Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH DASAR-DASAR KESELAMATAN & KESEHATAN

KERJA
Pentingnya Dasar-Dasar Keselamatan & Kesehatan Kerja

DOSEN PENGAMPU

Drs. Syaril Nedi M.Si

OLEH
RETNO DWI SEPTIASARI
2104126506
ILMU KELAUTAN B

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Pentingnya Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja” ini dengan sebaik
mungkin. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi terakhir, penutup
para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun hasanah kita, Nabi Muhammad SAW.
Tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Syaril Nedi M.Si
selaku dosen mata kuliah Dasar-Dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Dalam
penulisan makalah oini, saya menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal saya selaku para penulis
usahakan.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 17 Oktober 2022

Retno Dwi Septiasari


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1. 1 Latar Belakang.......................................................................................1
1. 2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1. 3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2. 1 Pengetian Keselamatan dan Kesehatan Kerja........................................3
2. 2 Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja.........................4
2. 3 Tingkat Keselamatan Kerja...................................................................5
2. 4 Undang-Undang dan Peraturan Kesehatan Kerja..................................6
2. 5 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.........................7
2. 6 Penyebab Timbulnya Kecelakaan Kerja................................................8
2. 7 Tindakan Mencegah Kecelakaan Kerja...............................................11
2. 8 Program Kesehatan Kerja....................................................................13
2. 9 Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya............................15
2. 10 Reward Keselamatan dan Kesehatan Kerja.........................................16
BAB III PENUTUP..............................................................................................17
3. 1 Kesimpulan..........................................................................................17
3. 2 Saran....................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan
kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap pekerjaan. Maka dari itu,
keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus di
perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh
sistem pekerjaannya. Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu
kewajiban melainkan suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan
pekerjaan.

Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu kewajiban
melainkan suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan pekerjaan.
Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) yang
diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai faktor yang
menyebabkan kecelakan di tempat kerja diantaranya: kurangnya perawatan terhadap
perlengkapan kerja, peralatan kerja dan perlengkapan kerja yang tidak tersedia
ataupun tak layak pakai (Buntarto, 2015)

Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO) 2,78 juta tenaga


kerja meninggal setiap tahun karena kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Sekitar 86,3% dari kematian ini diakibatkan oleh penyakit akibat kerja dan 13, 7% di
akibatkan oleh kecelakaan kerja (Hämäläinen, P. ., Takala, J. ., & Boon Kiat, 2017).
Data dari BPJS ketenagakerjaan pada tahun 2017 jumlah angka kecelakaan kerja di
tempat kerja sebanyak 123.041 kasus, dan pada tahun 2018 mencapai 173.105 kasus.
Angka ini menunjukan peningkatan kecelakaan di tempat kerja (BPJS
Ketenagakerjaan, 2019).
Perusahaan perlu melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja. Berbagai faktor
yang menyebabkan kecelakan di tempat kerja diantaranya: kurangnya perawatan
terhadap perlengkapan kerja, peralatan kerja dan perlengkapan kerja yang tidak
tersedia ataupun tak layak pakai.

Perusahaan yang menyediakan APD tidak menjamin setiap pekerja akan


menggunakan APD yang diberikan. Penggunaan APD tersebut dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor lain yang menjadi alasan pekerja untuk tidak memakainya.
Adapun faktor pendorong menurut Lewrence Green, 1980 dalam(Notoadmojo, 2007),
yang dapat mempengaruhi penggunaan APD antara lain pengetahuan, sikap,
kepercayaan, nilai – nilai dan tradisi atau budaya.

