Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN MAGANG

GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI


(APD) PADA PEKERJA PT. LESTARI BUSANA ANGGUN MAHKOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2021

OLEH :

ARI LARAS SETYANING RISKI

2018710039

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2021
LAPORAN MAGANG
GAMBARAN KEPATUHAN PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI
(APD) PADA PEKERJA PT. LESTARI BUSANA ANGGUN MAHKOTA

TANGERANG SELATAN TAHUN 2021

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan di Program Studi Kesehatan Masyarakat

Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja

OLEH :

ARI LARAS SETYANING RISKI

2018710039

PEMINATAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2021
PERNYATAAN PENGESAHAN

Laporan magang ini telah disetujui oleh pembimbing akademik dan pembimbing
lapangan program magang mahasiswa Prodi S-1 Kesehatan Masyarakat
Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta

Jakarta,.................2021

Pembimbing
Pembimbing Akademik
Lapangan

PT. Lestari Busana Anggun Mahkota

(Nur Fadhilah, S.KM, M.KM)

NID : 0301067804
(Irmadini Zuraidah)

NID : 0301067804
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ari Laras Setyaning Riski

Alamat : Jl. Pinus Barat Raya Blok B1/12 RT 002/024,


Kelurahan Pamulang Barat, Kecamatan Pamulang,
Tangerang Selatan, Banten

Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Agustus 2000

Agama : Islam

PENDIDIKAN

SD : SD Negeri 02 Pamulang Kota Tangerang Selatan

SMP : SMP Muhammadiyah 44 Pamulang Kota Tangerang


Selatan

SMA : SMK Nusantara 02 Kesehatan Tekhnik Laboratorium


Medik

RIWAYAT ORGANISASI

1. Bidang Kader IPM SMP Muhammadiyah 44 Pamulang (2014-2015)


2. Anggota OSIS SMK Nusantara 02 Kesehatan (2016-2017)
3. Anggota BEM FKM UMJ Departemen Sosial (2019-2020)
4. Anggota BEM FKM UMJ Departemen Sosial (2020-2021)
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Magang yang berjudul
“Gambaran Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerja
PT. Lestari Busana Anggun Mahkota Tangerang Selatan Tahun 2021” tepat
pada waktunya.
Laporan ini disusun untuk menyelesaikan Matakuliah Magang serta
sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan tugas akhir di Program Studi
Kesehatan Masyarakat Peminatan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dengan selesainya penulisan Laporan Magang yang di laksanakan di PT.
Prospek Manunggal Abadi selama kurang lebih 30 hari, maka penulis
mengucapkan terimakasih kepada PT. Lestari Busana Anggun Mahkota Mr. Suk
Jang (Steve) selaku Direktur, Ibu Irmadini Zuraidah selaku HRD sekaligus
pembimbing lapangan, dan seluruh staff maupun karyawan PT. Lestari Busana
Anggun Mahkota, Ibu Nur Fadhilah, S.KM, M.KM selaku pembimbing
akademik.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan


Laporan Magang ini, oleh karena itu penulis menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun agar laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tangerang Selatan, 3 Maret 2021

Penulis,
Ari Laras Setyaning Riski

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan dan Keselaman Kerja adalah upaya untuk mengatasi atau cara
mencegah dan memberantas penyakit yang dirasakan oleh pekerja, mencegah
terjadinya kelelahan pekerja, melestarikan lingkungan kerja menjadi sehat dan
upaya pencegahan agar tidak terjadinya kecelakaan kerja, melindungi pekerja,
menjaga keselamatan pekerja, peralatan-peralatan yang berada dilingkungan kerja,
serta bahan-bahan produksi dan melancarkan proses berlangsung nya produksi.
(Tim K3 FT UNY, 2014).

