Anda di halaman 1dari 80

PROPOSAL PENELITIAN

IDENTIFIKASI RISIKO KESELAMATAN PEKERJA PADA PROSES

PRODUKSI TAHU DI PABRIK TAHU ‘SEDAP’ TONDANO

(suatu penelitian kualitatif)

Diajukan untuk diseminarkan

Oleh :

JIBISAEL RAMBING

19704080

Program Studi Ilmu Keolaragahan Dan Kesehatan Masayrakat

Jurusan Pendidikan Kesehatan Dan Rekreasi

Universitas Negeri Manado

2023

LEMBAR PERSETUJUAN
Telah diterima dan disetujui oleh Tim Pembimbing untuk di ajukan pada

PanitiaPenelitian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan dan

Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Manado atas nama Jibisael Rambing

NIM 19704080

Menyetujui :

Pembimbing Akademik

dr. Prycilia Pingkan Mamuaja, S.Ked., M.Kes

NIP. 198404272015042003

Koordinator Program Studi

Jilly Toar, S.Kep., M.Kes

NIP. 199107242015042002
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Yuka ILO (2022) menekankan bahwa angka kematian yang

sangat besar serta cedera akibat Kecelakan kerja dapat dicegah. Dengan cara

berkontribusi dari sisi pencegahan kematian atau cedera serta penyakit yang

ditimbulkan. Data global dari Internasional Commission on Occupational

Health (ICOH) menunjukkan bahwa setiap tahun ada 2,9 juta kematian yang

disebabkan oleh kecelakaan oleh kecelakaan akibat kerja. Dari data, 80 % dari

kematian tersebut karena panyakit yang berhubungan dengan pekerjaan, 20%

karena cedera akibat kerja dan 402 juta orang mengalami cedera yang sifatnya

non-fatal di dunia.

Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat,

jumlah kecelakaan kerja di Indonesia sebanyak 234.270 kasus pada 2021.

Jumlah tersebut naik 5,65% dari tahun sebelumnya yang sebesar 221.740

kasus. Jumlah kasus kecelakaan kerja di Indonesia terus tumbuh dalam lima

tahun terakhir.

Sejak 2017, jumlah kecelakaan kerja tercatat sebanyak 123.040 kasus.

Jumlahnya naik 40,94% menjadi 173.415 kasus pada 2018. Setahun

setelahnya, kecelakan kerja kembali meningkat 5,43% menjadi 182.835

kasus. Kecelakaan kerja di dalam negeri meningkat 21,28% menjadi 221.740

kasus pada 2020. Dampak yang diakibatkan apabila keselamatan dan


kesehatan kerja diabaikan adalah dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan

kerja (Patradhiani et al., 2019).

Dunia Industri memiliki peran yang besar di negara berkembang. Salah

satu industri yang banyak berkembang di Negara Indonesia ialah industri

tahu. Industri tahu merupakan industri rumahan di mana pada proses produksi

menggunakan metode tradisional. Tahu yang merupakan makanan tradisional

ini cukup digemari oleh semua kalangan masyarakat, selain itu tahu juga dapat

diolah dengan mudah tanpa harus memerlukan keahlian khusus dari seseorang

dengan latar belakang ilmu pengetahuan tertentu (Supriatni, 2007).

Pabrik tahu merupakan salah satu industri nonformal sudah banyak

berkembang di Indonesia. Jumlah industri tahu di Indonesia kurang lebih

84.000 unit usaha, dengan kapasitas produksi lebih dari 2,56 juta ton per tahun

(Setiawan dan Rusdjijati, 2014). Dalam industri tahu dituntut agar

mendapatkan produksi tahu yang berkualitas, maka dibutuhkan produktifitas

kerja yang optimal untuk mendapatkannya. Satu tantangan yang besar untuk

mencapai produktifitas kerja yaitu dengan memperhatikan keselamatan dan

kesehatan kerja K3.

Perkembangan industri nonformal ini kurang mendapatkan perhatian

khusus dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko bahaya yang timbul

pada proses pembuatan tahu dapat berupa cidera pada tenaga kerja maupun

kerugian materi (Zamani, 2014). Kelompok industri nonformal adalah

kelompok yang rentan terhadap kecelakaan kerja. Industri tahu merupakan

salah satu jenis industri nonformal.( Muhammad Abdul Basir 2021).


Pabrik tahu ‘SEDAP’ merupakan pabrik tahu yang cukup terkenal di

daerah pusat Tondano. Pabrik tahu ini dibangun di Tondano, berlokasi di

Kelurahan Rinegetan, Kecamatan Tondano Timur, Kabupaten Minahasa.

Setiap tahap kerja yang terdapat dalam proses produksi di pabrik memiliki

risiko keselamatan dan kesehatan kerja karena masih menggunakan cara

tradisional untuk memproduksi tahu.

Berdasarkan hasil survei awal tempat dipabrik tahu ‘SEDAP’ Tondano,

terdapat dua orang pekerja saja tanpa APD dalam enam proses produksi tahu.

Dengan durasi kerja selama delapan jam per hari. Dan beberapa risiko dalam

setiap proses produksi tahu. mulai dari yang disebabkan oleh

perkerja/manusia, lingkungan, peralatan dan material bahan baku dan

digunakan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan juduk “Identifikasi Risiko

Keselamatan Pekerja Pada Proses Produksi Tahu di Pabrik Tahu X Tondano”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

dalam penelitian ini, yaitu:

Risiko yang terjadi pada setiap proses produksi tahu

C. Fokus Masalah

Penelitian ini difokuskan pada masalah “ Bagaimana mengidentifikasikan

risiko keselamatan pekerja pada produksi tahu di pabrik tahu ‘SEDAP’

Tondano”
D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diketahui :

a. Risiko apa saja yang terdapat pada proses produksi tahu?

b. Melakukan penilaian risiko pada proses produksi tahu?

c. Melakukan pengendalian risiko pada pekerjaan produksi tahu?

E. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui risiko pada setiap proses

produksi tahu di Pabrik Tahu ‘SEDAP’ di Tondano

b. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya risiko yang dapat terjadi dalam proses produksi tahu

di Pabrik Tahu ‘SEDAP’ Tondano.

2. Diketahuinya penilaian risiko pada proses produksi tahu di Pabrik

Tahu ‘SEDAP’ Tondano.

3. Diketahuainya penegndalian risiko pada proses produksi tahu di

Pabrik Tahu ‘SEDAP’ Tondano.

F. Manfaat Penelitian

a. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan tambahan ilmu

pengetahuan pemabaca mengenai identifikasi risiko keselamatan kerja pada

pekerja pabrik tahu.

b. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi kebijakan

dalam tempat kerja terlebih di industri pabrik tahu.

c. Bagi Mahasiswa

Dapat mengidentifikasi risiko keselamatan kerja dengan metode HIRARC

dan menambah wawasan dan penegtahuan yang berhubungan dengan K3.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)

Pengertian K3 menurut WHO (World Health Organization) adalah upaya

peningkatan dan pemeliharaan derajad kesehatan dan keselamatan kerja,

kesehatan dan keselamatan mental serta sosial bagi setiap pekerja pada semua

bidang pekerjaan. Aturan K3 menjadi suatu upaya pencegahan atas gangguan

kesehatan pekerja yang disebabkan karena kondisi pekerjaan, perlindungan

bagi masing – masing pekerja dalam menangani pekerjaannya dari berbagai

macam risiko kerja yang merugikan keselamatan dan kesehatan kerja bagi

pekerja. K3 merupakan suatu kondisi yang harus diwujudkan di tempat kerja

dengan segala daya upaya. K3 menjadi suatu aturan yang menjadi teknologi

pencegahan kecelakaan secara konsisten sesuai dengan peraturan perundang –

undangan yang berlaku.

Kesehatan dan Keselamatan kerja merupakan suatu ilmu yang bertujuan

untuk menerapkan upaya-upaya pencegahan kemungkinan terjadinya

kecelakaan atau penyakit akibat kerja.Menurut America Society of Safety and

Engineering (ASSE) dikutip oleh (Jerusalem dan Khayati, 2010) Kesehatan

dan Keselamatan Kerja diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan

untuk mencegah semua 16 17 jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan

lingkungan dan situasi kerja.Kesehatan dan Keselamatan Kerja di filosopikan

sebagai suatu pemikiran serta upaya untuk menjamin keutuhan dan


kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan

manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat

makmur dan sejahtera. Dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja, ada tiga

norma yang selalu harus dipahami, yaitu:

a. Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja;

b. Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja;

c. Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

K3 mengatur tentang kesehatan dan keselamatan kerja secara lebih

spesifik. Kesehatan kerja adalah upaya – upaya dalam aturan kesehatan kerja

dimana setiap pekerja berhak mendapatkan perlindungan kesehatan atas

pekerjaan yang dilakukan. Untuk mewujudkan hal tersebut, pemberi kerja atau

tempat kerja wajib menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan sehat

serta mencegah para pekerja bekerja berlebihan yang menimbulkan kelelahan

kerja. Sementara keselamatan kerja memiliki pengertian sebagai segala

macam upaya yang ditujukan untuk memberikan suatu perlindungan kepada

para pekerja dengan cara memperhatikan bahan produksi, peralatan tempat

kerja, tempat pekerja sedang bekerja serta menjaga kelestarian lingkungan

hidup ditempat kerja demi mewujudkan proses produksi berjalan lancar dan

terencana. Dampak yang diakibatkan apabila keselamatan dan kesehatan kerja

diabaikan adalah dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja (Patradhiani

et al., 2019).
Perkembangan industri nonformal ini kurang mendapatkan perhatian

khusus dari segi keselamatan dan kesehatan kerja. Risiko bahaya yang timbul

pada proses pembuatan tahu dapat berupa cidera pada tenaga kerja maupun

kerugian materi (Zamani, 2014). Kejadian kecelakaan kerja pernah terjadi di

Pabrik Tahu di Desa Suka Jadi, Sumatera Utara pada 26 Desember 2016 yaitu

meledaknya mesin boiler pada pabrik tahu sehingga mengakibatkan dua orang

pekerja tewas (Simatupang, 2016). Peristiwa tersebut menunjukkan belum

adanya kesungguhan dalam penerapan pengendalian bahaya kecelakaan kerja

di industri nonformal. Kelompok industri nonformal adalah kelompok yang

rentan terhadap kecelakaan kerja. Industri tahu merupakan salah satu jenis

industri nonformal.( Muhammad Abdul Basir 2021). Undang-Undang No. 13

Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan pasal 86 ayat (1) disebutkan bahwa,

setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

keselamatan dan kesehatan kerja sertapada pasal 87 ayat (1) disebutkan

bahwa, setiap perusahaan wajib menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang terintegrasi dengan sistem manajemen

perusahaan (UU, 2003).

B. Kecelakaan kerja

Kecelakaan kerja merupakan kecelakaan seseorang atau kelompok dalam

rangka melaksanakan kerja di lingkungan perusahaan, yang tidak diduga

datangnya, tidak disengaja, tidak diharapkan dan menimbulkan kerugian

ringan hingga betar, kerugian material, dan penderitaan baik bagi pekerja,

maupun bagi perusahaan karena dapat menghentikan proses kerja perusahaan.


