Oleh:
Rizky Dwi Mulia, S.Ked (K1A1 11 018)
Winda Valentia, S. Ked (K1A1 11 084)
Nur Fazriani M, S.Ked (K1A1 12 025)
Ade Ratna Dewi, S.Ked (K1A1 14 002)
Pembimbing:
dr. Ika Rahma Mustika Hati, M.Kes
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan kerja merupakan masalah semua orang karena bekerja adalah
bagian kehidupan dan orang memerlukan pekerjaan sebagai sumber penghasilan
yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Namun, sejak lama
diketahui bahwa bekerja dapat menimbulkan gangguan kesehatan atau penyakit,
dan sebaliknya kesehatan dapat mengganggu pekerjaan.
Beberapa kejadian/Evidence di bawah ini dapat memberikan gambaran
tersebut. Seorang pengemudi taksi yang duduk di belakang kemudi lebih dari 10
jam setiap hari, menderita nyeri tulang belakang bagian bawah akibat HNP
(hernia nucleus pulposus). Setelah menjalani tindakan bedah dan dinyatakan
sembuh, ia bertanya kepada manajemen apakah ia diperbolehkan bekerja
kembali dan apakah penyakitnya dapat timbul kembali. Tiga dari 12 orang
pekerja wanita di pabrik sepatu di diagnosis menderita penyakit kulit akibat
kontak dengan bahan perekat. Dokter menganjurkan agar pekerja menghindari
kontak dengan bahan perekat tersebut. Manajemen dihadapi dengan masalah
mutasi atau penggantian bahan perekat, keduanya bukan hal mudah untuk
dilaksanakan. Seorang anak berumur satu tahun keracunan timah hitam. Dokter
anak menduga debu timah hitam yang menempel pada baju kerja sang ayah yang
bekerja di pabrik beterai mungkin merupakan penyebabnya. Selain itu, cat
tempat tidur juga dicurigai telah memajani si anak.
Sehat merupakan hak azazi manusia yang bersifat universal, karena
setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan. Di Indonesia, hal tersebut diatur dalam peraturan perundang-
undangan. Pekerjaan yang layak yang bersifat manusiawi yang memungkinkan
pekerja berada dalam kondisi selamat dan sehat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Kesehatan Kerja yang merupakan bagian dari
Keselamatan Kerja dan Kesehatan Kerja (K3). K3 (Occupational Safety and
Health) (OSH) yang bertujuan agar pekerja selamat, sehat, produktif dan
sejahtera. Dengan demikian, produksi dapat berjalan dan berkembang lancar
berkesinambungan (sustainable development) tidak terganggu oleh kejadian
2
kecelakaan maupun pekerja yang sakit atau tidak sehat sehingga menjadi tidak
produktif. Kejadian kecelakaan kerja diminimalkan oleh upaya Keselamatan
Kerja atau Safety, sedangkan kesehatan pekerja dijaga/dipelihara dan
ditingkatkan oleh upaya Kesehatan Kerja atau Occupational Health.
Kesehatan Kerja, bertujuan untuk mengenal (rekognisi) hazard kesehatan
di tempat kerja, menilai risiko hazard dan melakukan intervensi terhadap risiko,
agar menghilangkan atau meminimasi risiko kejadian penyakit. Di dunia usaha
dan dunia kerja, pelaksanaan upaya kesehatan kerja diwajibkan berdasarkan
konsep hak azasi manusia yang bersifat universal. Di Indonesia, hal tersebut
diatur oleh peraturan perundang- undangan dan prinsip ekonomi pekerja yang
sehat, produktif dan sejahtera di samping merupakan aset perusahaan yang
paling berharga juga dapat mencegah kerugian (loses).
Undang-undang Dasar 1945 Republik Indonesia Pasal 27 menyebutkan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pekerjaan dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Pekerjaan yang layak adalah pekerjan yang
bersifat manusiawi, yang memungkinkan pekerja berada dalam kondisi selamat
dan sehat, bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
PT Jamsostek melaporkan (Desember 2006) bahwa terjadi 95.624
kecelakaan kerja, 1.784 kematian, 8.013 cacat menetap dan kompensasi lebih
dari Rp. 222 milyar. Kompensasi ini adalah sebagian dari kerugian langsung dari
sekitar 7,5 juta pekerja sektor formal yang aktif sebagai peserta Jamsostek.10
Hal tersebut belum menggambarkan keadaan seluruh pekerja Indonesia yang
berjumlah sekitar 40 juta di sektor formal, dan 104 juta pekerja di semua sektor.
Indonesia belum mempunyai data tentang penyakit akibat kerja. Namun,
bercermin pada negara lain di dunia terutama di Asean diyakini bahwa jumlah
korban dan kerugian yang timbul akibat kerja tidak sedikit.
Pemberi kerja wajib menciptakan kondisi dan lingkungan kerja yang
sesuai standar, memotivasi pekerja bekerja sesuai standar operating prosedur,
menjamin kesehatan, keselamatan dan kesejahteraan pekerja. Para pekerja yang
diharapkan mengalami kepuasan kerja dan hidup berkualitas dapat bekerja
secara produktif dan menghasilkan produk/jasa yang berkualitas, bernilai dan
menguntungkan. Dengan demikian, perusahaan mampu berkompetisi dan dapat
3
berperan dalam pembangunan nasional secara langgeng dan berkelanjutan.