Banyak faktor-faktor yang terjadi akibat kecelakaan kerja, salah satunya


yaitu para pekerja tidak patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri dan
berdasarkan hasil penelitian dari Afif Hanafiah (2020), Alat Pelindung Diri (APD)
adalah suatu alat yang mempunyai kemampuan atau berfungsi untuk melidungi
diri dari pekerja yang bertujuan untuk mengisolasi sebagian atau seluruh potensi
bahaya di tempat kerja ketika pekerja sedang bekerja (Kemenakertrans, 2010)
dalam (M. AFIF HANAFIAH, 2020). Sedangkan Menurut Occupational Safety
and Health Adminstration (2020), Alat Pelindung Diri (APD) adalah sebagian alat
yang digunakan untuk melindungi pekerja dari bahaya (hazard) dan luka atau
penyakit yang di tempat kerja, yang berupa kimia biologis, radiasi, fisik, elektrik,
mekanik dan lainnya. Arti dari kepatuhan dari penggunaan Alat Pelindung Diri
(APD) yaitu seseorang yang harus mematuhi atau mengikuti peraturan yang diatur
oleh institusi atau organisasi dalam penggunaan seperangkat Alat Pelindung Diri
(APD) untuk melindungi seluruh tubuh dari adanya bahaya dan penyakit kerja,
Alat Pelindung Diri (APD) yaitu merupakan alat yang mampu untuk memberikan
perlindungan pekerja terhadap adanya bahaya (hazard) kecelakaan kerja. (Reny
Marlina, 2020).
Pada tahun 2018 Menurut Organisasi Perburuhan Internasional (ILO)
menyatakan bahwa adanya 2,78 juta pekerja meninggal setiap tahun dikarenakan
penyakit akibat kerja, sementara lebih dari 380.000 (13,7%) terjadinya kecelakaan
kerja. Sedangkan berdasarkan hasil laporan kasus kecelakaan kerja dari Badan
Pelaksanaan Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan pada tahun 2019 sampai
dengan 2020 adanya peningkatan kasus kecelakaan kerjan dari 114.000 kasus
kecelakaan menjadi 177.000 kasus kecelakaan pada pekerja. (Supit, Kawatu and
Asrifuddin, 2021).

Hasil penelitian yang dilakukan di Provinsi Banten adanya kecelakaan


kerja akibat pekerja yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) seperti ;
tidak memakai helim pelindung (30%), tidak memakai safety shoes (40%), tidak
memakai ear plug (50%) dan pekerja yang sedang bekerja di ketinggian untuk
melakukan perawatan peralatan tidak memakai safety belt (33%). (Febby Amanah
Ramadhany, 2019).

Penelitian serupa yang dilakukan oleh Novel Yunus Runtuwarow, dkk


2020, menyatakan bahwa pekerja mengalami kecelakaan kerja (60,6%) akibatnya
pekerja tidak patuh dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja
yaitu tidak menggunakan sarung tangan (50,5%), tidak menggunakan safety shoes
(54,5%). (Novel Yunus Runtuwarow, Paul Arthur Tennov Kawatu, 2020)

Adapun prosedur standar operasional kepatuhan pelaksanaan penggunaan


Alat Pelindung Diri (APD) masih rendah disebabkan karena beberapa budaya
keselamatan kerja yang belum diciptakan di dalam lingkungan kerja (Geller 2001,
dalam (Mewengkang et al., 2019). Dan ada beberapa faktor yang berhubungan
dengan perilaku penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja yaitu
pengetahuan, pelatihan, sikap, motivasi, komunikasi, ketersedian APD,
pengawasan pada penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). (Sahab 1997, dalam
(Mewengkang et al., 2019)

PT Lestari Busana Anggun Mahkota atau biasa disebut PT Lestari


merupakan perusahaan yang bergerak di bidang bisnis pakaian jadi (garment)
berdiri sejak tahun 1988. PT Lestari merupakan kantor pusat yang berlokasi di
Jalan Taruma Negara No. 12 RT. 001/10 Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan 15419, Indonesia. Produk yang ditawarkan merupakan pakaian luar
(outerwear) seperti Ski Wear, Active Wear (Welding), Duck Down, Trousers, Kids
Wear, Urban Wear Dalam memproduksi produk tersebut, dapat didukung dengan
peralatan dan mesin produksi yang sangat modern demi menghasilkan produksi
yang baik. Di perusahaan ini terdapat beberapa kecelakaan yang memungkinkan
terjadi yaitu tertusuk jarum, jarum patah lalu terkena mata, kesalahan pekerja saat
menggunakan mesin. Berdasarkan observasi, para tenaga kerja terkadang
mengabaikan himbauan – himbauan yang telah diberikan oleh aturan perusahaan
atau rambu – rambu peringatan dalam menjaga keselamatan dan kesehatan kerja
seperti tidak mematuhi penggunaan Alat Pelindung Diri. Tujuan dari proses
magang ini adalah untuk mengetahui “Gambaran Kepatuhan Penggunaan Alat
Pelindung Diri (Apd) Pada Pekerja PT. Lestari Busana Anggun Mahkota,
Tangerang Selatan Tahun 2021”.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui “Gambaran Kepatuhan Penggunaan Alat Pelindung
Diri (Apd) Pada Pekerja PT. Lestari Busana Anggun Mahkota Tangerang Selatan
Tahun 2021”.