Kecelakaan kerja timbul dari beberapa faktor, faktor peralatan, faktor pekerja,

dan lingkungan kerja.

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja

sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan

sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil.Kecelakaan kerja adalah

kejadian tak terduga dan tidak diharapkan.Tak terduga, oleh karena dibelakang

peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk

perencanaan.Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diluar

ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya.Tidak diharapkan, oleh karena

peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang

paling ringan sampai kepada yang paling berat.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki,

sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik

waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam

suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya (Tarwaka, 2008).

Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap tenaga kerja

yang melakukan pekerjaan dengan kerugian tidak hanya korban jiwa dan

materi bagi pekerja, serta pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses

produksi secara keseluruhan dan merusak lingkungan yang pada akhirnya

berdampak langsung dengan masyarakat sekitar (Hamsiah, 2013).

Menurut Ramli (2010) kecelakaan kerja merupakan salah satu masalah

yang besar di perusahaan dan banyak menimbulkan kerugian.Menurut statistik


85% penyebab kecelakaan adalah tindakan yang berbahaya (unsafe action)

dan 15% disebabkan oleh kondisi yang berbahaya (unsafe condition).

Menurut Organisasi Perburuhan Internasional ILO (1998), kecelakaan

akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan, yakni:

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :

1. Terjatuh

2. Tertimpa benda

3. Tertumbuk atau terkena benda-benda

4. Terjepit oleh benda

5. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan

6. Pengaruh suhu tinggi

7. Terkena arus listrik

8. Kontak bahan-bahan berbahaya atau radiasi.

b. Klasifikasi menurut penyebab :

1. Mesin, misalnya mesin pembangkit tenaga listrik

2. Alat angkut: alat angkut darat, udara, dan air

3. Peralatan lain misalnya dapur pembakar dan pemanas, instalasi

pendingin, alat-alat listrik, dan sebagainya

4. Bahan-bahan,zat-zat, dan radiasi, misalnya bahan peledak,gas, zatzat

kimia, dan sebagainya

5. Lingkungan kerja (diluar bangunan, di dalam bangunan, serta di bawah

tanah)
6. Penyebab lain yang belum masuk tersebut di atas

c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan :

1. Patah tulang

2. Dislokasi (keseleo)

3. Regang otot (urat)

4. Memar dan luka dalam yang lain

5. Amputasi

6. Luka di permukaan 24

7. Geger dan remuk

8. Luka bakar

9. Keracunan-keracunan mendadak

10. Pengaruh radiasi

11. Lain-lain

d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :

1. Kepala

2. b. Leher

3. Badan

4. Anggota atas

5. Anggota bawah

6. Banyak tempat

7. Letak lain yang tidak termasuk dalam klasifikasi tersebut

(ILO dalam Ramdani, 2013)


Menurut ILO/WHO (2013) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah

suatu promosi, perlindungan, serta peningkatan derajat kesehatan yang

mencakup aspek fisik, mental, dan sosial untuk kesejahteraan seluruh pekerja

di semua tempat kerja. Pelaksanaan K3 merupakan salah satu bentuk upaya

untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran

lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan kerja

dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat nmeningkatkan efisiensi

dan produktivitas kerja (ILO, 2013).

Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi baik

itu barang maupun jasa. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang

yang bekerja.Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja

serta masyarakat pada umumnya.Keselamatan kerja adalah sarana utama

untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat dari

kecelakaan.Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan

tenaga kerja. Kecelakaan selain menjadi hambatan langsung,jugamerugikan

secara tidak langsung yaknikerusakan mesin dan peralatan kerja,

terhentinyaproses produksi untuk beberapa saat,kerusakan pada lingkungan

kerja, dan lain-lain. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan alat

pelindung diri (APD), perawatan mesin, serta pengaturan jam kerja yang

manusiawi.

Keselamatan kerja adalah bagian penting dalam pekerjaan yang wajib

diperhatikan termasuk risiko-risiko yang dapat terjadi pada pekerjaan. Risiko

kerja dapat diminimalisasi dengan banyak metode yang telah tersedia dari
berbagai referensi. Selain itu, identifikasi risiko kerja diperlukan sebelum

menentukan langkah-langkah perbaikan kedepannya. Kecelakaan karena kerja

ialah satu peristiwa yang tidak disangka, tidak diinginkan serta dapat

mengakibatkan kerugian baik jiwa ataupun harta benda (Rachman, 1990).

Menurut Suma’mur (1989), kecelakaan karena kerja ialah kecelakaan yang

terkait dengan kerja pada perusahaan, berarti jika kecelakaan kerja

berlangsung dikarenakan oleh pekerjaan atau pada saat melakukan pekerjaan.

Penerapan Kesehatan serta keselamatan kerja (K3) ditempat kerja adalah

upaya utama dalam mewujudkan lingkungan kerja yang aman, nyaman serta

sehat dan membuat perlindungan serta meningkatkan pemberdayaan pekerja

yang sehat, selamat serta bekerja tinggi. Sebatas tahu serta mengerti arah yang

akan diraih, tiada melakukan tindakan nyata dalam faktor higiene perusahaan,

ergonomi, kesehatan serta keselamatan kerja, bukan merupakan langkah yang

tepat untuk mengatasi kemungkinan terjadinya karena negatif ditempat kerja.

C. Risiko

Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah

akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu

perbuatan atau tindakan.Menurut Soehatman Ramli (2010) risiko K3 adalah

risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas

bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan

kerja. Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak

terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko diukur

berdasarkan nilai probability dan consequences. Konsekuensi atau dampak


hanya akan tejadi bila ada bahaya dan kontak atau exposure antara manusia

dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi

(AS/NZS 4360:2004). MenurutKolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu :

1. Risiko Keselamatan Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah,

tingkat paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi

kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan

lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia

dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi,

tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis.Penyebab

risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan

manusia.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi Risiko lingkungan dan ekologi

melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas.Fokus

risiko lingkungan dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan

terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.

4. Risiko Finansial Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan

jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan perhitungan

asuransi dan pengembalian asuransi.Fokus risiko finansial lebih

kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.

5. Risiko Terhadap Masyarakat Risiko terhadap masyarakat

memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan

produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada

penilaian dan persepsi masyarakat (Kolluru, 1996).


Terkait dengan uraian di atas, kiat penerapan manajemen resiko

sebenarnya sangatlah diperlukan dalam mencapai serta menjaga keunggulan

suatu organisasi. Berbagai pendekatan seringkali dikerjakan dalam

menghadapi resiko dalam organisasi atau perusahaan contohnya:

1. Mengabaikan resiko sama sekali, karena dianggap adalah hal yang di

luar kendali manajemen. Saran itu, adalah langkah pendekatan yang

tidak tepat, karena tidak semua resiko ada di luar jangkauan kendali

organisasi / perusahaan.

2. Hindari semua pekerjaan atau proses produksi yang mempunyai

resiko. Hal seperti ini adalah suatu yang mustahil dikerjakan, karena

semua kegiatan di tempat kerja sampai tingkat spesifik tetap

mengandung resiko.

3. Mengaplikasikan Manajemen Resiko, dalam artian umum, resiko

tinggi yang dihadapi sebenarnnya adalah suatu rintangan yang perlu

diatasi serta melalui satu pemikiran positif diharapkan akan memberi

nilai lebih atau imbalan hasil yang tinggi juga.

D. Bahaya

Bahaya ialah situasi atau tindakan yang dapat menimbulkan kecelakaan

atau cidera pada manusia, kerusakan, maupun gangguan lainnya yang bersifat

merugikan.Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan dan pengendalian

yang tepat terhadap bahaya tersebut sehingga dapat meminimalisir akibat yang

dapat ditimbulkan. Menurut KBBI bahaya adalah segala sesuatu yang dapat
mendatangkan bencana, kecelakaan, kesengsaraan, dan kerugian.Menurut

frank bird-loss control managementbahaya atau hazard adalah suatu sumber

yang berpotensi menimbulkan kerugian baik berupa luka-luka terhadap

manusia, penyakit, kerusakan properti, lingkungan atau kombinasinya.

Sedangkan menurut OHSAS 18001 hazard adalah sumber, situasi atau

tindakan yang berpotensi menimbulkan kerugian dalam hal luka-luka atau

penyakit terhadap manusia.

Sumber bahaya merupakan semua tindakan atau keadaan yang menjadi

sumber penyebab terjadinya kerusakan, kecelakaan, cidera, sakit, kerugian,

atau bahkan dapat menyebabkan kematian yang berhubungan dengan proses

kerja. Terdapat faktor-faktor yang menjadi sumber bahaya, yaitu:

1. Manusia Manusia dapat menjadi sumber bahaya di tempat kerja pada

saat melakukan aktivitas kerjanya masing-masing. Misalnya ketika

pekerja sedang melakukan pengelasan, maka dalam proses kerjanya

tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis bahaya (Ramli, 2010).

2. Lingkungan kerja Lingkungan kerja dapat menjadi sumber bahaya di

tempat kerja. Misalnya saat pekerja melakukan pekerjaan di luar

ruangan yang terpapar debu, maka dalam proses kerjanya dapat

menimbulkan berbagai jenis bahaya seperti sesak nafas, batuk-batuk,

dan sebagainya

3. Peralatan Peralatan kerja yang digunakan di tempat kerja seperti

mesin, pesawat uap, pesawat angkat, alat angkut, tangga dan lain

sebagainya dapat menjadi sumber bahaya bagi manusia yang


menggunakannya. Misalnya pada penggunaan tangga yang sudah tidak

baik atau rusak dapat menyebabkan bahaya jatuh dari ketinggian

(Ramli, 2010).

4. Material Material yang berupa bahan baku atau hasil produksi

mengandung berbagai jenis bahaya sesuai dengan sifat dan

karakteristiknya masing-masing. Misalnya material yang berupa bahan

kimia mengandung bahaya seperti iritasi, keracunan, pencemaran

lingkungan, dan kebakaran (Ramli, 2010).

Klasifikasi bahaya Menurut Mulya (2008), berdasarkan kelompoknya,

bahaya dapat di bagi menjadi dua jenis, yaitu :

1. Bahaya Keselamatan Kerja (Safety Hazard) Bahaya keselamatan kerja

merupakan bahaya yang berdampak pada timbulnya kecelakaan kerja yang

dapat menyebabkan luka (injury), cacat, hingga kematian serta kerusakan

properti.Dampak yang ditimbulkan bersifat akut. Jenis bahaya

keselamatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Bahaya mekanis, yaitu bersumber dari peralatan mekanis atau benda

bergerak baik secara manual maupun dengan penggerak. Gerakan

mekanis ini dapat menimbulkan cedera atau kerusakan seperti tersayat,

terpotong, terjatuh, terjepit dan terpeleset.

