Disusun oleh :
Kelompok 4
No Nama NIM
1. Aditya Marsela Putri 2022-01-13201-001
2. Cucu Yustani 2022-01-13201-004
3. Dio Sandy Berkatno 2022-01-13201-006
4. Septi Marlina 2022-01-13201-020
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah Penyakit Akibat Kerja (PAK) ini sebatas
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu Rizki
Muji Lestari, SST, M.Kes selaku dosen Mata Kuliah Dasar Kesehatan Keselamatan Kerja
yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap Makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan- kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya, Makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata- kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan kami
di masa depan.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................1
1.3 Tujuan.......................................................................................................2
1.4 Manfaat.....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................3
2.1 Pengertian Penyakit Akibat Kerja.........................................................3
2.2 Klasifikasi Penyakit Akibat Kerja..........................................................4
a. Penyakit Silikosis...........................................................................4
b. Penyakit Asbestosis........................................................................5
c. Penyakit Bisinosis..........................................................................5
d. Penyakit Antrakosis........................................................................6
e. Penyakit Beriliosis..........................................................................6
2.3 Contoh Penyakit Akibat Kerja...............................................................7
a. Penyakit Saluran Pernapasan..........................................................7
b. Penyakit Kulit.................................................................................7
c. Kerusakan Pendengaran.................................................................7
d. Gejala pada Punggung dan Sendi...................................................7
e. Kanker............................................................................................7
f. Coronary Artery Disease................................................................8
g. Masalah Neuropsikiatrik................................................................8
h. Penyakit Yang Tidak Diketahui Sebabnya.....................................8
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap pekerjaan di dunia ini hampir pasti tak ada yang tak berisiko. Ibarat
pepatah bermain air basah, bermain api hangus. Kecelakaan dan sakit akibat kerja
sudah menjadi risiko setiap orang yang melakukan pekerjaan, baik itu petani,
nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang, maupun pegawai kantoran sekalipun.
Kerugian akibat kecelakaan kerja tidak hanya dirasakan oleh tenaga kerja itu
sendiri, namun juga bisa berdampak pada masyarakat sekitar. Oleh karena itu
perlu adanya penerapan sebuah sistem manajemen keselamatan dan kesehatan
Kerja (SMK3) di tempat kerja berbasis paradigma sehat.
Hal itu menjadi kebutuhan yang mendesak mengingat jumlah tenaga kerja di
Indonesia pada tahun 2009 sebesar 104,49 juta, bekerja di sektor formal sebesar
30,51 % sedangkan 69,49 % bekerja di sektor informal, dengan distribusi sebesar
41,18% bekerja di bidang pertanian, industri 12,07%; perdagangan sebesar
20,90%; transportasi, pergudangan dan komunikasi sebesar 5,69%; konstruksi
sebesar 4,42%, jasa dan keuangan 14,44%; serta pertambangan, listrik dan gas
1,3% (Berita Resmi Statistik 2009). Dari data tahun 2007 diketahui kecelakaan
kerja terbanyak terjadi pada tenaga kerja konstruksi dan industri masing-masing
31,9 % dan 31,6 %.
1
1.3 Tujuan
Memahami pengertian penyakit akibat kerja
Mengetahui contoh penyakit akibat kerja
1.4 Manfaat
Untuk mengetahui pengertian dan contoh penyakit akibat kerja
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
pekerjaan atau lingkungan kerja (pasal 1). Keputusan Presiden tersebut melampirkan
daftar penyakit yang diantaranya yang berkaitan dengan pulmonologi termasuk
pneumokoniosis dan silikotuberkulosis, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu
logam keras, penyakit paru dan saluran nafas akibat debu kapas, vals, henep dan sisal
(bissinosis), asma akibat kerja, dan alveolitis alergika.
Pasal 2 Keputusan Presiden tersebut menyatakan bahwa mereka yang menderita
penyakit yang timbul karena hubungan kerja berhak memperoleh jaminan kecelakaan
kerja. Keputusan Presiden tersebut merujuk kepada Undang-Undang RI No 3 tahun
1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja, yang pasal 1 nya menyatakan bahwa
kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubung dengan hubungan kerja,
termasuk penyakit yg timbul karena hub kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi
dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang kerumah
melalui jalan yg biasa atau wajar dilalui.
4
dan kemudian diikuti dengan hipertropi jantung sebelah kanan yang akan
mengakibatkan kegagalan kerja jantung.
Tempat kerja yang potensial untuk tercemari oleh debu silika perlu
mendapatkan pengawasan keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan yang
ketat sebab penyakit silicosis ini belum ada obatnya yang tepat. Tindakan
preventif lebih penting dan berarti dibandingkan dengan tindakan pengobatannya.
Penyakit silicosis akan lebih buruk kalau penderita sebelumnya juga sudah
menderita penyakit TBC paru-paru, bronchitis, astma broonchiale dan penyakit
saluran pernapasan lainnya.
Pengawasan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja akan
sangat membantu pencegahan dan penanggulangan penyakitpenyakit akibat kerja.
Data kesehatan pekerja sebelum masuk kerja, selama bekerja dan sesudah bekerja
perlu dicatat untuk pemantulan riwayat penyakit pekerja kalau sewaktu-waktu
diperlukan.
b. Penyakit Asbestosis
Penyakit Asbestosis adalah penyakit akibat kerja yang disebabkan oleh
debu atau serat asbes yang mencemari udara. Asbes adalah campuran dari
berbagai macam silikat, namun yang paling utama adalah Magnesium silikat.
Debu asbes banyak dijumpai pada pabrik dan industri yang menggunakan
asbes, pabrik pemintalan serat asbes, pabrik beratap asbes dan lain sebagainya.
Debu asbes yang terhirup masuk ke dalam paru-paru akan mengakibatkan
gejala sesak napas dan batuk-batuk yang disertai dengan dahak. Ujung-ujung
jari penderitanya akan tampak membesar/melebar. Apabila dilakukan
pemeriksaan pada dahak maka akan tampak adanya debu asbes dalam dahak
tersebut. Pemakaian asbes untuk berbagai macam keperluan kiranya perlu
diikuti dengan kesadaran akan keselamatan dan kesehatan lingkungan agar
jangan sampai mengakibatkan asbestosis ini.
c. Penyakit Bisinosis
Penyakit Bisinosis adalah penyakit pneumoconiosis yang disebabkan oleh
pencemaran debu napas atau serat kapas di udara yang kemudian terhisap ke
dalam paru-paru. Debu kapas atau serat kapas ini banyak dijumpai pada pabrik
pemintalan kapas, pabrik tekstil, perusahaan dan pergudangan kapas serta
pabrik atau bekerja lain yang menggunakan kapas atau tekstil; seperti tempat
pembuatan kasur, pembuatan jok kursi dan lain sebagainya.
Masa inkubasi penyakit bisinosis cukup lama, yaitu sekitar 5 tahun. Tanda-
tanda awal penyakit bisinosis ini berupa sesak napas, terasa berat pada dada,
terutama pada hari Senin (yaitu hari awal kerja pada setiap minggu). Secara
psikis setiap hari Senin bekerja yang menderita penyakit bisinosis merasakan
beban berat pada dada serta sesak nafas. Reaksi alergi akibat adanya kapas
yang masuk ke dalam saluran pernapasan juga merupakan gejala awal
bisinosis. Pada bisinosis yang sudah lanjut atau berat, penyakit tersebut
biasanya juga diikuti dengan penyakit bronchitis kronis dan mungkin juga
disertai dengan emphysema.
5
d. Penyakit Antrakosis
Penyakit Antrakosis adalah penyakit saluran pernapasan yang disebabkan
oleh debu batubara. Penyakit ini biasanya dijumpai pada pekerja-pekerja
tambang batubara atau pada pekerja-pekerja yang banyak melibatkan
penggunaan batubara, seperti pengumpa batubara pada tanur besi, lokomotif
(stoker) dan juga pada kapal laut bertenaga batubara, serta pekerja boiler pada
pusat Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara.
Masa inkubasi penyakit ini antara 2-4 tahun. Seperti halnya penyakit
silicosis dan juga penyakit-penyakit pneumokonisosi lainnya, penyakit
antrakosis juga ditandai dengan adanya rasa sesak napas. Karena pada debu
batubara terkadang juga terdapat debu silikat maka penyakit antrakosis juga
sering disertai dengan penyakit silicosis. Bila hal ini terjadi maka penyakitnya
disebut silikoantrakosis. Penyakit antrakosis ada tiga macam, yaitu penyakit
antrakosis murni, penyakit silikoantraksosis dan penyakit
tuberkolosilikoantrakosis. Penyakit antrakosis murni disebabkan debu
batubara. Penyakit ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjadi
berat, dan relatif tidak begitu berbahaya.
e. Penyakit Beriliosis
Udara yang tercemar oleh debu logam berilium, baik yang berupa logam
murni, oksida, sulfat, maupun dalam bentuk halogenida, dapat menyebabkan
penyakit saluran pernapasan yang disebut beriliosis. Debu logam tersebut
dapat menyebabkan nasoparingtis, bronchitis dan pneumonitis yang ditandai
dengan gejala sedikit demam, batuk kering dan sesak napas. Penyakit
beriliosis dapat timbul pada pekerja-pekerja industri yang menggunakan
logam campuran berilium, tembaga, pekerja pada pabrik fluoresen, pabrik
pembuatan tabung radio dan juga pada pekerja pengolahan bahan penunjang
industri nuklir.
Selain dari itu, pekerja-pekerja yang banyak menggunakan seng (dalam
bentuk silikat) dan juga mangan, dapat juga menyebabkan penyakit beriliosis
yang tertunda atau delayed berryliosis yang disebut juga dengan beriliosis
kronis. Efek tertunda ini bisa berselang 5 tahun setelah berhenti menghirup
udara yang tercemar oleh debu logam tersebut. Jadi lima tahun setelah pekerja
tersebut tidak lagi berada di lingkungan yang mengandung debu logam
tersebut, penyakit beriliosis mungkin saja timbul. Penyakit ini ditandai dengan
gejala mudah lelah, berat badan yang menurun dan sesak napas. Oleh karena
6
itu pemeriksaan kesehatan secara berkala bagi pekerja-pekerja yang terlibat
dengan pekerja yang menggunakan logam tersebut perlu dilaksanakan terus-
menerus.
b. Penyakit Kulit
Pada umumnya tidak spesifik, menyusahkan, tidak mengancam
kehidupan, kadang sembuh sendiri. Dermatitis kontak yang dilaporkan,
90% merupakan penyakit kulit yang berhubungan dengan pekerjaan.
Penting riwayat pekerjaan dalam mengidentifikasi iritan yang merupakan
penyebab, membuat peka atau karena faktor lain.
c. Kerusakan Pendengaran
Banyak kasus gangguan pendengaran menunjukan akibat pajanan
kebisingan yang lama, ada beberapa kasus bukan karena pekerjaan.
Riwayat pekerjaan secara detail sebaiknya didapatkan dari setiap orang
dengan gangguan pendengaran. Dibuat rekomendasi tentang pencegahan
terjadinya hilangnya pendengaran.
e. Kanker
Adanya presentase yang signifikan menunjukan kasus Kanker yang
disebabkan oleh pajanan di tempat kerja. Bukti bahwa bahan di tempat
kerja, karsinogen sering kali didapat dari laporan klinis individu dari pada
studi epidemiologi.
7
f. Coronary Artery Disease
Oleh karena stres atau karbon Monoksida dan bahan kimia lain di
tempat kerja.
g. Penyakit Liver
Sering di diagnosis sebagai penyakit liver oleh karena hepatitis virus
atau sirosis karena alkohol. Penting riwayat tentang pekerjaan, serta bahan
toksik yang ada.
h. Masalah Neuropsikiatrik
Masalah neuropsikiatrik yang berhubungan dengan tempat kerja sering
diabaikan. Neuro pati perifer, sering dikaitkan dengan diabet, pemakaian
alkohol atau tidak diketahui penyebabnya, depresi SSP oleh karena
penyalahgunaan zat-zat atau masalah psikiatri. Kelakuan yang tidak baik
mungkin merupakan gejala awal dari stres yang berhubungan dengan
pekerjaan. Lebih dari 100 bahan kimia (a.I solven) dapat menyebabkan depresi
SSP. Beberapa neurotoksin (termasuk arsen, timah, merkuri, methyl, butyl
ketone) dapat menyebabkan neuropati perifer. Karbon disulfide dapat
menyebabkan gejala seperti psikosis.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kecelakaan dan sakit akibat kerja sudah menjadi risiko setiap orang yang
melakukan pekerjaan, baik itu petani, nelayan, buruh pabrik, pekerja tambang,
maupun pegawai kantoran sekalipun. Sepanjang tahun 2009, pemerintah mencatat
telah terjadi sebanyak 54.398 kasus kecelakaan kerja di Indonesia. Meski
menunjukkan tren menurun, namun angka tersebut masih tergolong tinggi.
Kecelakaan kerja di sebuah pabrik gula di Jawa Tengah menyebabkan empat
pekerjanya tewas dan di Tuban Jawa Timur seorang meninggal dan dua orang lainnya
terluka akibat tersiram serbuk panas saat bekerja di salah satu pabrik semen adalah
beberapa contoh kasus kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerugian bahkan sampai
menghilangkan nyawa.
3.2 Saran
Untuk mengurangi resiko kecelakaan akibat kerja sebaiknya tenaga kerja harus
memahami dan menerapkan K3 selama bekerja, dan didukung oleh perusahaan
dengan mengadakan pelatihan K3 maupun pemeriksaan tempak kerja untuk
mengurangi resiko dan kerugian akibat kecelakaan akibat kerja.
9
DAFTAR PUSTAKA
Suyono, Joko.1993. Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja. Jakarta: EGC 2008. Penyakit
Akibat Kerja. http://www.freewebs.com.
Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 19.34 WIB 2009. Mengenal Penyakit Akibat
Kerja.http://hanscoy.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 18.34 WIB 2010. Penyakit Akibat Kerja.
http://www.tempointeraktif.com.
Diakses pada tanggal 16 Oktober jam 18.44 WIB Direktorat Bina Kesehatan Kerja
Depkes RI. 2007.
http://nahrowy.wordpress.com/2013/01/31/makalah-penyakit-akibat-kerja-pak/
10