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Untuk mengidentifikasi bahaya kecelakaan kerja akibat tidak patuh
dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja PT.
Lestari Busana Anggun Mahkota Tangerang Selatan.
b. Untuk mengevaluasi kepatuhan dan penerapan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) Pada Pekerja PT. Lestari Busana Anggun
Mahkota Tangerang Selatan.

1.3 Manfaat
Dari kegiatan program magang yang dilakukan di PT. Lestari Busana
Anggun Mahkota Tangerang Selatan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :

A. Penulis
1. Menambah wawasan dan pengetahuan dalam kepatuhan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) di tempat kerja melalui
observasi langsung serta merencanakan pengendalian terhadap
potensi bahaya yang ada.
2. Dapat menerapkan ilmu Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang
diperoleh selama perkuliahan ke dalam praktek pada kondisi yang
sebenarnya.
3. Mahasiswa mampu memahami prosedur kerja, faktor risiko dari
pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja.
B. Perusahaan
1. Mendapat gambaran tentang kepatuhan penggunaan Alat
Pelindung Diri (APD) pada pekerja PT. Lestari Busana Anggun
Mahkota Tangerang Selatan yang dapat mengakibatkan kecelakaan
dalam bekerja.
2. Mendapatkan referensi atau rekomendasi tambahan dalam upaya
pengendalian kepatuhan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
pada pekerja PT. Lestari Busana Anggun Mahkota Tangerang
Selatan untuk meminimalisir bahaya agar tidak menyebabkan
kecelakaan dalam bekerja.
C. Fakultas Kesehatan Masyarakat UMJ
1. Diharapkan dapat menambah studi kepustakaan yang bermanfaat
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan peningkatan
program belajar mengenai gambaran kepatuhan dalam penggunaan
Alat Pelindung Diri (APD) pada pekerja PT. Lestari Busana
Anggun Mahkota Tangerang Selatan
2. Mendapatkan masukan untuk pengembangan program studi
maupun penyempurnaan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan
praktek lapangan khususnya pada peminatan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
2.1.1 Definisi Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (K3)
Menurut International Labour Organization (ILO) kesehatan keselamatan
kerja atau Occupational Safety and Health dapat diartikan sebagai peningkatan
dan pemeliharaan derajat yang tertinggi bagi semua para pekerja baik secara fisik,
mental, dan kesejahteraan social di seluruh jenis pekerjaan, mencegah tidak
terjadinya gangguan pada kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan, melindungi
para pekerja dari risiko yang ditimbulkan oleh beberapa faktor yang dapat
mengganggu kesehatan. (ANITA DEWI PRAHASTUTI SUJOSO, 2012)

Sedangkan pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerja Menurut


Occupational Safety Health Administrasi (OSHA) adalah ilmu yang mempelajari
tentang risiko keselamatan manusia (pekerja) dalam industri maupun bukan
industri. Kesehatan dan Keselamatan Kerja juga dapat diartikan sebagai ilmu yang
terdiri dari fisika, kimia, biologi, dan ilmu perilaku dengan aplikasi pada
manufaktur, transportasi, penanganan serta material bahaya yang ada pada
dilingkungan kerja. (ANITA DEWI PRAHASTUTI SUJOSO, 2012).

Menurut keilmuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah pencegahan


terjadinya kemunculan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dari setiap
pekerja yang dilakukan (Tarwaka, 2014). Sedangkan hasil penelitian (Sucipto,
2014) Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu suatu upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan jasmani seseorang maupun rohani khususnya para
pekerja, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur pada
umumnya atau tidak adanya kecelakaan kerja. (Nanda Sapridha Pulungan, 2020).

Dan ada juga pengertian dari Keselamatan Kerja menurut hasil penelitian
(Sucipto, 2014) yaitu suatu upaya yang bertujuan untuk menciptakan pada pekerja
yang aman dan tentram yang bekerja dilingkungan kerja. (Nanda Sapridha
Pulungan, 2020).

