Anda di halaman 1dari 76

TUGAS KELOMPOK

KEDOKTERAN KERJA
“KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PABRIK TAHU

CV SUMBER KATA REJEKI”

OLEH :

Maria Paulina Wende, S.Ked (2008020019)

Widyarti Handieny Benu, S. Ked (2008020021)

Norbert R. S. Monekaka, S.Ked (2008020027)

Pembimbing :

dr. Panondang N. Panjaitan

dr. S.M.J Koamesah, MMR., MMPK

Dr. Anderias Umbu Roga, S.Pd., M.Kes

DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT DAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA

PUSKESMAS SIKUMANA

KUPANG

2020
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
Laporan Kasus Kedokteran Kerja ini diajukan oleh:

Nama : 1. Maria Paulina Wende, S.Ked 2008020019

2. Widyarti Handieny Benu, S.Ked 2008020021

3. Norbert R. Savio Monekaka, S.Ked 2008020027

Fakultas : Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang

Bagian : Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Komunitas

Judul : Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Di Pabrik Tahu

CV. Sumber Kata Rejeki

Laporan Kasus ini telah disusun dan dilaporkan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat pada bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Ilmu Kedokteran

Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Nusa Cendana Kupang.

PEMBIMBING KLINIK

1. dr. S. M. J. Koamesah, MMR., MMPK (…………………….)

2. dr. Panondang N. Panjaitan (…………………….)

3. Dr. Andreas Umbu Roga, S.Pd, M.Kes (…………………….)

Ditetapkan di : Kupang

Tanggal : Desember 2020

ii
LEMBAR KONSULTASI TUGAS KEDOKTERAN KERJA

iii
LEMBAR KONSULTASI TUGAS KEDOKTERAN KERJA

iv
LEMBAR KONSULTASI TUGAS KEDOKTERAN KERJA

v
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING...................................................ii
LEMBAR KONSULTASI TUGAS KEDOKTERAN KERJA........................iii
LEMBAR KONSULTASI TUGAS KEDOKTERAN KERJA........................iv
LEMBAR KONSULTASI TUGAS KEDOKTERAN KERJA..........................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vi
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.....................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah........................................................................................4
1.4 Tujuan..........................................................................................................4
1.5 Manfaat........................................................................................................5
1.5.1 Bagi Penulis.................................................................................................5
1.5.2 Bagi Pekerja.................................................................................................5
1.5.3 Pemilik Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki.............................................5
1.5.4 Bagi Puskesmas............................................................................................6
1.5.5 Bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA............................................................................7
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja...............................................................7
2.2 Potensi Bahaya dan Faktor Risiko Pekerja..................................................9
2.3 Alat Pelindung Diri....................................................................................11
2.4 Penyakit Akibat Kerja................................................................................15
2.5 Standar Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)...................19
2.6 Protokol Kesehatan di Tempat Kerja di Era New Normal.........................20
BAB 3 LAPORAN KUNJUNGAN....................................................................25
3.1 Profil Usaha................................................................................................25
3.2 Gambaran Situasi Lingkungan Kerja.........................................................25
3.3 Proses Pembuatan Tahu di Pabrik Tahu CV. Amkoli................................27
3.4 Alur Kerja Pembuatan Tahu.......................................................................28

vi
3.5 Identifikasi Faktor Resiko Di Tempat Kerja..............................................29
3.6 Identifikasi Tenaga Kerja dan Status Kesehatan Tenaga Kerja.................32
BAB 4 PEMBAHASAN......................................................................................46
4.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja.............................................................46
4.2 Faktor Risiko Pekerja.................................................................................47
4.3 Alat Pelindung Diri Bagi Pekerja...............................................................48
4.4 Gangguan Kesehatan Akibat Kerja............................................................52
4.5 Adaptasi Kebiasaan Baru Era Pandemi COVID-19 di Lingkungan Pabrik
55
BAB 5 PENUTUP................................................................................................57
5.1 Kesimpulan................................................................................................57
5.2 Saran...........................................................................................................57
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................60
LAMPIRAN..........................................................................................................63

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan keselamatan

kerja atau Occupational Safety and Health adalah meningkatkan dan memelihara

derajat tertinggi semua pekerja baik secarafisik, mental, dan kesejahteraan sosial

di semua jenis pekerjaan, mencegah terjadinya gangguan kesehatan yang

diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi pekerja pada setiap pekerjaan dari risiko

yang timbul dari faktor-faktor yang dapat mengganggu kesehatan, menempatkan

dan memelihara pekerja di lingkungan kerja yang sesuaidengan kondisi fisologis

dan psikologis pekerja dan untuk menciptakan kesesuaian antara pekerjaan

dengan pekerja dan setiap orang dengan tugasnya(1).

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan

diamanatkan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan (2).

Jika tempat kerja aman dan sehat, setiap orang dapat melakukan pekerjaan mereka

secara efektif dan efisien. Sebaliknya, jika tempat kerja tidak terorganisir dan

banyak terdapat bahaya, kerusakan dan absen sakit tak terhindarkan, 1

mengakibatkan hilangnya pendapatan bagi pekerja dan produktivitas berkurang

bagi perusahaan. Meskipun para pengusaha di seluruh dunia telah secara hati-hati

merencanakan strategi bisnis mereka, banyak yang masih mengabaikan

masalahpenting seperti keselamatan, kesehatan dan kondisi kerja dikarenakan

biaya untuk manusia dan finansial yang dianggap besar(3).


2

Menurut ILO, setiap tahun ada lebih dari 250 juta kecelakaan di tempat

kerja dan lebih dari 160 juta pekerja menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja.

Terlebih lagi 1,2 juta pekerja meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat

kerja(3).Berdasarkan Direktorat Bina Kesehatan Kerja dan Olahraga tahun 2014,

terjadi peningkatan kasus penyakit akibat kerja dari tahun 2011-2013dan menurun

pada tahun 2014. Jumlah kasus penyakit akibat kerja pada tahun 2011 sebanyak

57.929 kasus, tahun 2012 sebanyak 60.322 kasus, tahun 2013 sebanyak 97.144

kasus. Pada tahun 2014 terjadi penurunan kasus menjadi 40.694 kasus. Jumlah

kasus kecelakaan akibat kerja tahun 2011-2013 juga mengalami peningkatan.

Jumlah kasus kecelakaan kerja pada tahun 2011 sebanyak 9.891 kasus, tahun 2012

sebanyak 21.735 kasus, tahun 2013 sebanyak 35.917 kasus. Pada tahun 2014

terjadi penurunan kasus menjadi 24.910 kasus(4).

Tahu merupakan makanan tradisional bagi masyarakat Indonesia sebagai

makanan sumber protein yang bermutu tinggi karena banyak terdapat asam amino

esensial. Tahu memiliki kandungan protein nabati yang lebih baik dibandingkan

protein hewani yang bersumber dari daging, susu maupun telur dan tahu memiliki

protein yang hampir setara dengan daging.Berdasarkan data yang diperoleh dari
1
Biro Pusat Statistik dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (2002), tingkat konsumsi

tahu dan tempe di Indonesia mencapai 18,6 kg/kapita/tahun di wilayah perkotaan

dan 13,9 kg/kapita/tahun di wilayah pedesaan. Jumlah ini lebih dari empat kali

lipat jika dibandingkan dengan tingkat konsumsi daging ayam dan daging sapi

yang merupakan sumber protein hewani. Hal tersebut juga disebabkan karena
3

harga tahu dan tempe jauh lebih terjangkau jika dibandingkan dengan harga

daging serta tahu dan tempe selalu tersedia setiap tahun (setiap musim)(5).

Hal inilah, memutuskan kami untuk memilih melakukan pemeriksaan

kesehatan dan keselamatan kerja pada pekerja di pabrik tahu CV Sumber Kata

Rejeki yang masih masuk dalam wilayah Puskesmas Sikumana. Pabrik CV

Sumber Kata Rejeki ini telah memiliki Sertifikat Laik Sehat sehingga berarti telah

memenuhi syarat kesehatan bagi suatu tempat usaha, memiliki karyawan yang

banyak untuk sebuah pabrik tahu sehingga mempunyai faktor risiko kecelakaan

akibat kerja bagi karyawan cukup tinggi dan juga karena pabrik tahu ini memiliki

cakupan wilayah penjualan tahunya yang cukup besar.

Dokter pelayanan primer diharapkan mampu memberikan pelayanan

kesehatan kerja di tempat kerja, sebagai bagian penting dari tim keselamatan dan

kesehatan kerja di perusahaan/organisasi. Pelayanan yang diberikan dokter

pelayanan primer di bidang kesehatan kerja terutama berfokus pada manusia,

pelayanan promotif dan preventif diberikan kepada masyarakat pekerja yang

sehat, sedangkan pelayanan kuratif dan rehabilitatif diberikan kepada pekerja

yang sudah terganggu kesehatannya. Penilaian dan pengendalian risiko di tempat


1
kerja dilakukan secara terus-menenus merupakan siklus untuk mencapai

perlindungan pekerja agar sehat, selamat, sejahtera, produktif dan kompetitif(6).

Hal inilah yang mendorong kelompok kami agar melakukan kunjungan

Kedokteran Kerja untuk mengetahui potensi faktor risiko, status kesehatan dan

temuan mengenai masalah kesehatan dan keselamatan kerja untuk para pekerja di

Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki.


4

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang, masalah yang dapat diidentifikasi ialah faktor

risiko yang dapat menyebabkan terjadinya masalah kesehatan terhadap para

pekerja, keselamatan peralatan dan lingkungan kerja di Pabrik Tahu CV Sumber

Kata Rejeki.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan

keselamatan pekerja di Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki?

2. Bagaimana status kesehatan para pekerja di wilayah kerja Pabrik Tahu CV

Sumber Kata Rejeki?

3. Apa saja masalah kesehatan yang dapat dialami oleh pekerja di wilayah

kerja Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki?

4. Bagaimana Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki melakukan adaptasi di

era kebiasaan baru (Pandemi COVID-19)?

1.4 Tujuan
1. Mengetahui faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan

dan keselamatan pekerja di wilayah kerja Pabrik Tahu CV Sumber Kata 1

Rejeki.