1.2. Rumusan Masalah

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


2. Alasan pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
3. Undang-undang dan Peraturan dan Kesehatan Kerja
4. Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
5. Reward Keselamatan dan Kesehatan Kerja
6. Timbulnya Kecelakaan Kerja
7. Tindakan Mencegah Kecelakaan Kerja
8. Program Kesehatan Kerja
9. Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya
10. Undang-Undang dan Peraturan tentang Kesehatan Kerja

1.3. Tujuan
1. Mengetahui pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
2. Mengetahui alasan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja
3. Mengetahui tentang undang-undang dan peraturan kesehatan kerja
4. Mengetahui sistem manajemen Keselamatan dan kesehatan kerja
5. Mengetahui reward keselamatan dan kesehatan kerja
6. Mengetahui tentang timbulnya kesehatan kerja
7. Mengetahui cara pencegahan kecelakaan kerja
8. Mengetahui program kesehatan kerja
9. Mengetahui masalah kesehatan kerja
10. Mengetahui undang-undang dan peraturan tentang kesehatan kerja
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3 menurut keilmuan adalah ilmu dan
penerapannya secara teknis dan teknologi untuk melakukan pencegahan terhadap
munculnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja dari setiap pekerjaan yang dilakukan
(Tarwaka, 2014). Sedangkan menurut (Widayana, I.G., 2014) K3 dapat difilosofikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya,
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera.
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan Kerja memiliki
sifat sebagai sasarannya adalah lingkungan kerja dan bersifat teknik. Pengistilahan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja bermacam-macam, ada yang menyebutnya Hygene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hyperkes) dan ada yang hanya disingkat K3, dan
dalam istilah asing dikenal Occupational Safety and Health.
Menurut (Sucipto, 2014) keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu
pemeliharaan dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan jasmaniah
maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, hasil karya dan budaya untuk menuju
masyarakat adil dan makmur pada umumnya. (Sucipto, 2014) juga menyatakan
keselamatan kerja adalah sebuah upaya rangkaian usaha yang bertujuan untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi karyawan yang bekerja di
perusahaan bersangkutan.
Pengertian sehat senantiasa digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental
dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan kesehatan
melainkan juga menunjukkan kemampuan untuk berinteraksi dengan lingkungan dan
pekerjaannya.
Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat tetap
sehat dan bukan sekadar mengobati, merawat, atau menyembuhkan gangguan
kesehatan atau penyakit. Oleh karenanya, perhatian utama di bidang kesehatan lebih
ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya penyakit serta
pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.
Status kesehatan seseorang menurut Blum (1981) ditentukan oleh empat
faktor sebagai berikut.
 Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia
(organik/anorganik, logam berat, debu), biologik (virus, bakteri,
mikroorganisme), dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
 Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
 Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan
kecacatan, rehabilitasi.
 Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.
2.2. Alasan Pentingnya Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Manusia merupakan makhluk mulia oleh sebab itu mereka sepantas nya
mendapatkan perlakuan yang terhormat dan adil dallam oerganisasi, manusia
memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan
kerja,moral, dan kesusilaan serta perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat
manusai dan nilai-nilai agam ( UU republik indonesia no 13 tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan). Para pemberi kerja melaksanakan perlindungan atas pekerjaan nya
atas dasar kemanusiaan mereka melakukan itu untuk membantu dan meringankan
beban penderitaan atas musibah kecelakaan kerja yang dialami para karyawan dan
keluarganya.
Terdapat juga ulasan hukum yang berkaitan dengan keselamtan dan kesehatan
kerja. UU tentang ketenagakerjaan merupakan jaminan bagi pekerja menghadapi
resiko pekerjaannya, para pemberi kerja yang lalai atas tanggung jawab nya dalam
melindungi pekerja yang mengakibatkan kecelakaan kerja akan mendapatkan
hukuman yang setimppal sesuai dengan undang-undang nomor 1 tahun 1970 tentang
keselamatan kerja untuk melindungi para pekerja pada segala lingkungan kerja baik
di darat, di dalam tanah, permukaan air, didalam air maupun di udarayang berada
dalam wilayah hukum republik indonesia. UU no 23 tahun 1992 tentang kesehatan
yang mana perusahaan berkewajiban melaksanakan pemeiksaan attas kesehatan fisik
dan mental para pekerjanya demikian pula para pekerja yang wajib menggunakan alat
pelindung diri yang sesuai peraturan.
Alasan ini akan dialami oleh banyak perusahaan karena mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit jumlahnya akibat kecelakaan kerja yang dialami pekerja. Rata-rata
perusahaan membebankan kerugian ini kepada pihak asuransi yang bersangkutan
dengan biiaya pengobatan dan tanggungan lainnya. Intinya penting nya keselamatan
dan kesehatan kerja ini adalah untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan
aman serta mengurangi resiko kecelakaan para pekerja atau penyakit akibat kelalaian
yang mengakibatkan demotivasi dan defisiensi produktivitas kerja.