Menurut WHO Kesehatan dan Keselamatan Kerja ialah kebijakan dan


aktifitas di tempat kerja yang dirancang untuk membantu para pekerja dan
perusahaan di semua level untuk memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan
dengan melibatkan para pekerja serta manajemen dan stakeholder lainnya.
(ANITA DEWI PRAHASTUTI SUJOSO, 2012).

Berdasarkan Undang-undang No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan Pasal


1 menjelaskan bahwa “Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis” (UU Republik Indonesia, 1992). Sedangkan Undang-undang Republik
Indonesia No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa
“Berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, Kecelakaan
Kerja adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki,
yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat
menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda”. (UU RI
Nomor 1 Tahun 1970, 1970).

Dan terakhir definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) merupakan


upaya untuk perlindungan yang diajukan kepada semua potensi yang dapat
menimbulkan bahaya. Tujuannya adalah tenaga kerja yang bekerja ditempat kerja
selalu dalam keadaan selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat
digunakan secara aman dan efisiensi. (Suma’mur, 2006 dalam (Nanda Syahputra
Rambe, 2019)).
Menurut Suma’mur, 2013 Keselamatan Kerja yaitu merupakan rangkaian
usaha untuk menciptakan rasa suasana kerja yang aman dan tentram bagi para
pekerja yang bekerja disuatu perusahaan. (SINAGA, 2017)

Tujuan dari Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3) yaitu :

1. Untuk melindungi tenaga pekerja atas keselamatannya dalam


melakukan pekerjaan dan meningkatkan produksi, produktivitas
nasional
2. Menjamin keselamatan setiap pekerja yang berada ditempat kerja
3. Memelihara sumber produktivitas agar dapat digunakan secara aman
dan efisien.(Rejeki, 2015 dalam (SINAGA, 2017)

2.2 Alat Pelindung Diri (APD)

2.2.1 Definisi Alat Pelindung Diri (APD)

Permenker No.08/VIII/2010, Alat Pelindung Diri (APD) ialah suatu alat


yang mempunyai kemampuan untuk melindungi pekerja atau seseorang yang
berfungsi mengisolasikan Sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya
ditempat kerja. (Anizar, 2009 dalam (Nanda Syahputra Rambe, 2019)).
Sedangkan tujuan dari penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) adalah untuk
melindungi tubuh pekerja dari bahaya yang mengakibatkan kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja. Sehingga penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) ada
manfaatnya yaitu bukan untuk menjaga keselamatan pekerja tetapi juga bagi
orang yang disekelilingnya. (Bintarto, 2015 dalam (Nanda Syahputra Rambe,
2019).

Alat Pelindung Diri (APD) yaitu suatu alat yang dipakai pada para pekerja
untuk meminimalisirkan terjadinya luka dari kontak dengan berbagai macam
suatu bahaya. Ada berbagai macam Alat Pelindung Diri (APD) contohnya adalah
sarung tangan, pelindung kaki dan mata, pelindung alat pendengaran, helm,
respirator dan pakaian pelindung. OSHA (Occupational Safety and Health
Administration, 2005 dalam (Simanjuntak, Solichin and Fanani, 2016))
Menurut Rohman, 2015 Definisi Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat
yang digunakan oleh para pekerja untuk melindungi diri dari suatu bahaya atau
situasi bahaya pada pekerjaannya (ditempat kerja). Alat Pelindung Diri (APD)
juga bisa dikatakan sebagai salah satu cara untuk mencegah terjadinya kecelakaan
pada pekerja ditempat kerja. Alat Pelindung Diri (APD) tidak sepenuhnya untuk
melindungi pekerja saat bekerja tetapi Alat Pelindung Diri bisa mengurangi
tingkat keparahan yang terjadinya kecelakaan kerja. (Tho et al., 2019)

Sedangkan Menurut hirarki upaya pengendalian diri (controlling) Alat


Pelindung Diri (APD) merupakan hirarki dalam melindungi kesehatan dan
keselamatan kerja dari suatu potensi bahaya yang terjadi pada saat bekerja (Uhud,
2008, dalam (Asri Asmi, 2017). Dan yang terakhir ada juga pengertian dari Alat
Pelindung Diri (APD) Menurut Suma’mur, 1967 yaitu alat yang dipakai oleh para
pekerja dengan maksud untuk menekankan atau mengurangi risiko kecelakaan
kerja. (Asri Asmi, 2017).

