Anda di halaman 1dari 38

BAGIAN KEDOKTERAN OKUPASI LAPORAN KASUS

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustus 2019


UNIVERSITAS HALU OLEO

DERMATITIS KONTAK IRITAN


AKIBAT KERJAPADA KARYAWAN INDUSTRI PT. A M O

Oleh:
Andi Uznul Alriansyah (K1A1 14 007)

Pembimbing:
dr. Zida Maulina Aini, M.Kedtrop

KEPANITERAAN KEDOKTERAN OKUPASI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawahini, menyatakan bahwa:


Nama : Andi Uznul Alriansyah
NIM : K1A1 14 007
Judul Laporan : Dermatitis Kontak Iritan Akibat Hubungan KerjaPada
Karyawan Industri PT. Abadi Makmur Ocean

Telah menyelesaikan tugas Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi dalam


rangka kepaniteraan klinik pada bagian Kedokteran Okupasi Ilmu Kedokteran
Keluarga dan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Halu Oleo.

Kendari, Agustus 2019


Mengetahui,
Pembimbing

dr. Zida Maulina Aini, M.Kedtrop

2
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat Laporan Studi Kasus
Kedokteran Okupasi ini dalam rangka sebagai tugas kepaniteraan klinik bagian
Kedokteran Okupasi Ilmu Kedokteran Keluarga dan Komunitas Fakultas
Kedokteran Universitas Halu Oleo.
Penulis menyadari bahwa pada proses pembuatan laporan ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran dari semua
pihak yang sifatnya membangun demi penyempurnaan penulisan berikutnya
sangat penulis harapkan. Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Zida
Maulina Aini, M.Kedtrop
atas bimbingan dan arahannya sehingga berbagai masalah dan kendala
dalam proses penyusunan laporan ini dapat teratasi dan terselesaikan dengan baik.
Penulis berharap semoga Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umunya
serta dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Atas segala bantuan dan
perhatian baik berupa tenaga, pikiran dan materi pada semua pihak yang terlibat
dalam menyelesaikan laporan ini penulis ucapkan terima kasih.

Kendari,Agustus 2019

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan sebagai

suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya

sehingga menghasilkan cedera yang riil.Kecelakaan kerja adalah suatu

kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat

menimbulkan korban jiwa dan harta benda (Peraturan Menteri Tenaga Kerja

(Permenaker) Nomor: 03/Men/1998). Menurut (OHSAS 18001, 1999) dalam

Shariff (2007), kecelakaan kerja adalah suatu kejadian tiba-tiba yang tidak

diinginkan yang mengakibatkan kematian, luka-luka, kerusakan harta benda

atau kerugian waktu.

Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun ada lebih

dari 250 juta kecelakaan di tempat kerja dan lebih dari 160 juta pekerja

menjadi sakit karena bahaya di tempat kerja. Terlebih lagi, 1,2 juta pekerja

meninggal akibat kecelakaan dan sakit di tempat keja. Angka menunjukkan,

biaya manusia dan sosial dari produksi terlalu tinggi (ILO, 2013).

Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat

kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri.Di negara-negara

berkembang, kebanyakan kecelakaan dan penyakit akibat kerja terjadi di

bidang-bidang pertanian, perikanan, perkayuan, pertambangan dan

konstruksi.Tingkat buta huruf yang tinggi dan pelatihan yang kurang

memadai mengenai metode-metode keselamatan kerja mengakibatkan

4
tingginya angka kematian yang terjadi karena kebakaran dan pemakaian zat-

zat berbahaya yang mengakibatkan penderitaan dan penyakit yang tak

terungkap termasuk kanker, penyakit jantung dan stroke.Praktek-praktek

ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan pada otot, yang

mempengaruhi kwalitas hidup dan produktivitas pekerja.Selain itu, masalah-

masalah sosial kejiwaan di tempat kerja seperti stres ada hubungannya

dengan masalah-masalah kesehatan yang serius, termasuk penyakit-penyakit

jantung, stroke, kanker yang ditimbulkan oleh masalah hormon, dan sejumlah

masalah kesehatan mental (ILO, 2013).

Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang

dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan

timbulnya penyakit akibat kerja. Potensi bahaya yang dapat menyebabkan

gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar (Tarwaka

dalam Adriawan, 2015)

Dalam rangka identifikasi masalah atau bahaya potensial, maka dilakukan

survey pada tempat kerja dengan cara observasi dan pengumpulan data

perusahaan atau tempat kerja yang berhubungan dengan kesehatan dan

keselamatan kerja, yang pada kesempatan ini dilakukan di PT. Abadi

Makmur Ocean yang merupakan suatu perusahaan pengolahan udang.

B. Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pendekatan diagnosis kedokteran okupasi penyakit

akibat hubungan kerja pada karyawan industri PT. Abadi Makmur Ocean

5
C. Manfaat

Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran okupasi, mampu

melakukan penilaian bahaya potensial, dan mampu melakukan pendekatan

diagnosis penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit akibat hubungan kerja

(PAHK).

6
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

A. Profil Umum Perusahaan

Pelabuhan perikanan samudera (PPS) merupakan pusat industri

perikanan terpadu di Kawasan Timur Indonesia dan khususnya di Sulawesi

Tenggara yang mempunyai pekerja 9.113 orang yang sudah termasuk jumlah

nelayan.Perkembangan dan pertumbuhan ekonomi di Pelabuhan Perikanan

Samudera ditunjang oleh pihak swasta untuk berinvestasi, sehingga dapat

memberikan dampak positif berupa kesempatan kerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat perikanan.Pada kawasan industri PPS Kendari

tercatat 25 Perusahaan yang bergerak di berbagai bidang usaha perikanan,

salah satunya adalah PT. Abadi Makmur Ocean (PPS Kendari, 2015).

PT. Abadi Makmur Ocean bertempat di Kompleks PPS Kendari, Jl.

Samudra No.3, Puday, Sulawesi Tenggara.Industri PT. Abadi Makmur Ocean

yang didirikanpada tahun 2002 bergerakdalambidang perikanan juga

pengawetan dengan cara pembekuan. Perusahaan ini membekukan berbagai

macam ikandan udang yang kemudian di pasarkan ke Jakarta, Surabaya, dan

diekspor juga ke negara lain dalam hal ini Thailand (PT. Abadi Makmur

Ocean, 2018).

Saatini IndustriPengolahanIkan dan udang PT. Abadi Makmur Ocean

dipimpinolehbapak Rusia sejak tahun 2004 sampaisekarang. PT. Abadi

Makmur Ocean memiliki 50 orang karyawan, 20 karyawan tetap dan 30

7
karyawan lepas, dengan jam kerjamulaidari 08.00-16.00 (PT. Abadi Makmur

Ocean, 2018).

B. Alur Proses Produksi

Proses pembekuan udang melalui beberapa tahapan sebagai berikut (PT.

Abadi Makmur Ocean, 2018) :

a. Penerimaan bahan baku

Untuk pengadaan bahan baku supplier mendatangkan bahan baku dari

nelayan dengan menggunakan truck dan mobil pick up. Bahan baku

diangkut dengan menggunaan fish box yang diberi es dan air.

b. Penampungan dan penimbangan

Setelahpembongkaranbahanbakuselanjutnyabahanbakuberupaudangdit

imbanguntukmengetahuisize/ukuranudangdariberatnya.

c. Sortasi

Setelah penimbangan selanjutnya bahan baku berupa udang di sortir

menurut sizenya diatas meja proses. Tujuan penyortiran adalah

memperoleh udangdalam bentuk atau kualitas yang baik dan ukuran yang

seragam.

d. Pembersihan dan pencucian

Seteleah penyortiran, udang dibersihkan dan diberi bahan kimia untuk

menghilangkan bau amis lalu dicuci

8
e. Penyusunan dalam pan

Setelah dilakukan penimbangan selanjutnya dilakukan penyusunan.