2.3. Tingkat Keselamatan Kerja


Pengukuran kinerja K3 menggunakan metode pengukuran proaktif dan
metode pengukuran reaktif di tempat kerja. Prioritas pengukuran kinerja K3
menggunakan metode pengukuran proaktif dengan tujuan untuk mendorong
peningkatan kinerja K3 dan mengurangi kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja.
Termasuk dalam pengukuran proaktif kinerja K3 antara lain :
1. Penilaian kesesuaian dengan perundang-undangan dan peraturan lainnya yang
berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.
2. Keefektivan hasil inspeksi dan pemantauan kondisi bahaya di tempat kerja.
3. Penilaian keefektivan pelatihan K3.
4. Pemantauan Budaya K3 seluruh personil di bawah kendali Perusahaan.
5. Survey tingkat kepuasan tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat kerja.
6. Keefektivan hasil audit internal dan audit eksternal Sistem Manajemen K3.
7. Jadwal penyelesaian rekomendasi-rekomendasi penerapan K3 di tempat kerja.
8. Penerapan program-program K3.
9. Tingkat keefektivan partisipasi tenaga kerja terhadap penerapan K3 di tempat
kerja.
10. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja di tempat kerja.
11. Penilaian aktivitas kerja yang berkaitan dengan resiko k3 Perusahaan.

Termasuk dalam pengukuran reaktif kinerja K3 antara lain :


1. Pemantauan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (PAK).
2. Tingkat keseringan kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
3. Tingkat hilangnya jam kerja akibat kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja
(PAK).
4. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pemerintah.
5. Tuntutan tindakan pemenuhan dari pihak ke tiga yang berhubungan dengan
Perusahaan.
Perusahaan menyediakan peralatan-peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan pemantauan dan pengukuran kinerja K3 seperti alat pengukur tingkat
kebisingan, pencahayaan, gas beracun dan alat-alat lainnya sesuai dengan aktivitas
operasi perusahaan yang berkaitan dengan K3. Perusahaan juga menggunakan
komputer dan program-program komputer sebagai alat untuk menganalisa hasil
pemantauan dan pengukuran kinerja K3 di tempat kerja.

2.4. Undang-Undang dan Peraturan Kesehatan Kerja


Peraturan Nomor 88 Republik Indonesia Tahun 2019 tentang Kesehatan Kerja
merupakan peraturan pelaksanaan dari UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan.
Kesehatan kerja merupakan upaya untuk melindungi semua orang yang bekerja agar
dapat hidup sehat bebas dari gangguan Kesehatan dan dampak buruk pekerjaan. PP
ini menjelaskan bahwa penyelenggaraan Kesehatan kerja mencakup empatupaya,
yaitu pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengelolaan penyakit, dan
pemulihan kesehatan. PP ini untuk semua orangd itempat kerja. Manajemen
Kesehatan ini harus diselesaikan oleh dewan direksi atau manajer tempat kerja dan
pemberi kerja dari semua tempat kerja.
Undang-Undang tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja:
 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. 
 UU No. 23 tahun 1992 mengenai Kesehatan.
 Peraturan Presiden No. 7 tahun 2019 mengenai Penyakit Akibat Kerja.
 Peraturan Pemerintah No. 50 tahun 2012 mengenai Penerapan Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