2.2.2 Dasar Hukum Alat Pelindung Diri (APD)

1) Undang-Undang Nomor. 1 Tahun 1970


a. Pasal 3 Ayat (1) butir f : Menyatakan bahwa salah satu syarat-
syarat Keselamatan Kerja adalah dengan cara memberikan Alat
Pelindung Diri (APD) pada pekerja
b. Pasal 9 ayat (1) butur c : Pengurus diwajibkan menunjukan dan
menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat pelindung
diri (APD) bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
c. Pasal 12 butir b : Tenaga kerja diwajibkan untuk memakai alat
pelindung diri (APD).
d. Pasal 12 butir e : Pekerja boleh mengatakan keberatan apabila Alat
pelindung diri (APD) yang diberikan diragukan keamanannya.
e. Pasal 13 : Barang siapa yang akan memasuki suatu tempat kerja
diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan
memakai Alat pelindung diri (APD) yang diwajibkan.
f. Pasal 14 butir c : Pengurus (pengusaha) diwajibkan mengadakan
secara cuma – cuma, semua Alat pelindung diri (APD) yang
diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya
dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja tersebut, disertai dengan petunjuk – petunjuk yang diperlukan
menurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli – ahli keselamatan
kerja. (UU RI Nomor 1 Tahun 1970, 1970)
2) PERMENAKERTRANS No. 08/MEN/VII/2010
a. Pasal 2 ayat 1 : Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/ buruh ditempat kerja.
b. Pasal 6 ayat 1 : Pekerja/buruh dan orang lain yang
memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan
APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko.
(Depnakertrans, 2010)
2.2.3 Jenis-Jenis Alat Pelindung Diri (APD)

Berbagai jenis alat Keselamatan Kerja untuk melindungi para pekerja


dikategorikan sebagai berikut :

1. Alat pelindung kepala : untuk melindungi bagian kepala pekerja dari


benda jatuh atau benturan yang ada diatas maupun ditempat kerja.
2. Alat pelindung muka : untuk melindungi pada bagian muka dari
percikan benda cair, benda padat bahan bahaya (beracun) ataupun
radiasi sinar dan panas.
3. Alat pelindug mata : untuk melindungi pada bagian mata dari percikan
benda, bahan cair dan radiasi panas bahan bahaya atau beracun dan
radaiasi panas.
4. Alat pelindung pendengaran : untuk melindungi pada bagian organ
pendengaran dari kebisingan.
5. Alat pelindung tangan : untuk melindungi pada bagian jari dan lengan
dari bahan kimia, panas, atau benda tajam.
6. Alat pelindung kaki : untuk melindungi pada bagian telapak kaki,
tumit, atau betis dari benda panas, cair, kejatuhan benda, tertusuk
benda tajam. (Rejeki, 2015 dalam (SINAGA, 2017)).

2.2.4 Ketentuan Pemilihan Alat Pelindung Diri (APD)

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) sering kali dapat meninbulkan


rasa yang tidak nyaman bagi pekerja, membatasi geraka pemakaian, untuk
mengantipasi hal tersebut, perlu memperhatikan ketentuan dalam pemelihan Alat
Pelindung Diri (APD), antara lain ialah :

1. Dapat memberikan perlindungan yang cukup terhadap bahaya yang


dihadapi oleh pekerja
2. Sesering mungkin dan tidak menyebabkan rasa ketidak nyamanan
yang berlebihan bagi pekerja
3. Tidak mudah rusak
4. Suku cadangannya mudah diperoleh
5. Memenuhi standar yang telah ditentukan oleh perusahaan
6. Dapat dipakai secara fleksibel
7. Tidak menimbulkan bahaya tambahan bagi pemakai atau pekerja
8. Tidak membatasi Gerakan persepsi dalam pemakaian (Nanda
Syahputra Rambe, 2019)
BAB III
DESKRIPSI INSTANSI MAGANG
3.1 Gambaran Umum Perusahaan

3.1.1 Profil Perusahaan

PT Lestari Busana Anggun Mahkota atau biasa disebut PT Lestari


merupakan perusahaan yang bergerak di bidang bisnis pakaian jadi (garment)
berdiri sejak tahun 1988. PT Lestari merupakan kantor pusat yang berlokasi di
Jalan Taruma Negara No. 12 RT. 001/10 Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang
Selatan 15419, Indonesia. Produk yang ditawarkan merupakan pakaian luar
(outerwear) seperti padded jacket, coat seam sealed, welding outdoor fashion,
woolen casual jacket washed, dyed jacket and pants, ladies wear, men’s wear, dan
kids wear. Dalam memproduksi produk tersebut, didukung dengan peralatan dan
mesin produksi yang modern dengan 11 aliran produksi dan keseimbangan
produksi yang baik.