Sebagian pemberi kerja mulai menyadari bahwa masalah K3 secara langsung
maupun tidak langsung berpengaruh terhadap biaya operasional perusahaan dan
kelangsunan produktivitas sumber daya manusia. Mereka menganggap
pelaksanaan kesehatan dan keselamatan kerja merupakan kebutuhan. Para
pekerja membutuhkan pekerja yang sehat dan produktif, sehingga mereka
menentukan ‘kesehatan dan keselamatan’ sebagai pilihan. Perusahaan seperti ini
dinyatakan telah memiliki budaya K3.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkannya usaha kesehatan potensial yang terdapat pada
perusahaan PT. Tofico.
2. Tujuan Khusus
a. Identifikasi faktor-faktor risiko terhadap kesehatan dan keselamatan
pekerja di perusahaan PT. Tofico.
b. Identifikasi gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan di
perusahaan PT. Tofico.
C. Manfaat
1. Bagi Instasi Pendidikan
Mempunyai lulusan dokter yang berkualitas dan memiliki wawasan tentang
materi Kedokteran Okupasi.
2. Bagi Perusahaan
a. Tercapainya derajat kesehatan bagi para pekerja yang setinggi-tingginya
b. Memberikan sarana dalam pelayanan kesehatan dan keselamatan bagi
pekerja.
c. Memelihara dan meningkatkan kesehatan kerja bagi para pekerja
didalam pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh
faktor-faktor yang membahayakan bagi pekerja.
d. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan para pekerja yang diakibatkan
oleh keadaan atau kondisi lingkungan tempat kerja.
4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
A. Profil Perusahaan
Pelabuhan perikanan samudera (PPS) merupakan pusat industry
perikanan terpadu di kawasan Timur Indonesia dan khususnya di Sulawesi
Tenggara yang mempunyai pekerja 9.113 orang yang sudah termasuk jumlah
nelayan. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pelauhan perikanan
samudera ditunjang oleh pihak swasta untuk berinvestasi, sehingga dapat
memberikan dampak positif berupa kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
bagi masyarakat perikanan. Pada kawasan industri PPS kendai tercatat 25
perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha perikanan, salah satunya
adalah PT. Tofico (PPS kendari, 2015).
Industri pengolahan ikan PT. Tofico bertempat di kompleks PPS
Kendari, Jl. Samudera No. I, pudaya, Sulawesi Tenggara. Industri pengolahan
ikan PT. Tofico yang didirikan pada tahun 2013 bergerak dalam bidang
pengelolaan produk ikan, gurita dan udang. Industri ini memiliki fungsi sebagai
unit pengelolaan dan eksportir dengan Negara tujuan yaitu Portugal, Amerika
Serikat dan Korea (PT. Tofico).
Saat ini industry pengolahan ikan PT. Tofico dipimpin oleh bapak Robert
sejak tahun 2015 sampai sekarang. PT. Tofico memiliki 150 orang karyawan
dengan jam kerja mulai dari 08.00-16.00 (PT. Tofico).
5
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH
6
C. Identifikasi Hazard
Berikut ini adalah urutan pekerja packing Industri pengolahan Ikan dan Gurita
pada perusahaan PT. Tofico:
1. Melakukan absensi di ruang kantor
2. Melakukan briefing sesama pekerja packing
3. Memakai APD (sepatu boot, apron)
4. Mengambil gurita dan ikan dari ABF (tempat penyimpanan)
5. Membawa ke tempat packing
6. Mengangkat gurita/ikan ke atas meja packing
7. Melakukan pembersihan dan penyortiran ikan/gurita
8. Menimbang ikan/gurita
9. Membungkus kembali ikan/ gurita kemudian memasukkannya ke dalam
kardus
Demikian urutan kegiatan pekerja packing , untuk selanjutnya akan di
idenfitikasi lebih lanjut apa saja potensi hazard yang ada.
7
troli
3 Mengangkat Beban - - Posisi kecema Trauma
ikan/gurita ke yang mengan san akibat
atas meja berat, gkat posisi
lantai beban mengangka
licin berat t yg salah,
tergelincir
akibat
lantai licin
4 Menimbang - - - - - -
5 Packing Lantai - Ruang kecema LBP Trauma
(bungkus licin, gerak san karena
kembali dan yang Tergelincir
dimasukkan sempit akibat
dalam kardus) lantai yang
licin
8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Faktor risiko yang dapat membahayakan pada bagian packing yaitu fisika
(lantai yang licin karena air) bisa menyebabkan trauma karena tergelincir.
Ergonomi ( ruang gerak yang sempit dan posisi mengangkat beban berat) bisa
menyebabkan trauma dan gangguan kesehatan seperti LBP (Low Back Pain).
Perubahan suhu dan juga lingkungan kerja dengan ruang gerak terbatas dan
licin dapat menyebabkan stress pada para pekerja.
2. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pekerjaan yaitu LBP, trauma,
maupun alergi karena kontak yang lama dengan ikan/gurita tanpa APD yang
sesuai.
B. Saran
1. Diharapkan agar para pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD) pada
saat bekerja untuk mengurangi resiko kecelakaan kerja di perusahaan.
2. Diharapkan perusahaan lebih memperhatikan lingkungan kerja yang sesuai
bagi pekerja agar semua proses kerja berjalan lancar, dan juga menjauhkan
pekerja dari kecelakaan yang mungkin terjadi, juga agar produksi berjalan
lancar.
3. Diharapakan setiap dokter muda untuk lebih proaktif dalam melaksanakan
semua program kegiatan selama di KKP sehingga lebih banyak mendapatkan
pengalaman dan pengetahuan baru.
9
DAFTAR PUSTAKA
Meily L. 2007. Filosofi dan Konsep Dasar Kesehatan Kerja Serta Perkembangannya
dalam Praktik. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 1, No. 6
Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. 205. Profil Pelabuhan Samudera. Kendari.
KKP
PT. Tofico. 2018. Profil PT. Tofico. Kendari.
10
DOKUMENTASI
11