2. Mengetahui status kesehatan para pekerja di wilayah kerja Pabrik Tahu

CV Sumber Kata Rejeki.

3. Mengetahui masalah kesehatan yang dapat dialami oleh pekerja di wilayah

kerja Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki.


5

1.5 Manfaat
1.5.1 Bagi Penulis
Menambah informasi dan pengetahuan penulis mengenai kesehatan dan

keselamatan kerja serta hal-hal terkait lainnya, khususnya di wilayah kerja Pabrik

Tahu CV Sumber Kata Rejeki.

1.5.2 Bagi Pekerja


a. Mengetahui status kesehatan pribadi pekerja.

b. Mengetahui faktor risiko yang dapat mengakibatkan munculnya masalah

kesehatan yang berkaitan dengan pekerjaannya.

c. Mengetahui pentingnya menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga

kesehatan dan keselamatan kerja.

d. Mengetahui penyakit apa saja yang dapat dialami oleh pekerja di wilayah

kerja Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki.

e. Mengetahui cara mencegah masalah kesehatan yang berkaitan dengan

pekerjaannya.

1.5.3 Pemilik Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki

a. Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang mungkin terjadi terkait

dengan hal-hal yang ada pada wilayah kerja industri makanan Sima Indah. 1

b. Mengetahui faktor risiko yang dapat mengakibatkan munculnya masalah

kesehatan pada para pekerja.

c. Mengetahui pentingnya menggunakan alat pelindung diri untuk menjaga

kesehatan dan keselamatan kerja para pekerja.


6

d. Mengetahui hal-hal yang dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko

terjadinya gangguan kesehatan pada para pekerja di wilayah kerja Pabrik

Tahu CV Sumber Kata Rejeki.

1.5.4 Bagi Puskesmas


1.5.1 Sebagai informasi bagi Puskesmas terutama bidang unit kesehatan

kerja (UKK) untuk menjadi perhatian terhadap Pabrik Tahu CV Sumber

Kata Rejeki.

1.5.2 Memberikan intervensi dan pelayanan kesehatan di tempat kerja.

1.5.3 Memberikan edukasi mengenai pentingnya kesehatan dan

keselamatan kerja.

1.5.4 Melakukan pengecekan berkala pada tempat kerja dan pemeriksaan

kesehatan bagi pekerjanya.

1.5.5 Bagi Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi


a. Sebagai informasi dan edukasi bagi dinas tenaga kerja dan transmigrasi

yang menaungi para pekerja akan pentingnya penerapan sistem kesehatan

dan keselamatan kerja.

b. Memberikan informasi untuk memperketat penggunaan alat pelindung diri

bagi para pekerja khususnya para pekerja di lingkungan kera Pabrik Tahu 1

CV Sumber Kata Rejeki.


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya untuk

menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani dan rohani. Dengan

keselamatan dan kesehatan kerja maka diharapkan tenaga kerja dapat melakukan

pekerjaan dengan aman dan nyaman serta mencapai ketahanan fisik, daya kerja,

dan tingkat kesehatan yang tinggi. Tujuan K3 adalah untuk: (a) melindungi tenaga

kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan

hidup dan meningkatkan produksi dan produktivitas nasional, (b) menjamin

keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja tersebut, dan (c)

memelihara sumber produksi agar dapat digunakan secara aman dan efisien(1,7).

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu bagian dari

kesehatan masyarakat yang melakukan upaya preventif atau pencegahan terhadap

timbulnya penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja. Dengan keselamatan dan

kesehatan kerja diharapkan tenaga kerja dapat mencegah kecelakaan kerja dan

penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan. Untuk mencegah kecelakaan kerja

maka tenaga kerja perlu mengetahui apa saja potensi bahaya dan risiko dari 1

pekerjaan yang dilakukan(1).

Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untuk terjadinya insiden

yang berakibat pada kerugian. Potensi bahaya kesehatan dan keselamatan kerja

dapat berupa berbagai bentuk, sehingga diperlukan sistem manajemen kesehatan

dan keselamatan kerja harus cukup sensitif dalam mengidentifikasi dan membuat

ketentuan terhadap situasi ini. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu
8

kejadian yang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut. Risiko yang

ditimbulkan dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat dibagi menjadi empat

kategori besar, yaitu:(8)

Tabel 2.1 Potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja didasarkan pada
dampak korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya yang Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya

menimbulkan risiko dampak yang kesejahteraan atau yang menimbulkan

jangka panjang pada kesehatan menimbulkan kesehatan sehari-hari risiko pribadi dan

risiko langsung psikologis

pada keselamataN
 Bahaya faktor kimia ( Debu,  Kebakaran  Air minum  Pelecehan,

uap logam, uap)  Listrik  Toilet dan termasuk

 Bahaya faktor biologi  Potensi bahaya fasilitas mencuci intimasi dan

(penyakit dan gangguan oleh mekanikal (tidak  Ruang makan pelecehan

virus, bakteri, binatang dsb) adanya atau kantin seksual

 Bahaya faktor fisik (bising, pelindung  P3K ditempat  Terinfeksi

penerangan, getaran, iklim mesin) kerja HIV/AIDS

kerja, jatuh)  House keeping  Transportasi  Kekerasan di 1

 Cara bekerja dan bahaya (perawatan tempat kerja

faktor ergonomis (posisi buruk pada  Stres

bangku kerja, pekerjaan peralatan)  Narkoba di

berulang-ulang, jam kerja tempat kerja

yang lama)

 Potensi bahaya lingkungan


9

yang disebabkan oleh polusi

pada perusahaan di

masyarakat
Sumber : International Labour Organization, 2013(8)

2.2 Potensi Bahaya dan Faktor Risiko Pekerja


Dalam melaksanakan pekerjaanya terdapat berbagai potensi bahaya yang

menimbulkan risiko akibat kerja pada proses produksi. Beberapa potensi bahaya

dan risiko yang ditemukan antara lain:(8,9)

1. Bahaya Faktor Kimia

Banyak bahan kimia yang memiliki sifat beracun dapat memasuki aliran

darah dan menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya.

Bahankimia berbahaya dapat berbentuk padat, cairan, uap, gas, debu, asap atau

kabut dan dapat masuk ke dalam tubuh melalui tiga cara utama antara lain: (a)

inhalasi (menghirup), (b) pencernaan (menelan), (c) penyerapan ke dalam kulit

atau kontak invasif. Dampak kesehatan dari beberapa bahan kimia bisa secara

perlahan atau mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk berkembang.

2. Bahaya Faktor Fisik

Faktor fisik adalah faktor di dalam tempat kerja yang bersifat fisika antara 1
lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro dan sinar ultra

ungu.

a. Kebisingan

Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber

dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu

dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara keras, berlebihan atau


10

berkepanjangan dapat merusak jaringan saraf sensitif di telinga, menyebabkan

kehilangan pendengaran sementara atau permanen.

b. Penerangan

Penerangan di setiap tempat kerja harus memenuhi syarat untuk

melakukan pekerjaan. Penerangan yang sesuai sangat penting untuk peningkatan

kualitas dan produktivitas. Bila penerangan kurang sesuai, para pekerja terpaksa

membungkuk dan mencoba untuk memfokuskan penglihatan mereka, sehingga

tidak nyaman dan dapat menyebabkan masalah pada punggung dan mata pada

jangka panjang dan dapat memperlambat pekerjaan mereka.

c. Getaran

Getaran adalah gerakan bolak-balik cepat (reciprocating),memantul ke

atas dan ke bawah atau ke belakang dan kedepan. Hal tersebut dapat berpengaruh

negatif terhadap semua atau sebagian dari tubuh.

d. Iklim Kerja

Ketika suhu berada di atas atau di bawah batas normal, keadaan ini

memperlambat pekerjaan. Faktor-faktor ini secara signifikan dapat berpengaruh

pada efisiensi dan produktivitas individu pada pekerja.


1
3. Bahaya Faktor Biologi

Faktor biologi penyakit akibat kerja sangat beragam jenisnya. Seperti

pekerja di pertanian, perkebunan dan kehutanan termasuk di dalam perkantoran

yaitu indoor air quality, banyak menghadapi berbagai penyakit yang disebabkan

virus, bakteri.

4. Bahaya Faktor Ergonomi dan Pengaturan Kerja


11

Ergonomi adalah studi tentang hubungan antara pekerjaan dan tubuh

manusia. Ergonomi juga mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan

risiko kesehatan kerja. Risiko ini dapat dilihat dari kesesuaian posisi pada saat

bekerja, misalnya berdiri terlalu lama, duduk terlalu lama, membungkuk terlalu

lama, jongkok, membawa beban yang terlalu berat, dan menahan beban yang

terlalu berat. Kondisi seperti ini apabila berlangsung dalam jangka waktu yang

cukup lama tanpa adanya pemeriksaan akan menimbulkan penyakit akibat kerja

seperti musculosceletal disorders, hingga low back pain.

5. Risiko trauma fisik akibat kontak dengan alat dan material yang bisa

menimbulkan kecelakaan kerja apabila tenaga kerja kurang hati-hati dalam

menggunakannya. Kecelakaan kerja yang dapat ditemui yaitu luka bakar, luka

gores, luka robek, memar, luka tusuk, dan lain-lain.

2.3 Alat Pelindung Diri


Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan wajib yang digunakan saat

bekerja sesuai dengan bahaya dan resiko kerja untuk menjaga keselamatan tenaga

kerja itu sendiri maupun orang lain di tempat kerja. Penggunaan atau pemakaian

alat pelindung diri merupakan cara terakhir guna menanggulangi bahaya yang 1

terjadi di tempat kerja. Alat pelindung diri ini sangat disesuaikan dengan jenis

pekerjaan yang sedang dilaksanakan dan potensial bahaya yang ada(1,7).

Dunia industri sangat banyak ditemukan potensi-potensi bahaya. Potensi

bahaya tersebut meliputi, ketinggian, temperatur tinggi, tekanan tinggi, bahan

kimia berbahaya dan beracun, serta bahan-bahan yang mudah terbakar dan

lainnya. Oleh karena itu alat pelindung diri atau personal protection equipment
12

sangat diperlukan untuk melindungi pekerja dari paparan bahaya yang ada di

lingkungan kerja tersebut(1).

1. Alat Pelindung Pernapasan

Penggunaan alat pelindung pernapasan berupa masker berfungsi untuk

melindungi organ pernapasan dengan cara menyalurkan udara bersih dan sehat

dan/atau menyaring cemaran bahan kimia, mikro-organisme, serta mencegah

droplet kedalam proses pembuatan tahu(7).

Gambar 2.1 Alat Pelindung Pernapasan


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

2. Alat Pelindung Kepala

Alat pelindung kepala yang digunakan adalah topi pengaman (safety

helmet), untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur oleh benda tajam atau
1
keras yang dapat menyebabkan luka gores, potong atau tusuk, bahaya kejatuhan

bernda-benda, panas, radiasi, api dan percikan bahan kimia. Topi pengaman harus

tahan terhadap pukulan atau benturan, perubahan cuaca, dan pengaruh bahan

kimia. Topi pengaman harus terbuat dari bahan yang tidak mudah terbakar, tidak

menghantarkan listrik ringan dan mudahdibersihkan(7).


13

Gambar 2.2 Alat Pelindung Kepala


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

3. Alat Pelindung Mata

Alat pelindung mata yang digunakan adalah kacamata baik berupa

spectacles atau googles, untuk melindungi mata dari masuknya debu-debu ke

dalam mata serta mencegah iritasi mata akibat pemaparan uap panas.Selain itu

kacamata berfungsi sebagai penghalau dari cahaya yang langsung masuk ke

mata(7).

Gambar 2.3 Alat Pelindung Mata


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

4. Alat Pelindung Telinga


14

Alat pelindung telinga yang digunakan dapat terdiri dari sumbat telinga (ear

plug) atau penutup telinga (ear muff). Alat pelindung ini berfungsi untuk

melindungi telinga dan kebisingan atau tekanan yang terjadi di tempat kerja(7).

Gambar 2.4 Alat Pelindung Telinga


Ear plug (kiri) dan ear muff (kanan)
Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

5. Alat Pelindung Tangan

Penggunaan alat pelindung tangan (sarung tangan) pada pekerja berfungsi

untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan darisuhu panas, suhu dingin, bahan

kimia, maupun tergores pada pekerja(7).

Gambar 2.5 Alat Pelindung Tangan


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

6. Alat Pelindung Kaki


15

Penggunaan alat pelindung kaki (safety shoes) pada pekerja berfungsi untuk

melindungi kaki dari tertimpa atau berbenturan dengan benda-benda berat,

tertusuk benda tajam, terkena bahan kimia berbahaya, terkena bahan yang bersuhu

tinggi dan tergelincir(7).

Gambar 2.6 Alat Pelindung Kaki


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

2.4 Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja didefinisikan sebagai semua kelainan atau/ penyakit

yang disebabkan oleh lingkungan kerja atau pekerjaan. Penyakit ini mempunyai

penyebab secara spesifik atau mempunyai hubungan yang kuat dengan pekerjaan.

Ada dua elemen dalam mengidentifikasi penyakit akibat kerja yaitu: (1) adanya

hubungan antara pajanan yang spesifik dengan penyakit dan (2) adanya fakta

bahwa frekuensi kejadian penyakit pada populasi pekerja lebih tinggi daripada

masyarakat umum. Pajanan sumber bahaya yang berasal dari lingkungan kerja 1

bisa bersumber dari faktor fisik, kimia, biologis dan ergonomi psikologi(1).

Penyakit akibat kerja yang dapat diderita oleh pekerja Pabrik Tahu CV.

Sumber Kata Kerja adalahmyalgia,low back pain (LBP), luka bakar dan

ISPA.Gangguan kesehatan akibat kerja ini dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Myalgia
16

Myalgia atau nyeri otot adalah pengalaman perasaan emosional yang tidak

menyenangkan akibat terjadinya kerusakan aktual maupun potensial, atau

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. Nyeri otot dapat terjadi pada

berbagai bagian tubuh seperti bagian pinggang, leher, bahu, siku, lengan, dan

pergelangan tangan/tangan. Faktor pada pekerjaan yang berperan penting pada

nyeri otot adalah gerakan berulang, gerakan dengan tenaga yang kuat, penekanan,

posisi kerja yang menetap atau tidak ergonomis, dan getaran. Myalgia dapat

dialami dalam waktu singkat, misalnya otot kram, atau berlanjut sampai beberapa

hari, bahkan beberapa bulan. Penggunaan otot yang berlebihan mengakibatkan

otot-otot kekurangan oksigen dan menghasilkan asam laktat dan menyebabkan

myalgia(10,11).

2. Low Back Pain (LBP)

Low back pain (LBP) atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu

penyakit akibat kerja yang timbul karena posisi statis dalam bekerja dan bersifat

continue. Nyeri punggung bawah adalah sindroma klinik yang ditandai dengan

gejala utama berupa nyeri atau perasaan lain yang tidak enak di daerah tulang

punggung bawah. Nyeri punggung bawah yang timbul karena posisi statis dalam
1
bekerja dan bersifat continue dapat mengakibatkan kehilangan jam kerja sehingga

mengganggu produktivitas kerja(12).

Faktor-faktor resiko yang mempengaruhi nyeri punggung bawah

diantaranya usia, jenis kelamin, masa kerja, sikap dan posisi kerja. Sekitar 90%

dari seluruh kasus low back pain disebabkan oleh faktor mekanik, yaitu low back

pain pada struktur anatomi normal yang digunakan secara berlebihan atau akibat
17

sekunder dari trauma atau deformitas, yang menimbulkan stress atau strain pada

otot, tendon dan ligament. Selain itu, dapat disebabkan karena adanya kelainan

pada spine (ruas tulang belakang). Sikap kerja atau kondisi kerja yang tidak

ergonomis pada akhirnya dapat menimbulkan keluhan-keluhan seperti gangguan

pada sistem muskuloskeletal. Beberapa cara kerja yang sesuai dengan ergonomi

diuraikan berikut ini :(12,13)

a. Cara mengangkat barang yang benar

Menggunakan kedua tangan jika memungkinkan. Jaga agar beban

sedekat mungkin dengan tubuh. Mengangkat beban harus bertumpuan pada kaki

dan paha, dan bukan bertumpuan pada punggung sehingga tidak menciderai

punggung. Hindari melakukan gerakan memutar tubuh saat mengangkat beban(14).

Gambar 2.7 Cara Mengangkat Beban Yang Benar


Sumber : National Institute of Occupational Safety & Health (NIOSH), 2013 1
b. Beban Angkat

Batasan beban angkat yang digunakan secara internasional adalah

sebagai berikut:

 Pria di bawah usia 16 tahun, maksimum angkat adalah 14 kg.

 Pria usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat adalah 18 kg.

 Pria usia lebih dari 18 tahun, tidak ada batasan angkat.


18

 Wanita usia 16 – 18 tahun, maksimum angkat 11 kg.

 Wanita usia lebih dari 18 tahun, maksimum angkat 16 kg

Batasan beban angkat di Indonesia ditetapkan melalui Peraturan Menteri

Tenaga Kerja Transmigrasi dan Koperasi No. PER.01/Men/1978 tentang

Kesehatan dan Keselamatan Kerja dalam bidang Penebangan dan Pengangkutan

Kayu. Beban angkat ditetapkan dengan dasar perhitungan 5/7 kg berat badan(15,16).

Tabel 2.2 Beban angkat menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja


Transmigrasi dan Koperasi
Dewasa Tenaga Kerja Muda
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Aktivitas Mengangkat
(kg) (kg) (kg) (kg)
Sekali-kali 40 10 15 10-12
Terus menerus 15-18 10 10-15 6-9
Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja Tranmigrasi dan Koperasi, 1978

c. Posisi bekerja

 Hindari kegiatan melakukkan kepala dan leher kedepan (menunduk)

atau melekukkan kebelakang (mendongak).

 Hindari melekukkan badan kedepan (membungkuk).

 Hindari gerakan memutar dan asimetrik. Jika harus berputar usahakan

hanya sampai dua pertiga putaran. Jika bekerja pada posisi berdiri, 1

usahakan dapat sesekali duduk pada waktu senggang untuk relaksasi

otot kaki(14).

3. Luka Bakar

Luka bakar merupakan kerusakan kulit tubuh yang disebabkan oleh trauma

panas atau trauma dingin (frost bite). Penyebabnya adalah api, air panas, listrik,

kimia, radiasi dan trauma dingin (frost bite). Kerusakan ini dapat menyertakan
19

jaringan bawah kulit. Luka bakar dapat menyebabkan kerusakan dan peningkatan

permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan jaringan kulit, dalam keadaan yang

parah dapat menyebabkan gangguan serius pada paru-paru, ginjal, dan hati.

Penyebab tersering dari luka bakar adalah api (53,1%), air panas (19,1%), listrik

(14%), kimia (3%), kontak (5%). Pencegahannya dengan meminimalkan potensi

bahaya dan penggunaan alat pelindung diri(17).

2.5 Standar Kotak Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K)


Sebuah tempat kerja harus memiliki standar kotak P3K sesuai standar dari

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia tahun

2008. Hal ini dimaksudkan agar pada saat para pekerja mengalami kecelakaan

akibat kerja, dapat ditangani dengan cepat (pertolongan pertama) sehingga risiko

infeksi penyakit dapat diminimalisir(18).

Tabel 2.3 Standar Isi Kotak P3K


KOTAK A KOTAK B KOTAK C
No. ISI (Untuk < 25 (Untuk 26-50 (Untuk 51-100
pekerja) pekerja) pekerja)
1. Kasa steril 20 40 40
terbungkus
2. Perban (lebar 2 4 6
5 cm)
3. Perban (lebar 2 4 6 1
10 cm)
4. Perban (lebar 2 4 6
1,25 m)
5. Plester cepat 10 15 20
6. Kapas (25 g) 1 2 3
7. Kain segitiga 2 4 6
(mittela)
8. Gunting 1 1 1
9. Peniti 12 12 12
10. Sarung tangan 2 s3 4
sekali pakai
11. Masker 1 1 1
20

12. Pinset 1 1 1
13. Lampu senter 1 1 1
14 Gelas untuk 1 2 3
. cuci mata
15. Kantong 1 1 1
plastik bersih
16. Aquades (100 1 1 1
ml lar. Saline)
17. Povidon iodin 1 1 1
(60 ml)
18. Alkohol 70% 1 1 1
19. Buku panduan 1 1 1
P3K di tempat
kerja
20. Buku catatan. 1 1 1
Daftar isi
kotak
Sumber : Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER. 15/MEN/VIII/2008

2.6 Protokol Kesehatan di Tempat Kerja di Era New Normal


a. Pihak manajemen/Tim Penanganan COVID-19 di tempat kerja selalu

memperhatikan informasi terkini serta himbauan dan instruksi Pemerintah Pusat

dan Daerah terkait COVID-19 di wilayahnya, serta memperbaharui kebijakan dan

prosedur terkait COVID-19 di tempat kerja sesuai dengan perkembangan terbaru.

(Secara berkala dapat diakses http://infeksiemerging.kemkes.go.id dan kebijakan

Pemerintah Daerah setempat).

b. Mewajibkan semua pekerja menggunakan masker selama di tempat kerja, 1

selama perjalanan dari dan ke tempat kerja serta setiap keluar rumah.

c. Larangan masuk kerja bagi pekerja, tamu/pengunjung yang memiliki

gejala demam/nyeri tenggorokan/batuk/pilek/sesak nafas. Berikan kelonggaran

aturan perusahaan tentang kewajiban menunjukkan surat keterangan sakit.

d. Jika pekerja harus menjalankan karantina/isolasi mandiri agar hak-haknya

tetap diberikan.
21

e. Menyediakan area/ruangan tersendiri untuk observasi pekerja yang

ditemukan gejala saat dilakukan skrining.

f. Pada kondisi tertentu jika diperlukan, tempat kerja yang memiliki sumber

daya dapat memfasilitasi tempat karantina/isolasi mandiri. Standar

penyelenggaraan - 14 - karantina/isolasi mandiri merujuk pada pedoman dalam

www.covid19.go.id.

g. Penerapan higiene dan sanitasi lingkungan kerja, meliputi :

 Selalu memastikan seluruh area kerja bersih dan higienis dengan

melakukan pembersihan secara berkala menggunakan pembersih dan

desinfektan yang sesuai (setiap 4 jam sekali). Terutama handle pintu

dan tangga, tombol lift, peralatan kantor yang digunakan bersama, area

dan fasilitas umum lainya.

 Menjaga kualitas udara tempat kerja dengan mengoptimalkan sirkulasi

udara dan sinar matahari masuk ruangan kerja, pembersihan filter AC.

h. Melakukan rekayasa engineering pencegahan penularan seperti

pemasangan pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani pelanggan, dan

lain lain.
1
i. Satu hari sebelum masuk bekerja dilakukan Self Assessment Risiko

COVID-19 pada seluruh pekerja untuk memastikan pekerja yang akan masuk

kerja dalam kondisi tidak terjangkit COVID-19. Tamu diminta mengisi Self

Assessment.

j. Melakukan pengukuran suhu (skrining) di setiap titik masuk tempat kerja

yaitu :
22

 Petugas yang melakukan pengukuran suhu tubuh harus mendapatkan

pelatihan dan memakai alat pelindung diri (masker dan faceshield)

karena berhadapan dengan orang banyak yang mungkin berisiko

membawa virus.

 Pengukuran suhu tubuh jangan dilakukan di pintu masuk dengan tirai

AC karena dapat mengakibatkan pembacaan hasil yang salah.

k. Terapkan physical distancing / jaga jarak dengan :

 Pengaturan jumlah pekerja yang masuk agar memudahkan penerapan

physical distancing.

 Pada pintu masuk, agar pekerja tidak berkerumun dengan mengatur

jarak antrian. Beri penanda di lantai atau poster/banner untuk

mengingatkan.

 Jika tempat kerja merupakan gedung bertingkat maka untuk mobilisasi

vertical lakukan pengaturan sebagai berikut:

o Penggunaan lift: batasi jumlah orang yang masuk dalam lift, buat

penanda pada lantai lift dimana penumpang lift harus berdiri dan

posisi saling membelakangi. 1

o Penggunaan tangga: jika hanya terdapat 1 jalur tangga, bagi lajur

untuk naik dan untuk turun, usahakan agar tidak ada pekerja yang

berpapasan ketika naik dan turun tangga. Jika terdapat 2 jalur

tangga, pisahkan jalur tangga untuk naik dan jalur tangga untuk

turun.
23

o Lakukan pengaturan tempat duduk agar berjarak 1 meter pada

meja/area kerja, saat melakukan meeting, di kantin, saat istirahat,

dan lain lain.

l. Jika memungkinkan, menyediakan transportasi khusus pekerja untuk

perjalanan pulang pergi dari mess/perumahan ke tempat kerja sehingga pekerja

tidak menggunakan transportasi publik.

m. Petugas kesehatan/petugas K3/bagian kepegawaian melakukan

pemantauan kesehatan pekerja secara proaktif :

 Sebelum masuk kerja, terapkan Self Assessment Risiko COVID-19 pada

seluruh pekerja untuk memastikan pekerja yang akan masuk kerja

dalam kondisi tidak terjangkit COVID-19.

 Selama bekerja, masing-masing satuan kerja/bagian/divisi melakukan

pemantauan pada semua pekerja jika ada yang mengalami

demam/batuk/pilek.

 Mendorong pekerja untuk mampu deteksi diri sendiri (self monitoring)

dan melaporkan apabila mengalami demam/sakit

tengorokan/batuk/pilek selama bekerja. 1


 Bagi pekerja yang baru kembali dari perjalanan dinas ke negara/daerah

terjangkit COVID-19 pekerja diwajibkan melakukan karantina mandiri

di rumah dan pemantauan mandiri selama 14 hari terhadap gejala yang

timbul dan mengukur suhu 2 kali sehari(19).


24

BAB 3
LAPORAN KUNJUNGAN
3.1 Profil Usaha
Jenis usaha : Pabrik Tahu

Nama usaha : Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Rejeki (SKR)

Alamat/ Lokasi : Jl. Sukun 1,Oepura

Batas Timur : Rumah warga

Batas Barat : Rumah warga

Batas Selatan : Kali

Bawah Utara : Rumah Warga

Berdiri : 2015 (5 Tahun)

Nama pemilik : Nur Rahmat

Luas ruang usaha : 5 m x 20 m

Jumlah karyawan : 9 orang

Jam operasional : Senin – Sabtu dari 05.00 – 13.00 WITA (8 Jam)

3.2 Gambaran Situasi Lingkungan Kerja


Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Kerja berlokasi di Jl. Sukun 1,Kelurahan

Oepura, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tempat usaha 1

ini didirikan pada tahun 2015 (5 tahun) dan memiliki 9 orang tenaga kerja. Usaha

ini merupakan tempat produksi tahu yang mengolah dan memasarkan tahu. Pabrik

Tahu CV. Sumber Kata Rejeki buka setiap hari kecuali hari minggu dan hari libur

bersama. Pabrik ini dioperasikan dari pukul 05.00 WITA sampai 13.00 WITA

tergantung dari persendian tahu yang tersedia.


25

Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Rejeki berdiri diatas lahan seluas kurang

lebih 5m x 20 m yang terdiri dari rumah pemilik pabrik tahu di lantai 2 dan

ruangan yang terdiri dari : satu kamar tidur karyawan dengan 2 tempat tidur, satu

ruang perebusan air, satu ruang pengolahan, satu ruang pencetakan, satu ruang

penjualan, satu tempat pembuangan limbah, satu teras, dan satu kamar mandi.

Usaha tersebut mempekerjakan 9 tenaga kerja yang masing-masing memiliki

tugas yang berbeda-beda yaitu: mempersiapkan bahan, mengolah bahan,

mencetakan tahu, dan melayani pelanggan yang membeli tahu. Semua tenaga

kerja berjenis kelamin laki-laki, bekerja selama delapan jam tanpa pembagian

shift kerja. Pekerja mendapatkan jam istirahat siang selama satu jam (bisa

fleksibel) di siang hari tergantung dari banyaknya pemesanan dan ketersediaan

tahu. Setiap pekerja mendapat gaji sesuai dengan lamanyadia bekerja dengan

kisaran gaji yaitu Rp.700.000 tiap bulannya untuk pekerja yang baru sedangkan

pekerja yang lama digaji Rp. 1.000.000 tiap bulannya. Selain gaji, pekerja juga

mendapatkan uang tambahan dari besarnya penjualan mingguan sebesar kurang

lebih Rp. 100.000-200.000 per minggu. Setiap hari, pabrik tahu memproduksi±

120-150 kg. Di masa pandemi virus corona, pabrik tahu CV. Sumber Kata Kerja
1
kurang menerapkan protokol-protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran

virus corona, diantaranya: (1) menyiapkan sarana cuci tangan tetapi sabun untuk

cuci tangan tidak ada lalu dari pemeriksaan didapatkan adanya air yang tergenang

di bawah tempat cuci tangan sehingga banyak sekali jentik-jentik nyamuk yang

hidup, (2) para pekerja tidak menggunanakan masker saat bekerja, dan (3) kurang

menjaga jarak selama melakukan pekerjaan.


26

Berdasarkan hasil wawancara pada tenaga kerja dan pemilik tempat ini,

tidak ada syarat khusus untuk dapat berkerja di Pabrik Tahu CV. Sumber Kata

Kerja serta diketahui bahwa pekerja jarang sekali memakai alat pelindung diri

(APD) seperti masker, dan sarung tangan. APD yang disediakan hanyalah sepatu

boot saja. APD seperti masker dimiliki oleh semua orang tetapi jarang digunakan

oleh pekerja karena merasa tidak nyaman, mengganggu selama bekerja karena

sesak napas maupun panas, dan tidak leluasa untuk bergerak.Menurut para

pekerja, kecelakaan selama bekerja jarang terjadi meskipun tanpa menggunakan

alat pelindung diri, sehingga mereka juga tidak merasa mengalami gangguan

kesehatan selama bekerja sehingga membuat mereka tidak mau menggunakan

APD.

3.3 Proses Pembuatan Tahu di Pabrik Tahu CV. Amkoli


Proses pembuatan dimulai dengan persiapan bahan pembuatan tahu yaitu

kacang kedelai dan santan. Kacang kedelai dibeli dari Pasar Inpres. Kacang

kedelai selanjutnya dicuci, kemudian direndam dalam air biasa hangat kurang

lebih 3 – 4 jam. Kacang kedelai yang telah direndam kemudian dibersihkan

dengan menghilangkan air rendaman beserta kotoran-kotoran yang mengapung 1

diatas air. Kacang kedelai tersebut kemudian digiling menjadi bubur kedelai.

Bubur kedelai kemudian dimasukkan kedalam drum dan dipanaskan hingga

mendidih dalam hal ini harus sampai 3 kali mendidih dengan waktu masing-

masing mendidih selama 30-45 menit. Bubur kedelai dicampur dengan santan

agar menghilangkan bau pada tahu. Bubur kedelai yang telah dimasak kemudian

disaring untuk mendapatkan sari kedelai. Penyaringan dilakukan beberapa kali


27

dengan penambahan sejumlah air cuka untuk mendapatkan sari kedelai yang

maksimal. Selanjutnya proses penggumpalan yang akan menghasilkan endapan

tahu. Endapan tahu selanjutnya dituang kedalam cetakan yang sudah dibungkus

dengan kain sebelumnya. Endapan tahu tersebut dipress agar kandungan air

keluar. Setelah itu tahu dipotong sesuai dengan ukuran yang akan dipasarkan.

3.4 Alur Kerja Pembuatan Tahu

1.Persiapan bahan 2. Mencuci kacang 3. Membersihkan 4. Menggiling


pembuatan tahu, kedelai lalu kacang kedelai dari kacang kedelai
yaitu kacang direndam selama 3- kotoran yang menjadi bubur
kedelai, santan, dan 4 jam mengapung di air kedelai
cuka

8. Endapan tahu 7. Pengumpulan sari 6. Penyaring 5. Bubur kedelai


dicetak, dipotong kedelai menjadi bubur kedelai dipanaskan hingga
sesuai ukuran endapan tahu menjadi sari mendidih di wajan (3
menggunakan cuka kedelai kali mendidih) dan
mencampurkan santan

Skema 3.1 Alur Kerja Pembuatan Tahu

1
3.5 Identifikasi Faktor Resiko Di Tempat Kerja
Tabel 3.1 Identifikasi Faktor Risiko di Tempat Kerja
No Urutan Bahaya potensial Gangguan kesehatan Solusi/ pencegahan
Fisik Kimia Biologi Ergonomi Psikologi
proses yang mungkin terjadi

kerja
1. Persiapan Jatuh - - Salah dalam Hubungan 1. Kifosis Beristirahat saat

bahan posisi dengan 2. Low back pain kelelahan

pembuatan Beban yang rekan kerja Kenali diri

tahu : diangkut Memakai APD (sepatu

kacang berlebihan boot)

kedelai dan

santan
2. Mencuci - Air limbah - Salah posisi Hubungan 1. Dermatitis kontak Memakai APD (sarung

kacang sisa tubuh dengan iritan tangan, celemek)

kedelai dan rendaman rekan kerja 2. Low back pain Lakukan peregangan

direndam 3. Myalgia

selama 3 – 4

129
jam
3. Menggiling Tangan Benda - Postur berdiri Hubungan 1. Ketulian Berhati-hati dalam

kacang terjepit atau suhu tinggi yang lama dengan 2. Dehidrasi heat stress bekerja

kedelai tergiling rekan kerja 3. Myalgia Istirahat secukupnya

menjadi Suara bising 4. Luka berat Penyediaan air minum

bubur mesin

kedelai penggiling

4. Merebus, Terkena api Asap - Berdiri Hubungan 1. Luka berat Berhati-hati dalam

menyaring yang ada di terlalu lama dengan 2. Myalgia bekerja

bubur dalam drum rekan kerja 3. ISPA Pemantauan level air

kedelai, dan Boiler dalam drum

pengumpala meledak Penggunaan masker saat

n sari Uap panas bekerja

kedelai (±80°C -

menjadi 100°C)

1
endapan

tahu
5. Mencetak Bahan - - Berdiri Hubungan 1. Luka berat Menggunakan APD

endapan dalam terlalu lama dengan 2. Myalgia (sarung tangan,

tahu dan kondisi rekan celemek)

memotong panas Berhati-hati dalam

tahu bekerja

Peregangan

1
31

3.6 Identifikasi Tenaga Kerja dan Status Kesehatan Tenaga Kerja


1. Tn. NR, pemilik pabrik tahu (25 tahun)

Pada anamnesis, Tn. NR mengeluhkan sering susah tidur. Dari hasil pemeriksaan

fisik ditemukan tekanan darah 160/110 mmHg, sehingga disimpulkan bahwa

pasien mengalami insomnia dan hipertensi derajat II.

2. Tn. RN, pekerja (20 tahun)

Pada anamnesis, Tn. RN tidak terdapat keluhan dan dari hasil pemeriksaan fisik

juga tidak ditemukan adanya kelainan.

3. Tn. AT, pekerja (21 tahun)

Pada anamnesis, Tn. AT mengeluhkan sering susah tidur dan dari hasil

pemeriksaan fisik ditemukan tekanan darah 140/90 mmHg, sehingga disimpulkan

bahwa pasien mengalami insomnia dan hipertensi derajat I.

4. Tn. TM, pekerja (22 tahun)

Pada anamnesis, Tn. TM tidak terdapat keluhan dan dari hasil pemeriksaan fisik

juga tidak ditemukan adanya kelainan.

5. Tn. SB, pekerja (25 tahun)

Pada anamnesis, Tn. SB tidak terdapat keluhan dan dari hasil pemeriksaan fisik

juga tidak ditemukan adanya kelainan.

6. Tn. YF, pekerja (22 tahun)


1
Pada anamnesis, Tn. YF tidak terdapat keluhan, namun dari hasil pemeriksaan

fisik didapatkan tekanan darah 135/80 mmHg, sehingga berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut, pasien dicurigai mengalami pre-hipertensi.

7. Tn. WR, pekerja (22 tahun)


32

Pada anamnesis, Tn. WR mengeluhkan adanya nyeri dada yang terasa seperti

tertusuk-tusuk, selain itu ia juga memiliki riwayat kebiasaan merokok sejak

berumur 16 tahun dan masih diteruskan hingga saat ini. Dalam sehari, ia biasanya

menghabiskan 1 bungkus rokok. Dari hasil pemeriksaan fisik, tidak ditemukan

adanya kelainan, sehingga dicurigai bahwa pasien mengalami myalgia.

8. Tn. RL, pekerja (16 tahun)

Pada anamnesis, Tn. RL mengeluhkan adanya nyeri pada kedua tangan dan gatal

pada sela-sela jari tangan. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan adanya lesi

hipopigmentasi multiple berbatas tegas dengan bentuk yang tidak beraturan,

berlokasi di sela-sela jari tangan kanan dan kiri, sehingga berdasarkan hasil

pemeriksaan tersebut pasien dicurigai mengalami dermatofitosis berupa tinea

manum.

9. Tn. WT, pekerja (21 tahun)

Pada anamnesis, Tn. WT mengeluhkan adanya keram pada tangan kiri dan dari

hasil pemeriksaan fisik, didapatkan tekanan darah 140/80 mmHg, sehingga dari

hasil pemeriksaan tersebut, pasien dicurigai menderita myalgia dan hipertensi

derajat I.

1
Tabel 3.2 Status Kesehatan Tenaga Kerja
No Nama/ Tanda- Keluhan Pemeriksaan fisik Diagnosis Terapi

usia tanda vital kerja


1. Tn. NR/ TD : Susah tidur Mata : Insomnia Non- medikamentosa :

25 tahun 160/110 a. Kedudukan bola mata simetris Hipertensi - Istirahat cukup

mmHg b. Konjungtiva hiperemis (-/-) derajat II - Diet rendah garam

N : 80 c. Anemis (-/-), ikterik (-/-) - Olahraga rutin

x/menit THT : - Menggunakan

RR : 20 a. Otorhea (-), Nyeri tekan tragus(-), Deviasi APD

x/menit septum nasi (-), Rhinorhea (-) - Kontrol kesehatan

T : 36,6 oC b. Mukosa bibir kering (-) rutin di fasilitas

c. Gigi geligi normal, lidah di tengah kesehatan

d. Tonsil hiperemis (-) - Menyarankan

Leher : konsultasi ke

Pembesaran KGB(-) psikiater untuk

Pulmo : mengatasi

1
a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris insomnia

b. Palpasi : Vocal fremitus D=S Medikamentosa :

c. Perkusi : Sonor Auskultasi : Ves +/+, Wh - Amlodipin 1 x 5mg

-/-, Rh -/- PO

Cor :

S1,S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

Tampak datar, bising usus (+) kesan normal,

nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak

teraba, perkusi timpani seluruh regio

abdomen.

Ekstremitas :

Deformitas (-),Udem (-), akral hangat

Kulit : Tampak normal

2. Tn. AT/ TD : 140/90 Susah tidur Mata : Insomnia Non- medikamentosa :

1
21 tahun mmHg a. Kedudukan bola mata simetris Hipertensi - Istirahat cukup

N : 90 b. Konjungtiva hiperemis (-/-) derajat I - Diet rendah garam

x/menit c. Anemis (-/-), ikterik (-/-) - Olahraga rutin

RR : 20 THT : - Menggunakan

x/menit a. Otorhea (-), Nyeri tekan tragus(-), Deviasi APD

T : 36,7 oC septum nasi (-), Rhinorhea (-) - Kontrol kesehatan

b. Mukosa bibir kering (-) rutin di fasilitas

c. Gigi geligi normal, lidah di tengah kesehatan

d. Tonsil hiperemis (-) - Menyarankan

Leher : konsultasi ke

Pembesaran KGB(-) psikiater untuk

Pulmo : mengatasi

a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris insomnia

b. Palpasi : Vocal fremitus D=S Medikamentosa :

c. Perkusi : Sonor Auskultasi : Ves +/+, Wh - Amlodipin 1 x 5mg

1
-/-, Rh -/- PO

Cor :

S1,S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

Tampak datar, bising usus (+) kesan normal,

nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak

teraba, perkusi timpani seluruh regio

abdomen.

Ekstremitas :

Deformitas (-),Udem (-), akral hangat

Kulit : Tampak normal

3. Tn.YF/ TD : 135/80 Pasien tidak Mata : Pre- Non- medikamentosa :

25 tahun mmHg merasakan adanya a. Kedudukan bola mata simetris hipertensi - Istirahat cukup

N : 90 keluhan b. Konjungtiva hiperemis (-/-) - Diet rendah garam

x/menit c. Anemis (-/-), ikterik (-/-) - Olahraga rutin

1
RR : THT : - Menggunakan

20x/menit a. Otorhea (-), Nyeri tekan tragus(-), Deviasi APD

T : 36,7 oC septum nasi (-), Rhinorhea (-) - Kontrol kesehatan

b. Mukosa bibir kering (-) rutin di fasilitas

c. Gigi geligi normal, lidah di tengah kesehatan

d. Tonsil hiperemis (-) Medikamentosa :

Leher : - Amlodipin 1 x 5mg

Pembesaran KGB(-) PO

Pulmo : - Vitamin B complex

a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris 1x1 tablet

b. Palpasi : Vocal fremitus D=S

c. Perkusi : Sonor Auskultasi : Ves +/+, Wh

-/-, Rh -/-

Cor :

S1,S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

1
Abdomen :

Tampak datar, bising usus (+) kesan normal,

nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak

teraba, perkusi timpani seluruh regio

abdomen.

Ekstremitas :

Deformitas (-),Udem (-), akral hangat

Kulit : Tampak normal

4. Tn. WR/ TD : 125/70 Nyeri dada seperti Mata : Myalgia Non- medikamentosa :

22 tahun mmHg tertusuk-tusuk a. Kedudukan bola mata simetris - Beristirahat

N : 85 b. Konjungtiva hiperemis (-/-) secukupnya

x/menit c. Anemis (-/-), ikterik (-/-) - Relaksasi otot

RR : THT : - Hindari

17x/menit a. Otorhea (-), Nyeri tekan tragus(-), berdiri/duduk

T : 36,2oC Deviasi septum nasi (-), Rhinorhea (-) terlalu lama

1
b. Mukosa bibir kering (-) - Menggunakan

c. Gigi geligi normal, lidah di tengah APD

d. Tonsil hiperemis (-) - Menghentikan

Leher : kebiasaan merokok

Pembesaran KGB(-) Medikamentosa :

Pulmo : - Piroxicam 1x10 mg

a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris PO k/p nyeri

b. Palpasi : Vocal fremitus D=S - Vitamin B complex

c. Perkusi : Sonor Auskultasi : Ves +/+, Wh 1x1 tablet

-/-, Rh -/-

Cor :

S1,S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

Tampak datar, bising usus (+) kesan normal,

nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak

1
teraba, perkusi timpani seluruh regio

abdomen.

Ekstremitas :

Deformitas (-),Udem (-),akral hangat

Kulit : Tampak normal


5. Tn. RL/ TD: 120/70 Nyeri pada kedua Mata : Myalgia Non- Medikamentosa :

16 tahun mmHg tangan, dan gatal a. Kedudukan bola mata simetris Tinea - Istirahat

N : 84 di sela-sela kedua b. Konjungtiva hiperemis (-/-) manum secukupnya

x/menit jari tangan c. Anemis (-/-), ikterik (-/-) - Relaksasi otot

RR : 20 THT : - Menggunakan

x/menit a. Otorhea (-), Nyeri tekan tragus(-), Deviasi APD berupa sarung

T : 36,8 oC septum nasi (-), Rhinorhea (-) tangan kerja

b. Mukosa bibir kering (-) - Berhati-hati dalam

c. Gigi geligi normal, lidah di tengah bekerja

d. Tonsil hiperemis (-) - Rajin mencuci

Leher : tangan sebelum dan

1
Pembesaran KGB(-) setelah bekerja

Pulmo : Medikamentosa :

a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris - Piroxicam 1x10 mg

b. Palpasi : Vocal fremitus D=S PO k/p nyeri

c. Perkusi : Sonor Auskultasi : Ves +/+, Wh - Vitamin B complex

-/-, Rh -/- 1x1 tablet

Cor : - Gentamicin salep

S1, S2 tunggal, gallop (-), murmur (-) 2x1 setelah mandi

Abdomen :

Tampak datar, bising usus (+) kesan normal,

nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak

teraba, perkusi timpani seluruh regio

abdomen.

Ekstremitas :

Deformitas (-),Udem (-), akral hangat

1
Kulit : Tampak lesi hipopigmentasi multiple,

berbatas tegas dengan bentuk yang tidak

beraturan di sela-sela jari kedua tangan


6. Tn. WT/ TD : 140/80 Rasa keram pada Mata : Myalgia Non- Medikamentosa :

21 tahun mmHg tangan kiri a. Kedudukan bola mata simetris Hipertensi - Istirahat

N: b. Konjungtiva hiperemis (-/-) derajat I secukupnya

85x/menit c. Anemis (-/-), ikterik (-/-) - Relaksasi otot

RR : THT : - Olahraga teratur

17x/menit a. Otorhea (-), Nyeri tekan tragus(-), Deviasi - Diet rendah garam

T : 36,7 C septum nasi (-), Rhinorhea (-) - Menggunakan

b. Mukosa bibir kering (-) APD

c. Gigi geligi normal, lidah di tengah - Berhati-hati dalam

d. Tonsil hiperemis (-) bekerja

Leher : Medikamentosa :

Pembesaran KGB(-) - Piroxicam 1x10 mg

Pulmo : PO k/p nyeri

1
a. Inspeksi : Pergerakan dada simetris - Amlodipin 1x5 mg

b. Palpasi : Vocal fremitus D=S PO

c. Perkusi : Sonor Auskultasi : Ves +/+, Wh - Vitamin B complex

-/-, Rh -/- 1x1 tablet

Cor :

S1, S2 tunggal, gallop (-), murmur (-)

Abdomen :

Tampak datar, bising usus (+) kesan normal,

nyeri tekan epigastrium (-), hepar/lien tidak

teraba, perkusi timpani seluruh regio

abdomen.

Ekstremitas :

Deformitas (-),Udem (-), akral hangat

Kulit : Tampak lesi hipopigmentasi multiple,

berbatas tegas dengan bentuk yang tidak

1
beraturan di sela-sela jari kedua tangan

1
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan ilmu pengetahuan dan

penerapan guna mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit yang

disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja. K3 ditujukan untuk mencegah semua

jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja, melindungi

tenaga kerja atas hak keselamatannya dengan usaha-usaha promotif, preventif dan kuratif,

terhadap gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan dari faktor-faktor pekerjaan

dan lingkungan pekerja. Dengan keselamatan dan kesehatan kerja diharapkan tenaga

kerja dapat mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh pekerjaan.

Untuk mencegah kecelakaan kerja maka tenaga kerja perlu mengetahui apa saja potensi

bahaya dan risiko dari pekerjaan yang dilakukan(9).

Penigkatan produktivitas sebuah pekerjaan, menyebabkan perusahaan harus

memiliki budaya kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. Keterampilan praktik kerja

dalam produksi dan penggunaan alat sangat diperlukan dalam kesehatan dan keselamatan

kerja. Selain itu, kemampuan interpesona seperti sikap dan kebiasaan akan mendukung

produktivitas dalam bekerja. Pekerja di Pabrik Tahu CV. SKR mendapatkan pelatihan

sebelum bekerja. Pelatihan keterampilan praktik kerja didapatkan pekerja dari pekerja

senior yang sebelumnya telah bekerja lebih lama(20). 1

Kasus kesehatan dan keselamatan kerja di Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Rejeki

ditemukan beberapa potensi bahaya dalam lingkungan kerja ini, diantaranya bahaya

fisikseperti risiko jatuh, terkena air panas/uap panas, kebisingan akibat penggunaan alat-
46

alat yang menimbulkan bunyi bising dan getaran yang berasal dari alat-alat yang

digunakan.Potensi bahaya biologi seperti bakteri dan jamur dari lingkungan kerja yang

dapat menyebabkan terjadinya dermatomikosis. Potensi bahaya kimia yaitu air cucian

kacang kedelai yang dapat menyebabkan terjadinya dermatitis kontak iritan.Faktor

bahaya ergonomi antara lain posisi tubuh dalam melakukan pekerjaan dan mengangkat

beban berlebih yang dapat bermanifestasi pada keluhan muskuloskeletal penderita.

Sedangkan bahaya psikologi antara lain adanya interaksi dengan sesama maupun

pelanggan yang dapat menganggu psikologis dari pekerja. Dengan demikian berdasarkan

faktor atau potensi kerja yang dimiliki, maka dapat digolongkan bahwa pabrik tahu CV.

Sumber Kata Rejeki berdasarkan klasifikasi potensi bahaya keselamatan dan kesehatan

kerja termasuk dalam kategori A yang mana dapat menimbulkan risiko dampak jangka

panjang pada kesehatan sehingga para pekerja perlu dilakukan edukasi dan sosialiasi

tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang benar.

4.2 Faktor Risiko Pekerja


Dalam melaksanakan pekerjaanya terdapat berbagai risiko akibat kerja pada proses

produksi. Beberapa faktor risiko yang ditemukan antara lain :

a. Risiko lingkungan kerja ialah tempat kerja yang licin sehingga para pekerja

mudah tergelincir dan jatuh. Serta iklim kerja yang cukup panas dapat menurunkan

produktivitas pekerjaan. 1

b. Kebisingan yang ditimbulkan dari alat-alat yang digunakan seperti mesin

penggilingan kacang kedelai, mesin pembuat santan berisiko menyebabkan terjadinya

gangguan pendengaran. Berkurangnya pendengaran akibat bising berlangsung secara


47

perlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama. Kecepatan penurunan pendengaran

tergantung pada tingkat kebisingan, lamanya pemaparan dan kepekaan individu.

c. Risiko ergonomik juga mempunyai peranan penting dalam kaitannya dengan

risiko kesehatan kerja di Pabrik Tahu CV. SKR. Risiko ergonomik dilihat dari kesesuaian

posisi pada saat bekerja, misalnya berdiri terlalu lama, duduk terlalu lama, membungkuk

terlalu lama, jongkok, membawa beban yang terlalu berat, dan menahan beban yang

terlalu berat. Kondisi seperti ini apabila berlangsung dalam jangka waktu yang cukup

lama tanpa adanya pemeriksaan akan menimbulkan penyakit akibat kerja seperti

musculosceletal disorders, hingga low back pain.

d. Risiko trauma fisik akibat kontak dengan alat dan material yang bisa

menimbulkan kecelakaan kerja apabila tenaga kerja kurang hati-hati dalam

menggunakannya. Kecelakaan kerja yang sering ditemui yaitu luka gores, luka bakar,

luka robek, dan lain-lain.

4.3 Alat Pelindung Diri Bagi Pekerja


Alat pelindung diri (APD) merupakan perlengkapan yang dimaksudkan untuk

dipakai atau dipegang oleh seseorang di tempat kerja yang dapat melindunginya dari

salah satu atau lebih risiko terhadap keselamatan dan kesehatannya. Upaya mencegah

penyakit khususnya pada tenaga kerja dapat dilakukan dengan berbagai cara

pengendalian secara teknik, administrasi, dan penggunaan alat pelindung diri. 1

Penggunaan atau pemakaian alat pelindung diri merupakan cara terakhir guna

menanggulangi bahaya yang terjadi di tempat kerja(7). Alat pelindung diri yang dapat

digunakan di Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Kerja diantaranya:

1. Celemek
48

Penggunaan pakaian pelindung tubuh diwajibkan disebabkan oleh beberapa

akibat, diantaranya yaitu, bahaya panas yang sangat kuat dan percikan cairan panas.

Dengan menggunakan APD berupa pakaian pelindung akan menghindari kecelakaan

akibat kerja(7).

Gambar 4.1 Celemek


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

2. Masker

Berfungsi melindungi diri dari sumber-sumber bahaya seperti pencemaran oleh

partikel debu, asap dan pencemaran oleh gas atau uap. Masker juga berfungsi untuk

mencegah droplet dari pekerja saat pembuatan tahu sehingga penyebaran virus corona

bisa terhenti(7).

Gambar 4.2 Masker


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016
49

3. Sarung tangan kerja

Berfungsi sebagai alat pelindung tangan pada saat bekerja di tempat atau situasi

yang dapat mengakibatkan cedera tangan. Bahan dan bentuk sarung tangan di sesuaikan

dengan fungsi masing-masing pekerjaan. Penggunaan sarung tangan kerja melindungi

tangan dari benda panas, panas, tajam atau kasar(7).

Gambar 4.3 Sarung tangan kerja


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

4. Sepatu boot

Berfungsi untuk melindungi kaki dari bahaya kejatuhan benda-benda berat,

terpercik air panas, dan mencegah jatuh. Penggunaan sepatu boot melindungi pekerja dari

risiko jatuh dan risiko terkena air panas(7).

1
50

Gambar 4.4 Sepatu boot


Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Kesehatan Keselamatan Kerja, 2016

Latihan peregangan dinamis adalah suatu latihan peregangan dengan menggerak-

gerakkan tubuh atau anggota tubuh secara berirama tanpa mempertahankan posisi

peregangan terjauh. Latihan peregangan berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi,

mengulur otot secara bertahap, memperbaiki kebebasan bergerak, menambah kesadaran

diri dari kebutuhan otot dalam persiapan untuk suatu sesion latihan, menurunkan

sebanyak mungkin potensi untuk cedera, serta menaikkan suhu badan. Sedangkan untuk

mengakhiri latihan peregangan, perlu pula dilakukan pendinginan atau warm-down yang

fungsinya untuk menurunkan suhu tubuh mendekati normal kembali, serta

menghilangkan ketegangan-ketegangan otot(21).

1
51

Gambar 4.5 Senam Peregangan di Tempat Kerja

4.4 Gangguan Kesehatan Akibat Kerja


Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan pada saat

kunjungan kasus kedokteran kerja didapatkan beberapa penyakit pada pekerja di Pabrik

Tahu CV. Sumber Kata Kerja seperti myalgia, dermatofitosis, hipertensi, dan insomnia.

Selain gangguan diatas, ada pula beberapa risiko penyakit yang mungkin dialami
1
oleh pekerja di Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Kerja, namun tidak ditemukan saat

dilakukan pemeriksaan, antara lain :

1. Low back pain


52

Berdasarkan etiologi, LBP dibedakan menjadi viscerogenik, vaskulogenik,

neurogenik, spondilogenik, miogenik dan psikogenik. Menurut Harsono salah satu faktor

risiko LBP adalah posisi saat mengangkat bebat yang kurang baik. Beberapa cara kerja

yang sesuai dengan ergonomi, yaitu dengan menghindari kegiatan melekukkan kepala

dan leher kedepan (menunduk) atau melekukkan kebelakang (mendongak), hindari

melekukkan badan kedepan (membungkuk), hindari gerakan memutar dan asimetrik. Jika

harus berputar usahakan hanya sampai dua pertiga putaran. Jika bekerja pada posisi

berdiri, usahakan dapat sesekali duduk pada waktu senggang untuk relaksasi otot

kaki(12,13).

1. Myalgia

Myalgia merupakan kondisi penumpukan asam laktat akibat penggunaan otot

yang berlebihan sehingga otot mengalami kekurangan oksigen. Penyebab myalgia adalah

penggunaan otot yang salah/berlebih yang mengakibatkan otot-otot yang digunakan

tersebut mengalami kekurangan oksigen sehingga terjadi penumpukan asam laktat.

Pekerja ditempat ini sering menglami myalgia karena menggunakan posisi yang sama

dalam durasi yang lama ketika bekerja dimana pekerja bekerja setiap hari(10,11).

2. Trauma Tajam

Trauma tajam merupakan suatu rudapaksa yang mengakibatkan luka pada

permukaan tubuh oleh benda-benda tajam seperti pisau, gunting, silet, dan lainnya. Luka
1
yang terjadi akibat trauma tajam berupa luka sayat, luka tikam, dan luka bacok. Luka

karena irisan senjata tajam yang menyebabkan luka terbuka dengan pinggir rata,

menimbulkan perdarahan.

3. Dermatitis kontak iritan (DKI)


53

Dermatitis kontak iritan merupakan reaksi peradangan kulit non imunologik

yang terjadi secara langsung tanpa didahului proses sensitisasi. Penyebab DKI antara lain

bahan yang bersifat iritatif seperti bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali,

dan serbuk kayu. Penatalaksanaan pasien dengan dermatitis ialah dengan menghindari

pajanan terhadap iritan, memakai APD bagi penderita yang terpapar dan mengatasi

dengan menggunakan kortikosteroid topikal. Pada kasus diatas, tidak ditemukan adanya

DKI pada pekerja bisa disebabkan karenapekerja sudah mengetahui mengenai kejadian

iritasi pada dirinya sehingga dapat menghindari, dan pekerja juga mungkin saya sudah

sempat menderita kelainan ini, namun saat diperiksa sudah terjadi penyembuhan(22).

4. Kifosis

Kifosis merupakan salah satu bentuk kelainan yang terjadi pada tulang

belakang manusia yang membungkuk. Kifosis ringan mungkin belum disadari karena

nyaris tak menimbulkan keluhan kecuali rasa lelah, punggung nyeri, serta kaku yang

awalnya dianggap ajar akibat kegiatan harian. Dengan perubahan paling banyak terjadi

pada tulang belakang meliputi condong kedepan, peningkatan kurva kifosis thorakalis,

dan kurva lumbal yang mendatar serta penurunan ketebalan diskus intervertebra sehingga

tinggi badan berkurang. Ada beberapa faktor penyebab kifosis antara lain terjadi secara

kongenital, faktor sikap tubuh yang salah saat bekerja, serta kesalahan tubuh saat

beraktivitas seperti duduk, berdiri dengan tubuh membungkuk dalam waktu lama dan
1
statis(23).

5. ISPA

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan

organ saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. Salah satu
54

penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya

digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini terdapat di lingkungan kerja

pabrik tahu. Timbulnya asap tersebut tanpa disadarinya telah mereka hirup sehari-hari,

sehingga terkadang pekerja mengeluh batuk, sesak nafas dan sulit untuk bernafas saat

berada di lingkungan kerja(24).

4.5 Adaptasi Kebiasaan Baru Era Pandemi COVID-19 di Lingkungan Pabrik


Pandemi COVID-19 menyebabkan tuntutan perubahan perilaku dan kebiasaan

untuk mencegah penyebaran penyakit ini, termasuk di lingkungan Pabrik Tahu CV.

Sumber Kata Rejeki. Perubahan perilaku ini dengan mengutamakan protokol kesehatan

berupa mencuci tangan, menggunakan masker dan jaga jarak. Hal ini tertuang dalam

Keputusan Menteri Kesehatan nomor HK0107/Menkes/328/2020 tentang panduan

pencegahan dan pengendalian corona virus disease 2019 (COVID-19) di tempat kerja

perkantoran dan industri dalam mendukung keberlangsungan usaha pada situasi

pandemi(19).

Keputusan Menteri Kesehatan terkait pencegahan dan pengendalian corona virus

disease berisi tentang kebijakan manajemen dalam pencegahan penularan COVID-19,

panduan bekerja selama PSBB, sosialisasi dan edukasi pekerja mengenai COVID-19,

panduan kerja pasca PSBB baik untuk pekerja maupun bagi tempat kerjanya.

Berdasarkan panduan tersebut, tempat kerja dan para pekerja Pabrik Tahu CV. Sumber 1

Kata Rejeki belum mengikuti panduan tersebut secara baik :(19)

 Para pekerja tidak menggunakan masker selama di tempat kerja dan juga setiap

kali ke luar rumah.


55

 Tidak dilakukan screening COVID-19 pada pekerja, pengunjung, dan pembeli

meliputi pengukuran suhu tubuh.

 Tidak memiliki ruangan tersendiri untuk observasi pekerja dengan gejala terkait

COVID-19.

 Tidak menerapkan higiene dan sanitasi lingkungan secara baik. Pabrik tidak

memiliki desinfektan.

 Tidak memiliki sirkulasi udara dan sinar matahari yang cukup di ruang kerja.

 Tidak memiliki rekayasa engineering pencegahan penularan seperti pemasangan

pembatas atau tabir kaca bagi pekerja yang melayani pelanggan.

 Tidak memiliki penanda atau poster/banner untuk mengingatkan agar tidak

berkerumun atau penanda jarak antrian.

Berdasarkan hal tersebut, menjadikan lingkungan kerja CV. Sumber Kata Rejeki

berpotensi menyebarkan COVID-19 baik diantara pekerja maupun kepada tamu dan

pembeli.

1
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Faktor risiko pekerjaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keselamatan

pekerja di lingkungan kerja Pabrik Tahu CV. Sumber Kata Rejekipada proses

pembuatan tahu memiliki potensi dari bahaya fisik seperti suhu panas, benturan,

dan gesekan dari lingkungan kerja, kimia dari air rendaman kacang kedelai,

biologi dari infeksi bakteri dan virus yang berasal dari interaksi dengan

lingkungan maupun sesama, bahaya ergonomi dari postur tubuh pekerja, dan

psikologis.

2. Status kesehatan para pekerja di lingkungan kerja Pabrik Tahu CV. Sumber Kata

Rejeki terdapat pekerja yang mengalami hipertensi, myalgia, insomnia dan

dermatofitosis.

3. Masalah kesehatan yang dapat dialami oleh pekerja di lingkungan kerja Pabrik

Tahu CV. Sumber Kata Rejeki diantaranya gangguan muskuloskeletal, myalgia,

dan dermatitofitosis.

5.2 Saran
1. Bagi Pemilik Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki

 Pengenalan, evaluasi, dan pengendalian potensi bahaya dengan mewajibkan


1
pekerja menggunakan APD di lingkungan kerja untuk meminimalkan semua

risiko yang terkait dengan terjadinya gangguan kesehatan dan keselamatan

kerja para pekerja.


57

 Pemeriksaan kesehatan bagi para pekerja secara rutin (dalam satu tahun

minimal 2 kali pemeriksaan) terutama bagi para pekerja yang sudah mulai

memiliki keluhan terkait masalah kesehatan serta mendaftarkan pekerja

menjadi anggota jaminan kesehatan.

 Membuat Standar Operating Procedur (SOP) pekerjaan yang disesuaikan

dengan masing-masing tugas dari pekerja.

 Menerapkan protokol kesehatan di lingkungan kerja sesuai dengan bekerja

untuk mencegah penularan COVID-19 yaitu dengan melakukan gerakan 3 M

yaitu Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, Menjaga jarak dan

menggunakan Masker.

 Menyediakan sarana yang tepat di masa pandemi COVID-19 seperti tempat

untuk mencuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air mengalir,

penyediaan masker bagi para pekerja, dilakukan pengecekan suhu

menggunakan termometer setiap harinya sebelum melakukan pekerjaan serta

menambahkan ventilasi di ruang produksi agar sirkulasi udara dan cahaya

dapat tersalurkan dengan baik.

 Menyediakan papan infomasi berisikan kontak yang dapat dihubungi ketika

terjadinya kecelakaan kerja seperti kontak rumah sakit, pemadam kebakaran,

Perusahaan Listrik Negara dan pihak terkait lainnya. Papan informasi tersebut 1

diletakkan di tempat yang dapat dilihat oleh semua pekerja sehingga

merekapun juga dapat mengetahuinya.

2. Bagi Para Pekerja di Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki


58

 Menjaga kebersihan tubuh serta selalu mencuci tangan sesudah dan sebelum

memulai pekerjaan untuk menurunkan resiko penularan COVID-19.

 Selalu menggunakan alat pelindung diri saat melakukan kegiatan produksi.

 Melakukan pemanasan dan peregangan badan sebelum dan sesudah bekerja

yang dilakukan minimal 2 jam sekali.

 Bagi pekerja yang sedang merasa sakit harus segera melaporkan diri kepada

pemilik Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki agar segera tertangani.

3. Bagi Puskesmas Sikumana

 Diharapkan melakukan pemantauan dan evaluasi bersama pihak dari Pabrik

Tahu CV Sumber Kata Rejeki.

 Melakukan advokasi kepada pemilik Pabrik Tahu CV Sumber Kata Rejeki

untuk menyediakan fasilitas yang menunjang kesehatan pekerja seperti alat

pelindung diri seperti masker, sarung tangan, celemek, dan ear plug serta

fasilitas pencegahan terhadap kejadian yang tidak diinginkan seperti Alat

Pemadam Api Ringan (APAR), diperlukan juga alur evakuasi yang baik jika

terjadi suatu bencana.

1
DAFTAR PUSTAKA

1. Sujoso ADP. Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2012;

2. RI IK. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). 2017;

3. Jakarta ILO. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja. 2013;

4. Indonesia IKKR. Situasi Kesehatan Kerja di Indonesia. 2015;

5. Rahmawati F. Teknologi Proses Pengolahan Tahu Dan Pemanfaatan Limbahnya.

2013;

6. Kurniawidjaja, L Meily et al. Peran IDKI Membina Dokter Pelayanan Primer dan

Program Kembali Kerja. 2014;

7. Rejeki S. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta: Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia; 2016. 235.

8. International Labour Organization. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sarana

untuk Produktivitas. Vol. 33, Clinics in Laboratory Medicine. Jakarta: SCORE;

2013.

9. Anggraini MT, Novitasari A, Setiawan MR. Buku Ajar Kedokteran Okupasi.

Semarang: Universitas Muhammadiyah Semarang; 2015.

10. Billihantomo R. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Myalgia Subscapularis

Dextra Di Bbrsbd Surakarta. 2013;

11. Tana L, Delima, Tuminah S. Hubungan lama kerja dan posisi kerja dengan
1
keluhan otot rangka leher dan ektremitas atas pada pekerja darmen perempuan di

Jakarta Utara. Bul Penelit Kesehat. 2009;37(No.1):12–22.

12. Natosba J, Jaji. Pengaruh posisi ergonomis terhadap kejadian low back pain pada
60

penenun songket di kampung BNI 46. J Keperawatan Sriwij. 2016;3(2355):8–16.

13. Tho I La. Kejadian Low Back Pain (LBP) Pada Petugas Penanganan

Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di Wilayah Kerja Kecamatan Pademangan

Jakarta Utara. Edu Masda. 2018;2(2).

14. Schultz K, Galante JJ. Ergonomic guidelines for manual material handling. 8th

Annu Appl Ergon Conf Proc. 2005;1021–60.

15. Rachmawati S. Hubungan Antara Berat Beban, Frekuensi Angkat Dan Jarak

Angkut Dengan Keluhan Nyeri Pinggang Pada Buruh Angkut Di Stasiun Tawang.

Skripsi. 2006;1–67.

16. Indriyani R. Hubungan Mengangkat Beban dan Frekuensi Angkat dengan Keluhan

Nyeri Punggung pada Pekerja Pengangkut Buah di Pasar Johar Semarang. Fak

Ilmu Keolahragaan Universutas Negeri Semarang. 2010;1–74.

17. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan

Kedokteran Tata Laksana Luka Bakar. Vol. 1. 2019. 1–13 p.

18. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Pertolongan Pertama Pada

Kecelakaan di Tempat Kerja. Peratur Menteri. 2008;1–9.

19. Kemenkes RI. Keputusan menteri kesehatan republik indonesia nomor

HK.01.07/menkes/328/2020 tentang panduan pencegahan dan pengendalian.

Keputusan Menteri Kesehat Republik Indones Nomor Hk0107/Menkes/413/2020


1
Tentang Pedoman Pencegah Dan Pengendali Coronavirus Dis 2019. 2020;2019.

20. Ismara KI, Suharjono A, Roga AU. Dasa Gita Laksana : A Strategy of Indonesian

Industrial Safety Culture in the Vocational and Technology Education.

2020;29(5):13300–10.
61

21. F S. Perbedaan Pengaruh Hasil Latihan Peregangan Statis dan Dinamis Terhadap

Kelentukan Togok Menurut Jenis Kelamin Anak Kelas 3 dan 4 Sekolah Dasar. J

Pendidik Jasm Indones. 2019;38–46.

22. Siregar R. Atlas Berwarna Saripati penyakit Kulit Edisi 3. EGC; 2019.

23. Novianti H. Hubungan antara beban kerja dengan kejadian postural kifosis pada

pekerja buruh gendong di Pasar Johar Semarang. J Kesehat Masy. 2015;3(9):375–

84.

24. WHO. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) yang cenderung menjadi epidemi

dan pandemi. Who Indones Partn Dev. 2008;53(2):8–25.

1
62

LAMPIRAN

Foto bersama pemilik pabrik tahu

DM Dieny & DM Neli saat mewawancarai pemilik pabrik tahu


63

Mesin penggilingan kacang kedelai yang berpotensi menimbulkan kebisingan

Tempat perebusan sari kedelai


64

Tempat pencetakan tahu

1
65

Limbah hasil penyaringan tahu

Perlengkapan P3K

1
66

DM Savio melakukan pengukuran tekanan darah pada salah satu pekerja

1
67

DM Neli melakukan pengukuran tekanan darah pada salah satu pekerja

1
68

DM Dieny melakukan pengukuran tekanan darah pada salah satu pekerja

Kondisi ruangan pengolahan tahu


69

Kondisi tempat penjualan tahu

Anda mungkin juga menyukai