerja didapur tidak boleh menggunakan jam tangan, cincin dan
perhiasan lainnya, karena perhiasan akan menjadi tempat berkembangnya bakteri
yang dapat mencemari makanan.
Tangan yang luka harus dibalut dengan kain yang bersih, tidak boleh
menyentuh makanan, karena bakteri dalam luka akan berpindah ke dalam
makanan yang dapat mencemari makanan.
Kuku harus pendek dan bersih karena kuku dapat menjadi tempat
berkembang biaknya bakteri sehingga dapat mecemari makanan.
Mulut dan gigi harus selalu bersih, tidak boleh batuk, bersin, atau
meludah didekat makanan.
Jangan mencicipi makanan langsung dari alat memasak, karena bakteribakteri yang ada pada mulut akan berpindah pada makanan yang menyebabkan
pencemaran makanan.
c.
Proses memasak
Masaklah makanan sampai benar benar matang
Pewarna
Perasa
Pengelmusi
Pengawet
Bahan pengawet yang paling banyak digunakan dan setujui oleh badan pengawas
obat dan makanan (BPOM) adalah:
a.
Natrium benzoat adalah bahan yang cocok untuk jus buah dan minuman
ringan. Secara alami dapat diperoleh pada apel, cengkih, dan kayu manis.
b.
Kalium Sorbat adalah bahan pengawet yang banyak digunakan pada kue,
margarine, mentega, minuman soda, minuman ringan, padata gigi, yogurth, susu
dan lainnya. Secara alami dapat diperoleh pada pohon Sorbus Americana.
Penggunaan Natrium Benzoat dan Kalium sorbet sebagai pengawet dikarenakan
sifat bahan tersebut sebagai bahan antibakteria untuk mencegah pertumbuhan
mikroorganisme pada makanan dan minuman, selain untuk menghindari oksidasi
dan menjaga nutrisi makanan.
Semakin banyak kadar air pada makanan, maka akan menjadi mudah proses
pembusukan makanan.
e. Pemanisan
Pemanisan makanan yaitu dengan menaruh atau meletakkan makanan pada
medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi sebesar 40% untuk
menurunkan kadar mikroorganisme. Jika dicelup pada konsenstrasi 70% maka
dapat mencegah kerusakan makanan. Contoh makanan yang dimaniskan adalah
seperti manisan buah, susu, jeli, agar-agar, dan lain sebagainya.
f. Pengasinan
Cara yang terakhir ini dengan menggunakan bahan NaCl atau yang kita
kenal sebagai garam dapur untuk mengawetkan makanan. Tehnik ini disebut juga
dengan sebutan penggaraman. Garam dapur memiliki sifat yang menghambat
perkembangan dan pertumbuhan mikroorganisme perusak atau pembusuk
makanan. Contohnya seperti ikan asin yang merupakan paduan antara pengasinan
dengan pengeringan.
5.
Upaya pencegahan pada tahap penyajian
Penyajian makanan merupakan salah satu prinsip dari hygiene dan sanitasi
makanan. Penyajian makanan yang tidak baik dan etis, bukan saja dapat
mengurangi selera makan seseorang tetapi dapat juga menjadi penyebab
kontaminasi terhadap bakteri. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
penyajian makanan sesuai dengan prinsip hygiene dan sanitasi makanan adalah
sebagai berikut:
1.
Prinsip wadah artinya setiap jenis makanan ditempatkan dalam wadah
terpisah dan diusahakan tertutup. Tujuannya adalah Makanan tidak terkontaminasi
silang, Bila satu tercemar yang lain dapat diamankan, Memperpanjang masa saji
makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan.
2.
Prinsip kadar air artinya penempatan makanan yang mengandung kadar air
tinggi (kuah, susu) baru dicampur pada saat menjelang dihidangkan untuk
mencegah makanan cepat rusak. Makanan yang disiapkan dalam kadar air tinggi
(dalam kuah) lebih mudah menjadi rusak (basi).
3.
Prinsip edible part artinya setiap bahan yang disajikan dalam penyajian
adalah merupakan bahan makanan yang dapat dimakan. Hindari pemakaian bahan
yang membahayakan kesehatan seperti steples besi, tusuk gigi atau bunga plastik.
4.
Prinsip Pemisahan artinya makanan yang tidak ditempatkan dalam wadah
seperti makanan dalam kotak (dus) atau rantang harus dipisahkan setiap jenis
makanan agar tidak saling bercampur. Tujuannya agar tidak terjadi kontaminasi
silang.
5.
Prinsip Panas yaitu setiap penyajian yang disajikan panas, diusahakan tetap
dalam keadaan panas seperti soup, gulai, dsb. Untuk mengatur suhu perlu
diperhatikan suhu makanan sebelum ditempatkan dalam food warmer harus masih
berada diatas 60 Celsius. Alat terbaik untuk mempertahankan suhu penyajian
adalah dengan bean merry(bak penyaji panas)
6.
Prinsip alat bersih artinya setiap peralatan yang digunakan sepeti wadah dan
tutupnya, dus, pring, gelas, mangkuk harus bersih dan dalam kondisi baik. Bersih
artinya sudah dicuci dengan cara yang hygienis. Baik artinya utuh, tidak rusak
atau cacat dan bekas pakai. Tujuannya untuk mencegah penularan penyakit dan
memberikan penampilan yang estetis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan: Makanan yang terkontaminasi dapat menimbulkan gejala penyakit
baik infeksi maupun keracunan. Kerusakan bahan makanan dapat terjadi karena
tercemar bakteri, karena alam dan perlakuan manusia, adanya enzim dalam
makanan yang diperlukan dalam proses pematangan seperti pada buah-buahan dan
kerusakan mekanis seperti gesekan, tekanan, benturan dan lain-lain. Untuk
mencegah terjadinya kerusakan dapat dikendalikan dengan pencegahan
pencemaran bakteri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.com
=tingkat+pencemaran+bakteri+pada+makanan&start=
https://www.google.com Penyakit Bawaan Bahan Pangan (Foodborne
Disease) | Tempat Belajar dan Informasi Kesehatan
http://ilmuthp.wordpress.com/serba-serbi/3-mikrobiologi-pangan/
http://hartoko.wordpress.com/keamanan-pangan/analisis-bahayapada-pangan/
http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/bakteri-penyebab-kontaminasimakanan.html