2.5. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang
Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja mendefinisikan
Sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat
SMK3 adalah bagian dari system manajemen perusahaan dalam konteks manajemen
risiko berkaitan dengan kegiatan kerja yang bertujuan untuk menciptakan
keselamatan,efisiensidan produktifitas. Kesehatan dan keselamatan kerja yang
selanjutnya disebut K3 adalah segalanya kegiatan yang diambil untuk memastikan
dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja melalui pencegahan
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.
Tujuan SMK3 telah disebutkan pada Pasal 2 Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan SMK3 sebagai berikut:
1. Meningkatkan efektivitas perlindungan yang terencana, terukur, terstruktur
dan K3 terintegrasi;
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja dengan
terkait dengan unsur pengurus, pekerja/karyawan dan serikat pekerja/serikat
buruh;
3. Menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman dan produktif untuk
mendorong produktifitas.
SMK3 (tiga system yang ada) berisi persyaratan dalam system Kesehatan
dan keselamatan kerja, sehingga suatu organisasi dapat menggunakannya untuk
mengendalikan risiko dan meningkatkan keberlanjutan kinerja kerja mereka.
Spesifikasi di SMK3 dapat diterapkan oleh berbagai jenis organisasi untuk:
1) Membangun sistem K3 seminimal mungkin.
2) Menerapkan, memelihara, dan mencapai peningkatan keberlanjutan dalam
system K3
3) Memiliki control implementasi K3 atas kebijakan organisasi yang diperbaiki
4) Kompatibilitas yang terbukti antara system K3 yang dibangun dengan system
organisasi lainnya
5) Melaksanakan proses sertifikasi dan registrasi dibidang system K3 dilembaga
eksternal (auditor).

2.6. Penyebab Timbulnya Kecelakaan Kerja


Faktor penyebab kecelakaan kerja sendiri dapat dibagi menjadi tiga yaitu
faktor lingkungan, faktor manusia dan faktor peralatan :
1. Faktor Lingkungan
a) Lokasi Kerja
Bekerja di sebuah area terbatas memiliki risiko lebih berbahaya
dibanding bekerja di ruangan terbuka. Selain itu, resiko tinggi juga
menghampiri para pekerja yang bekerja di ketinggian tertentu.
b) Desain Tempat Kerja
Tempat kerja idealnya sudah didesain aman sejak awal. Tetapi
kenyataannya, masih ada saja kelemahan pada desain tersebut.
Sehingga membuat tempat kerja tidak sepenuhnya aman.
c) Lantai Licin
Lantai pada tempat kerja harus terbuat dari bahan keras yang
tahan air serta tahan bahan kimia yang merusak. Sebab, tumpahan air,
minyak atau oli mampu membuat lantai menjadi licin dan berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja.
d) Penerangan
Penerangan pada tempat kerja memiliki peranan sangat
penting. Dengan penerangan yang baik, para pekerja memungkinkan
bisa melihat objek yang dikerjakan lebih baik. Mengingat, para pekerja
memerlukan melihat objek kerja, alat kerja dan kondisi sekitar.
e) Suhu Udara
Sebuah penyelidikan mendapatkan hasil produktivitas kerja
manusia akan mencapai tingkat tertingginya pada saat temperatur
sekitar 24°C- 27°C. Apabila suhu terlalu dingin, efisiensi kerja akan
berkurang dengan adanya keluhan kaku dan kurangnya koordinasi
otot. Sedangkan, suhu panas mampu menurunkan kelincahan,
menurunkan prestasi kerja, mengganggu kecermatan kerja otak hingga
mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris.
f) Kebisingan
Kebisingan juga menjadi salah satu faktor penyebab
kecelakaan kerja. Sebab, kebisingan dapat mengurangi kenyamanan,
daya dengar dan konsentrasi. Selain itu juga akan mengganggu
komunikasi antar pekerja.
2. Faktor Manusia
Penyebab kecelakaan kerja yang kedua yakni akibat faktor manusia.
Hal ini berkaitan dengan perilaku manusia, kesehatan pekerja, pelatihan
keselamatan hingga penggunaan alat pelindung diri. Adapun sejumlah faktor
penyebab kecelakaan kerja yang dipengaruhi oleh manusia adalah sebagai
berikut:
a) SOP atau Prosedur
SOP yang tidak memperhatikan keselamatan pekerja dapat
menyebabkan kecelakaan kerja. Karenanya, sangat penting
mengevaluasi semua prosedur kerja yang sudah disusun secara
berkala.
b) Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja adalah pendidikan
untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan. Pelatihan ini juga
lebih mengutamakan pratik dibanding teori dan dilakukan dalam kurun
waktu relatif singkat. Hal ini dilakukan guna meningkatkan
pemeliharaan alat-alat kerja untuk menekan munculnya kerusakan
hingga kecelakaan kerja.
c) Penggunaan APD
Sesuai namanya, APD (Alat Pelindung Diri) digunakan untuk
melindungi tubuh pekerja dari bahaya kecelakaan kerja. Jika tidak
mengenakannya, mampu memperbesar kemungkinan terjadi
kecelakaan kerja. Meski tidak melindungi secara sempurna, APD
mampu mengurangi tingkat keparahan yang mungkin dialami.
d) Perilaku Manusia
Faktanya, banyak persoalan yang diakibatkan oleh perilaku
manusia atau pekerja yang ceroboh. Dibandingkan dengan rasa
ketidakpedulian pekerja maupun mesin-mesin. Perilaku manusia bisa
mempengaruhi sikap terhadap kondisi kerja, pratik kerja dan
kecelakaan kerja.
3. Faktor Peralatan
Penyebab kecelakaan kerja yang ketiga yaitu karena faktor peralatan.
Adapun sejumlah faktor penyebab kecelakaan kerja yang dipengaruhi oleh peralatan
adalah sebagai berikut:
a) Rancangan alat
Alat yang dirancang dengan mempertimbangkan keamanan dapat
mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Sehingga alat-alat yang
digunakan harus aman dari sisi K3.
b) Kondisi Mesin
Sebaiknya segera memperbaiki mesin dan jangan digunakan lagi bila
memang sudah tidak memadai. Ketersediaan pengaman dan
perlengkapan lainnya juga harus dipastikan dengan benar terlebih
dahulu. Sehingga, faktor penyebab kecelakaan kerja mampu
dikurangi dengan memperhatikan kondisi mesin.
c) Posisi Mesin
Posisi dan jenis mesin rupanya mampu menjadi faktor penyebab
kecelakaan kerja. Keduanya mampu mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan para pekerja. Oleh karena itu, posisi mesin harus
diperhatikan dengan seksama.
2.7. Tindakan Mencegah Kecelakaan Kerja
Perencanaan keselamatan kerja merupakan suatu proses kegiatan dalam
upaya untuk perlindungan karyawan dari resiko kecelakaan kerja kebanyakan
perusahaan besar meletakkan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan keselamatan
kerja ditempatkan pada suatu bagian keselamatan kerja.
berbagai tindakannya dapat dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja adalah:
1. Pendidikan karyawan
Tujuan utama bidang keselamatan kerja dalam mencegah timbulnya
kecelakaan kerja yang dialami karyawan.
para pekerja perlu diberikan pendidikan untuk mengetahui prosedur
kerja yang benar dan memahami peraturan-peraturan tentang keselamatan
kerja. kebanyakan pekerja di Indonesia mengalami kecelakaan kerja
disebabkan kurangnya pengetahuan tentang pekerjaan sekolah sehingga
kurang memahami prosedur kerja dan penggunaan peralatan dengan baik.
Analisis bahaya kerja (job Hazard analysis/JHA) merupakan proses kegiatan
yang dirancang untuk memahami tugas-tugas dalam pekerjaan untuk
mengatasi timbulnya kecelakaan kerja yang diakibatkannya. Beberapa
komponen yang termasuk pada program jha antara lain dukungan manajemen
pelatihan supervisor dan karyawan program tertulis dan pengawasan
manajemen.

2. Mengurangi kondisi yang tidak aman


Kebanyakan timbulnya kecelakaan kerja diakibatkan situasi di
lingkungan kerja seperti menggunakan peralatan yang tidak layak pakai,
kondisi gedung yang tidak aman, kurangnya penerangan.
Kondisi lingkungan seperti ini berkaitan dengan kondisi fisik
merupakan tanggung jawab supervisor dan manajer memperbaikinya untuk
memperkecil tingkat kecelakaan.

3. Seleksi dan penempatan tenaga kerja


Seleksi para karyawan merupakan proses untuk mencari pekerja yg
sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan nya.karyawan akan berhasil mengerjakan
pekerjaannya jika memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan yg
sesuai dengan persyaratan pekerjaan.
Beberapa jenis tes yg sering dilakukan
 Tes kepribadian
 Tes koordinasi
 Tes kemampuan

4. Pelatihan karyawan
Karyawan baru dalam sebuah organisasi perlu diberikana pelatihan
agar dapat memahami pekerjaannya dengan baik. Demikian pula, karyawan
lama perlu diberikan pelatihan untuk tujuan peningkatan pekerjaan atau
perpindahan ke pekerjaan lain. Bagi para karyawan baru maupun lama perlu
di berikan pengarahan – pengarahan tentang metode dan prosedur
keselamatan kerja untuk mengingatkan mereka terhadap bahaya yg mungkin
terjadi atas pekerjaannya.

5. Kualitas Supervisor
Pengawasan atas pekerjaan karyawan dalam perusahaan sangat
menentukan hasil kerja dan keamanan kerja karyawan.Namun, tidak sedikit
terjadi bahwa kurangnya kualitas supervisor dapat menyebabkan timbulnya
kecelakaan kerja.Para supervisor yg memiliki pengetahuan dan kemampuan
yg baik cenderung mendukung rendahnya tingkat kecelakaan kerja yg dialami
karyawan suatu perusahaan.
6. Ergonomik
Suatu Tindakan untuk mengatasi permasalah itu melalui
ergonomic,yaitu menyesuaikan mesin dan keahlian yg dimiliki pekerja. Untuk
mengatur kondisi kerja agar para karyawan dapat memaksimalkan konverasi
energi, memperbaiki posisi tubuh, dan memungkingkan mereka untuk dapat
bekerja secara aman.Sebagai akibat dari isu isu ergonomic berakibat pada
kelelahan atau cedera tekanan berulang, sehingga berdampak pada kinerja
rendah.

2.8. Program Kesehatan Kerja


Pelaksanaan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja PT. Kereta Api
Indonesia Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu sistem yang
dirancang untuk menjamin keselamatan yang baik pada semua personel di tempat
kerja agar tidak menderita luka maupun menyebabkan penyakit di tempat kerja
dengan mematuhi/taat pada hukum dan aturan keselamatan dan kesehatan kerja, yang
tercermin pada perubahan sikap menuju keselamatan di tempat kerja.
1. Penyediaan Alat Pelindung Diri
- Helm diberikan kepada setiap karyawan sebanyak satu buah dan wajib
digunakan selama berada dilingkungan pekerjaan. Perusahaan juga
menyediakan helm bagi pengunjung yang memasuki area pekerjaan.
Terdapat tiga warna helm yang digunakan untuk membedakan pekerja
perusahaan, direksi perusahaan, dan pengunjung.
- Kacamata pelindung diberikan kepada setiap karyawan sebanyak satu
buah yang wajib digunakan selama proses pengecekan lokomotif.
- Setiap karyawan mendapatkan 2 pelindung telinga yaitu earmuff dan
earplug. Pelindung telinga tersebut digunakan selama proses pengecekan
lokomotif, karena lokomotif mengeluarkan suara bising yang dapat
mengganggu pendengaran. Pelindung telinga digunakan selama proses
pengecekan lokomotif, karena suara bising yang dihasilkan oleh mesin
diesel lokomotif tersebut.

- Diberikan kepada setiap karyawan sebanyak satu buah rompi yang


digunakan pada saat malam hari karena dapat memantulkan cahaya.
Rompi wajib digunakan pada saat pengecekan rangka bawah lokomotif
karena kurangnya pencahayaan.
- Perusahaan memberikan beberapa masker kepada setiap karyawan yang
diberikan setiap periodenya. Perusahaan juga menyediakan cadangan
masker yang disimpan dan dikelola oleh bagian gudang.
- Perusahaan memberikan sepatu safety berstandar nasional kepada setiap
karyawan yang diberikan setiap tahun satu kali oleh perusahaan. Setiap
orang yang memasuki wilayah kerja depo lokomotif wajib menggunakan
sepatu keselamatan termasuk pengunjung.
- Perusahaan memberikan beberapa sarung tangan kepada setiap karyawan
setiap karyawan. Perusahaan juga menyediakan cadangan sarung tangan
yang disimpan dan dikelola oleh bagian gudang.
- Pelindung wajah disediakan oleh perusahaan disimpan dan dikelola oleh
bagian gudang. Pelindung wajah digunakan pada saat melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan las listrik. Setiap karyawan bagian mekanik
mendapatkan baju pelindung yang wajib digunakan pada saat proses
pengecekan lokomotif

2. Pelatihan dan Pendidikan K3


Pelatihan Keselamatan Kesehatan Kerja dewasa ini semakin fundamental atau
memiliki peranan penting baik tingkat nasional maupun secara global
dunia.Pelatihan k3 banyak mempunyai manfaat penting khususnya dalam
mengurangi kecelakaan dan penyakit didunia kerja.

3. Program Asuransi Kesehatan


Asuransi kesehatan adalah sebuah jenis produk asuransi yang secara khusus
menjamin biaya kesehatan atau perawatan para anggota asuransi tersebut jika
mereka jatuh sakit atau mengalami kecelakaan.Secara garis besar ada dua
jenis perawatan yang ditawarkan perusahaan .perusahaan asuransi, yaitu rawat
inap (in-patient treatment) dan rawat jalan (out-patient treatment).
BPJS merupakan singkatan dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Kesehatan yaitu Badan Usaha Milik Negara (sebelumnya PT. ASKES) yang
ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.

4. Medical Check Up (MUC)


Medical check up adalah pemeriksaan kesehatan secara
menyeluruh.Melalui pemeriksaan ini diharapkan suatu penyakit atau
gangguan kesehatan bisa dideteksi sejak dini.Tes ini sekaligus berguna untuk
merencanakan metode penanganan dan pengobatan yang tepat sebelum
penyakit berkembang.

2.9. Masalah Kesehatan Kerja dan Penanggulangannya


Semakin banyak orang menyadari betapa pentingnya Kesehatan yg dibuktikan
oleh berkurangnya penyalahgunaan alcohol, semakin banyak orang tidak merokok,
menyadari pentingnya berolah raga dan mengkonsumsi makanan sehat. Sebagian
besar perusahaan telah membentuk unit Kesehatan, baik yg ditangani oleh perusahaan
maupun dilimpahkan ke perusahaan Asuransi.
Pada awalnya, program Kesehatan dibentuk karena tinggginya masalah-
masalah Kesehatan karyawan baik Kesehatan fisik maupun mental. Sebagai akibat
dari masalah Kesehatan, tingginya tingkat absensi dan perputaran kerjsa, dan
produktivitas yang rendah menyebabkan kerugian yang dialami perusahaan.
1. Kesehatan fisik
Masalah Kesehatan yg paling banyak ditangani perusahaan adalah
Kesehatan jasmani atau fisik akibat kecelakaan kerja.perusahaan menyediakan
tenaga medis dan obat obatan untuk keperluan penyembuhan penyakit yang
dialami karyawan. Kini Kesehatan akan ditempuh melalui keselamatan
lingkungan,perubahan organisasional, dan gaya hidup yg sehat.
Perusahaan-perusahaan besar umumnya telah mensosialisasikan dan
mengkampanyekan tentang hidup sehat kepada karyawan, karena dalam
pelaksanaannya karyawanlah yg lebih tahu secara langsung dalam
penerapannya.
2. Kesehatan mental
Tekanan mental atau stress kerja (work stress) bukan suatu hal yg
sedikit terjadi karena perkembangan teknologi yang menimbulkan tuntutan
berbagai perubahan yang harus di lakukan dalam suatu organisasi. Mendesak
nya pekerjaan yang harus diselesaikan dalamwaktu singkat, terbatasnya
kemampuan pekerja, dan di tuntutnya karyawan untuk mencapai target yang
melampaui batas kemampuan karyawan.
 Penyebab Stres
Kebanyakan karyawan yg mengalami stress diakibatkan oleh 4 faktor,
antara lain supervisor, alary, security, dan safety. Sempitnya wawasan
supervisor di barengi dengan aturan-aturan yang kaku dan tekanan-
tekanan yang tiada henti untuk mencapai jumlah produksi tinggi
menumbulkan stress. Akibat desakan waktu yaitu menyelesaikan
pekerjaan lebih cepat dari standar waktu yg ditentukan mengakibatkan
karyawan secara tergesa-gesa bekerja sehingga hasil pekerjaannya
tidak sesuai dengan harapan.
 Akibat stress
Banyak bukti menunjukan bahwa stress yg parah dan berkepanjangan
dapat berakibat pada sulit tidur, gangguan pencernaan, kepala pusing,
penyakit jantung, stroke sampaia kematian.
2.10. Reward Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Di dalam penerapan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), reward 
merupakan bagian dari Safety Campaign. Tujuannya adalah untuk  memberikan
semangat dan meningkatkan kesadaran K3 dalam  menjalankan aktifitasnya. Reward
sendiri dapat diberikan secara  individu, tim maupun organisasi.

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan hal yang tidak akan
terlepas dari sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia. Keselamatan dan
kesehatan kerja tidak hanya sangat penting bagi pekerja namun keselamatan dan
kesehatan kerja menentukan produktivitas suatu pekerjaan. Keselamatan dan
kesehatan kerja yang berdampak positif terhadap pekerjaan. Maka dari itu,
keselamatan dan kesehatan kerja bukan hanya suatu kewajiban yang harus di
perhatikan oleh para pekerja, akan tetapi suatu kebutuhan yang harus di penuhi oleh
sistem pekerjaannya. Dengan kata lain keselamatan dan kesehatan kerja bukan suatu
kewajiban melainkan suatu kebutuhan bagi para pekerja dan bagi bentuk kegiatan
pekerjaan.
3.2. Saran
Dengan mempelajari K3 ini kita harus dapat meningkatkan pengawasaan APD
kepada pekerja dapartemen masing-masing yang dilakukan oleh supervisior,
meningkatkan intensistas dalam pemberian promosi K3 tentang pentinggnya
penggunaan APD diwilayah kerja, memberikan peringatan dan sanksi kepada para
pekerja yang berada diwilayah pabrik tetapi tidak menggunakan APD, memberikan
apresiasi dalam bentuk penghargaan kepada para pekerja yang menerapkan budaya
K3 dengan baik, sehingga para pekerja termotivasi untuk melakukan budaya K3
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agusmidah, 2010, Dinamika Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, USU Press, Medan.


Bangun, W. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Erlangga. Jakarta.
Dessler, Gary. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia Jilid 2. Jakarta. PT. Indeks
Drs. Buntarno, M.Pd. 2015. Panduan Praktis Keselamatan dan Kesehatan Kerja
untuk industri. Yogyakarta : pustaka baru pres
Fitrijaningsih, Andriyani, M., Fauziah M., Srisantyorini T., Purnamawati D. 2022.
Panduan Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Hanggraeni Dewi. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Hasibuan, A., Purba, B., Marzuki, I., Mahyuddin, M., Sianturi, E., Armus, R., ... &
Jamaludin, J. (2020). Teknik Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yayasan Kita
Menulis.
Ismara, I. 2009. Budaya K3 dan Performansi K3 di SMK. Jurnal Ekologi Pendidikan.
Vol. 5 No.1
Sofyan, Ade. 2017. “Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap
Kinerja Karyawan PT. Bekaert Indonesia Plant Karawang”. Jurnal
Manajemen dan Bisnis Kreatif. Vol. 1, No.3.
Somad, Ismed. 2013. Teknik Efektif Dalam Membudayakan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Jakarta: Dian Rakyat
Sucipto, Cecep Dani 2014. Keselamatan dan kesehatan kerja, Yogyakarta : Gosyen
Publishing
Tarwaka (2014) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3): Manajemen dan
Implementasi K3 di Tempat kerja. Surakarta: Harapan Press.
Widayana, I.G., W. (2014) Kesehatan Dan Keselamatan Kerja. Yogyakarta: Graha
Ilmu

Anda mungkin juga menyukai