2) Bahaya elektrik, yaitu sumber bahaya yang berasal dari energi

listrik yang dapat mengakibatkan berbagai bahaya seperti kebakaran,

sengatan listrik dan hubungan singkat. 34


3) Bahaya kebakaran dan peledakan, yaitu bahaya yang berasal dari

bahan kimia yang bersifat flammable dan explosive.

2. Bahaya Kesehatan Kerja (Health Hazard)

Bahaya kesehatan kerja merupakan bahaya yang mempunyai dampak terhadap

kesehatan manusia dan penyakit akibat kerja.Dampak yang ditimbulkan

bersifat kronis. Jenis bahaya kesehatan kerja dapat diklasifikasikan menjadi :

1) Bahaya fisik, antara lain yaitu kebisingan, getaran, radiasi, suhu

ekstrim dan pencahayaan.

2) Bahaya kimia, mengandung berbagai potensi bahaya sesuai dengan

sifat dan kandungannya. Bahaya yang dapat ditimbulkan seperti

keracunan dan iritasi.

3) Bahaya biologi, yaitu bahaya yang berkaitan dengan makhluk hidup

seperti bakteri, virus, dan jamur.

4) Bahaya ergonomik, antara lain yaitu manual handling, postur

janggal, dan repetitive movement.

5) Bahaya psikologi, antara lain yaitu beban kerja berat, hubungan dan

kondisi kerja yang tidak nyaman (Mulya dalam Ramdani, 2013).

E. HIRARC (Hazard Identification Risk Assessment Risk Control)


HIRARC merupakan i dentifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendalian risiko, tujuan dari HIRARC adalah untuk menurunkan tingkat

risko dengan 3 tahapan sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi semua faktor yang dapat menyebabkan

kecelakan kerja maupun penyakit akibat kerja..

2. Untuk mempertimbangkan kemungkinan dan tingkat keparahan risiko

3. Untuk merencanakan dan menentukan langkah-langkah pencegahan

untuk memastikan bahwa risiko dapat dikendalikan.

a. Identifikasi Bahaya

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan

menejeen risiko K3. Identifikasi bahaya, adalah upaya sistematis unutk

mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya

marupakan landasan dari manejemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi

bhaya tidak mungkin melakukan penilaian risiko dengan baik.

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang timbul ditempat kerja.

Suatu bahaya di tempat kerja mungkin tampak jelas dan kelihatan.

Identifikasi bahaya adalah suatu proses yang dapat dilkaukan unutk

mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab

terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang timbul di tempat kerja.
b. Penilaian Risiko

Setelah melakukan identifikasi bahaya dilanjutkan dengan penilaian risko

yang bertujuan untuk mengevaluasi besarnya risiko serta scenario dampak

yang akan ditimbulkannya. Penilaian risko digunakan sebagai langkah

saringan untuk menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan kejadian

(likelihood) dan keparahan yang dapat ditimbulkan (severity).

Penilaian risiko adalah upaya untuk menghitung besarnya suatu risiko dan

menetapkan apakah risiko tersebut dapat diterima atau tidak. Penilaian risiko

ini sangat penting karena dapat membentuk opini atau persepsi terhadap suatu

risiko. Setelah semua risiko dapat di identifikasi, dilakukan penilaian risiko

melalui analisa risiko dan evaluasi risiko.

Penilaian risiko adlah proses untuk menentukan prioritas pengendalian

terhadap tingkat risiko kecelakaan atau penyakit akibat kerja.

1. Analisis risiko adalah menentukan besarnya suatu risiko yang merupakan

kembinasi antara kemungkinan terjadinya (kemungkinan atau likelihood)

dan keparahan bila risiko tersebut terjadi. Banyak teknik yang dapat

digunakan untuk melakukan analisa risiko baik kualitatif, semi, meupun

kuantitatif.

Metode kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan

tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan

dalam bentuk rentang dari risiko paling rendah sampai risiko tertinggi.
Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau likelihood diberi

rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risiko tang dapat

terjadi setiap saat.

Ukuran kualitatif dari ‘Knsekuensi’

Tingka Deskripsi Kondisi/Keterangan Penyesuaian

t Terhadap Standar

1 Insignificant Tidak terjadi cidera, kerugian Kejadian fatal untuk

finasial sedikit memenuhi satndar

eksternal

2 Minor Cidera ringan, kerugian Kejadian berulang

finansial sedikit unutk memnuhi

satndar eksternal

3 Moderate Cidera sedang, perlu Berulang kali gagal

penanganan medis, kerugian memenuhi satndar

finansial besar. internal SOP

4 Major Cidera berat > 1 orang, perlu Kejadian tunggal

penanganan medis, kerugian unutk memnuhi

finansial besar, mengganggu


jalannya produksi satndar internal

5 Catastropic Fatal > 1 orang, kerugian Ketidakpatuhan kecil

finansial besar, dampaknya dengan standar

sangat luas terhentinya seluruh internal

produks

Sumber : Ramli, Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatn Kerja, 2010

Kriteria Evaluasi (AS/NZS 4360)

Ukuran kualitatif dari ‘Probabilitas’


Tingka Deskripsi Keterangan

5 Almost Certain Hampir pasti terjadi setiap saat. Mengakibatkan

korban meninggal dan kerugian parah bahkan dapat

menghentikan kegiatan usaha selamanya.

Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cidera

pada manusia

4 Likely Sering terjadi. Menimbulkan cidera parah dan cacat

tetap dan kerugian finansial besar sertaa

menimbulkan dampak serius terhadap

kelangsungan usaha

3 Possible Dapat terjadi sekali-kali. Cedera berat dan dirawat

dirumah sakit, tidak menimbulkan cacat tetap,

kerugian finansial sedang

2 Unlikely Jarang terjadi. Menimbulakan cidera ringan,

kerugian kecil dan tidak menimbulkan dampak

serius terhadap kelangsungan bisnis


1 Rare Hampir tidak pernah, sangat jarang terjadi.

Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cidera

pada manusia

Sumber : Ramli, Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatn Kerja, 2010

Kriteria Evaluasi (AS/NZS 4360)

2. Peringkat Risiko Dari hasil tersebut selanjynya dikembangkan matrik atau

peringkat risiko mengkombinasikan antara kemungkinan dan

keparahannya. Cara sederhana adalah dengan membuat metrik risiko

sebgai berikut :

Risk Matrix (AS/NZS 4360)

Probabilitas Konsekuensi

1 2 3 4 5

5 H H E E E

(5) (10) (15) (20) (25)

4 M H H E E

(4) (8) (12) (16) (20)


3 L M H E E

(3) (6) (9) (12) (15)

2 L L M H E

(2) (4) (6) (8) (10)

1 L L M H H

(1) (2) (3) (4) (5)

Sumber : Matriks Penilaian Risiko Standar Australia – New Zealand.

Dari tabel diatas maka peringkat peluang dan akibat debri nilai antara 1-5.

Dengan demikian, nilai risiko dapat diperoleh dengan mengalihkan antara

peluang dan akibatnya yaitu antara 1-25.

Dari matrik diatas dapat dibuat perangkat risiko mesalnya :

Nilai 1-5 : Low risk

Nilai 6-10 : Moderate riks

Nilai 11-15 :High risk

Nalai 16-25 :Extreme risk

Untuk itu berbagai perusahaan atau organisasi mengembangkan peringkat

risiko sesuai kebutuhan dan kondisinya masing-masing. Salah satu diantarnya

adalah standar AS/NZS 4360 yang membuat peringkat risiko sebagai berikut.
Tingkat Risiko (TR) = P x S (Probability x Severity)

Tingkat risiko Tindakan yang diperlukan

L = Low (Re ndah) Risiko rendah, cukup ditangani dengan

prosedur rutin yang berlaku

M = Moderate Risk (Sedang) Tidak melibatkan manajemen puncak,

sebaiknya segera diambil tindakan

penanganan, kondisi bukan darurat

H = High (Tinggi/Signifikan) Signifikan, memerlukan perhatian dari

manajemen, memerlukan tindakan perbaikan

dengan segera mungkin

E = Extreme (Sangat Tinggi) Tinggi, memerlukan perencanaan khusus dari

manajemen puncak, kondisi sudah darurat

c. Pengendalian Risiko

Sejalan dengan konsep manajemen risiko, OHSAS 18001 mensyaratkan

organisasi melalkukan penegndalian risiko sesuai hasil identifikasi bahaya dan

penilaian risiko yang telah dilakukan. Pengendalian risiko merupakan langkah


menentukan dalam keseluruhan manajemen risiko. Berdasarkan hasil analisa

dan evaluaasi risiko dapat ditentukan apakah risko dapat diterima atau tidak.

Berkaitan dengan risiko k3, pengendalian risiiko dilakukan dengan

memgurangi kemungkinan atau keparahan dengan mengikuti hirarki sebagai

berikut.

1. Eliminasi (menghilangkan sumber bahaya)

Adalah teknik penegndalian dengan menghilangkan sumber bahaya.

Misalnya kerikil di jalan di singkirkan, mesin yang bising di matikan. Cara

ini sangat efektif karena bahaya eleminasi sehingga potensi risiko dapat

dihilamgkan. Eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain,

tujuannya untuk menghilangkan kemungkinan kesalaahan manusia dalam

menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada proses.

2. Substitusi (mengganti alat, bahan, proses, operasi atau sarana kerja)

Adalah teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, atau

prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah

bahayanya. Misalnya bahan kimia berbahaya dalam proses produksi

diganti dengan bahan kimia yang lebih aman.

3. Rekayasa teknis (merekayasa alat atau sarana kerja)

Sumber bahaya biasnaya berasal dari peralatan atau sarana teknis yang ada

dilingkungan kerja. Karena itu, pengendalian bahya dapat dilakukan

melalui perbaikan pada desain, penambahan peralatan dan pemasangan

peralatan pengaman. Sabagai contoh, mesin yang bising dapat diperbaiki


secra teknis misalnya dengan memasang peredam suara sehingga tingkat

kebiisingan dapat ditekan.

4. Pengendalian administratif (membuat atau merevisi SOP, Instruksi Kerja,

Manual)

Pengendalian bahaya juga dapat dilakukan secara administratif mmislanya

dengan mengatur jadwal kerja, istirahat, cara kerja atau prosedur kerja

yang lebih aman, rotasi atau pemeriksaan kesehatan.

5. Penggunaan APD (menyediakan APD seperti safety helmet, safety shoes,

earplug dll.)

Pilihan terkahir untuk mengendalikan bahaya adalah dengan memakai alat

pelindung diri misalnya pelindung kepala, sarung tangan, masker,

pelindung jatuh dan pelindung kaki. Pengguanan APD merupakan

pengendalian terakhir yang bersifat hanya mengirangi. Maka dari itu

pengguanaan APD harus dipilih sesuai dengan jenis bahaynya.