Bahan baku yang digunakan seperti cotton poplin, canvas, twill, yarn-
dyed, polyester, nylon, dan polar fleece merupakan bahan yang berkualitas yang
diambil dari beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Taiwan, dan dalam
negeri. Pelanggan utama dari PT Lestari adalah beberapa merek terkenal yaitu
Napapijri, Hugo Boss, Lacoste, Prada, Timberland, Daks, Hazzys, Mini Boden,
dan Original Marines. PT Lestari memiliki Presiden Direktur adalah Mr. Suk Jang
atau biasa dipanggil Mr. Steve.

Gambar 1.1 Logo PT. Lestari Busana Anggun Mahkota

3.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan


Visi :

“Agar perusahaan dapat menentukan tujuannya, perusahaan harus


memiliki visi. Berikut merupakan visi yang dimiliki oleh PT Lestari: “Untuk
menjadi produsen pakaian luar yang terkemuka secara global dan memberikan
produk berkualitas kepada pelanggan”.

Misi :
Untuk mencapai visi tersebut, PT Lestari menetapkan misi sebagai berikut:

a. Mensejahterakan karyawan untuk membuat perusahaan maju


hingga kelas global.
b. Menjalankan kegiatan usaha dengan mengedepankan kualitas
untuk pelanggan.

3.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan


PT Lestari merupakan kantor pusat yang berlokasi di Ciputat Timur,
Tangerang Selatan. Berikut merupakan struktur organisasi dari PT Lestari Anggun
Mahkota
Gambar 1.2 Struktur Organisasi Perusahaan
3.2 Gambaran Khusus Unit
Dalam bagian produksi pembuatan pakaian jadi (garment) dibagi
menjadi :
a. Cutting
Merupakan bagian pertama dalam proses produksi yang mempunyai
pekerjaan utama memotong material yang ada seperti fabrics, lining atau
interlining untuk dijadikan panel yang siap untuk dilakukan proses penjahitan.
Perlakuan dan teknik pemotongan setiap fabrics bervariasi tergantung dari
karakteristiknya, sehingga diperlukan skill operator yang bagus dan mempunyai
keahlian di atas standar. Tahapan atau proses dimana menjadi bagian dari pegawai
bagian cutting adalah sebagai berikut:

