Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara umum di
Indonesia masih sering terabaikan. Hal ini ditujukkan dengan masih tingginya
angka kecelakaan kerja. Pada tahun 2014, terdapat 40.694 kasus Penyakit
Akibat Kerja (PAK) di Indonesia. Sebanyak 418 kasus terjadi di Kalimantan
Selatan. 1
Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di kalangan
masyarakat di Indonesia belum tercatat dengan baik. Jika dilihat angka
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa Negara maju menunjukkan
kecenderungan peningkatan prevalensi. Sebagai faktor penyebab sering
terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan
pekerja yang kurang memadai. 1
Aspek K3 pada perusahaan di Indonesia belum menjadi prioritas,
khususnya perusahaan swasta. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut
meminimalkan tenaga kerja dan pengeluaran dengan meraih keuntungan yang
sebesar-besarnya serta kurang pedulinya pihak perusahaan akan pentingnya
aspek K3, sehingga masih banyak peristiwa kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja yang terjadi. Padahal dengan adanya peristiwa kecelakaan kerja
di suatu perusahaan akan mengurangi profit perusahaan itu sendiri karena
harus membayar biaya pengobatan, perawatan korban kecelakaan kerja.
Selain itu, membayar kerugian bahkan mengganti alat atau mesin yang rusak
akibat kecelakaan tersebut. Untuk mengantisipasi agar tidak terjadi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja, pemerintah menghimbau pada
setiap perusahaan harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) maupun OHSAS: 18001 (Occupational Health and
Safety Series). 2
K3 dapat melakukan pencegahan dan pemberantasan penyakit akibat
kerja, misalnya kebisingan, pencahayaan (sinar), getaran, kelembaban udara,
dan hal-hal lain yang menyebabkan kerusakan pada pendengaran, gangguan
pernapasan, kerusakan paru-paru, kebutaan, kerusakan jaringan tubuh akibat
sinar UV, percikan benda panas ,dan lain-lain. 3
Penyebab penyakit akibat kerja terdiri dari berbagai macam
diantaranya golongan fisik, golongan kimiawi, golongan biologik, ganguan
fisiologik (Ergonomi) dan gangguan psikososial. Namun akhir-akhir ini
gangguan ergonomic atau fisiologik yang menyebabkan gangguan
muskuloskeletal pada pekerja. Hal ini didukung oleh data dari Departemen
Kesehatan (2005) menyatakan bahwa dalam profil masalah kesehatan di
Indonesia tahun 2005, menunjukkan sekitar 40,5% penyakit yang diderita
pekerja sehubungan dengan pekerjaannya terhadap 9.482 pekerja di 12
kabupaten atau kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan penyakit
Musculoskeletal Disorders (MSD’s) sebanyak 16%, kardiovaskuler (8%),
gangguan saraf (3%)
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja faktor yang mempengaruhi kejadian Penyakit Akibat Kerja pada
karyawan PT. A.M.O ?
2. Bagaimana penerapan K3 pada perusahaan PT.A.M.O ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor yang dapat menyebabkan kejadian Penyakit
Akibat Kerja pada keryawan PT. A.M.O.
2. Untuk mengetahui penerapan K3 pada perusahaan PT. A.M.O
D. Manfaat
1. Imstalasi
 Untuk mengoptimalkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
perusahaan.
 Untuk mengurangi kejadian Penyakit Akibat Kerja pada karyawan
BAB II