F. Alat Perlindungan Diri (APD)

Menurut Suma‟mur (2014) Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang

dipakai oleh tenaga kerja dengan maksud menekan ataumengurangi penyakit

akibat kerja dan kecelakaan kerja.Menurut ILO (2013) Alat Pelindung Diri

(APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang

dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di

tempat kerja (ILO, 2013).Menurut OSHA atau Occupational Safety and

Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri

(APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja

dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di
tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik,

mekanik dan lainnya. Alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan

namun hanya sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan. Sesuai

dengan ketentuan pasal 14C Undang-Undang Keselamatn kerja No.1 tahun

1970. Industri wajib menyediakan alat keselamatan secara Cuma-Cuma sesuai

dengan sifat bahaya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan harus

dilakukan secara berhati-hati dengan mempertimbnagkan jenis bahaya serta

diperlakukan sebgai pilihan terakhir. Alat pelindung diri (APD) adalah suatu

alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang yang

fungsinya mengisolasi sebagai atau seluruh tubuh dari potensi bahaya ditempa

kerja.

Alat pelindung diri bukan untuk mencegah kecelakaan namun hanya

sekedar mengurangi efek atau keparahan kecelakaan. Sesuai dengan ketentuan

pasal 14C Undang – undang keselamatan kerja No1 tahun 1970, pengusaha

wajib menyediakan alat keselamatan secara Cuma-Cuma sesuai dengan sifat

bahaya. Oleh karena itu, pemilihan alat keselamatan kerja harus dilakukan

secara berhati-hati dengan mempertimbangkan jenis alat serta diperlakukan

dsebagi pilihan terkahir.

Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja DanTransmigrasiRepublik

Indonesia NOMOR PER.08/MEN/VII/2010 Tentang AlatPelindung

Diri.Fungsi Dan Jenis Alat Pelindung Diri

a. Alat pelindung mata dan muka


FungsiAlat pelindung mata dan muka adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi mata danmuka dari paparan bahan kimia

berbahaya, paparan partikel-partikel yang melayang di udaradan di badan air,

percikan benda-benda kecil, panas, atauuap panas, radiasi gelombang

elektromagnetik yangmengion maupun yang tidak mengion, pancaran cahaya,

benturan atau pukulan benda keras atau benda tajam. Jenis alat pelindung mata

dan muka terdiri darikacamata pengaman (spectacles), goggles, tameng muka(

face shield ), masker selam, tameng muka dan kacamata pengaman dalam

kesatuan (ful face masker ).

b. Alat pelindung telinga

FungsiAlat pelindung telinga adalah alat pelindung yang berfungsin untuk

melindungi alat pendengaran terhadapkebisingan atau tekanan. JenisJenis alat

pelindung telinga terdiri dari sumbattelinga (ear plug)dan penutup telinga (ear

muff).

c. Alat pelindung pernapasan beserta perlengkapannya

FungsiAlat pelindung pernapasan beserta perlengkapannyaadalah alat

pelindung yang berfungsi untuk melindungiorgan pernapasan dengan cara

menyalurkan udarabersihdan sehat dan/atau menyaring cemaran bahan

kimia,mikroorganisme, partikel yang berupa debu, kabut(aerosol ), uap, asap,

gas/ fume, dan sebagainya. JenisJenis alat pelindung pernapasan dan

perlengkapannya terdiri dari masker, respirator, katrit,kanister, Re-breather,

Airline respirator, Continues AirSupply Machine=Air Hose Mask Respirator,

tangki selamdan regulator (Self-Contained Underwater BreathingApparatus


/SCUBA), Self-Contained Breathing Apparatus(SCBA), dan emergency

breathing apparatus.

d. Alat pelindung tangan

FungsiPelindung tangan (sarung tangan) adalah alat pelindung yang

berfungsi untuk melindungi tangan dan jari-jari tangan dari pajanan api, suhu

panas, suhu dingin,radiasi elektromagnetik, radiasi mengion, arus listrik,

bahan kimia, benturan, pukulan dan tergores, terinfeksi zat patogen (virus,

bakteri) dan jasad renik. JenisJenis pelindung tangan terdiri dari sarung

tanganyang terbuat dari logam, kulit, kain kanvas, kain ataukain berpelapis,

karet, dan sarung tangan yang tahan bahan kimia.

e. Alat pelindung kaki

FungsiAlat pelindung kaki berfungsi untuk melindungikaki dari tertimpa

atau berbenturan dengan benda benda berat, tertusuk benda tajam, terkena

cairan panas ataudingin, uap panas, terpajan suhu yang ekstrim, terkena bahan

kimia berbahaya dan jasad renik, tergelincir. JenisJenis Pelindung kaki berupa

sepatu keselamatan pada pekerjaan peleburan, pengecoran logam,

industri,kontruksi bangunan, pekerjaan yang berpotensi bahaya peledakan,

bahaya listrik, tempat kerja yang basah ataulicin, bahan kimia dan jasad renik,

dan/atau bahaya binatang dan lain-lain.

f. Pakaian pelindung

FungsiPakaian pelindung berfungsi untuk melindungi badan sebagian atau

seluruh bagian badan dari bahayatemperatur panas atau dingin yang ekstrim,
pajanan api dan benda-benda panas, percikan bahan-bahan kimia, cairandan

logam panas, uap panas, benturan (impact) denganmesin, peralatan dan bahan,

tergores, radiasi, binatang,mikro-organisme patogen dari manusia,

binatang,tumbuhan dan lingkungan seperti virus, bakteri dan jamur. JenisJenis

pakaian pelindung terdiri dari rompi(Vests), celemek (Apron/Coveralls),

Jacket, dan pakaian pelindung yang menutupi sebagian atau seluruh bagian

badan.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan tahap akhirdari metode

pengendalian kecelakaan maupun penyakit akibat kerja.Meskipun demikian,

penggunaan APD akan menjadi sangat pentingapabila pengendalian secara

teknis dan administratif telah dilakukansecara maksimal namun potensi risiko

masih tergolong tinggi. Besarnyamanfaat dari penggunaan Alat Pelindung Diri

(APD) ini pada saat bekerjatidak menjamin semua karyawan akan

memakainya karena ternyata masihbanyak juga karyawan yang tidak

menggunakannya (Gemely, 2014).

G. Proses pembuatan Tahu

Secara garis besar cara pembuatan tahu dimulai dengan cara pemilihan

bahan baku kedelai, perendaman, penggilingan, pemasakan, penyaringan,

penggumpalan, hingga pencetakan. Guna mengetahui pembahasan secara

lengkap, mari perhatikan pembahasan di bawah ini.

a. Perendaman
Cara pembuatan tahu yang pertama, yaitu perendaman tahu. Proses

perendaman ini dilakukan guna memperlunak struktur sel kedelai. Sehingga

dapat mengurangi energi yang dibutuhkan selama proses penggilingan. Selain

itu, struktur sel yang lunak tersebut juga mempermudah pengekstrakan sari

dari ampas. Perendaman ini dilakukan dengan waktu sekitar 3 hingga 4 jam

untuk kedelai impor. Sementara itu, untuk kedelai lokal diperlukan waktu

selama 4 hingga 5 jam.

b. Penggilingan

Cara pembuatan tahu yang kedua, yaitu penggilingan. Pada tahapan ini biji

kedelai akan digiling dengan tujuan supaya dapat memperkecil partikel

kedelai sehingga nantinya dapat secara mudah dilakukan pengekstrasi protein

ke dalam susu kedelai. Selama proses penggilingan ini diperlukannya

penambahan air dengan debit 1,8 liter tiap menitnya.

c. Pemasakan

Cara pembuatan tahu berikutnya, yaitu pemasakan bubur kedelai yang

didapat dari hasil penggilingan. Kemudian, dimasukan ke dalam bak masak

dengan menambahkan air sehingga bubur kedelai menjadi encer. Proses

pemasakan bubur kedelai akan berpengaruh pada kualitas tahu yang akan

dihasilkan. Jika suhu wajan terlalu tinggi, maka endapan bubur akan

mengerak. Kerak tersebut akan meninggalkan bau sangit dan bau tersebut

akan terbawa sampai proses pencetakan. Oleh karena itu, proses pemasakan

ini perlu memperhatikan suhu wajan dan jangan sampai menimbulkan kerak

serta bau sangit.


d. Penyaringan

Cara pembuatan tahu selanjutnya, yaitu penyaringan. Pada tahap ini bubur

kedelai yang sudah dimasak nantinya akan disaring untuk mendapatkan sari

kedelai. Proses penyaringan ini bisa dilakukan dengan cara meletakkan bubur

kedelai diatas kain belacu maupun kain sifon yang telah diletakan diatas bak

penampung. Kemudian, bubur kedelai ini diperas guna mendapatkan sari

kedelainya.

e. Fermentasi

Cara pembuatan tahu berikutnya, yaitu penggumpalan. Proses

penggumpalan adalah proses menggumpalkan sari kedelai. Sejumlah

pengrajin tahu menggumpalkan sari kedelai dengan cara menambahkan bahan

asam yang ditanamkan bibit. Dimana bibit adalah bahan asam sisa proses

penggumpalan sehari sebelumnya.

f. Pembungkusan dan Pencetakan

Cara pembuatan tahu yang terakhir, yaitu pembungkusan dan pencetakan.

Pada tahapan ini bubur kedelai yang telah menggumpal, nantinya dicetak

menjadi tahu. Pada tahapan ini dapat dilakukan dengan memakai teknik cetak

bungkus dengan bantuan alat berupa pres yang memiliki cetakan. Tahu yang

akan dicetak ini terlebih dahulu dibungkus dengan menggunakan kain belacu

yang dipotong menjadi bentuk segiempat kecil-kecil.


H. Penelitian yang relevan

No. NAMA JUDUL HASIL PENELITIAN

PENELITI PENENILITIAN

DAN TAHUN

1. Valentina Identifikasi Resiko Tingkat risiko “Tinggi”

Monoarfa, Kerja Menggunkan 43% High Risk, Tingkat

Ridwan Nur Metode HIRARC risiko “Sedang” 36%

Bahri Miolo. Pada UMKM Moderate Risk, Tingkat

(2022) Pabrik Tahu Mokar risiko “Rendah” 57%

Jaya Di Desa Low Risk, Tingkat

Tilango risiko “Extrem” 0%.

Pengendalian risiko

pada Mokar Jaya unit

proses produksi adalah

yaitu mematuhi rambu-

rambu K3 (keselamatan

kesehatan kerja)

sekaligus menambah

rambu-rambu K3

(keselamatan kesehatan

kerja), penambahan

perlengkapan ADP (alat

pelindung diri) seperti


Warepack, Safety

Glasses, Safety Gloves.

Penambahan alat bantu

berupa sendok kacang

pada proses

penggilingan.

2. Al Asyhar Penggunaan Job Potensi bahaya yang

Wahyu Azady, Hazard Analysis terdapat pada 10 proses

Evi Widowati, dalam Identifikasi kerja yaitu 46,

Sri Ratna Risiko diantaranya yakni 16

Rahayu. (2018) Keselamatan Kerja potensi bahaya faktor

pada Pengrajin fisik (34,7%), 15 bahaya

Logam ergonomi (32,6%), 8

potensi bahaya kimia

(17,3%), 3 potensi

bahaya listrik (6,5%), 3

potensi bahaya ledakan

(6,5%) dan 1 potensi

bahaya radiasi (2,1%).