 Spreading: fabric digelar secara manual atau dengan alat bantu


berdasarkan karakteristik fabrics;
 Cutting: fabrics dipotong sesuai dengan pola menjadi beberapa
panel;
 Repinning: menyusun kembali panel yang sudah dipotong ke
dalam beberapa block. Hal ini dikhususkan fabrics dengan corak
bergaris atau kotak;
 Numbering: penomoran atau pemberian kode pada setiap panel
dengan tujuan untuk menghindari permasalahan (dijumpai warna
belang, corak tidak sesuai, dan lain-lain) di proses selanjutnya pada
saat penggabungan panel.
 Bundling: melakukan proses pengelompokkan panel berdasarkan
tipe fabrics, ukuran, warna dan jumlah dengan tujuan untuk
mengontrol masing-masing panel pada saat dijahit;
 Ironing: menyetrika interlining sebelum proses fusing dan
menggabungkan dengan fabrics. Tujuan proses ini adalah untuk
merekatkan dan menempelkan interlining pada panel;
 Fusing: memanaskan dan mengepres panel dan interlining,
dilakukan setelah panel fabrics dan interlining disetrika dan diberi
kode. Tujuannya adalah untuk memperkuat daya rekat interlining
terhadap panel;
 Embroidery: secara umum bordir adalah merek atau label dari
buyer yang dilekatkan pada panel. Biasanya proses ini dilakukan
oleh sub contarctor;
 Sloper: mengepaskan (refitting) panel terhadap proses pola; proses
terakhir.
 Loading to sewing: mengirim potongan panel dan komponennya
dalam bundle ke bagian sewing.
b. Sewing
Merupakan bagian produksi setelah cutting yang melakukan proses
pembuatan garmen dengan menggabungkan beberapa panel menjadi sebuah
produk berupa jaket dan celana. Sewing merupakan proses utama dari keseluruhan
proses produksi garmen dan terdiri dari beberapa operasi yang memerlukan
pegawai banyak. Tahapan atau proses dimana menjadi bagian dari pegawai bagian
sewing adalah sebagai berikut:
 Sewing bekerja sama dengan planning dalam memberikan Detail Order
(DO) termasuk comment dari buyer;
 Planning memberikan Material Requestion (MR) yang memuat materi
yang dibutuhkan. Selain itu planning juga memberikan seluruh informasi
dari buyer ke bagian sewing berupa tambahan informasi mengenai sample;
 Panel yang telah dipotong dan diberi fusing di transfer ke bagian sewing
dan dilakukan per style atau per lot untuk menghindari tercampurnya jenis
panel satu dengan jenis panel lainnya;
 PPS atau pilot adalah contoh garmen yang dibuat oleh line pilot atau
supervisor atau juga berdasarkan sample yang telah disetujui buyer.
Tujuannya dibuat PPS adalah untuk menemukan kesulitan saat menjahit,
menentukan time study, menentukan work study, keakuratan spesifikasi
ukuran dan sebagai petunjuk untuk membuat pre lay out mesin;
 Pengecekan PPS atau pilot dilakukan oleh kepala departemen sewing,
sample room dan QC buyer. Masing-masing pihak tersebut memberikan
informasi tambahan, menentukan proses kritikal dan memberikan solusi.

atau metode kerja yang benar berkenaan dengan tingkat kesulitan produk yang
akan dibuat.

c. Finishing

Merupakan bagian terakhir dari urutan proses produksi yang mempunyai


tugas utama memastikan bahwa produk yang akan dipasarkan dalam keadaan baik
dan sempurna dari segi mutu, penampilan dan kesesuaian dengan spesifikasi
pengepakan yang telah ditentukan oleh buyer. Tahapan atau proses dimana
menjadi bagian dari pegawai bagian finishing adalah sebagai berikut: Bahan baku
dalam proses finishing berupa brand label dan price tag.

• Button Hole Process merupakan proses menggunakan mesin button hole


dimana ukuran lubang disesuaikan dengan spesifikasi ukuran yang ditentukan
buyer;
• Attach Button adalah proses memasang kancing dengan button stitch
machine;
• Attach Shoulder Pad diperuntukkan hanya pada model-model tertentu,
tergantung dari desain. Proses ini menggunakan mesin bartack atau button stitch
machine yang dimodifikasi;
• Trimming: membuang semua sisa benang yang masih menempel pada
garmen. Selain hal tersebut. Terdapat beberapa garmen yang mengalami proses
pembersihan kotoran berupa debu dan sisa fabrics dengan menggunakan blower;
• Metal Detector: memasukkan produk garmen ke dalam alat untuk
memindai adanya logam atau komponen yang tidak diinginkan yang
membahayakan customer seperti patahan jarum jahit. Proses ini merupakan proses
sampling dan bersifat optional;
• Ironing: merupakan proses setrika yang dilakukan dengan dua metode
yaitu melakukan kontak setrika langsung dengan garmen seperti pada bahan jenis
cotton serta steam iron yakni dengan menggunakan uap panas untuk menghindari
kekerutan fabrics seperti pada bahan jenis viscose. Khusus garmen yang terbuat
dari soft fabrics yang mudah kerut, proses penyetrikaan dilakukan setelah
ditransfer dari sewing sebelum pembuatan lubang kancing;
• Memasang identitas produk garmen berupa price tag yaitu label harga jual
garmen di toko atau retail, hang tag yaitu memuat merek atau logo produsen serta
brand label yaitu label yang memuat lambang atau logo
• Garmen dilipat secara manual sesuai dengan detail dari buyer dan tidak
semua produk garmen dilipat karena ada beberapa garmen yang digantung dengan
memakai hanger;
• Polybag: garmen dimasukkan ke dalam kantung plastik untuk
menghindari debu dan pemasangan stiker di polybag;
• Produk akhir (finish good) siap dikirim ke packing untuk di pack dengan
kardus
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
4.2
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai