Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keselamatan Pasien &
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan yang Diampu Oleh Bapak
Fery Ronaldo, Ns., MPH
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Ade Suryani Putri : 20220114201003
2. Aditya Pratama : 20220114201004
3. Adventus Pratama : 20220114201005
4. Alfonso : 20220114201009
5. Andreas Tarigan : 20220114201012
6. Anugerah Asi Imanuel : 20220114201015
7. Apriandi Alphendra : 20220114201016
8. Diana Novita Karolina : 20220114201024
9. Helena Kristina : 20220114201026
10. Irma Agustina : 20220114201029
Dengan segala kerendahan hati, puji dan syukur kami sampaikan atas
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan karunia-Nya. sehingga
kami telah diberi kemudahan dalam menyusun makalah ini. Adapun judul makalah
ini adalah “Bahaya-Bahaya Yang Ada Di Tempat Kerja Secara Biologi’’. Makalah
ini diajukan sebagai pemenuhan tugas pada mata kuliah Keselamatan Pasien &
Keselamatan Kesehatan Kerja Dalam Keperawatan.
Dalam penulisan makalah ini banyak hambatan dan rintangan yang kami
hadapi. Namun, berkat dorongan semua pihak, makalah ini akhirnya dapat kami
selesaikan. Maka pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam
penulisan makalah ini.
Akhir kata kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca.
Kelompok 1
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
3.1 Kesimpulan.......................................................................................... 12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
akan menghancurkan sel sel kanker dari dalam tubuh. Virus yang digunakan
untuk mengobati kanker ini juga akan berbahaya jika terhirup oleh orang yang
bukan penderita penyakit kanker termasuk pekerja yang mengolah obat kanker
tersebut. Upaya kesehatan dan keselamatan kerja harus diselenggarakan di
semua tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit. Maka dari itu, dibutuhkanlah suatu alat
yang dapatmelindungi pekerja dari virus yang termasuk dalam biohazard
tersebut. Adapun alat yang digunakan tersebut bernama laminar flow
biological safety cabinet.
Laminar flow biological safety cabinet merupakan kabinet yang
menyediakan ruang kerja yang steril dengan mengambil udara dari luar laminar
yang disaring menggunakan filter udara khusus, begitu juga dengan udara dari
dalam laminar yang akan disaring sebelum dibuang ke lingkungan. Sehingga
udara yang keluar dari laminar tidak mengandung biohazard yang sangat
berbahaya terhadap manusia dan lingkungan. Pada penelitian ini, penulis ingin
merancang dan membuat laminar flow biological safety cabinet yang aman dan
dapat digunakan untuk melindungi pekerja dari ancaman biohazard. Adapun
kelebihan dari alat yang penulis buat yakni efisien dalam pengunaannya,
karena pada alat ini semua bekerja secara otomatis sedangkan pada alat yang
beredar harus dilakukan secara manual. Dari segi harga, alat yang akan dibuat
relatif lebih murah dibandingkan dengan laminar flow biological safety cabinet
yang beredar.
Diharapkan dengan adanya laminar flow biological safety cabinet ini
pekerja dapat terhindar dari bahaya biohazard. Selain itu, dapat menambah
wawasan bagi mahasiswa tentang kabinet pengaman ini.
2
f. Apasaja pengendalian dalam bahaya (hazard) biologi?
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Manfaat dari Makalah ini bagi pembaca adalah dapat menambah pengetahuan
dan wawasan tentang Bahaya-Bahaya yang Ada Di Tempat Kerja Secara
Biologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Suma’mur (1985) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit yang
disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Penyakit ini artefisial oleh
karena timbulnya di sebabkan oleh adanya pekerjaan. Kepadanya sering
diberikan nama penyakit buatan manusia (Manmade disease).
4
Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi bahaya
bahkan accident atau incident. Di berbagai lingkungan kerja dipastikan kita
dapat menemukan hazard tersebut dengan melakukan identifikasi HAZARD.
Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi hazard di
suatu lingkungan, tapi kita harus mengetahui dahulu ada berapa
pengelompokan hazard berdasarkan teori yang ada. Hazard biologi adalah
potensi bahaya yang ditimbulkan dari faktor makluk hidup. Biasanya hazard
biologi ini terdapat di lingkungan-lingkungan yang tidak bersih, kotor, dll.
Bahaya biologi dan bahaya perilaku yaitu kontak dengan darah pasien
yang terjadi apabila tiba-tiba darah memancar ke arah wajah dan terkena mata,
sedangkan petugas medis tidak menggunakan alat pelindung diri. Dampaknya
sangat berbahaya apabila pasien memiliki riwayat penyakit menular. Petugas
kesehatan memiliki kemungkinan tertular penyakit Hepatitis, AIDS, dan HIV.
5
suntik tetapi ada juga bahaya tertular penyakit menular yang di derita oleh
pasien. Bahaya biologi dalam tahapan merapikan alat pun sama dengan bahaya
fisik yaitu kontak dengan darah pasien dan dampaknya tertular penyakit
hepatitis, HIV dan AIDS.
6
3. Bakteri dan Pathogen lainnya, misalnya Mycobakterium Tuberkulosis.
Berikut adalah tipe pekerjaan yang berisiko tinggi terpapar bahaya biologi:
7
alergi, Intervertebrata selain urine, saliva, faces, kulit/rambut (allergen)
Arthopoda (cacing, protozoa).
8
yang bersifat non-infeksi dapat dibagi lagi menjadi organisme viable,
racun biogenic dan alergi biogenik.
9
Komponen Bahaya :
1. Karakteristik material.
2. Bentuk material.
3. Hubungan pekerjaan dan efek.
4. Kondisi dan frekuensi penggunaan.
5. Tingkah laku pekerja.
Hazard atau bahaya dapat dihindari ataupun dampak dari hazard
tersebut dapat diminimalkan. Menurut PERMENAKER No. 05/MEN/1996,
pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja dilakukan dengan
berbagai macam metode, yaitu:
1. Pengendalian teknis atau rekayasa yang meliputi eliminasi, subtitusi,
isolasi, ventilasi, higiene, dan sanitasi (engineering control).
2. Pendidikan dan pelatihan.
3. Pembangunan kesadaran dan motivasi yang meliputi sistem bonus,
insentif, penghargaan, dan motivasi diri.
4. Evaluasi melalui internal audit, penyelidikan dan etiologi.
5. Penegakan hukum.
6. Pemberian alat pelindung diri/ APD
Alat Pelindung Diri (APD) adalah pilihan terakhir yang dapat
dilakukan untuk mencegah paparan bahaya pada pekerja. Penggunaan
APD ini disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penggunaan
alat pengendali lainnya. Dengan demikian perlindungan keamanan dan
kesehatan personel akan lebih efektif.
10
kerja, penyelesaian masalah bersama, bimbingan arahan, serta upaya yang bisa
di lakukan untuk mengurangi kesenjangan komunikasi antar pimpinan dan
sesama staf.
11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
12
dibutuhkan sesuai dengan pekerjaan, seperti menggunakan sarung tangan
dan masker ketika kontak langsung dengan pasien.
3.2 Saran
Kami menyadari makalah ini banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna baik dari segi materi maupun penulisan, disebabkan karena kami
mempunyai keterbatasan dalam hal ilmu. Untuk itu kami mengharapkan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan dimasa mendatang,
dan semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.
13
DAFTAR PUSTAKA
Dewi Sumaryani Soemarko. 2012. PENYAKIT AKIBAT KERJA “Identifikasi dan
rehabilitasi kerja”. K3 Expo Seminar SMESCO. Progam Magister
Kedokteran Kerja FKUI, PPDS Kedokteran Okupasi FKUI.
Armedy Ronny Hasugian. 2016. Perilaku Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Tenaga Kerja Indonesia di Kansashi, Zambia: Analisis Kualitatif. DKI
Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya dan
Pelayanan Kesehatan, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.
L. Meily Kurniawidjaja, Doni Hikmat Ramadhan. 2019. Buku Ajar Penyakit Akibat
Kerja dan Surveilans. Perpustakaan Nasional RI. Jakarta: UI Publishing.
Sutianik Romadhoni, Evi Widowati. 2017. The Penerapan Kewaspadaan Standar
sebagai Upaya Pencegahan Bahaya Biologi pada Tenaga Keperawatan.
Journal Of Public Healt Research Development. Semarang: Higeia.
Muchtaruddin Mansyur. 2007. Manajemen Risiko Kesehatan di Tempat Kerja. Maj
Kedokt Indon, Volum: 57. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
14