Tinjauan Pustaka

A. Definisi
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen yang
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut
merupakan hak asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan
mencegah, mengurangi bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero
accident). Penerapan konsep initi dak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang menghabis
kan banyak biaya. Melainkan harus dianggap sebagai bentuk investasi
jangka panjang yang memberikan keuntungan yang berlimpah pada masa
yang akan dating. 4
Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan/atau lingkungan kerja termasuk penyakit akibat hubungan
kerja. Pekerja mempunyai risiko terhadap masalah kesehatan yang
disebabkan oleh proses kerja, lingkungan kerja serta perilaku kesehatan
pekerja. Pekerja tidak hanya berisiko menderita penyakit menular dan
tidak menular tetapi pekerja juga dapat menderita penyakit akibat kerja
dan/atau penyakit terkait kerja. 5
B. Faktor Risiko Penyakit Akibat Kerja
Penyebab penyakit akibat kerja dibagi menjadi 5 (lima) golongan, yaitu : 5
1. Golongan fisika
Suhu ekstrem, bising, pencahayaan, vibrasi, radiasi pengion dan non
pengion dan tekanan udara.
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan
kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat
cramps, atau hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat
mengakibatkan frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caisson disease.
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan Kimia
Semua bahan kimia dalam bentuk debu, uap, uap logam, gas, larutan,
kabut, partikel nano dan lain-lain.
a. Debu dapat mengakibatkan pneumoconiosis.
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan
keracunan.
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S.
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis.
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan.
3. Golongan Biologi
Bajteri, virus, jamur, bioaerosol dan lain-lain.
4. Golongan Ergonomic
Angkat angkut berat, posisi kerja janggan, posisi kerja statis, gerak
repetitive, penerangan, Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
5. Golongan Psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton,
hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
C. Profil Perusahaan
Pelabuhan perikanan samudera (PPS) merupakan pusat industry
perikanan terpadu di Kawasan Timur Indonesia dan khususnya di Sulawesi
Tenggara yang mempunyai pekerja 9.113 orang yang sudah termaksud
jumlah nelayan. Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pelabuhan
Perikanan Samudera ditunjang oleh pihak swasta untuk berinvestasi, sehingga
dapat memberikan dampak positif berupa kesempatan kerja dan kesempatan
berusaha bagi masyarakat perikanan. Pada kawasan industri PPS Kendari
tercatat 25 Perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha perikanan,
salah satunya adalah PT. A.M.O.
PT. A.M.O. bertempat di Kompleks PPS Kendari, Jl. Samudra No.3,
Puday, Sulawesi Tenggara. Industri PT. A.M.O. yang didirikan pada tahun
2002 bergerak dalam bidang pengawetan dengan cara pembekuan.
Perusahaan ini membekukan berbagai macam ikan yang kemudian di
pasarkan ke Jakarta, Surabaya dan juga di eksporke negara Thailand.
Saat ini Industri Pengolahan Ikan PT. A.M.O. dipimpin oleh bapak
Rusia sejak tahun 2004 sampai sekarang. PT. A.M.O. memiliki 50 orang
karyawan, 20 karyawan tetap dan 30 karyawan lepas, dengan jam kerja mulai
dari 08.00-16.00 (PT.Abadi Makmur Ocean, 2018).
D. Alur Produksi
Proses pembekuan ikan melalui beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Penerimaan bahan baku
Untuk pengadaan bahan baku, supplier mendatangkan bahan baku dari
nelayan dengan menggunakan truck dan mobil pick up. Bahan baku
diangkut dengan menggunaan fish box yang diberi es dan air.
b. Penampungan dan Penimbangan
Setelah pembongkaran bahan baku selanjutnya bahan baku berupa Ikan
ditimbang satu persatu, untuk mengetahui size/ukuran ikan dari beratnya
masing- masing.
c. Sortasi
Setelah penimbangan selanjutnya bahan baku berupa Ikan di sortir
menurut sizenya di atas meja proses. Tujuan penyortiran adalah
memperoleh ikan dalam bentuk atau kualitas yang baik dan ukuran yang
seragam.
d. Pembersihan dan pencucian
Setelah penyortiran, ikan dibersihkan dan diberi bahan kimia untuk
menghilangkan bau amis lalu dicuci.
e. Penyusunan dalam pan
Setelah dilakukan pencucian selanjutnya dilakukan penyusunan. Proses
ini dilakukan di ruang proses dengan menyusunnya di pan yang
berukuran 32x10 cm yang tiap pannya berisi ±10 kg ikan.
f. Pembekuan
Setelah dilakukan penyusunan selanjutnya proses pembekuan. Ikan yang
sudah disusun di atas pan selanjutnya diangkat menggunakan trolly ke
dalam ruang pembekuan yaitu ABF (Air Blast Freezer) dengan suhu -
35ºC – -20oC dengan waktu pembekuan sekitar 8 – 12 jam.
g. Pengemasan dan Penyimpanan
Untuk menjaga suhu ikan langkah selanjutnya yaitu pada tahapan proses
pengemasan. Pengemasan dilakukan di ruang packing dengan tetap
menjaga suhu ruangan yaitu - 350C. Ikan kemudian dikeluarkan dari pan
dengan cara dibalik. Kemudian ikan dimasukan ke dalam kardus 35 x 45
x 10 cm bersih dari kotoran. Dalam satu buah kardus berisi duabuah pan
ikan beku. Setelah ikan dimasukan ke dalam kardus sebagai kemasan
sekunder, kemudian diberi label dengan cara menuliskan kode produk
yang diberi nama.
Tujuannya yaitu agar produk tidak tertukar dengan produk lain dan
memudahkan dalam penetapan di cold storage, proses selanjutnya yaitu
penyimpanan. Penyimpanan di cold storage harus menggunakan pallet
dan ditata sesuai jenis, mutu dan size.
h. Pengiriman
Setelah melalui tahap pengolahan dengan prosedur yang baik maka dapat
dipastikan seluruh produk yang tersimpan siap untuk di pasarkan.
Produk-produk yang siap untuk di pasarkan hendaknya memenuhi
spesifikasi baik ukuran, dan bentuk kualitasnya sesuai dengan permintaan
konsumen. Dengan demikian, konfirmasi penjualan dapat dilakukan
kepada dua belah pihak melalui syarat- syarat penjualan yang disepakati.
E. Identifikasi Permasalahan
 Faktor Lingkungan Kerja
a. Lantai
Lantai pada perusahaan ini menggunakan lantai keramik dan
banyak air tergenang sehingga menyebabkan lantai menjadi
licin. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
b. Ruang pembekuan ikan
Pada ruangan ini masalah yang dapat mengganggu penerapan
K3 adalah suhu dari ABF (Air Blast Freezer). Dimana suhu
pada ruangan ini dapat mencapai suhu -35ºC – -20oC.
 Faktor Manusia
Di dalam kecelakaan kerja tidak semua disebabkan oleh kesalahan
mesin, akan tetapi adakalanya karena human error (faktor manusia).
Diantaranya yang paling sering terjadi yaitu:
1) Disebabkan tenaga kerja terlalu kelelahan menyebabkan tidak
fokusnya pada pekerjaan yang dilakukannya.
2) Disebabkan karena tenaga kerja tidak mematuhi peraturan
untuk memakai alat pelindung diri yang segarusnya diperlukan
3) Disebabkan karena tenaga kerja lalai dan bekerja sesuai
kehendaknya tidak menaati peraturan