Sedangkan dari 82

potensi risiko yang

tersebar pada 10 proses

produksi terdapat 24
risiko rendah (29,6%),

27 risiko sedang

(33,3%) dan 30 risiko

tinggi (37%). Jenis

pengendalian bahaya

yang sudah dilakukan

meliputi engginering

control, administratif

dan penyediaan APD.

Pengendalian yang

diperlukan yaitu

menyediakan APAR dan

meningkatkan

pengetahuan tentang

cara bekerja yang aman

serta pengawasan APD

terhadap pekerja.

3. Aprilia Kusuma IDENTIFIKASI Potensi bahaya pada

Dewi , Galuh BAHAYA DAN pabrik tahu dipengaruhi

Larasati, Rizka PENILAIAN oleh kondisi lantai,

Fitri Ardiani, RISIKO BAHAYA layout kerja, peralatan

Sumardiyono, DI PABRIK TAHU kerja yang digunakan

Reni Wijayanti dan lingkungan kerja,


dan Susilowati sebagian besar potensi

bahaya adalah tingkat

risiko medium, namun

tingkat risiko paling

tinggi pada kategori

high yang ditemukan

pada potensi

meledaknya boiler.

4. Made Agastya IDENTIFIKASI Berdasarkan hasil uraian

Arimbawa POTENSI dan penjelasan dalam

Redana, Teguh BAHAYA analisis data sebelumnya

Oktiarso. (2022) MENGGUNAKAN diperoleh kesimpulan

METODE sebagai berikut : 1)

PENDEKATAN Didapatkan kesimpulan

HIRARC bahwa terdapat 19 risiko

(HAZARD potensi bahaya pada

IDENTIFICATION proses pembuatan tahu,

RISK dimana 15,9%

ASSESSMENT merupakan bahaya

AND RISK dengan kategori risiko

COTROL) PADA rendah, 36,9%

INDUSTRI merupakan bahaya

RUMAHAN kategori risiko sedang,


PRODUKSI TAHU dan 47,2% merupakan

151A bahaya kategori risiko

tinggi. 2) Industri

rumahan tahu 151A

Mataram belum

menggunakan sistem

manajemen K3. 3)

Analisis penerapan

sistem K3 di industri

rumahan tahu 151A

Mataram dengan

menggunakan metode

HIRARC bertujuan agar

dapat mengetahui

bahaya yang muncul

dalam industri tersebut.

Dari bahaya yang

muncul dilakukan

penilaian risiko yang

berfungsi untuk

memastikan kontrol

risiko dan digunakan

untuk proses penilaian

agar dapat
mengidentifikasi potensi

bahaya yang dapat

terjadi. Serta dilakukan

pengendalian risiko agar

dapat mengetahui cara

untuk mengatasi potensi

bahaya yang terdapat

dalam lingkungan kerja.

Yang bertujuan untuk

meminimalkan tingkat

risiko dari potensi

bahaya yang ada. 4)

Usulan perbaikan sistem

K3 berdasarkan analisis

yang telah dilakukan : -

Industri tahu 151A

Mataram harus

menerapkan sistem

keselamatan dan

kesehatan kerja. -

Mengadakan seminar

keselamatan dan

kesehatan kerja setiap

tahun agar pekerja sadar


akan pentingnya K3 dan

mewaspadai segala

risiko kerja. -

Mengadakan meeting

atau breafing mengenai

keselamatan dan

kesehatan kerja sebelum

kerja. - Menggunakan

alat pelindung diri yang

lengkap saat bekerja

agar terhindar dari

risiko. - Pada saat

bekerja peralatan harus

disusun sesuai dengan

tempatnya agar terlihat

rapi dan tersusun

dengan baik. - Selalu

berhati-hati dan fokus

dalam suatu pekerjaan -

Dan memperhatikan

area kerja yang ada di

ruang produksi.

5. Nisatin Asilah , Analisis Faktor Kecelakaan kerja yang


MG Catur Kejadian dialami oleh pekerja di

Yuantari . (2020) Kecelakaan Kerja industri tahu antara lain

pada Pekerja terjatuh (95,5%),

Industri Tah terpeleset (83,3%),

tersiram air panas

(28,8%) , dan tergores

(59,1%). Berdasarkan

hasil bivariate bahwa

tidak ada hubungan

antara umur, masa kerja,

dan lama kerja dengan

kecelakaan kerja pada

pekerja industri tahu.

Namun, terdapat

hubungan antara unsafe

action dan unsafe

condition dengan

kecelakaan kerja pada

pekerja industri tahu


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Operasional penelitian

IDENTIFIKASI BAHAYA PEKERJA


PROSES PRODUKSI
LINGKUNGAN
TAHU
PENIALAIAN RISIKO
PERALATAN

KEMUNGKINAN PROBABILITAS

PENGENDALIAN RISIKO

Gamabar. Konsep Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi risiko pada pekerja

dalam proses produksi tahu dengan cara mengidentifikasi risiko pada setiap

tahapan kerja pembuatan tahu. Setelah bahayanya diketahui maka dilakukan

penilaian risiko dengan menganalisa dan melakukan evaluasi risko.

B. Pendekatan dan Metode / Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Observasional adalah

suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif. Metode

penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan masalah atau menjawab

permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang. Penelitian ini

dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data, klasifikasi,

pengolahan/analisis data, membuat kesimpulan, dan laporan. (Soekidjo

Notoatmodjo, 2005). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar

tingkat risiko keselamatan pekerja pada proses produksi tahu, kemudian

merumuskan pengendalian melalui metode Hazard Identification Risk

Assement and Risk Control (HIRARC). Penulis menggunakan Hazard

Identification Risk Assesment and Risk Control (HIRARC) sebagai metode

untuk melakukan identifikasi, penilaian dan pengendalian risiko.

C. Subyek/Informan Penelitian

Populasi adalah seluruh elemen atau subyek riset (Bhisama Murti,

2003:129). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja pabrik tahu

yang ada di pabrik tahu SEDAP Tondano.

Sampel dalam penelitian kualitatif adalah satuan tertentu yang

diperhitungkan sebagai subyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif, tujuan

memilih sampel adalah untuk mengidentifikasi kasus-kasus yang akan

memeberikan pemahaman yang sempurna tentang semua aspek fenomena

yang di teliti(Bhisma Muetri, 2006:21). Sebelum menentukan subjek

penelitian, ditentukan informan kunci (key person). Informan kunci

merupakan salah satu jenis subjek penelitian tertentu yang meskipun dalam

jumlah sedikit tetapi dapat memberikan informasi kunci tetang berbagai aspek

penying tentang proses berkaitan dengan fenomena yang diteliti (Bhisma


Murti, 2006:21). Informan kunci dalam penelitian ini adalah pekerja pabrik

tahu SEDAP.

D. Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di industri pabrik tahu rumahan SEDAP di tondano.

Dan dilaksanankan pada bulan Maret sampai April.

E. Teknik Pengumpulan Data

a. Pengumpulan data dengan cara :

1. Observasional kualitatif adalah ketika peneliti langsung turun ke

lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di

lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini peneliti merekan/mencatat

baik dengan cara terstruktur maupun semiterstruktur aktivitas-aktivitas

di lokasi penelitian.

2. Wawancara peneliti melakukan face-to-face dengan partisipan.

3. Dokumentasi data ini bisa berupa foto atau video visual.

I. Kesasihan dan keterandalan data

Pada penelitian ini, pemeriksaan keterandalan data menggunakan teknik

triangulasi metode menggunakan berbagai metode pengumpulan data untuk

memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif. Misalnya, selain

wawancara, Anda juga dapat menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan

data tentang persepsi dan sikap pekerja terkait K3. Dan triangulasi sumber

menggunakan berbagai sumber data untuk mengumpulkan informasi yang

berkaitan dengan fenomena K3. Contohnya, Anda dapat menggabungkan data


dari wawancara dengan pekerja, observasi lapangan, dan dokumen seperti

laporan kecelakaan atau kebijakan keselamatan.

J. Pengolahan Dan Analsis Data

Analisis data merupakan sebuah proses yang memiliki siklus yang

interaktif dan saling berkaitan. Tiga hal utama, reduksi data, penyajian data

display data, dan verifikasi, sebagai sumbu dalam melakukan penelitian.

Ketiga tahapan tersebut harus saling memiliki korelasi antar data yang

diperoleh (Miles dan Hiberman). Analisis Miles dan Huberman menggunakan

model alir, yaitu analisis dengan melalui tiga kegiatan yang terdiri dari reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Analisis

kualitatif memiliki data-data yang yang berwujud kata-kata dan bukan

rangkaian angka. Data-data yang diperoleh dari lapangan dikumpulkan dengan

banyak macam cara, di antaranya melalui wawancara, observasi, rekaman,

dokumen, dan lain sebagainya, kemudian diproses dengan pencatatan,

penyuntingan, atau alih-tuli


BAB IV

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. Gambaran Umum

1. Seajarah Singkat Pabrik tahu ‘SEDAP’ TONDANO

Pabrik tahu ‘SEDAP’ adalah sebuah pabrik usaha yang

memproduksi tahu dan tempe yang berdiri pada tahun 2019 di

Tondano, Minahasa, Sulawesi Utara. Pada awal dikelolahnya pabrik

tahu ‘SEDAP’ ini pada tahun 2019 pabrik ini mengalami kabakaran

akibat listrik akan tetapi tidak menghanguskan seluruh bangunan dan

pada pertengahan tahun 2019 pabrik ini mulai memproduksi kembali

hingga saat ini. Produksi pada pabrik tahu ‘SEDAP’ ini masih

menggunakan sembilan puluh persen cara tradisional.

2. Kondisi lokasi penelitian

Prasarana dan Fasilitas penunjang

Untuk menunjang proses produksi tahu maka Pabrik tahu ‘SEDAP’

dilengkapi dengan fasilitas penunjang :

1) Luas Wilayah

2) Fasilitas

a) Air bersih

b) Listrik

c) Bak

3) Alat trasportasi
a) Motor

4) Peralatan mekanik

a) Kunci inggris

5) Prasaran Produksi

a) Sepatu safety

6) Gudang

3. Alur Proses Kerja Produksi Tahu Pabrik Tahu ‘SEDAP’ Tondan

PERENDAMAN – PENGGILINGAN – PEREBUSAN-

PRNYARINGAN- FERMENTASI- CETAK

Fungsi dari setiap proses :

1. Perendaman : Kedelai di rendam dengan air

2. Penggilingan : kedelai di giling halus menggunakan mesin

3. Perebusan : kedelai halus di rebus agar matang

4. Penyaringan : di saring untuk mengambil sari kedelai

5. Fermentasi : menggunakan cuka untuk memisahkan air dan tahu

6. Cetak : dibentuk dan di potong kotak

4. Proses Kerja Produksi tahu Pabrik tahu ‘SEDAP’ Tondano

a. Perendaman Kedelai

Proses awal dalam pembuatan tahu yaitu kedelai harus di rendam

sekitar dua jam apabila menggunakan air dingin dan hanya satu

jam apabila menggunakan air hangat agar kedelai mengembang

dan mudah untuk di giling. Kedelai dimasukan kedalam wadah

besar dan di rendam dengan air.

b. Penggilingan kedelai
Dalam proses ini dilakukan penggilingan kedelai yang sudah

direndam dengan air menggunakan mesin hingga halus, tingkat

kehalusan dari kedelai ini harus di periksa agar mendapatkan

tingkat kehalusan yang sempurna untuk ukuran tahu. Hasil gilingan

di tampung kedalam beberapa wadah untuk persiapan ke proses

perebusan , proses inj memerlukan waktu 1 jam.

c. Perebusan kedelai

Dalam proses ini kedelai yang sudah di tamung kedalam wadah

dimasukan satu demi satu wadah kedalam bak perebusan agar tidak

hangus, proses inimenggunakan tungku api sehingga proses proses

perebusan memakan waktu sesuai bahan bakar yang dipakai.

d. Penyaringan

Dalam proses ini penyaringan sari kedelai, kedalai yang direbus

dipindahkan ke bag lain menggunakan saringan yang berupa kain

untuk menyaring sari kedelaii untuk dijadikan tahu pada tahap

fermentasi.

e. Fermentasi

Dalam proses ini adalah proses pemisahan antara tahu dan air,

tahap ini harus dilakukan secara perlahan dan lembut agar bisa

mendapatkan tahu yang padat. Tahu yang sudah jadi dari hasil

fermentasi akan tenggelam ke bawah kemudian air yang diatas di

buang dan tahu siap untik dicetak

f. Cetak
Dalam proses ini tahu yang masih belum berbentuk di angkat dan

di pindahkan ke bingkai cetak untuk di cetak agar tahu berbentuk

sperti pada umumnya yaitu kotak.

B. Hasil Penelitian

a. Hasil Observasi

Berdasarkan observasi dilapangan peneliti menemukan unsafe act

seperti :

pekerja tidak menggunakan safety shoes pada saat melakukan

pekerjaan produksi tahu

pekerja tidak memakai sama sekali alat pelindung diri pada saat

melakukan pekerjaan produksi tahu

Dan ada juga temuan unsafe condition seperti :

Lingkungan kerja yang licin untuk pekerja

Air mendidih dari proses perebusan

Bahaya api dari tungku api

b. Hasil wawancara

Wawancara dilakukan kepada 3 informan yaitu : pengelolah pabrik dan

kedua pekerja pabrik. Wawancara yang dilakukan terkait tentang

apasaja yang dihadapi pada tahap proses produksi tahu :

(Informan pendukung) pengelolah pabrik

1. Identifikasi bahaya

 Apa saja bahaya yang dapat timbul pada saat proses pekerjaan

produksi tahu tersebut?


Dari hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa proses

perebusan dan penyaringan adalah yang paling berbahaya

karena berhadapan dan berkontak langsung dengan panasnya

api dan air mendidih. Dan lantai yang licin yang bisa

menyebabkan pekerja terpeleset.

 Apa saja risiko kecelakaan kerja yang mungkin terjadi saat

melakukan pekerjaan?

 Dari hasil wawancara dapat disimpulkan risko yang mungkin

terjadi terjatuh/terpeleset karena lantai yang licin, luka akibat

panas atau benda tajam.

2. Penilaian risiko

 Bagaimana dengan keadaan lingkungan kerja yang dipakai

untuk produksi tahu?

Dari hasil wawancara karena hampir sepenuhnya produksi tahu

itu menggunakan air maka itu yang menjadi salah satu risiko

kecelakaan kerja pada pekerja.

 Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan produksi

tahu ini?

Dari hasil wawancara waktu yang dibuthkan dalam satu kali

produksi 4 jam, dan dalam sehari apabila mesin dan bahan

bakar memadai maka pekerja dapat menhasilkan 3-4 kali

produksi dalam sehari. Waktu pekerja bekerja dari pukul 8 pagi

hingga paling lama jam7 malam.


 Apakah pernah mengalami insiden/kecelakaan kerja atau

hampir mengalami kecelakaan kerja?

Dari hasil wawanacara dapat disumpulkan bahwa semua

pekerja hingga pengelolah pernah mengalami kecelakaan kerja

dalam tempat kerja. Dari pengelolah mengatakan kecelakaan

kerja yang besar yang pernah terjadi pabrik tahu ‘SEDAP’

pernah lebakaran akibat listrik, disebutkan juga bahwa atas

kelalaian sendiri karena tidak memperhatikan kabel/instalasi

listrik yang telah rusak. Dan kecelakaan -kecelakaan ringan

yang sering terjadi atau hampir terjadi yaitu terpeleset ,

ketumpahan air atau api yang panas dan tergores benda tajam.

3. Pengendalian risiko

 Bagaimana pengendalian risiko yang dapat dilakukan untuk

mengurangi kecelakaan kerja?

Dari hasil wawancara pengelolah pengendalian yang sudah

dilakukan yaitu dari peristiwa kebakaran pengelolah atau

pekerja selalu waspada dengan keaadaan listrik langsung

mengganti kabel/intalasi yang rusak agar menhindari

kecelakaan yag sama. Dan penyediaan APD yaitu safety Shoes

untuk pekerja mengingat lantai tempat kerja yang licin.

(informan kunci) Pekerja Pabrik

 Kenapa perebusan dan penyaringan dikatakan paling bahaya

pada proses produksi tahu?


Dari hasil wawancara kepada pekerja pabrik perebusan dan

penyaringan bahaya karena pada semua proses masih

menggunakan cara tradisional termasuk perebusan dan

penyaringan. Dalam perebusan ada percikan api dari tungku

dan panas dari perebusan tahu. Dan dalam proses penyaringan

ada kontak langsung dengan air mendidih pada saat

memindahkan hasil rebusan kedelai dari bak satu ke bak

lainnya.

 Mengapa pekerja tidak menggunakan APD?

Dari hasil wawancara pekerja disimpulkan bahwa APD hanya

akan mempersulit gerak pekerja dalam proses produksi tahu.

 Kendala apa yang di hadapi pada saat proses produksi tahu?

Dari hasil wawancara pekerja, yang menjadi kendala dalam

produksi tahu ada lingkungan licin yang dapat membahayakan

pekerja apabila tidak berhati-hati.

 Mengapa jumlah pekerja tidak ditambah?

Dari hasil wawancara pengelolah dapat disimpulkan bahwa

pekerja merasa cukup dan mampu dan belum membutuhkan

tambhan pekerja lain. Karena pasar dari pabrik tahu ‘SEDAP’

Tondano juga masih kecil jadi produksi yang dilakukan pun

sedikit dan pekerja merasa mampu dengan 2 orang pekerja dan

1 pengelolah yang sering datang untuk membantu para pekerja.

 Apakah pernah mengalami kecelakaan kerja pada saat

melakukan produksi tahu?


Dari hasil wawancara pekerja dapat disimpulkan bahwa

pekerja belum pernah mengalami kecelakaan yang berat hanya

saja mengalami kecelakaan yang ringan hingga sedang seperti

terluka, memar dan terpeleset pada saat melakukan produksi

tahu.

c. Hasil Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko Pada Proses Produksi

Tahu

Berikut merupakan hasil identifikasi bahaya dan penilaian risiko

pada tahap proses produksi tahu di Pabrik tahu ‘SEDAP’ Tondano

tahun 2023.

Identifikasi Bahaya

No AKTIVITAS KERJA BAHAYA EFEK K P

1 PERENDAMAN 1. Terpeleset Cidera 2 3

KEDELAI akibat lantai

licin

2. Posisi tidak Cidera 1 2

ergonomis pada

saat

mengangkat

beban kedelai

2 PENGGILINGAN 1. Anggota tubuh Luka 1 2

KEDELAI terluka akibat

kawat yang ada


di mesin

2. Korslet listrik kebakar 1 4

an

3 PEREBUSAN 1. Suhu panas dari Memar 2 2

KEDELAI perebusan

2. Percikan api Luka 2 2

dari tungku api

3. Terpeleset Cidera 2 3

akibat

lingkungan

yang licin

4 PENYARINGAN 1. terpancar/ Memar/ 1 1

ketumpahan air Luka

mendidih yang

dipindahkan

dari tempat

perebusan

2. terpeleset Cidera 2 3

lingkungan

yang licin

5 FERMENTASI 1. anggota tubuh Luka 2 2

terluka akibat

cuka

2. terpeleset akibat Cidera 2 3


lingkungan licin

3. suhu panas dari Memar 1 2

kedelai yang

direbus

6 CETAK 1. tertimpah benda Cidera 1 1

akibat papan

cetak yang

disusun

2. tergores pada Luka 1 2

saat memotong

tahu

3. terjepit dengan

papan cetak Luka 1 1

tahu yang

disusun

Berdasarkan tabel diatas identifikasi bahaya yang dilakukan pada

pekerja dalam proses produksi tahu di pabrik tahu ‘SEDAP’ Tondano.

Hasil identifikasi pada tahap perebusan dan penyaringan terdapat 2

potensi bahaya dan risiko kategori Medium Risk saat aktifitas

perebusan dan penyaringan, dan risiko kategori Low Risk saat aktifitas

perendaman, penggilingan, fermentasi dan cetak. Potensi bahaya

dan risiko kecelakaan kerja yang termasuk dalam kategori Medium

Risk merupakan risiko yang dapat ditoleransi, namum diperlukan


kontrol untuk dapat menurunkan sampai tahap yang lebih rendah.

Sedangkan potensi bahaya dan risiko kecelkaan kerja yang termasuk

dalam kategori Low Risk merupakan risiko yang ditoleransi.

d. Hasil Penilaian Risiko pada Proses Produksi Tahu

Setelah semua bhaya dapat di identifikasi selanjutnya dari tiap

bahaya itu ditentukan tingkat risikonya untuk menimbulkan suatu

keelakaan/kerugian. Penilain risiko mempertimbangkan dua faktor

yaotu peluang dan akibat. Penentuan nilai risiko ini dilakukan peneliti

dengan melihat hasil temuan di lapangan dan nilai risiko yang

ditentukan harus mempertimbangkan tindakan pengendalian yang

sudah ada sebelumnya. Hasil penilaian risiko dievaluasi dan

dibandingkan dengan kriteria ang telah ditetapkan atau standar dan

norma yang berlaku untuk menentukan apakah risiko tersebut dapat

diterima ataupun ditolak. Jika risiko dinilai tidak dapat diterima harus

dikelola atau ditangani dengan baik.

Hasil penialain risiko pada proses produksi tahu pada pekerja di pabrik

tahu ‘SEDAP’ Tondano tahun 2023.


Penilaian Risiko

AKTIVITAS KERJA BAHAYA Penilaian risiko

K P Tingkat

risiko

PERENDAMAN 1. Terpeleset 2 3 M

KEDELAI akibat lantai

licin

2. Posisi tidak 1 2 L

ergonomis pada

saat

mengangkat

beban kedelai

PENGGILINGAN 3. Anggota tubuh 1 2 L

KEDELAI terluka akibat

kawat yang ada

di mesin

4. Kebakaran 4 1 H

akibat listrik

PEREBUSAN 4. Suhu panas dari 2 2 L

KEDELAI perebusan

5. Percikan api 2 2 L

dari tungku api

6. Terpeleset 2 3 M

akibat
lingkungan

yang licin

PENYARINGAN 3. terpancar/ 1 1 L

ketumpahan air

mendidih yang

dipindahkan

dari tempat

perebusan 2 3 M

4. terpeleset

lingkungan

yang licin

FERMENTASI 4. anggota tubuh 2 2 L

terluka akibat

cuka

5. terpeleset akibat 2 3 M

lingkungan licin

6. suhu panas dari 1 2 L

kedelai yang

direbus

CETAK 4. tertimpah benda 1 1 L

akibat papan

cetak yang

disusun

5. tergores pada 1 2 L
saat memotong

tahu

6. terjepit dengan 1 1 L

papan cetak

tahu yang

disusun

Ketrengan :

P : peluang K : konsekuensi

Nilai 1-4 : Low Risk Nilai 5-9 : Medium Risk

Nilai 10-19 : High Risk Nilai 20-25 : Extreme Risk

Berdasarkan tabel di atas terdapat 2 (40%) potensi bahaya dari risiko

kategori Medium Risk dan terdapat 4 (60%) potensi bahaya dan

risiko kategori Low Risk pada proses perebusan dan penyaringan.

e. Pengendalian risiko pada pekerja dalam proses produksi tahu di pabrik

tahu ‘SEDAP’ Tondano.

Pengendalian Risiko

No Aktifitas Potensi Bahaya Pengendalian Temuan

. Kerja Risiko

1. Perendama Terpeleset akibat Menggunkan Lantai yang

n Kedelai lantai licin alat APD sangat licin

(safety
Shose)

Posisi tidak Memperbaiki Postur

ergonomis pada cara tubuh yang

saat mengangkat mengangkat salah pada

beban kedelai beban saat

mengangka

t beban

kedelai

2. Penggiling Anggota tubuh Menghilangk Mesin yang

an Kedelai tubuh terluka an ujung dugunakan

akibat kawat yang kawat yang ada bebrapa

ada pada mesin menyebabka kawat yang

n luka membuat

luka

Kebakaran akibat Memperbaiki Mesin yang

listrik istalasi / digunakan

kabel yang memakai

sudah rusak tenaga

listrik, dan

pabrik tahu

sudah

pernah

keakaran

akibat
listrik

3. Perebusan Suhu panas dari Memakai Tidak ada

kedelai hasil perebusan APD (safety APD untuk

Gloves) proses ini

Percikan api dari Menggunaka Tidak ada

tungku api yang n alat bantu menggunak

digunakan untuk an APD

mendorong

bahan bakar

Terpeleset akibat Menggunkan Tidak

lantai yang licin alat APD menggunak

(safety an APD

Shose)

4. Penyaringa Terpancar/ Memakai Tidak ada

n ketumpahan air APD APD

mendidih yang (wearpack)

dipindahkan dari

tempat perebusan

Terpeleset alibat Menggunkan Lantai yang

lantai yang licin alat APD licin untuk

(safety pekerja

Shose)

5. Fermentasi Anggota tubuh Menggunaka Tidak ada

terluka kibat cuka n APD APD


(safety

gloves dan

safety shoes0

Terpeleset akibat Menggunkan Lantai yang

lantai yang licin alat APD sangat licin

(safety untuk

Shose) pekerja

Suhu panas dari Memakai Tidak ada

kedelai yang APD APD

direbus (wearpack)

6. Cetak Tertimpah benda Memakai Tidak

akibat papan cetak APD (safety menggunak

tahu yang disusun Shoes) an APD

Tergores pada saat Memakai Tidak ada

memotong tahu APD (safety APD

Gloves)

Terjepit papan Memakai Tidak ada

cetak yang disusun APD (safety APD

Gloves)

Hasil dari temuan pengendalian risiko berupa :

C. Pembahasan

No Aktifitas Hazard Efek P K Tingkat Penegendalian


. kerja risiko risiko

1. Perenda Salah dalam Keluhan 3 2 M Belum ada

man posisi muskulosk

pengangkut eletal

an

Tempat terpeleset 3 2 M Memakai

kerja yang safety Shoes

licin

2 Penggilin Terdapat Tangan 2 1 L Belum ada

gan ujung kawat tergores

yang tajam

pada mesin

penggiling

Korslet kebakaran 1 4 H Pemantauan

listrik Listrik dan

Mengganti

kabel yang

rusak

3. Perebusa Terkena Luka 2 1 L Belum ada

n percikan api bakar

tungku api

Tempat 3 2 M Memakai

kerja yang Terpeleset safety shoes

licin
Bak Memar 2 1 L Belum ada

perebusan

yang panas

4. penyarin Tertumpah Memar 2 1 L Belum ada

gan air mendidih

pada saat

pemindahan

hasil

rebusan

Tempat terpeleset 3 2 M Memakai

kerja yang safety shoes

licin

5. Fermenta Kontak Anggota 2 1 L Belum ada

si langsung tubuh

dengan cuka terluka

fermentasi

Panas dari Memar 2 1 L Belum ada

kedelai yang

direbus

6. Cetak Tertimpah Memar 2 2 L Memakai

benda papan safety Shoes

cetak yang

disusun

Tergores Luka 2 1 L Belum ada


pisau pada

saat

memotong

tahu

Terjepit Luka / 2 1 L Belum ada

papan cetak memar

yang

disusun

Berdasarkan hasil observasi,terdapat beberapa tindakan yang tidak

aman dalam proses produksi tahu. Saat ditanya kenapa pekerja tidak

menggunakan APD dikarenakan menurut pekerja APD hanya akan

mempersulit kerja para pekerja.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, unsafe condition

terjadi akibat proses produksi tahu sepenuhnya bergantung pada air

bahakan 90% tahu itu adalah air yang menyebabkan lingkungan kerja jadi

licin yang dapat menyebabkan pekerja terpeleset.

Untuk mengetahui lebih lanjut hasil penelitian yang diperoleh mulai dari

identifikasi bahaya, penilaian risiko, dan pengendalian risiko, maka akan

dibahas sesuai dengan prosedurnya sebagai berikut :

a. Identifikasi bahaya

Identifikasi bahaya adalah upaya sistematis untuk mengetahui potensi

bahaya yanga ada dilingkungan kerja. Dengan mengetahui sifat dan


karakteristik bahaya, kita dapat lebih berhati-hati, waspada dan

melakukan langkah-langkah pengamanan agar tidak terkena bahaya.

Namun, tidak semua bahya dapat dikeali dengan mudah.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan ,

diperoleh bebrapa potensi bahaya secara umum yaitu bahaya mekanik,

fisik dan ergonomi. Bahaya mekanik terdapat pada semua area

produksi tahu, bahaya ergonomi terdapat pada proses produksi

perendaman dan bahaya fisik yang terdapat dalam proses perebusan,

penyaringan dan fermentasi. Masih banyak risiko lain yang dialami

oleh pekerja yang tidak disadari karena mereka sudah terbiasa

sehingga menyepelehkan risiko-risiko yang ada. Pada akhirnya mereka

hanya mengatasi semua sendiri apabila terjadi pegal, luka, dan memar

Hasil identifikasi probabilitas bahaya :

1. Proses perendaman

Probabilitas dengan ktriteria angka 2 yang dapat menyebabkan

cidera ringan adalah akibat dari terpeleset dan probanilitas dengan

kriteria angka 1 adalah akibat dari posisi yang tidak ergonomis.

2. Proses penggilingan

Probabilitas dengan kriteria angka 1 yang tidak menyebabakan

cidera adalah akibat dari tangan yang tergores dan kebakaran

listrik.

3. Proses perebusan
Probabilitas dengan kriteria angka 2 yang menyebabkan cidera

ringan adalah akibat dari suhu yang panas, pericikan api, dan

terpeleset.

4. Proses penyaringan

Probabilitas dengan kriteria angka 2 yang menyebabkan cidera

ringan adalah akibat dari ketumpahan air mendidih dan terpeleset.

5. Proses fermentasi

Probabilitas dengan kriteria angka 2 yang menyebabkan cidera

ringan adalah akibat dari terluka, terpeleset dan suhu yang panas.

6. Proses Cetak

Probabilitas dengan kriteria angka 1 yang tidak menyebabkan

cidera adalah tertimpah benda dan tergores.

Hasil identifikasi konsekuensi bahaya :

1. Proses perendaman

Konsekuensi dengan kriteria angka 3 yag dapat menyebabkan

cidera berat adalah akibat dari terpeleset. Dan konsekuensi dengan

kriteria angka 2 yang dapat menyebabkan cedera ringan adalah

akibat dari posisi yang tidak ergonomis.

2. Proses penggilingan

Konsekuensi dengan kriteria angka 2 yang dapat menyebabkan

cidera ringan adalah akibat dari anggota tubuh yang terluka. Dan

Konsekuensi dengan Kriteria angka 4 yang dapat menyebabkan

cidera dan kerugian besar adalah akibat dari kebakaran


3. Proses perebusan

Konsekuensi dengan kriteria angka 3 yang dapat menyebabkan

cidera berat adalah akibat dari terpeleset. Dan konsekuensi dengan

kriteria angka 2 yang dapat menyebabkan cidera ringan adalah

akibat dari suhu yang panas dan percikan api.

4. Proses penyaringan

Konsekuensi dengan kriteria angka 3 yang dapat menyebabkan

cidera berat adalah akibat dari terpeleset. Dan konsekuensi dengan

kriteria angka 2 yang menyebabkan cidera ringan adalah akibat

dari ketumpahan air mendidih.

5. Proses fermentasi

Konsekuensi dengan kriteria angka 2 yang dapat menyebabkan

cidera ringan adalah akibat anggota tubuh yang terluka dan suhu

yang panas.

6. Proses cetak

Konsekuensi dengan kriteria angka 2 yang tidak dapat menybabkan

cidera adalah tertimpah benda dan tergores.

Adapun pengendalian yang dapat dilakukan yaitu menyediakan

meja dan wadah yang lebih kecil agar lebih nyaman dan postur tubuh

menjadi benar. Untuk kecelakaan kerja yang biasa terjadi sperti

terluka dan tergores peekerja mengatakan bahwa hal itu di atasi sendiri

oleh para pekerja. Dan ada juga pengendalian dengan alat pelindung

diri karena lingkungan kerja yang licin untuk para pekerja yaitu

dengan penyediaan APD (safety Shoese). Perbaikan instalasi untuk


listrik yang lebih aman untuk pemakaian mesin pada proses

penggilingan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ridwan Nur

Bahri Miolo (2022) tentang identifikasi risiko kerja menggunakan

metode HIRARC pada UMKM pabrik tahu Mokar Jaya di Desa

Tilango, diperoleh beberapa risko bahaya yaitu mulai dari fisik,

mekanik dan ergonomi. Bahaya fisik berupa cidera ringan hingga berat

serta iritasi kulit dan mata. Bahaya mekanik berupa terpeleset, terjepit

dan melepuh. Bahaya ergonomi berupa postur tubuh yang salah.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Aprillia Kusuma Dewi

(2018) tentang Identifikasi bahaya dan penilaian Risiko bahaya di

pabrik tahu, diperoleh potensi bahaya pada pabrik tahu yang

dipengaruhi oleh kondisi lantai yang licin, layout kerja, peralatan dan

lingkungan kerja.

b. Penilaian Risiko

Penilaian risiko adalah untuk menetukan besarnya suatu risiko

yang dicerminkan dari kemungkinan dari keparahan yang ditimbulka.

Penilaian risiko menggunakan matrik risiko yang menggambarkan

tingkat kemungkinan dan kaparahan suatu kejadian yang dinyatakan

dalam bentuk rentang dari risiko paling rendah sampai risiko tertinggi.

Probabilitas dikategorikan yaitu sangat kecil (rare), kecil

kemungkinan terjadi (unlikely), dapat terjadi (moderate), besar

kemungkinan terjadi (likely) dan hampir pasti terjadi (almost certain).

Untuk keparahan dikategorikan yaitu tidak terjadi cidera kerugian


finansial kecil (insignificant), cidera ringan kerugian finansial sedang

(minor), cidera sedang perlu penanganan medis kerugian besar

(moderate), cidera berat satu orang kerugian besar gangguan (major),

dan fatal lebih satu orang kerugian sangat besar dampak luas yang

berdampak panjang terhentinya seluruh kegiatan (catastrophic).

Dari hasil tersebbut selanjutnya dikembangkan matrik atau

oeringkat risiko yang dikombinasikan antara Probabilitas atau

kemungkinan dan Konsekuensi atau keparahannya. Sebagai contoh

jika kemungkinan terjadinya suatu risko sngat tinggi, serta akibat yang

ditimbulkannya juga sangat parah, maka risiko tersebut digolongkan

sebagai risiko tinggi.

Setelah dilakukan identifikasi bahaya maka dilakukan penilaian

risiko. Berikut adalah hasil dari penilaian risiko:

1. Proses perendaman

Risiko dengan kriteria Medium Risk ada pada perekerja terpeleset,

dan risiko dengan kriteria Low Risk ada pada postur tubuh pekerja

yang salah pada saat bekerja.

2. Proses penggilingan

Rsiko dengan kriteria Low Risk ada pada anggota tubuh pekerja

yang terluka akibat ujung kawat pada mesin penggiling. Dan risiko

dengan kategori High Risk ada pada kebakaran akibat korslet

listrik.

3. Proses perebusan
Risiko dengan kriteria Medium Risk ada pada pekerja yang

terpeleset akibat lantai yang licin. Dan risiko dengan kriteria Low

Risk ada pada percikan api dari tungku api dan suhu yang panas

akibat perebusan kedelai.

4. Proses penyaringan

Risiko dengan kriteria Medium Risk ada pada pekerja yang

terpeleset akibat lantai yang licin. Dan risiko dengan kriteria Low

Risk ada pada ketumpahan air mendidih

5. Proses fermentasi

Risiko dengan kriteria Medium Risk ada pada terpeleset akibat

lantai yang licin. Dan risiko dengan kriteria Low Risk ada pada

anggota tubuh pekerja terluka akibat cuka dan suhu yang panas

pada saat pemindahan bahan dari bak satu ke bak lainnya.

6. Proses Cetak

Risiko dengan kriteria Low Risk ada pada pekerja tertimpah papan

cetak yang disusun untuk mencetak dan tergores pisau pada saat

memotong tahu untuk dijual.

Hasil penilaian risiko yang dilakukan menggunakan metode

HIRARC diperoleh bahwa nilai tertinggi terdapat pada proses

perendaman, perebusan, penyaringan dan fermentasi dengan hasil

perkalian probabilitas dan konsekuensi (2x3) adalah 6 dimana angka

ini termasuk pada kategori Medium Risk. Kategori Medium Risk

adalah risiko yang perlu tindak lanjut. Peneliti memberikan skor

probabilitas 3 dan disebabkan karena dari hasil wawancara terpeleset


tidak sering terjadi tapi apabila terjadi akan menyebabkan cidera berat.

Sedangkan untuk konsekuensi diberi skor 2 karena risiko yang

ditimbulkan belum sampi kethap yang lebih parah dan dapat ditangani

sendiri.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di Pabrik tahu ‘SEDAP’

Tondano ditemukan bahwa pengelolah pabrik telah melakukan

penanganan dengan menyediakan APD (Safety Shoes) untuk pekerja

karena menyadari kondisi tempat kerja yang licin.

c. Pengendalian Risiko

Pengendalian adalah langkah penting dalam menentukan

keseluruhkan manajemen risiko. Risiko yang telah diketahui besar dan

potensi akibat harus dikelola dengan tepat, efektif dan ssuai dengan

kemampuan dan kondisi pabrik.

Pengendalian risiko dapat dilakukan dengan cara yaiitu : eliminasi,

substitusi, pengendalian teknik (engineering control), pengendalian

administratif dan alat pelindung diri.

Pengendalian yang dilakukan ileh Pabrik tahu ‘SEDAP’ Tondano.

1. Pengendalian Teknis (engineering Control)

Langkah pengendalian pada proses produksi tahu

penggilingan :

Melakukan perbaikan pada peralatan atau mesin penggiling yang

dipakai pekerja dalam produksi tahu.

2. Alat Pelindung Diri (APD)


Alat pelindung diri merupakan langkah pengendalian

terakhir dalam pengendalian risiko. Pnentuan penggunaan alat

pelindung diri adalah cepat dalam menyelesaikan masalah walau

bersifat sementara dan tidak menghilangkan bahaya dan risiko

kecelakaan tetapi bersifat melindungi diri terhadap paparan bahaya

dan risiko. Apabila pekerja tidak menggunakan APD pada saat

bekerja kecelakaan kerja yang dapat terjadi adalah terpeleset,

terkena percikan api dan air mendidih, tangan terluka dan memar

akibat panas, kaki tertimpah benda papan cetak tahu dan terjepit.

Alat pelindung diri yang disediakan pabrik :

1. Menyediakan Safety Shoes untuk mengindari pekerja dari

risiko terpeleset akibat lantai tampat kerja yang licin dan

tertimpah benda papan cetak.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian Identifikasi Risiko keselamatan

Pekerja pada Proses Produksi Tahu di Pabrik Tahu ‘SEDAP’

Tondano Tahun 2023 didapatkan 6 proses pekerjaan dengan,

dengan 14 risiko bahaya, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Potensi bahaya yang terdapat pada proses produksi tahu di

Pabrik Tahu ‘SEDAP’ Tondano meliputi bahaya mekanik yang

ada pada seluruh proses produksi tahu yaitu : terjatuh, terjepit,

tergores, dan tertimpah benda pada produksi tahu. Bahaya fisik

diataranya cidera ringan hingga berat keseleo dll. bahaya fisik

lainnya yaitu suhu yang panas dari hasil perebubsan. Dan

bahaya ergonomi pada proses perendaman yang posisi

mengangkat bahan tidak sesuai.

2. Hasil penilaian risiko pada proses produksi tahu pada pabrik

tahu ‘SEDAP’ Tondano untuk kategori high Risk berjumlah 1

(7%), kategori Medium Risk berjumlah 4 (28%), dan kategori

Low risk bejumlah 9 (63%). Untuk jumlah keseluruhan yaitu

potensi bahaya dan risiko kecelakaan.


3. Pengendalian yang dilakukan oleh Pabrik tahu ‘SEDAP’

Tondano yaitu memperbaiki peralatan (pengendalian teknis),

dan menyediakan Safety Shoes (APD) untuk pekerja.

B. SARAN

1. Saat melakukan identifikasi risiko

DAFTAR PUSTAKA

Monoarfa, V., & Miolo, R. N. B. (2022). Identifikasi Resiko Kerja Menggunakan

Metode HIRARC Pada UMKM Pabrik Tahu Mokar Jaya Di Desa

Tilango. JAMBURA: Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, 5(2), 741-746.

Dewi, A. K., Larasati, G., Ardiani, R. F., Sumardiyono, S., Wijayanti, R., &

Susilowati, S. (2018). IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN RISIKO

BAHAYA DI PABRIK TAHU. Prosiding SNST Fakultas Teknik, 1(1).

Redana, A., & Oktiarso, T. (2022). IDENTIFIKASI POTENSI BAHAYA

MENGGUNAKAN METODE PENDEKATAN HIRARC HAZARD

IDENTIFICATION RISK ASSESSMENT AND RISK CONTROL PADA

INDUSTRI RUMAHAN PRODUKSI TAHU 151A. Sainsbertek Jurnal Ilmiah

Sains & Teknologi, 2(2), 42-52.

Indrayani, R., Sastradiharja, J., & Rosanah, M. (2021). IDENTIFIKASI RESIKO

KERJA MENGGUNAKAN METODE HIRARC PADA UMKM TAHU DI

BANDUNG. Sistemik: Jurnal Ilmiah Nasional Bidang Ilmu Teknik, 9(1), 23-27.
Alpan, D. B. (2017). Hazard Identification Risk Assessment Risk Control pada

Tahap Pemasangan Precast Fasade di WIKA CAKRA KSO Tahun 2017 (Doctoral

dissertation, Universitas Binawan).

Faradish, A. H., & Riandadari, D. IDENTIFIKASI BAHAYA DAN PENILAIAN

RISIKO DENGAN ANALISIS KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

(K3) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA BMW.

Basir, M. A., & Fatoni, R. (2021). Analisis Aspek K3 Terhadap Potensi Bahaya

Kecelakaan Kerja Pabrik Tahu di Klaten, Jawa Tengah. Proceeding of The

URECOL, 98-104.

Setiawan, A. dan Rusdjijati, R., (2014), Peningkatan Kualitas Biogas Limbah Cair

Tahu dengan Metode Taguchi, Prosiding SNATIF Ke-1, ISBN: 978-602-1180-04-

4, Universitas Muria Kudus: 35-40.

Artiyani, A. dan Sujianto, (2008), Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Pada

Industri Kecil di Kota Malang, Prosiding SPECTRA, Nomor 11 Volume IV,

Januari: 22-33.

Suprapti, L., (2005), Teknologi Pengolahan Pangan Pembuatan Tahu, Kanisius,

Yogyakarta.

Tarwaka, (2014), Keselamatan dan Kesehatan Kerja: Manajemen dan

Implementasi K3 di Tempat Kerja, Edisi II dengan Revisi, Cetakan 1-2014,

Harapan Press, Surakarta.

Kesehatan dan Keselamatan Kerja. (2022). (n.p.): Pradina Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai