1. Jelaskan tentang kemajuan penelitian Sedimentologi, Pada
aliran Eropa Barat (1849-1950). Sedimentologi adalah ilmu yang mempelajari proses pembentukan, transportasi, dan pengendapan material sedimen di permukaan Bumi. Perkembangan sedimentologi dimulai pada abad ke-19 di Eropa Barat, di mana para ilmuwan mulai mempelajari karakteristik dan pola transportasi sedimen yang terdapat di sungai, danau, dan laut. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan sedimentologi adalah Charles Lyell, seorang geolog asal Inggris yang dikenal sebagai bapak geologi modern. Lyell menunjukkan bahwa proses geologis yang terjadi di masa lalu juga terjadi di masa kini, sehingga pengamatan terhadap proses geologi yang sedang terjadi saat ini dapat membantu memahami proses yang terjadi di masa lalu. Pada awal abad ke-20, para sedimentolog mulai memperhatikan hubungan antara sedimentasi dan lingkungan hidup. Hal ini tercermin dalam penelitian yang dilakukan oleh Paul Partsch, seorang ahli geologi asal Austria, yang mengkaji hubungan antara fosil dan sedimentasi. Partsch menunjukkan bahwa lingkungan sedimentasi dapat diketahui dari jenis fosil yang terdapat dalam lapisan sedimen. Perkembangan teknologi dan metode analisis juga mempercepat kemajuan dalam bidang sedimentologi. Pada tahun 1930-an, teknologi radiokarbon digunakan untuk mengukur usia sedimen secara lebih akurat. Pada tahun 1950-an, teknologi sonar dikembangkan untuk memetakan dasar laut dengan lebih detail, dan pada tahun 1960-an, teknologi satelit mulai digunakan untuk memantau perubahan lingkungan di permukaan Bumi. Dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan dalam bidang sedimentologi semakin pesat dengan perkembangan teknologi dan metode analisis yang lebih canggih. Teknologi DNA telah dimanfaatkan untuk mengidentifikasi organisme yang hidup di dalam sedimen, dan teknologi pemodelan numerik telah memungkinkan para ilmuwan untuk memprediksi perubahan lingkungan di masa depan. Secara keseluruhan, kemajuan dalam bidang sedimentologi terus berlanjut, dan penemuan-penemuan baru terus muncul. Hal ini membantu memahami proses pembentukan sedimen, transportasi dan pengendapan yang terjadi di permukaan Bumi, serta hubungannya dengan lingkungan hidup dan perubahan iklim.
2. Pada American School (1920-1960) tentang Granulometri
dam sedimentasi Granulometri adalah ilmu yang mempelajari distribusi ukuran partikel dalam suatu material, termasuk dalam material sedimen. Sedimentasi, di sisi lain, adalah proses pengendapan partikel-partikel sedimen di dasar sungai, danau, atau laut.Pada tahun 1920-an hingga 1960-an, sekolah Amerika memainkan peran penting dalam pengembangan granulometri dan sedimentasi. Salah satu tokoh penting dalam perkembangan ini adalah G. K. Gilbert, seorang ahli geologi Amerika yang melakukan studi mengenai gerakan sedimen di permukaan Bumi. Gilbert memperkenalkan konsep "kurva ukuran partikel" untuk menggambarkan distribusi ukuran partikel dalam suatu sampel sedimen. Konsep ini menjadi penting dalam granulometri dan sedimentasi karena ukuran partikel mempengaruhi proses pengendapan sedimen dan membantu memahami proses pembentukan lapisan sedimen. Pada tahun 1930-an, ahli geologi Amerika lainnya, yaitu Chester A. Reeds, memperkenalkan teknik "flume" yang digunakan untuk mempelajari sedimentasi di laboratorium. Dengan teknik ini, Reeds dan rekannya dapat mempelajari bagaimana ukuran partikel dan debit air mempengaruhi proses sedimentasi di sungai dan danau. Selain itu, ahli geologi Amerika lainnya, yaitu Luna Leopold, juga melakukan penelitian penting dalam granulometri dan sedimentasi. Leopold mempelajari hubungan antara debit air dan transportasi sedimen, serta mengembangkan model matematika untuk menggambarkan pergerakan sedimen di sungai dan danau. Perkembangan dalam granulometri dan sedimentasi ini telah mempengaruhi pemahaman kita tentang proses geologis yang terjadi di permukaan Bumi, termasuk pembentukan dan perubahan lingkungan di masa lalu dan masa kini. Teknik-teknik yang dikembangkan pada periode ini juga terus digunakan hingga sekarang, meskipun dengan teknologi dan metode yang lebih canggih. 3.Kemajuan dalam penelitian sedimentologi, analisis litologi, dan fasies di sekolah Rusia (1870-an-1970-an)
Mencakup beberapa perkembangan penting.Pada awal abad ke-
20, sedimentologi dan litologi masih berkembang sebagai ilmu baru di Rusia. Kontributor penting pada waktu itu adalah A.P. Karpinsky, seorang geolog yang berfokus pada studi awal tentang petrologi endapan karbonat. Kemudian, pada tahun 1920-an, beberapa geolog Rusia, seperti N.P. Kuznetsov dan V.A. Obruchev, mengembangkan konsep fasies, yang mengacu pada kelompok khas endapan batuan. Pada tahun 1930-an, pengembangan analisis litologi terus berlanjut, terutama di bawah pengaruh S.S. Shvetsov dan V.I. Vernadsky. Mereka mengembangkan konsep litofacies, yang menggabungkan prinsip-prinsip petrologi dengan konsep fasies. Konsep litofacies ini kemudian menjadi dasar dari teori sedimentologi modern. Selama periode pasca-Perang Dunia II, penelitian sedimentologi di Rusia semakin berkembang. Kontributor penting pada waktu itu termasuk A.A. Bogdanov dan A.V. Zharkov. Mereka mengembangkan konsep litofacies seismik, yang mengintegrasikan data seismik dengan informasi litologi dan fasies. Pada 1960-an dan 1970-an, beberapa konsep baru muncul dalam penelitian sedimentologi di Rusia, seperti konsep regresi sedimentasi dan fasies basinal. Konsep ini dikembangkan oleh beberapa geolog Rusia, seperti V.A. Vakhlamov dan V.I. Isaev. Secara keseluruhan, kemajuan dalam penelitian sedimentologi, analisis litologi, dan fasies di sekolah Rusia (1870-an-1970-an) memberikan kontribusi penting bagi perkembangan ilmu geologi. Konsep-konsep yang dikembangkan pada waktu itu masih menjadi dasar bagi penelitian sedimentologi modern.