Anda di halaman 1dari 48

613.

62
Ind
S

SERI
PEDOMAN TATALAKSANA PENYAKIT AKIBAT KERJA
BAGI PETUGAS KESEHATAN

PENYAKIT AKIBAT KERJA


KARENA PAJANAN LOGAM BERAT

DIREKTORAT BINA KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA


KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2012
r

ii
SAMBUTAN

DIREKTUR JENDERAL BINA GIZI DAN KIA

Pekerja memegang peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa


karena jumlahnya yang sangat besar, berperan dalam mengembangkan
pembangunan perekonomian negara, dan merupakan tulang punggung ekonomi
keluarga. Bila pekerja sehat dan produktif, ekonomi keluarga meningkat dan
berdampak pada ekonomi pembangunan bangsa serta angka kemiskinan dapat
diturunkan yang secara otomatis angka !MR dan MMR dapat diturunkan dan
status gizi dapat ditingkatkan.

Dalam perkembangan industrialisasi dan teknologi, makin banyak bahan dan slat
yang digunakan mempunyai risiko terhadap kesehatan pekerja. Pekerja dapat
terkena penyakit baik penyakit menular yang saat ini masih tinggi juga penyakit
tidak menular termasuk penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dan
lingkungan di tempat kerja.

Penyakit akibat kerja ini sangat berpengaruh terhadap produktivitas pekerja dan
bila tidak ditangani secara balk akan menyebabkan kecacatan seumur hidup
bahkan kematian. Oleh karena itu yang penting adalah deteksi dini penyakit.
Untuk itu deteksi diperlukan kemampuan yang cukup dari dokter dalam
diagnosis dini dan penanganan yang tepat.

Saya menyambut balk adanya pedoman ini, semoga bermanfaat bagi dokter di
pelayanan kesehatan dasar dalam memberikan pelayanan kesehatan.

Direktur Jenderal Bina Gizi dan KIA

DR.dr. H. Slamet Riyadi Yuwono , DTM&H, MARS

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kit4 panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan
rahmat dan k runiaNya buku Pedoman Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini
dapat diselesai an.

Perkembangal industri saat ini sarat akan teknologi yang selain berdampak
positif dari se i ekonomi namun juga dapat menimbulkan dampak buruk bagi
kesehatan.

Dokter di fasilitas kesehatan dasar sangat berperan untuk mencegah timbulnya


penyakit dan kecacatan akibat kerja dengan melakukan deteksi dini dan
penanganan y ng tepat.

Seri Pedomar Tatalaksana Penyakit Akibat Kerja ini, diharapkan dapat


memberikan i formasi yang cukup bagi petugas kesehatan, dan dapat
membantu dal 4m mengembangkan program.

Terimakasih k mi sampaikan kepada PERDOKI yang telah berperan dalam


penyusunan doman ini. Terima kasih juga kepada semua pihak yang
membantu.

Kami menyad ri pedoman ini tentu masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu
kami sangat Imengharapkan saran dan masukan untuk perbaikan dan
penyempurnaa dimasa mendatang.

Akhir kata, ka i berharap semoga pedoman ini dapat bermanfaat bagi petugas
kesehatan kh usnya dokter di fasilitas kesehatan dasar seperti puskesmas,
klinik perusah . an, rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya maupun bagi
instansi terkait

Jakarta, Juni 2012


Direktur Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga

dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS

iv
TIM PENYUSUN

1. Dr. dr. Fikry Effendi, MS, SpOk


2. dr. Erna Tresnaningsih , MOH, PhD, SpOk
3. DR. dr. Astrid W Sulistomo, MPH, SpOk
4. dr. Suryo Wibowo, MKK, SpOk
5. dr. Kuwat Sri Hudoyo, MS
6. dr. Dina Dariana, MKK
7. dr. Bambang Setia
8. dr. Guntur Argana, MKes
9. drg Sarah Ifke Pasolang
10. dr. Fida Dewi Ambar Sari
11. Syahrul Efendi, SKM, MKKK

v
DAFTAR ISI
KATA SAME TAN ............................................................i

KATA PENG NTAR ..........................................................ii

TIM PENYUS N ............................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................iv

BABI.PEND HULUAN

A. LA AR BELAKANG .............................................

B. TU UAN ............................................................

C. S ARAN .........................................................

D. R NG LINGKUP .............................................

BAB II. TATA AKSANA PENYAKIT AKIBAT PAJANAN LOGAM

A. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN ALUMINIUM ................

B. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN ARSEN .......................

C. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN BERILLIUM ................

D. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN CADMIUM .................

E. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN CHROM .....................

F. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN COBALT .....................

G. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN CUPRUM ...................

H. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN MANGAN ...................

1. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN MERKURI .................

J. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN NIKEL .......................

K. P NYAKIT AKIBAT PAJANAN TIMBAL ......................

BAB III. PEN TUP ..............................................................

DAFTAR PU TAKA ............................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Logam secara alami terdapat di alam dan digunakan sebagai bahan baku
berbagai jenis industri yang memproduksi berbagai kebutuhan manusia.
Benda yang berasal dari logam banyak digunakan dalam kehidupan sehari-
hari antara lain untuk alat perlengkapan rumah tangga, memberi warna
terang pada perkakas, sebagai pelarut emas, dan lain-lain.

Dengan meningkatnya industrialisasi dimana banyak yang menggunakan


unsur logam sebagai bahan baku, meningkatkan risiko terjadinya
pencemaran lingkungan yang berdampak terhadap kesehatan baik pada
manusia, hewan, tanaman. Selain itu pekerja yang bekerja menggunakan
logam atau memproduksi logam sangat berisiko terjadinya gangguan
kesehatan akibat logam tersebut.

Efek toksik dari logam berat dapat menghalangi kerja enzim yang berakibat
mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen,
teratogen atau karsinogen baik bagi manusia maupun hewan. Dengan
banyaknya masalah kesehatan akibat logam ini, dokter perlu mengetahui
lebih lanjut tentang gejala-gejala yang timbul akibat logam ini dan
penatalaksanaannya sehingga mengurangi kejadian kecacatan atau
kematian.

Pada pedoman ini hanya akan dibahas beberapa penyakit akibat logam
yang paling banyak digunakan di Indonesia seperti Aluminium (Al), Arsen
(As), Berillium ( Be), Cadmium (Cd), Chrom (Cr), Cobalt ( Co) , Mangan (Mn),
Merkuri ( Hg), Nikel (Ni), Timbal (Pb),

B. TUJUAN
Sebagai bahan acuan bagi dokter dalam tatalaksana penyakit akibat pajanan
logam di tempat kerja.

C. SASARAN
Dokter di fasilitas pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

D. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup tatalaksana penyakit akibat pajanan logam berat di tempat
kerja meliputi pengenalan pajanan, faktor risiko, dan penataksanaan serta
pencegahan.

1
BAB II
TATAL KSANA PENYAKIT AKIBAT PAJANAN LOGAM

Tatalaksana enyakit akibat kerja meliputi diagnosis, penatalaksanaannya dan


upaya pence ahan.
Dalam mendi gnosis mengikuti 7 (tujuh) langkah diagnosis sebagai berikut :
Langkah 1 : enegakkan diagnosis klinis
Langkah 2 : I entifikasi pajanan di lingkungan kerja
Langkah 3 : ubungan antara diagnosis dengan pajanan di tempat kerja
Langkah 4 : enentukan apakah dosis pajanan sudah mencukupi untuk
erjadinya penyakit akibat kerja
Langkah 5 : ktor individu yang berperan
Langkah 6: ktor diluar lingkungan kerja
Langkah 7 : enentuan diagnosis okupasi

Penyakit aki at pajanan logam antara lain :


A. PENYAKI AKIBAT PAJANAN ALUMINIUM ( ICD 10, J63.0)
1. Peng alan logam aluminium (Al)
Loga ringan berwarna putih keperakan, bergumpal atau berbutir dengan
berba ai ukuran, tidak larut dalam air dan pelarut organik, sukar larut
dalam asam mineral dan asam anorganik. Masuk ke dalam tubuh melalui
inhala i dari aerosol dan debu. Penggunaan paling banyak untuk kaleng
minu an, peralatan masak, pesawat terbang, pembungkus makanan,
perab tan rumah tangga dan lain-lain.

Gambar 1. Aluminium

2. Faktor isiko
- Pek ja yang sering minum obat antasida yang mengandung Aluminium
(AlO )

2
3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Aluminium
Pekerja pada produksi makanan/minuman kaleng
Pekerja pada produksi peralatan/perabotan rumah tangga berbahan
dasar aluminium (panci, wajan)
Pekerja keramik
Pekerja pada produksi barang elektronik
Pekerja pembuatan kembang api
Pekerja pembuatan Aluminium foil (pembungkus makanan)
Pekerja pada perakitan pesawat terbang

4. Tatalaksana
a. Efek terhadap kesehatan
- Terpajan dalam jumlah besar debu/uap aluminium akan
menyebabkan gangguan saluran pernafasan berupa batuk dan
sesak. Pada pajanan lama dapat menimbulkan fibrosis paru.
- Pada kadar tinggi menyebabkan kerusakan ringan pada kulit dan
selaput mukosa (iritasi), menyebabkan rasa tidak enak pada mata
(iritasi secara mekanik) dan telinga.
- Menyebabkan gangguan fungsi motorik
- Pemaparan jangka panjang dapat menyebabkan Osteomalacia
- Mempercepat timbulnya penyakit Alzheimer
- Kanker: paru dan kandung kemih (masa laten >20 Tahun)

b. Diagnosis
Anamnesis dan gejala yang timbul serta riwayat pekerjaan
berhubungan dengan pajanan Aluminium
Pemeriksaan Penunjang:
- Pemeriksaan Fungsi paru
- Foto Thorax (Fibrosis Interstitial Nodular)

c. Penatalaksanaan
Khelasi dengan desferrioxamine (DFO), hati-hati apabila ada
gangguan fungsi ginjal
Hemodialisis
Suplementasi dengan asam folat

d. Prognosis
Prognosis balk apabila diagnosis dilakukan lebih dini

5. Pencegahan
- Menggunakan alat pelindung diri seperti masker dengan cartridge yang
sesuai
- Pemeriksaan kesehatan secara berkala
- Perbaikan lingkungan kerja

3
B. PENYAKIT KIBAT PAJANAN ARSEN (As) (ICD 10,
1. Pengen Ian logam Arsen (As)
- Arse (As) adalah suatu metaloid berkilau seperti perak, tidak berbau,
tidak emiliki rasa, jika dipanaskan akan menyublim tanpa meleleh. As
meru akan senyawa alami sebagai bagian dari tanah, air dan batuan,
terda at dalam biji besi dan batubara, tersebar luas dialam dalam
jumlari sedikit.
- Arse elementar murni relatif tidak toksik. Kebanyakan bentuk yang
digu akan dalam industri adalah arsen trioksida dan arsen penta
oksid
Arse masuk kedalam tubuh melalui per oral dari makanan atau
minu an yang terkontaminasi As, dan lewat pernafasan yang berasal
dari ebu atau asap, kontak dengan kulit, kontak dengan mata.
Keb yakan kasus keracunan akut dan kronik disebabkan oleh Arsen
triok da. Arsen juga potensial bersifat karsinogenik dan
koka sinogenik.
Arse dalam tubuh mahluk hidup, baik hewan maupun tanaman
berg bung dengan hidrogen membentuk arsen organik. Senyawa
arse organik seperti arsenobetaine ditemukan pada seafood dan tidak
toksi
Arse diekskresi melalui kemih dan sedikit melalui feses. Ekskresi
arse minimum terjadi dalam 6 jam pertama, 25% dalam 24 jam dan
75% alam 7 hari setelah pajanan.
Arse tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau sehingga mudah
dica purkan pada makanan atau minuman tanpa dicurigai adanya
arse
Geja keracunan sangat umum dan tidak spesifik seperti muntaber.
Arse mudah diperoleh dalam berbagai bentuk, seperti pestisida,
racu tikus, racun semut, herbisida, dan obat-obatan homeopati.

Gambar 2 . Arsen (As)


2. Faktor isiko
Pekerja yang merokok akan rentan terkena dampak toksisitas arsen.
Pekerja wanita yang hamil rentan untuk terjadinya kelahiran bayi yang
abnorm I.
3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Arsen
Pekerja peleburan timah hitam, tembaga, emas, dan logam non besi
lainnya
Pekerja yang terpajan dengan debu dari pembakaran batubara
Pekerja industri pembuat pestisida, insektisida, herbisida, rodentisida,
pupuk
Petani, peternak, tukang kebun
Pekerja pest kontrol
Industri mikro elektronik
Industri gelas
Industri pengawetan kayu, dll

4. Tatalaksana
Arsen dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yang bersifat akut
(biasanya akibat kecelakaan yang berakibat terhirup, tertelan, kontak
dengan Arsen dalam jumlah besar) dan bersifat kronis akibat pajanan
Arsen dalam dosis kecil dalam waktu lama)

a. Keracunan akut ( ICD 10 , T57.0)


1) Efek terhadap kesehatan
- Pajanan Arsen anorganik melalui alat pernafasan dalam dosis
tinggi menyebabkan iritasi tenggorokan dan paru. Gambaran
klasik keracunan gas Arsen adanya masa laten 24 jam dilanjutkan
adanya nyeri abdomen, hemolisis dan gaga) ginjal.
Gejala klasik berupa sakit kepala, pusing, malaise dan lemah
mungkin merupakan gejala yang muncul pertama kali.
Gejala gastrointestinal berupa mual, muntah, nyeri abdomen.
Pajanan berlanjut menyebabkan konfusion, disorientasi dan
gagal jantung

Pajanan Arsen organik yang tertelan dalam dosis besar bisa


menimbulkan gejala hebat pada gastrointestinal setelah 30 (tiga
puluh) menit hingga 2 (dua) jam.
Gejala yang terlihat antara lain:
Mual akibat iritasi lambung, muntah, sakit perut, diare dengan
kotoran seperti air cucian beras (kadang berdarah), kolik
abdomen
Mulut terasa kering dan berasa logam
Napas berbau bawang putih
Kerongkongan terasa terbakar dan keluhan sulit menelan.
Terjadi sindrome paralitik akibat tertelan arsen yang cepat

5
diserap dalam jumlah besar seperti gelisah, sakit kepala
kronis, pingsan, pening, mengigau, somnolen, konvulsi, koma.
Kematian dapat terjadi beberapa jam setelah terpajan.

2) iagnosis
4danya riwayat terpajan Arsen dosis besar dalam waktu singkat.

3) ertolongan pertama pada keracunan akut


Terhirup
Untuk memberikan pertolongan, penolong menggunakan APD
yang sesuai. Segera pindahkan korban dari area pemaparan.
Bila perlu memberikan nafas buatan, gunakan kantong masker
berkatup kemudian segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas
kesehatan terdekat.
( Contoh gambar APD )
Kontak dengan kulit
Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang
terkontaminasi. Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air
mengalir sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang
tertinggal (selama 15-20 menit). Bila perlu segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Kontak dengan mata


Segera cuci mata dengan air mengalir atau dengan larutan
garam normal (NaCl 0,9%), selama 15-20 menit, atau
sekurangnya satu liter untuk setiap mata dan dengan sesekali
membuka kelopak mata atas dan bawah sampai dipastikan
tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke
rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

Tertelan
Jangan sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum
bagi pasien yang tidak sadar/pingsan. Bila terjadi muntah, jaga
agar kepala lebih rendah daripada panggul untuk mencegah
aspirasi. Bila korban pingsan, miringkan kepala menghadap ke
samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.

Setelah berada di tempat yang aman , lakukan:


Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
Jika ada kejang , beri diazepam dengan dosis:

6
Dewasa: 10-20 mg IV dengan kecepatan 2,5 mg/30 detik atau
0,5 mL/30 menit , jika perlu dosis ini dapat diulang setelah 30-
60 menit . Mungkin diperlukan infus kontinyu sampai maksimal
3 mg/kg BB/24 jam.

4) Dekontaminasi
- Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit:
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah
dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci
dengan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
diguyur perlahan selama 30 menit atau sekurangnya satu liter
untuk setiap mata.
Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
Tutup mats dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah
sakit atau fasilitas kesehatan terdekat dan konsul ke dokter
mata.

Dekontaminasi kuiit (termasuk rambut dan kuku)


Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang
dingin atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang trkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron plastik.
Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

- Dekontaminasi saluran cerna


Bila pasien sadar dapat diberikan arang aktif. Dapat
dipertimbangkan bilas lambung jika bahan tertelan dalam jumlah
sedang sampai banyak. Namun, karena kemungkinan terjadi
kejang atau perubahan status mental yang cepat, bilas lambung
sebaiknya hanya dilakukan setelah intubasi.

7
5) ntidotum
Untuk mengeliminasi Arsen adalah dengan menginduksi
muntah menggunakan obat emetik antara lain Apomorphine,
Zinc Sulfat, Mustard, dan Ipecac yang diberikan selama 2 hari
dilanjutkan dengan pemberian minyak kastor.
Untuk mengurangi toksisitas Arsen, penderita diberi Selenium
dalam makanan atau metionin yang mampu mengurangi lesi kulit.
Pemberian Ferrous Sulphate yang akan dikonversi oleh bakteri
dalam kolon menjadi ferrous sulfit yang kemudian akan berikatan
dengan Arsen yang selanjutnya akan diekskresikan melalui feses
(Wilson's, 2006).
Untuk penderita yang terpapar Arsen secara akut dengan gejala
dermatitis dan pembengkakan paru-paru dan juga penderita yang
terpapar Arsen secara kronis dapat diberikan Dimercaprol (BAL =
British Anti Lewisite) 3-5 mg/kg intra muskular dalam (deep
intramuscular injection) tiap 4-6 jam. BAL tidak dapat mengubah
keratosis dan tidak dapat mengurangi progres kanker kulit
(Kemrin,1999). Hati-hati pada penderita gangguan fungsi ginjal.

6) rrognosis
Iada pajanan akut bila ditangani dengan baik dan penderita dapat
ertahan, akan pulih kembali dalam 1(satu) minggu lebih.

b. Ker acunan Kronik


1) fekterhadap kesehatan
Dosis rendah dalam waktu lama bisa berpengaruh terhadap
berbagai jenis jaringan tubuh dan berbagai sistem tubuh.
Beberapa organ yang dapat diserang akibat pajanan Arsen
antara lain :
Kulit : hiperkeratosis simetris pada tangan dan telapak tangan,
melanosis, depigmentasi, Bowen's disease, karsinoma pada
sel basal, karsinoma pada sel skuamosa.

Gambar 3. Arsenical Keratosis (ICD 10, L85.8)

8
Gambar 4 . Bowen's Disease (ICD 10, L27.8)
Skin speckling : gambaran kulit seperti tetes hujan pada jalan
berdebu , disebabkan oleh Keracunan kronis Arsen
Kerontokan rambut merupakan tanda keracunan kronis
Kelainan kuku : garis Mees (garis putih melintang pada dasar
kuku) dan kuku jadi rapuh . (ICD 10, T57.0)

Gambar 5. garis Mees pada kuku

Hati : terjadi pembengkakan, penyakit kuning, sirosis, non-


sirosis portal hipertensi.
Sistem saraf : neuropati peripheral (ICD 10, G62.2), kehilangan
pendengaran
Sistem kardiovaskuler: akrosianosis, Raynaud's Phenomenon.
Sistem hemopoiesis : megaloblastosis
Sistem pernafasan : kanker paru
Sistem endokrin : Diabetes melitus, Goiter

9
Gambar 6. Gambaran eritrosit normal

C)O

00

0
10
_ Qf,
Gambar 7. Arsenic poisoning (gambaran basophilic stippling)

2) Diagnosis
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan yang dialami,
efek yang timbul, riwayat penyakit sebelumnya, riwayat pekerjaan
saat ini dan sebelumnya, riwayat pajanan terhadap arsen.

- Pemeriksaan penunjang dilakukan pada keadaan khusus,


antara lain:
Darah tepi (anemia, leukopenia, hiperbilirubinemia)
Pemeriksaan fungsi hati
Pemeriksaan fungsi ginjal
Pemeriksaan jantung
Kadar Arsen dalam urin dan atau darah
Apabila dilakukan bilas lambung, periksa kadar As dalam
cairan lambung

3) Penatalaksanaan
Pengobatan simptomatis sesuai gejala yang timbul. Diberikan
antidotum seperti pada keracunan akut. Hati-hati pada penderita
gangguan fungsi ginjal.

10
4) Prognosis
Pada keracunan kronis akan kembali normal dalam waktu 6 (enam)
sampai 12 (duabelas) bulan.
Efek iritasi pada kulit prognosis baik, tetapi kematian pada
bronchogenik sangat tinggi, jarang terjadi kerusakan permanen
pada jantung, paru, hati dan sistem saraf.

5. Pencegahan
Untuk mengurangi risiko pajanan Arsen, dapat dilakukan beberapa cara
antara lain :

a. Hindari kontak dengan Arsen menggunakan masker, sarung tangan,


kacamata atau baju pelindung.
b. Bila diketahui air minum terkontaminasi Arsen perlu dilakukan
tindakan seperti berikut:
Air minum yang terkontaminasi Arsen berhenti dikonsumsi
Apabila tidak terdapat alternatif lain untuk mendapatkan air minum,
maka air ditampung dan dibiarkan selama 12- 24 jam. Kemudian 3/4
bagian atas air disedot perlahan-lahan ketempat lain dan disaring 4
- 5 kali kemudian pada tahap terakhir dilakukan filtrasi (pakai
apa??)
c. Mengkonsumsi makanan bergizi, khususnya makanan yang kaya
vitamin A, B dan C. Konsumsi buah dan sayuran segar 5x/hari
mampu mengurangi 50 % risiko terkena kanker karena pajanan Arsen
(Dhaka Community Hospital,2003)
d. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja/penempatan meliputi
pemeriksaan fisik foto thorax, pemeriksaan saluran hidung dan kulit.
e. Pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk memeriksa uji fungsi
hati dan ginjal. Untuk pajanan lebih 10 tahun perlu dilakukan foto
thorax
f. Merekomendasikan untuk memperbaiki lingkungan kerja sehingga
pajanan Arsen seminimal mungkin (dibawah Nilai Ambang
Batas/NAB)
g. Pada kasus keracunan akut perlu dilakukan investigasi terjadinya
kecelakaan sehingga dapat dicegah terulangnya kecelakaan yang
sama

C. PENYAKIT AKIBAT BERILLIUM


1. Pengenalan logam Berilium (Be)
- Berilium (Be) adalah logam yang ditemukan secara alamiah di
tambang. Merupakan logam ringan berwarna abu-abu baja yang
memiliki sifat mekanik dan termal yang tahan panas, ringan, kukuh,

11
teta i mudah pecah sehingga ideal digunakan dibanyak industri
seb gal penguat dalam aloy.
Beri ium sebagai logam alkali tanah di dalam tanah, batu dan tambang
min ak. Selain itu juga ditemukan dalam kadar sangat rendah pada
bua , sayuran dan makanan dari kontaminasi udara.
Beri ium dapat masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi uap atau debu,
mel lui pencernaan >1% yang akan diserap sedangkan absorpsi
mel lui kulit dapat diabaikan.
Beri ium yang tidak larut menetap pada paru-paru, sedangkan yang
laru di distribusikan ke organ-organ lain.
Berl ium dapat melewati plasenta dan mencapai janin, dan dapat
dite skan pada bayi melalui air susu.
Die skresikan melalui kemih dan feses.

2. Faktor risiko
P erja yang merokok risiko terjadinya gangguan kesehatan lebih
bear
Pe erja yang mempunyai riwayat atopi
Pe erja dengan riwayat gangguan paru/pernafasan.

3. Pekerj an yang berisiko


Pek rja penambang Berillium
Pek rja pada produksi peralatan pertahanan
Pek rja pada produksi alat telekomunikasi (alat-alat komputer)
Pek rja pada produksi otomotif
Pek rja pada produksi alat kesehatan
Pek rja pada produksi alat antariksa

4. Tatala sana
Berilliu dapat menimbulkan efek terhadap kesehatan yang bersifat akut
akibat terhirup Be dalam jumlah besar, dan kronis (ICD 10. J63.2
Berilio is Kronis/Pneumokoniosis akibat pajanan Be dosis kecil dalam
waktu I ma),

a. Ker cunan akut


1) qek terhadakesehatan
I halasi udara yang mengandung Berillium kadar tinggi
enyebabkan reaksi inflamasi paru yang disebut sebagai Acute
ryiiium Disease (Beritiosis akut) (ICD 10, J68.0)
IGejalanya berupa iritasi selaput lendir hidung dan faring, nyeri
tenggorokan, penurunan fungsi paru dan anoreksia. Dalam jangka
lama dapat menimbulkan penurunan berat badan dan kelelahan.

12
Dapat timbul reaksi alergi pada kulit dengan gejala seperti
dermatitis kontak, bila berat dapat timbul nodul yang berupa
granuloma (ICD 10, L92.3).
Gejala timbul beberapa jam sampai 1-2 hari setelah terpajan

2) Diagnosis
Anamnesis dan adanya riwayat terpajan Berillium dosis besar dalam
waktu singkat

3) Penatalaksanaan
Untuk memberikan pertolongan, penolong menggunakan APD yang
sesuai. Segera pindahkan korban dari area pemaparan. Bila perlu
memberikan nafas buatan, gunakan kantong masker berkatup
kemudian segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.

Setelah berada di tempat yang aman, lakukan:


Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.

4) Prognosis
Pada pajanan akut bila ditangani dengan balk dan penderita dapat
bertahan, akan pulih kembali kurang lebih dalam 1(satu) minggu.

b. Keracunan Kronik
1) Efek terhadap kesehatan
- Efek Berillium mempengaruhi sistem imun yang berakibat
timbulnya granuloma paru dan fibrosis difus yang disebut
"Chronic Beryllium Disease" (Beriliosis kronik) (ICD 10, J63.2).
- Gejala yang timbul antara lain: kelelahan, sesak, batuk, lemah,
penurunan berat badan dan bisa menimbulkan pembesaran
jantung sebelah kanan dan penyakit jantung pada kasus lanjut.
- Gejala umumnya timbul setelah pajanan 10-15 tahun dengan
pajanan partikel lebih besar 0,5 mikrogram/m3
- Meningkatkan risiko timbulnya Kanker Paru (Neoplasma
maligna pada paru dan bronkus, ICD.10, C.34)

13
Gambar 8. Berillium dan gambaran paru pada Chronic
Beryllium Disease

2) iagnosis
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai keluhan yang dialami
khususnya keluhan pada paru, efek yang timbul, riwayat
pekerjaan saat ini dan sebelumnya, riwayat pajanan terhadap
Berillium, dan lain-lain.
- Pemeriksaan penunjang, antara lain:
Pemeriksaan Fungsi Paru menggunakan spirometri (Volume
ekspirasi paksa dalam 1 detik, kapasitas ekspirasi paksa)
Foto Thorax adanya gambaran granuloma dan fibrosis
paru

Gambar 8. Gambaran Berilliosis

Blood Beryllium Lymphosite Proliferation Test untuk


memprediksi adanya CBD (Chronic Beryllium Disease)
Skin Patch test bila perlu

3) F enatalaksanaan
Pengobatan simptomatis sesuai gejala yang timbul.
Dirujuk untuk penanganan lebih lanjut

4) F rognosis

14
Prognosis buruk oleh karena kelainan yang ditimbulkan bersifat
progresif dan irreversible (menimbulkan cacat berat)

5. Pencegahan
Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai, antara lain masker
Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan berkala
Merekomendasikan pengendalian berilium di lingkungan kerja

D. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN CADMIUM (Cd)


1. Pengenalan logam Cadmium (Cd)
Cadmium (Cc) adalah logam lunak berwarna putih keperakan,
mengkilap, mudah dibentuk, tidak larut dalam basa. Terdapat pada
kerak bumi bersama biji seng (Zn), timbal (Pb) dan tembaga.
Dalam industri digunakan untuk memberikan sifat tahan karat pada
baja, besi dan material lain. Juga digunakan sebagai pewarna dan
stabilizer plastik.
2. Faktor risiko
Pekerja yang merokok, perokok pasif atau mengunyah tembakau.

Gambar 9. Cadmium metal

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Cadmium


Pekerja industri baterai
Tukang las
Pekerja pertambangan Zn, Pb, Cu
Pekerja gaivanisasi
Pekerja industri keramik
Pekerja penyepuhan
Pembuat dan pemakai pewarna (pigmen) kadmium

15
Gambar 10. Produk yang menggunakan Cadmium

4. Tatala4 :sana
a. Kei acunan Akut
a) Efek terhadap kesehatan
Radang tenggorokan, nyeri kepala, mialgia, mual dan rasa
logam
Bronkitis (ICD.10, J68.0), emfisema (ICD.10, J68.4)
Pneumonitis kimia pulminan (ICD.10, J68.3) dengan gejala
demam, batuk, sesak nafas. rasa penuh di dada, gagal nafas
sampai kematian
Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure) dan gangguan fungsi
hati

b) Diagnosis
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan gejala yang
timbul, riwayat pajanan terhadap Cadmium

c) Penatalaksanaan
Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untuk
diobservasi.
Khelasi dengan CaNa2EDTAjika diperlukan
Monitor fungsi ginjal dengan ketat.

d) Prognosis.
Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan
ecepatan dalam penanganan. Yang ringan jika ditangani dengan
aik k akan pulih kembali.

b. Ke acunan Kronik
1) Efek terhadap kesehatan
Sindrom Fanconi : aminoaciduria, glikosuria, hiperkalsiuria,
fosfaturia dan proteinuria
Nefrolitiasis, Nefropati (ICD.10, N14.0)
Kerapuhan tulang mirip dengan osteomalacia karena
terjadinya gangguan daya keseimbangan kandungan
kalsium (Ca) dan fosfat (P) dalam ginjal disertai nyeri
tulang (Itai-itai disease, ICD.10, M83.8)
Anosmia dan anemia
Karsinogenik : kanker paru dan kanker prostat
Hipertrofi jantung
Lingkaran pada pangkal gigi

16
Pada Sistem reproduksi pria terjadi infertilitas (ICD.10, N.46.0)
(kerusakan jaringan testis , penurunan kadar testosteron dalam
darah) dan impotensi (ICD.10, N48. 4), sedangkan pada
perempuan terjadi peningkatan kadar progesteron dan
penurunan 17-(3 estradiol
Terjadi kelahiran dengan BBLR pada pekerja perempuan

2) Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang :
Fungsi hati (SGOT, SGPT)
Fungsi ginjal (aminoaciduria, glikosuria. hiperkalsiuria,
fosfaturia dan proteinuria khususnya a, 2-(3 dan globulin)
Analisa gas darah
Pemeriksaan spirometri
Pemeriksaan kadar cadmium dalam urin dan darah

3) Penatalaksanaan
Kasus dengan keluhan sistem respirasi harus dirawat untuk
diobservasi.
Pemberian khelasi tidak memberikan hasil yang signifikan
Monitor fungsi ginjal dengan ketat.

17
4) Prognosis
Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul

5) Pencegahan

a) Menghindari pajanan Cd dengan menggunakan masker


b) Tidak merokok, makan, minum di tempat kerja
c) Mengurangi rokok, mengurangi konsumsi makanan yang
rentan terkontaminasi Cd, antara lain kerang/she//fish, serta
mengurangi minuman yang rentan tercemar Cd, antara lain
kopi atau teh
d) Untuk mencegah toksisitas Cd, pertahankan kecukupan Zn
dalam tubuh dengan mengonsumsi makanan yang
mengandung Zn tinggi, antara lain biji-bijian (padi, jagung,
gandum) yang tidak ditumbuk halus, makanan dari
golongan leguminosae, dan kacang-kacangan. Konsumsi
suplemen Zn 15-30 mg/hari bisa mengurangi toksisitas Cd.
Konsumsi Zn, Ca, dan Se dosis tinggi mampu mengurangi
absorpsi Cd. Demikian juga konsumsi besi (Fe), kuprum
(Cu), selenium (Se), dan vitamin C mampu meningkatkan
eliminasi Cd yang bisa diketahui dari kadar Cd dalam urin atau
kadar Cd pada rambut .
e) Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan secara
berkala.

E. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN CHROM (Cr).

1. Peng alan logam Chrom /kromium (Cr)


Chr (kromium) adalah suatu logam putih keras yang relatif tidak
stabi dan mudah teroksidasi, dapat dipoles menjadi mengkilap.
Perp duan Kromium dengan besi dan nikel menghasilkan baja tahan
kara .
Mer pakan unsur alami yang ditemukan dalam batuan, hewan,
tum uhan, tanah dan debu vulkanik. Kromium di lingkungan dalam
bent k Cr, Cr3, Cr6.
Cr3 ecara alami terdapat di alam. Merupakan mikronutrien bagi
mak luk hidup untuk metabolisme hormon insulin dan pengaturan kadar
gluk sa darah. Kekurangan Cr3 menyebabkan Chromium deficiency,
teta i dalam dosis tinggi akan bersifat toksik.
Sed ngkan Cr dan Cr6 pada umumnya berasal dari proses industri
(Pel pisan).

18
- Kromium banyak digunakan sebagai pelapis pada ornamen-ornamen
bangunan, komponen kendaraan, seperti knalpot pada sepeda motor,
maupun sebagai pelapis perhiasan seperti emas, emas yang dilapisi
oleh kromium ini lebih dikenal dengan sebutan emas putih.

Gambar 13. Chromium

2. Faktor risiko.
Pekerja dengan riwayat atopi

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Cr


Pekerja pembuatan pewarna chromium.
Pekerja penyamak kulit.
Pekerja pelapis chromium (perhiasan, velg dan meubelair,dll)
Pekerja Bengkel mobil dan motor
Tukang cat semprot dengan pewarna chromium
Pekerja yang menggunakan semen
Teknisi fotografi
Pekerja laundry bagian cuci
Penggunaan tinta pada percetakan, dll

4. Tatalaksana
a. Keracunan Akut
1) Efek terhadap kesehatan
Akibat tertelan; bisa menyebabkan perdarahan saluran cerna,
nekrosis hati, nekrosis tubuler ginjal sampai kematian.
Bila terhirup menyebabkan reaksi alergi, kehilangan suara,
dada sesak/sesak nafas, wheezing, batuk, sakit kepala/pusing,
bersin, kongesti paru, kerusakan ginjal.
Bila mengenai mata dapat terjadi konjungtivitis mata rasa
terbakar, kerusakan kornea sampai terjadi kebutaan.
Kontak dengan kulit menimbulkan dermatitis kontak iritan
(ICD.10, L24.8), dermatitis kontak alergika (ICD.10, L23.0),
mual, muntah, kerusakan ginjal, koma.

2) Diagnosis

19
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan
gejala yang dialami serta riwayat terpajan
Pemeriksaan penunjang
Darah tepi
Spirometri fungsi paru,
Fungsi ginjal
Fungsi hati
Skin patch bila perlu

3) Penatalaksanaan
a) Terhirup
Segera jauhkan dari pajanan, monitoring apakah ada
gangguan pada sistem pernafasan, berikan oksigen dan
jika diperlukan ventilasi buatan.
Berikan N-acetylcysteine untuk mengurangi penyerapan
cromium dari alveolus.

Kontak melalui kulit


Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu yang
terkontaminasi,
cuci dengan cairan yang mengandung asam askorbat untuk
mengurangi penyerapan.
Kemudian berikan garam kalsium disodium EDTA.

Bila mengenai mata


Segera cuci/ bilas dengan air yang banyak atau lautan garam
normal, dengan sekali-kali mengedipkan mata sampai
dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal. Tutup
dengan verban steril dan segera dirujuk.

Tertelan
- Diberikan makanan atau susu untuk mengurangi
penyerapan dari cromium.
- Tidak boleh diberikan antasida atau bikarbonat karena
membuat pH tinggi yang mengakibatkan penyerapan
cromium meningkat.
Segera berikan asam askorbat (Vitamin C) untuk
mengurangi penyerapan cromium.
Tidak boleh dilakukan perangsangan muntah karena
dikhawatirkan terjadi iritasi atau luka bakar pada esofagus.
Bila terjadi muntah jaga agar kepala lebih rendah dari pada
panggul untuk mencegah aspirasi. Jika penderita tidak
sadar miringkan kepala ke samping.

20
e) Jika terjadi hemolisis dilakukan alkalinisasi urin dengan
pemberian Sodium Bicarbonate intravena.

4) Prognosis
Apabila didiagnosis dan ditangani dengan cepat prognosisnya baik

b. Keracunan Kronik
1) Efek terhadap kesehatan
Ulkus, perdarahan dan erosi pada septum nasi.
Iritasi pada saluran nafas dapat menyebabkan batuk, nyeri
dada dan sesak nafas (rhinitis, emfisema, bronkitis, faringitis,
dll)
Hemolisis
Pada foto terlihat pembesaran daerah hilar dan kelenjar limfe
Pneumokoniosis nodular dan nonnodular.
Dermatitis alergik dan iritant, ulkus kulit tanpa nyeri (Chrom
Holes).
Pada darah dapat terjadi; leukositosis, eosinofilia kadang
terjadi leukopenia.
Rasa penciuman hilang
Perubahan warna pada gigi
Radang konjungtiva, lakrimasi dan warns merah gelap
disekitar kornea.
Kanker paru, kanker pada mulut.

Gambar 14. Ulkus pada jari dan septum nasi akibat kromium

2) Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai dengan efek yang
ditimbulkan, riwayat pajanan terhadap Chrom, dli
Pemeriksaan penunjang
Spirometri fungsi paru
Darah tepi
Fungsi ginjal
Fungsi hati

21
Skin patch bila perlu

3) Penatalaksanaan
Ulserasi nasal dan kulit diobati dengan salep yang mengandung
10% CaNa2 EDTA dan ditutup dengan kassa steril.

a. Stabilisasi
Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara,
oksigen, brokodilator bila diperlukan.
Perhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit.

b. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan terapi intervensi dengan tujuan
untuk menurunkan pemaparan terhadap racun, mencegah
kerusakan dan mengurangi absorbsi.
Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit :
Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala
tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau
terburuk kondisinya.
Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9%
perlahan selama 15-20 menit.
Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata
lainnya.
Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10
menit.
Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera
kirim/konsul ke dokter mata.

Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku )


Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air dingin
atau hangat yang mengalir dan sabun minimal 10 menit.
Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien
dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang trkontaminasi
atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik
tertutup.

22
Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron.
Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

- Dekontaminasi gastrointestinal
Pertimbangan untuk bilas lambung. Bilas lambung efektif
dilakukan 1-4 jam pertama dan dengan teknik yang baik.
Tindakan ini hanya boleh dilakukan di rumah sakit oleh
petugas yang berpengalaman dan pasien yang kooperatif

4) Prognosis.
Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan
kecepatan dalam penanganan. Yang ringan jika ditangani
dengan balk akan pulih kembali.
Untuk ulserasi kulit dapat sembuh sempurna bila pajanan
dihentikan.
Perforasi septum nasi dan rinitis atrofik merupakan keadaan
yang irreversibel
Untuk kanker paru akibat chrom prognosis buruk.

5. Pencegahan
Menggunakan alat pelindung diri seperti masker
Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan dan secara berkala
Merekomendasikan pengendalian krom di lingkungan kerja

F. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN COBALT (Co)


1. Pengenalan logam Cobalt (Co)
Cobalt adalah logam yang warnanya sedikit berkilauan metalik keabu-
abuan (keperakan), bersifat rapuh dan agak keras. Senyawa Cobalt
yang penting secara biokimia adalah vitamin B12 atau
cyanocobalamine.
Biasanya digunakan untuk campuran logam lain membentuk aloy,
sehingga lebih keras dan tahan terhadap karat. Aloy tersebut
digunakan sebagai implan pada tubuh manusia (contohnya pen)
Senyawa ini juga terdapat pada pewarna dalam industri gelas, keramik
dan cat. Cobalt sebagai pewarna biru.

23
Gambar 15. Kristal Cobalt dan Blue Cobalt

2. Fakto risiko
Per kok
Pek rja dengan riwayat penyakit paru
Pek rja dengan riwayat atopi

3. Pekerj an yang berisiko terpajan logam Cobalt (Co)


Pek rja pads industri gelas, keramik dan cat
Pek rja pada pemolesan berlian
Pek rja pads logam keras

4. Tatala sana
a. Efe terhadap kesehatan
eracunan kronik menimbulkan efek pada pernafasan seperti
nurunan fungsi paru, wheezing, asma, pneumonia dan fibrosis
enimbulkan kardiomiopati yang ditandai oleh berkurangnya fungsi
v ntrikel

Gambar 17. Kerusakan jaringan lunak akibat keracunan Cobalt

b. Dia nosis
namnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan logam Cobalt
emeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto
t orax

5. Pencelgahan

24
- Menggunakan alat pelindung diri seperti masker
- Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan can secara berkala
- Merekomendasikan pengendalian cobalt di lingkungan kerja

G. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN TEMBAGA/CUPRUM (Cu)


1. Pengenalan logam TembagalCuprum(Cu)
- Tembaga/Cuprum (Cu) adalah Logam berwarna jingga kemerahan
yang tahan terhadap suhu tinggi. Penggunaannya pada material
bangunan, kerajinan yang terbuat dari tembaga

2. Faktor risiko
Perokok
Riwayat atopi
Pekerja dengan riwayat paru kronik
Pekerja dengan gangguan hati (Wilson's disease) yang merupakan
penyakit keturunan akibat timbunan cuprum yang berlebihan didalam
tubuh.

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan logam Cuprum


Pekerja pada pengrajin tembaga
Pekerja pada produksi material bangunan khususnya peleburan
tembaga
Pekerja yang membongkar/demolisi bangunan

4. Tatalaksana
a. Keracunan Akut
1) Efek terhadap kesehatan
- Keracunan akut dapat menyebabkan inhalasi uap tembaga
dalam dosis tinggi atau kontak dengan mata atau kulit. Gejala

25
yang timbul dapat berupa: Iritasi mata, hidung dan tenggorok,
juga menyebabkan metal fume fever
Rasa logam atau manis di mulut
Menyebabkan gastrointestinal distress dengan gejala mual,
muntah, nyeri abdomen,
Menyebabkan destruksi sel darah merah (hemolisis) yang
diakhiri dengan anemia

2) iagnosis
Anamnesis tentang keluhan, riwayat pekerjaan dan pajanan
logam tembaga
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan darah: lekositosis sekitar 12.000-16.000/ml

3) enatalaksanaan
Segera jauhkan dari pajanan, monitoring apakah ada gangguan
pada sistem pernafasan, berikan oksigen dan jika diperlukan
ventilasi buatan.
Pengobatan simptomatis sesuai gejala

4) r eracunan
rognosis
akut bila ditangani segera, biasanya pemulihan cepat
an tidak ada gejala sisa.

b. Ke cunan Kronis
1) fek terhadap kesehatan
- Perubahan warna kulit dan rambut menjadi seperti tembaga
(merah tembaga)
- Mengakibatkan terjadinya anemia hemolitik.
- Menyebabkan gangguan pada hati (Wilson's Disease) dengan
gejala kuning, pembengkakan hati dan nyeri
- Menyebabkan gangguan pada ginjal

2) iagnosis
Anamnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan tembaga
Pemeriksaan darah: Lekositosis 12.000-16.000/ml

3) ^enatalaksanaan
engobatan sesuai dengan gejala yang timbul

4) prognosis

26
Apabila segera ditangani dengan benar akan pulih kembali.

5. Pencegahan
Menggunakan alat pelindung diri berupa masker
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus

H. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN MANGAN (Mn)

1. Pengenalan logam Mangan (Mn)


Suatu logam rapuh berwarna kelabu keputihan, yang digunakan untuk
memproduksi baja dan juga merupakan campuran dalam pembuatan aloy
dengan aluminium, tembaga,magnesium dan besi karena kemampuannya
untuk memperkeras dan memperkuat logam-logam tersebut.

Gambar 17. Logam Mangan

2. Faktor risiko
- Perokok

3. Pekerjaan yang berisiko terpajan Mangan


Pekerja tambang Mangan,
Pekerja pabrik baterai
Pekerja pabrik kimia
Pekerja industri elektronik
Pekerja peleburan baja
Pekerja pada industri yang memakai bahan bakar yang mengandung
MMT (methylcyclopentadienil manganese tricarbonil) sebagai anti
"Knocking Agent"
Pekerja pengelasan (welder)
Pekerja keramik dan persolen
Pekerja yang menggunakan pestisida

4. Tatalaksana

27
a. Ker cunan Akut (ICD 10, T57.2)
1) fek terhadap kesehatan
Metal Fume Fever dengan gejala berupa demam menggigil,
rasa logam, iritasi pada hidung dan tenggorokan, batuk, sesak,
mual, muntah, nyeri abdomen, nyeri otot yang timbul 3-12 jam
setelah melakukan pekerjaan pengelasan atau pekerjaan lain
yang menggunakan Iogam yang dipanaskan.
Gejala lebih hebat pada hari pertama minggu kerja, kemudian
sembuh secara spontan dalam waktu 1-2 hari.
Pneumonitis akut (ICD 10, J68.0)

2) D iagnosis
namnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan
t rhadap Mangan
meriksaan penunjang:
- Foto Thorax (bila diperlukan) dengan gambaran Pneumonitis
Interstitial

enatalaksanaan
Dihentikan dari pajanan Mangan
Terapi suportif sesuai dengan gejala yang timbul:
Antasida untuk gejala gastrointestinal (mual, muntah, nyeri
abdomen)
Kortikosteroid untuk gejala berat
Bronkodilator jika ada wheezing

4) rognosis
rognosis balk kecuali terjadi pajanan yang berulang

b. Ker cunan Kronik :


1) E ek terhadap kesehatan
Gejala keracunan mangan umumnya muncul secara perlaha-
lahan dari beberapa bulan sampai ke tahun.
Dapat terjadi kerusakan sistem saraf pusat yang permanen
menyerupai parkinson dengan gejala berupa gangguan
koordinasi, gaya berjalan, suara menjadi monoton, ekspresi
wajah berkurang seperti memakai topeng, tremor halus pada jari-
jari dan lidah, tulisan tangan menjadi kecil-kecil.
Kadang-kadang didahului gejala kejiwaan, seperti mudah marah,
agresif, bahkan halusinasi.
Mudah menderita infeksi saluran pernafasan (batuk, bronkitis
akut, penurunan fungsi paru).
Penurunan libido dan impotensi pada pekerja pria

28
2) Diagnosis
Anamnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan
terhadap Mangan
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gangguan mental emosional
MRI: perubahan signal didaerah globus palidus dan basal
ganglia.

3) Penatalaksanaan
Pekerja dengan gejala sistem pernafasan harus dirawat di R5
untuk observasi.
Pemberian obat antiparkinson
Pemberian antipsikotik apabila diperlukan

4) Prognosis
Prognosis buruk

5. Pencegahan
Penggunaan alat pelindung diri berupa masker yang dilengkapi dengan
cartridge yang sesuai
Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan khusus

1. PENYAKIT AKIBAT PAJANAN MERKURI (Hg)

1. Pengenalam logam Merkuri (Hg)


Merkuri (Hg) merupakan cairan yang berwarna putih keperakan,
mudah menguap pada suhu ruangan, tidak larut dalam air tetapi larut
dalam asam nitrat dan mudah larut dalam lemak
Hg mudah larut dan bersenyawa dengan logam lain kecuali dengan
besi dan platinum.
Memiliki waktu paruh (half life) adalah sekitar 50 s/d 70 hari.

Gambar 18. Merkuri

29
- Me kuri masuk ke dalam tubuh terutama melalui paru-paru, 80% di
ab rbsi oleh tubuh dan larut dalam lemak. Selain itu logam air raksa
jug dapat tertelan melalui saluran cerna. Beberapa merkuri organik
da anorganik dapat diabsorbsi melalui kulit.

Gabar 19. Merkuri dapat masuk tubuh melalui ikan atau makanan
yang tercemar merkuri

- E4 kumulatif dan deposit terutama dalam otak, ginjal dan hepar.


Ek resi terutama melalui ginjal, tapi dapat melalui air susu ibu dan
pla enta.

Me uri terdiri dari 3 (tiga) jenis, yaitu:


a. Merkuri Elemental
Merkuri elemental 80% masuk melalui saluran pernafasan.
Sumber merkuri jenis elemental antara lain: Amalgam,
Termometer, barometer, pekerja industri keramik, pekerja pabrik
chlorine, pekerja industry lampu mercury.
Distribusi jaringan merkuri elemental ke SSP, ginjal
Ekskresi merkuri lebih banyak melalui urine dari pada feces.
b. Merkuri Organik
Merkuri Organik masuk melalui saluran pencernaan.
Sumber merkuri organic: pestisida, fungisida, antiseptic,
bakterisida.
Distribusi merkuri organik dalam tubuh ke organ ginjal
Ekskresi merkuri lebih banyak melalui urine dari pada feces.
c. Merkuri anorganik
Merkuri anorganik 7 - 15% masuk melalui saluran pencernaan
Sumber anorganik : pembuat pewarna, peledak, kembang api,
pembuat Vinyl chloride.
Distribusi merkuri anorganik melalui ginjal
Ekskresi merkuri anorganik melalui ginjal dan saluran pencernaan.
Hampir 90% di ekskresikan melalui feces

2. Faktod risiko

30
a. Pekerja yang mempunyai gangguan fungsi hati , ginjal dan
pernafasan.
b. Pekerja perokok.
c. Pekerja dengan inssufisiensi dari Zinc, Gluthatione, Anti oksidant,
atau selenium.
d. Gangguan Gizi/Malnutrisi

3. Sumber pajanan.
Penggunaan merkuri pada bidang medis dan industri
a. Pada bidang industri, digunakan pada pertambangan emas dan perak,
produk kulit binatang, cat, pigmen, tatoo, pestisida, fungisida,
insektisida, baterai, kembang api, peralatan scientific, peralatan listrik
(hampir 50% penggunaan).
b. Pajanan merkuri di bidang medis seperti laboratorium, rumah sakit dan
praktek dokter gigi. Pada bidang medis, banyak digunakan pada
peralatan medis, seperti tensimeter, thermometer, pacemakers, dll.
c. Pada bidang farmasi sebagai antiseptik
d. Pajanan merkuri selain dari tempat kerja juga dapat berasal dari alam.

Gambar 19. Industri yang mengunakan merkuri

4. Tatalaksana
a. Keracunan Akut ( ICD.10 , T56.1)
1) Efek Terhadap Kesehatan
- Keracunan akut terjadi akibat pajanan jangka pendek uap/debu
merkuri konsentrasi tinggi.
- Keracunan akut Merkuri Elemental dapat menyebabkan
penyakit Acute Interstitial Pneumonitis, Bronchitis dan
Broncholitis.
- Umumnya penyakit ini disertai gejala rasa sesak, nyeri pada
dada, sulit bernafas & batuk, rasa logam, nausea, nyeri
abdomen, muntah, diare, sakit kepala, kadang-kadang
albuminuria dan dapat menyebabkan kematian.
- Biasanya setelah 3-4 hari, kelenjar saliva bengkak, ginggivitis
dan timbul garis merkuri, juga gejala gastroenteritis dan
nephritis.

31
2) Diagnosis
- Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan
anamnesis untuk mengetahui riwayat pajanan dan pemeriksaan
fisik sesuai efek yang ditimbulkan
- Pemeriksaan foto rontgen Abdomen bila merkuri tertelan lebih
dari 2 jam

3) Penatalaksanaan
Dekontaminasi:
Cuci lambung jika kurang dari 2 jam untuk merkuri organik dan
an organik. Dapat ditambahkan susu atau putih telur dalam
cairan cuci lambung. Jika merkuri teridentifikasi dalam usus
besar (lebih dari 2 jam) dilakukan irigasi usus.
Khelasi:
Dengan Meso-2,3-dimercaptosuccinic acid (DMSA) untuk
semua bentuk keracunan merkuri
Dengan Dimercaprol (BAL) atau d-Penicillamine untuk
keracunan merkuri anorganik dan elemental.
Hati-hati pada pasien dengan ganguan fungsi ginjal

4) Prognosis
Pada keracunan akut < 2 jam bila ditangani dengan tepat
prognosisnya baik

b. Ke acunan kronik
1) Efek Terhadap Kesehatan
Keracunan kronik dapat terjadi akibat pajanan melalui inhalasi
atau ingesti dan diperberat melalui absorpsi kulit. Gejala timbul
beberapa minggu-tahun setelah pajanan.
Pajanan rendah akan menimbulkan gejala patoneurologik/
patopsikologik, berupa tremor, gangguan kepribadian,
parkinsonism, demensia dan kelainan gusi.
Pada pajanan tinggi akan menyebabkan gangguan pada mulut
(stomatitis), neuropati perifer, ginjal, gastroenteritis dan sistem
respirasi.

32
Gambar 20. Minimata disease
2) Diagnosis
- Diagnosis keracunan merkuri dapat ditegakkan dengan
anamnesis untuk mengetahui riwayat pajanan clan pemeriksaan
fisik sesuai efek yang ditimbulkan.
- Pemeriksaan penunjang untuk melihat kadar merkuri dalam
darah.
Normal adalah < 10 pg/It
Absorpsi meningkat, bila > 50 pg/It
Tanda bahaya, bila > 100 pg/It
Pindahkan dari pajanan, bila > 200 pg/It
Timbul gejala keracunan, bila > 300 pg/It

3) Penatalaksanaan.
Metalik elemen pakai DMSA atau penisilamine
Keracunan merkuri organik dengan BAL
Hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal,
gangguan fungsi hati, Defisiensi G6PD

4) Prognosis

33
Pada keracunan akut > 2 jam dan Keracunan kronis prognosisnya
buruk oleh karena dapat terjadi cacat hingga kematian.

5. Penc gahan
Meng anti alat -alat medis yang menggunakan merkuri dengan alat-
alat edis non merkuri.
Meng unakan masker dengan catridge yang sesuai

J. PENYAK AAKIBAT PAJANAN NIKEL (Ni)


1. Peng nalan logam Nikel (Ni)
- Logam magnetik yang keras berwarna putih keperakan dalam
ke daan murni bersifat lembek. Bila dipadukan krom, besi dan logam
lair nya dapat membentuk baja tahan karat yang keras.
Di unakan terutama dalam memproduksi stainless steel, yang
dig nakan dalam peralatan masak.
Ga am nikel juga digunakan dalam proses penyepuhan untuk
me buat permukaan benda mengkilap dan tahan karat, juga
dig nakan sebagai katalisator dan pigmen.

Gambar 21. Logam Nikel

2. Faktot risiko.
Peker a mempunyai riwayat atopi.

3. Pekerjoan yang berisiko terpajan Nikel


Pe erja yang memproduksi stainless steel, alloy nikel
Pe erja penyepuhan, pembuat baterai alkalin, baterai nikel cadmium
Pe erja yang memproduksi produk untuk pengelasan, antara lain
ele trode nikel
Pe erja Industri elektronik, karena banyak komponen menggunakan
nik I dalam industri ini.
Pe buatan uang logam

34
4. Tatalaksana
a) Efek terhadap kesehatan (ICD.10, T56.8)
Dermatitis kontak alergika.
Rhinitis, sinusitis dan anosmia.
Batuk dan mengi pada asma akibat Nikel.
Sakit kepala, rasa lelah, mual dan muntah.
Pada kasus yang berat dapat terjadi Pneumonitis interstitial difuse
dengan gejala demam menggigil batuk, nyeri dada dan sesak
nafas.
Delirium, kejang-kejang dan koma dapat terjadi sampai kematian.
Merupakan karsinogen saluran pernafasan (kanker sinus dan
kanker paru).

b) Diagnosis
- Anamnesis sesuai dengan gejala yang timbul, riwayat pajanan
terhadap nikel
- Pemeriksaan penunjang : pengukuran kadar nikel dalam urin,
patch test (bila diperlukan)

L-7
Gambar 22. Dermatitis Kontak Alergika pajanan Nikel
c) Penatalaksanaan
- Pengobatan sesuai dengan gejala yang timbul
- Pada kasus berat diberi Sodium dietil tiokarbamat atau Disulfiram
- Hati-hati pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal
- Dijauhkan dari pajanan.

d) Prognosis
Prognosis tergantung berat ringannya gejala yang timbul dan
kecepatan dalam penanganan. Bila ditangani dengan baik akan pulih
kembali.

5. Pencegahan
Menggunakan masker dengan catridge
Pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus

35
K. PENYAKIJAKIBAT PAJANAN TIMBAL (Pb)
1. Penge alan logam Timbal
Tim al (Pb) atau timah hitam adalah logam berbentuk padat halus,
war a biru kecoklatan dan resisten korosi. Timbal (Pb) dapat menguap
dan bereaksi dengan oksigen di udara.
Su ber polusi Pb berasal dari emisi otomotif, bahan dasar cat dan
pe bakaran batu bara.
Pb apat dibedakan menjadi Pb inorganik dan Pb organik. Jenis
ind tri pemakai Pb, antara lain: baterai/aki, lead alloy, pipa & kabel,
sold r elektrik, cat, plastik, keramik, herbal remedies, kosmetik, pabrik
gel , perhiasan, bahan kontruksi peredam suara & getaran, antiknock
age t bahan bakar (tetraetil lead, trietil lead). Selain itu sebagian kecil
tim I terdapat di alam di pada batu-batuan, tanah dan tumbuh-
tum uhan.
Tim al masuk kedalam tubuh melalui pernafasan dan tertelan bersama
ma nan atau minuman yang terkontaminasi timbal. Timbal dalam
tub h tidak dibutuhkan, sebagian akan dikeluarkan lewat kemih (75-
80/) dan feses (sekitar 15%), sebagian akan terakumulasi di dalam
hati, ginjal, jaringan lemak, kuku dan rambut.

2. Faktor isiko
Pec ndu Alkohol lebih berisiko menimbulkan gangguan saraf
Wa ita lebih rentan daripada pria
Ora g dengan sumbatan hidung berisiko lebih tinggi karena bernafas
den an mulut
Pek rja dengan anemia memiliki kerentanan lebih tinggi
Pek rja malnutrisi memiliki kerentanan lebih tinggi

3. Pekerj dengan risiko terpajan Timbal (Pb)


Pek rja pada Industri Baterai
Pek rja pembuatan Kabel
Pek rja pembuat Keramik
Pek rja industr Peleburan logam
Pek rja industry bahan bakar
Pek rja di jalan raya ( penjaga pintu tol, polisi lalu lintas, dll)
Tuk ng Cat
Pen mbang Timbal, dIl

36
Gambar 22. Timbal terdapat pada bahan bakar kendaraan bermotor,
katoda AKI, dan serat pisang dapat menyerap timbal

4. Tatalaksana
a. Keracunan Akut ( ICD.10 , T56.0)
1) Efek terhadap kesehatan
- Efek timbal inorganic meliputi Kolik abdomen, konstipasi,
hepatitis, pankreatitis, anemia haemolotik, encefalopati (kejang-
kejang, sakit kepala, oedema pupil, dll), akut renal failure,
insomnia.

2) Diagnosis
Anamnesis, riwayat pekerjaan dan pajanan saat ini dan
sebelumnya, gejala dan faktor risiko

3) Penatalaksanaan
Bila aman memasuki area, segera pindahkan korban dari area
pemaparan. Bila perlu, gunakan kantong masker berkatup atau
pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.

Setelah berada di tempat yang aman, lakukan:


- Bebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
- Memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
- Bila ada kejang, beri obat anti kejang

4) Prognosis
Bisa menyebabkan kematian karena peningkatan tekanan
intrakranial

b. Keracunan kronis
b) Efekterhadap kesehatan
- Hematologik anemia, gangguan gastro intestinal, SSP,
polineuropati (ICD.10, G62.2), nefropati (ICD.10, N14.3),
kelumpuhan saraf lengan, gangguan paru pekerja tambang
(ICD.10, J63.8).

37
C) Diagnosis
Anamnesis
Riwayat pekerjaan dan pajanan saat ini dan sebelumnya,
gejala dan faktor risiko.
Pemeriksaan Fisik
Pigmentasi pada gusi berwarna biru keunguan disebut Lead
Line/ Burton Line
Sesuai dengan keluhan yang ada
Pemeriksaan Penunjang
Sesuai dengan keluhan dan bila diperlukan.

d) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Pengobatan Simtomatis, rujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan
rujukan untuk pengobatan lebih lanjut (chelating agent, seperti
kalsium disodium etilendiaminotetraasetat =CaNa2EDTA). Hati-
hati pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal.
Penatalaksanaan non medis
Jauhkan dari pajanan lebih lanjut
e) Prognosis
Gagal ginjal kronik dan encefalopati akut dapat beralkibat fatal
(Dubia ad malam).
Neuropati perifer yang berat mengakibatkan paralisis yang
permanen.

Gambar 27. Lead line/Burton line

38
Gambar 28. Kelumpuhan saraf (polineuropati)

5. Pencegahan
Jauhkan dari pajanan dan hindari kontak
Pemeriksaan kesehatan sebelum penempatan meliputi riwayat medik,
pemeriksaan fisik dan perhatian khusus pada sistem hematopoetik, saraf
dan ginjal
Pemeriksaan secara berkala untuk mencari tanda dan gejala terpajan
timbal, dapat juga dilakukan uji laboratorium untuk mengukur absorpsi
timbal yang berlebihan.
Merekomendasikan untuk pengawasan secara ketat terhadap sumber
debu atau uap timbal dan langkah pengendalian
Tidak makan dan minum diruang kerja
Tidak merokok pada waktu kerja.

39
BAB III
I PENUTUP

Kema puan dokter dalam menegakkan diagnosa Penyakit Akibat Kerja


masih sang at terbatas dan pedoman penatalaksanaan Penyakit Akibat Kerja
yang dibuat irektorat Bina Kesehatan kerja dan Olahraga belum membahas
semua pent' kit sehingga diperlukan penyusunan pedoman lanjutan mengenai
Penatalaksa aan Penyakit Akibat Pajanan Logam.

Buku enatalaksanaan Penyakit Akibat Pajanan Logam dapat dijadikan


pedoman b gi upaya pelayan kesehatan bagi petugas kesehatan untuk
membantu p nanganan penyakit akibat kerja.

Semo a dengan tersusunnya Buku Pentalaksanaan Penyakit Akibat


Pajanan Log m bagi masyarakat pekerja dapat meningkatkan taraf kehidupan
pekerja

Kami mpaikan terima-kasih dan penghargaan setingi-tingginya kepada


berbagai pi k yang telah memberikan masukkan dalam penyusunan Buku
Penatalaksa aan Penyakit Akibat Pajanan Logam.

(I
v

40
DAFTAR PUSTAKA

1. EI-Kahfi, Cadmium and Osteoporosis Bone, http://www.health-


asia.org. (diakses: 12 Juni 2012)
2. Suyono, Joko. Wijaya, Caroline, Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja,
Jakarta; WHO, 1995
3. William Phillip L, et all, Principles of Toxicology, Enviromental and
Industrial Aplications, second edition, John wiley &son, inc,New York
:2000.
4. ---------, NIOSH Occupational Health Guidelines,
http//www.cdc.gov/niosh-docs/pdf (diakses 16 Juni 2012)
5. --------, Agency For Toxic Substance and Disease Registry (ATSDR),
U.S. Department of Health and Human Services, Public Health
Services, 2008 (diakses 16 Juni 2012)
6. -------,Toxicological Profile for Chromium, U.S. Departemen of Health
And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic
Subtances and disease Registry. Atlanta; September 2000.
7. -------,Toxicological Profile for Mercury, U.S. Departemen of Health
And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic
Subtances and disease Registry. Atlanta; Maret 1999.
8. -------,Toxicological Profile for Manganese, U.S. Departemen of Health
And Human Services, Public Health Service, Agency for toxic
Subtances and disease Registry. Atlanta; September 2000.
9. -------,Toxicological Profile for Nickle, U.S. Departemen of Health And
Human Services, Public Health Service, Agency for toxic Subtances
and disease Registry. Atlanta; September 2000.
10. http://www.pom.go.id/katker/doc/ARSENIC_TRIOKSIDA.htm (diakses;
10 Juni 2012)
11. http://beling.net/artiches/about/Arsenical_kertosis (diakses; 8 Juni
2012)
12. htp://id.images.search.yahoo.com(diakses: 8 Juni 2012)

41
42

Anda mungkin juga menyukai