Pada perusahaan industri PT. A.M.O banyak karyawan yang tidak


mematuhi peraturan untuk memakai alat pelindung diri. Contohnya
pada karyawan yang bertugas di tempat pengemasan dan
penyimpanan ikan dengan suhu ruangan mencapai - 35oC sebagian
dari karyawan tidak menggunakan jaket atau jubah, sarung tangan dan
masker, hanya menggunakan sepatu boot. Hal tersebut dapat
menganggu penerapan K3 perusahaan. Sedangkan pada karyawan
dibagian tempat penyortiran ikan dan udang tidak menggunakan
sarung tangan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja
karena kelalaian dari karyawan tersebut.

F. Identifikasi Bahaya Potensial


Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja yang terjadi
pada perusahaan industri PT. A.M.O :
 Faktor fisika
1) Suhu
Suhu di tempat penyimapanan dan pengemasan ikan dapat
mencapai – 35oC. Hal ini dapat menyebabkan gangguan
kesehatan seperti hipotermi dan Common cold.
 Faktor Kimia
1) Air
Air yang digunakan pada proses industri ini tidak dikelola
dengan baik sehingga banyak air yang tergenang di lantai yang
menyebabkan lantai menjadi licin. Hal ini dapat menyebabkan
risiko kecelakaan kerja seperti tergelincir yang dapat
menyebabkan gangguan kesehatan kerja seperti dapat
terfjadinya fraktur dan dislokasi pada karyawan.
2) Cairan kimia penghilang bau amis
Cairan kimia yang digunakan untuk menghilangkan bau amis
pada ikan dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan
seperti terjadinya Dermatitis Kontak Iritan (DKI).
3) Asap kendaraan
Pada saat penerimaan bahan baku karyawaan dapat terpapar
dengan asap kendaraan yang digunakan untuk mengangkut
bahan baku ke pabrik industry PT. A.M.O. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan kesehatan seperti ISPA dan PPOK.
 Faktor Biologi
1) Mikrobiologi (jamur, bakteri dan virus)
Kebersihan dilingkungan kerja belum dapat dikatakan sudah
memenuhi standar kebersihan. Hal ini dikarenakan tempat
pembuangan sampah hasil dari industry belum dikelola dengan
baik.
 Faktor ergonomic
1) Posisi mengangkat fish box
Karyawan PT. A.M.O masih banyak yang belum mengetahui
bagaimana posisi tubuh yang baik saat mengangkat beban
yang berat. Hal ini dapat menyebabkan gangguan kesehatan
seperti Low Back Pain (LBP).
2) Lantai Licin
Air yang digunakan untuk proses pencucian dan pemberisahan
ikan banyak yang tergenang di lantai sehingga menyebabkan
lantai menjadi licin. Hal ini dapat menyebabkan karyawan
tergelincir sehingga menyebabkan karyawan jatuh.
 Faktor Psikososial
Dari hasil pengamatan tidak terdapat faktor psikososial yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan dan risiko terjadinya
kecelakaan kerja. Hal ini dikarenakan dari pengamatan dan
wawancara karyawan merasa nyaman bekerja disini karena kurangnya
tekanan dan teman kerja yang mudah untuk bersosialisasi.

Anda mungkin juga menyukai