Proses ini dilakukan di ruang proses dengan menyusunnya di pan yang

berukuran 32x10 cm yang tiap pannya berisi ±10 kg udang.

f. Pembekuan
Setelah dilakukan penyusunan selanjutnya proses pembekuan. Udang

yang sudah disusun di atas pan selanjutnya diangkat menggunakan trolly

kedalam ruang pembekuan yaitu ABF (Air Blast Freezer) dengan suhu -

35ºC – -40oC dengan waktu pembekuan sekitar 8 – 12 jam.

g. Pengemasan dan Penyimpanan


Untuk menjaga suhu udang langkah selanjutnya yaitu pada tahapan

proses pengemasan. Pengemasan dilakukan di ruang packing dengan tetap

menjaga suhu ruangan yaitu 16 0C. Udang kemudian dikeluarkan dari pan

dengan cara dibalik. Kemudian udang dimasukan ke dalam karung 35 x

45 x 10 cm bersih darikotoran. Dalam satu buah karung berisi dua buah

pan udang beku. Setelah udang dimasukan ke dalam karung sebagai

kemasan sekunder, kemudian diberi label dengan cara menuliskan kode

produk yang diberi nama.

Tujuannya yaitu agar produk tidak tertukar dengan produk lain dan

memudahkan dalam penetapan di cold storage, proses selanjutnya yaitu

penyimpanan. Penyimpanan di cold storage harus menggunakan pallet dan

ditata sesuai jenis, mutu dan size.

9
h. Pengiriman

Setelah melalui tahap pengolahan dengan prosedur yang baik maka

dapat dipastikan seluruh produk yang tersimpan siap untuk

dipasarkan.Produk-produk yang siap untuk dipasarkan hendaknya

memenuhi spesifikasi baik ukuran, dan bentuk kualitasnya sesuai dengan

permintaan konsumen.Dengan demikian, konfirmasi penjualan dapat

dilakukan kepada dua belah pihak melalui syarat- syarat penjualan yang

disepakati dandituangkan dalam dokumen penjualan.

10
C. Upaya Kesehatan Kerja

Upaya kesehatan kerja yang dilakukan oleh PT. Abadi Makmur Ocean

dinlai belum maksimal dalam upaya promotif dan preventif pada saat

melakukan kunjungan dan wawancara kepada pekerja.

a. Pelayanan promotif

PT. Abadi Makmur Ocean tidak melakukan upaya edukasi untuk

meningkatkan produktivitas kerja pegawainya.Pemeliharaan tempat dan

lingkungan kerja dinilai kurang sehat, dibuktikan dengan kondisi lantai

bekerja yang dibiarkan licin, tempat istirahat dengan ganti baju pekerja

yang kurang layak, serta toilet yang tidak bersih.

b. Pelayanan preventif

Perlindungan pada tenaga kerja sebelum adanya proses gangguan

kerja telah dilakukan namun belum maksimal. Pekerja di PT. Abadi

Makmur Ocean terkadang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri

(APD) seperi celemek dan sarung tangan, namun tidak terdapat

pengawasan terhadap pekerja yang tidak menggunakan

APD.Pemeriksaan kesehatan awal, berkala, khusus dan purna tugas tidak

dilakukan oleh PT. Abadi Makmur Ocean

c. Pelayanan kuratif

Terdapat beberapa pekerja yang mengeluhkan nyeri pada bagian

pinggul diakibatkan posisi mengangkat barang yang tidak benar dan

berdiri yang terlalu lama. Untuk pelayanan pengobatan belum diberikan

oleh pihak PT. Abadi Makmur Ocean

11
d. Pelayanan rehabilitatif

Belum terdapat pelayanan kuratif disebabkan pekerja belum ada yang

mengalami penyakit parah atau kecelakaan parah yang telah

mengakibatkan cacat permanen.

12
BAB III
LAPORAN KASUS

A. Data Identitas Pasien

Nama : Ny.S

Jenis kelamin : Perempuan

Umur :44 Tahun

Alamat : Lapulu

Pendidikan : SMP

Pekerjaan :Pekerja lepas PT. Abadi Makmur Ocean bagian

penerimaan bahan baku

B. Anamnesis Klinis

1. Keluhan Utama

Gatal

2. Anamnesis Terpimpin

Ny. S merupakan petugas lepas yang bekerja di bagian penerimaan

bahan baku kurang lebih sudah 8 bulan berjalan. Tiap harinya Ny. S

memindahkan udang dan memisahkan udang yang telah di proses ke

dalam keranjang untuk selanjuntya di pilah sesuai ukuran udang. Ny. S

mengeluh merasakan gatal disertai perih pada kedua telapak tangan. Gatal

tidak menjalar, gatal dan perih dirasakan berat apabila telapak tangannya

dibiarkan basah dengan cairan yang terdapat di dalam peti kemas udang.

Riwayat keluhan yang berulang (+) apabila tidak menggunakan sarung

tangan ,riwayat keluhan yang sama sebelumnya (-), riwayat pengobatan

13
(+) menggunakan salep tetapi pasien tidak mengetahui namanya, riwayat

keluarga (-)

3. Riwayat Penyakit Terdahulu

a. Riwayat menderita penyakit serupa sebelumnya disangkal

b. Riwayat penurunan berat badan, keringat malam, batuk darah

sebelumnya disangkal.

c. Riwayat menderita tumor atau operasi disangkal.

d. Riwayat trauma disangkal

e. Riwayat hipertensi (-)

f. Riwayat dispepsia (-)

g. Riwayat DM disangkal

4. Riwayat Kebiasaan

Riwayat kebiasaan dalam hal ini yaitu pola makan berlebih (+),

konsumsi karbohidrat berlebih (+), berolahraga rutin (-), riwayat merokok

(-).

5. Riwayat Pengobatan

Pasien sudah melakukan pengobatan menggunakan salep yang di beli

sendiri.

6. Riwayat Sosial Ekonomi

Aspek ekonomi keluarga Ny. S masuk dalam kategori menengah ke

bawah. Saat ini Ny. S bekerja sebagai pekerja lepasdi salah satu

perusahaan pengolahan ikan dan udang. Ny. S tinggal bersama Suami dan

1 orang anak. Keuangan keluarga Ny. S bersumber dari penghasilannya

14
sebagai pekerja lepas dan dari suami yang bekerja sebagai buru

.Pembiayaan kesehatan menggunakan kartu asuransi kesehatan.

C. Anamnesis Okupasi

1. Jenis Pekerjaan

Tabel 1.Jenis pekerjaan pasien


Jenis Pekerjaan Tempat Kerja Masa Kerja
Pemindah dan memilah bahan PT. Abadi Makmur 2019 (kurang lebih 8
baku Ocean bagian penerima bulan)
bahan baku

2. Uraian Tugas

a. Tugas

Pekerjaan Ny. S yakni memindahkan udang dan pemilihan udang

yang dibawa dari pelabuhan yang disimpan dalam peti kemas,

kemudian dipindahkan dan dipilah sesuai ukurannya.

b. Jadwal kerja

Satu pekan dengan durasi 8 jam kerja setiap harinya mulai pukul

08.00-16.00 WITA. Waktu istirahat kerja mulai pukul 12.00-13.00

WITA.

15
Tabel 2. Urutan kerja pasien
Waktu (WITA) Kegiatan
05.00-06.00 Bangun, sholat, sarapan pagi
06.00-07.00 Membersihkan dan merapikan rumah
07.00-07.30 Mandi dan bersiap menuju tempat kerja

07.30-08.00 Berangkat kerja


08.00-12.00 Mengisi daftar hadir, memakai APD berupa sarung
tangan berbahan kain, lalu memindahkan udang dari
peti kemas ke penampungan lain sesuai dengan ukuran
udang
12.00-13.00 Istrahat sholat makan siang
13.00-16.00 memakai APD berupa sarung tangan berbahan kain,
lalu memindahkan udang dari peti kemas ke
penampungan lain sesuai dengan ukuran udang
16.00-17.00 Pulang kerja

16
3. Bahaya Potensial

Tabel 3. Bahaya potensial di Lingkungan Kerja Pasien


UrutanKegiatan Bahaya Potensial Gangguan kesehatan yang Risiko
Fisik Kimia Biologi Fisiologik/ Psikologi mungkin terjadi Kecelakaan
Ergonomi kerja
Penerimaan Asap Mikrobiologi Mengangkat - ISPA Tergelincir
bahan baku kendaraan (jamur, fish box Low Back Pain
bakteri, dll) Lantai licin Dislokasi
Dermatitis kontak iritan
Penampungan, Larutan - Gerakan - Vertigo Kelelahan
Penimbangan, klorin berulang Myalgia Tergelincir
dan Sortasi Berdiri lama Fraktur
Dislokasi
Dermatitis Kontak Iritan
Pencucian dan Dingin - - Lantai licin - Hipotermia Tergelincir
Penyusunan Dislokasi
dalam pan common cold
Pembekuan dingin - - Mendorong - Hipotermia Terbentur,

17
troly Fraktur Tergelincir
Dislokasi Kelelahan,
terlindas
Pengamasan dan Dingin, - - Gerakan - Hipotermi Teriris
penyimpanan berulang Commoncold Tergelincir
Mendorong Carpal tunnel syndrome
troly

18
4. Hubungan Pekerjaan Dengan Penyakit Yang Dialami

a. APD dalam hal ini sarung tangan yang digunakan berbahan kain jadi

tidak melindungi dari cairan yang terdapat pada peti kemas, selain itu

sarung tangan tersebut tidak dibersihkan dengan baik setelah

digunakan dan dipakai berulang.

b. Pekerjaan yang sudah dilakukan selama ±8 bulan dengan jam kerja

yang cukup panjang, menunjukkan besarnya paparan.

D. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum :Tampak baik, kesadaran compos mentis (GCS E4V5M6)

Tanda Vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuemsi Nadi : 78 kali per menit

Frekuensi napas : 18 kali per menit

Suhu : 36,0oC

19
Status Generalisata

Kepala : normosefal, rambut dalam batas normal

Kulit : Lokasi : Telapak tangan

: Effloresensi : Tampak Makula eritema, bentuk

: bulat, diameter 1 cm, multipel, batas tegas,

: distribusi terbatas pada jari-jari tangan dan tampak

: erosi akibat garukan pasien.

Mata : Pupil iskor

Telinga : Otore (-)

Hidung : Rinore (-)

Mulut : Stomatitis (-), lidah kotor (-)

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar

Thorax : normochest,simetris,pernafasan,thoraco

abdominal

Ekstremitas atas Terdapat kelainan kulit pada kedua telapak tangan

yang ditandai effloresensi : tampak Makula

eritema, bentuk bulat, diameter 1 cm, multipel,

batas tegas, distribusi terbatas pada jari-jari tangan

dan tampak erosi akibat garukan pasien.

Ekstremitas Tidak ada kelainan kulit pada kedua ekstremitas

bawah bawah

20
E. Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada

F. Resume

Kurang lebih 8 bulan terakhir saat mulai bekerja (menerima bahan

baku), Ny S merasakan gataldisertai sensasi perih pada kedua telapak

tangan. Gatal tidak menjalar, gatal dan perih dirasakan berat apabila

telapak tangannya dibiarkan basah dengan cairan yang terdapat di dalam

peti kemas udang ,riwayat keluhan yang berulang (+) apabila tidak

menggunakan sarung tangan, riwayat pengobatan (+) menggunakan salep

tetapi pasien tidak mengetahui namanya.

G. Diagnosis Okupasi

1. Diagnosis Klinis

Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan fisik dapat disimpulkan

bahwa pasien menderita Dermatitis Kontak Iritan.

2. Bahaya Potensial Dasar

Tabel 3. Bahaya potensial


Hazard Bentuk Bahaya

Kimia Larutan klorin

3. Hubungan Antara Pajanan Dengan Penyakit

Dermatitis kontak iritan adalah suatu peradangan pada kulit yang

disebabkan oleh kerusakan langsung ke kulit setelah terpapar agen

berbahaya. Dermatitis kontak iritan dapat disebabkan oleh tanggapan

phototoxic misalnya tar, paparan akut zat-zat (asam, basa) atau paparan

21
kronis kumulatif untuk iritasi ringan (air, detergen, bahan pembersih

lemah) (NIOSH, 2010).

Klorin biasa digunakan dalam sektor pengolahan ikan dan udang

yang sengaja ditambahkan ke dalam air yang digunakan untuk mencuci

dan merendam ikan dan udang Jenis klorin diantaranya gas klorin

(menimbulkan rasa terbakar pada kulit, sistem pernafasan dan lain – lain),

calcium hypochloryte ( mudah larut dalam air dan bersifat korosif), dan

natrium hipoklorit (mudah larut dalam air ) (Sutrisno, 2010).

Dari 10 orang tenaga kerja yang tidak memakai sarung tangan,

70% tenaga kerja mengalami dermatitis. Terjadinya dermatitis akibat kerja

ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor kontak dengan bahan kimia iritan

saja. Akan tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. Faktor yang

mungkin dapat diperoleh dari pekerjaan yakni lama paparan dengan bahan

kimia dan masa kerja ataupun dari pekerja itu sendiri seperti pengetahuan,

penggunaan alat pelindung diri dan personal hygiene (Indrawan, 2014).

4. Penentuan Kecukupan Pajanan

Masa kerja ±8 bulan dengan durasi kerja 8 jam setiap harinya (7 hari

kerja dalam sepekan).

5. Penentuan Faktor Individu

Pasien jarang menjaga kebersihan sarung tangan yang digunakan

saat bekerja.Menurut penelitian yang dilakukan oleh Elizabeth tentang

faktor-faktor yang berhubungan dengan dermatitis kontak akibat kerja

pada pedagang ikan di Pasar Tradisional-Modern Gudang Lelang, teluk

22
betung, kota bandar lampung mengatakan bahwa terdapat 85% penderita

dermatitis kontak iritan karena tidak menggunakan APD dan sebanyak

65% dikarenakan memiliki hygiene yang buruk.

Berdasarkan penelitian Surfiah tentang Faktor-faktor yang

berhubungan dengan dermatitis kontak iritan pada nelayan didesa

Lamanggau Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi 2016 mengatakan

bahwa dari 39 responden 30 diantaranya memiliki hygiene yang buruk

mengalami dermatitis kontak iritan dan 9 lainnya tidak mengalami

dermantitis kontak iritan.

6. Kemungkinan Lain Yang Dapat Menyebabkan Penyakit Di Luar

Pekerjaan

Lingkungan tempat tinggal pasien merupakan pemukiman pesisir

yang dimana suasana tempat tinggal dan kehidupan sehari-hari pasien

memiliki tingkat kelembaban yang cukup tinggi.

7. Diagnosis Okupasi

Berdasarkan pada uraian di atas, diagnosis okupasi berdasarkan ICD

10 adalah ICD-10-L30.3Dermatitis Kontak Iritan (Penyakit Akibat kerja

(PAK).

H. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa

Betametason topikal 0,1% (2x1)

Cetrizin 10 mg Tab 1 X 1

23
2. Non Medikamentosa

a. Menghindari pajanan bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan

kimiawi

b. Memakai alat pelindung diri bagi mereka yang bekerja dengan bahan

iritan

3. Okupasi

a. Merekomendasikan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala

b. Melakukan penyuluhan tentang kesehatan dan keselamatan kerja

24
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Definisi

Dermatitis kontak iritan (DKI) merupakan reaksi peradangan non

imunologik pada kulit yang disebabkan oleh kontak dengan faktor eksogen

maupun endogen.Faktor eksogen berupa bahan-bahan iritan (kimiawi, fisik,

maupun biologik) dan faktor endogen memegang peranan penting pada

penyakit ini (Wolff, 2008).

B. Klasifikasi

Dermatitis kontak iritan dibagi menjadi sepuluh macam, yaitu

(Sularsito,2008) :

1. Dermatitis Kontak Iritan Akut

Luka bakar oleh bahan kimia juga termasuk dermatitis kontak

iritan akut.Penyebab DKI akut adalah iritan kuat, misalnya larutan asam

sulfat dan asam hidroklorid atau basa kuat,misalnya natrium dan kalium

hidroksida. Biasanya terjadi karena kecelakaan, dan reaksi segera

timbul.Intensitas dan lamanya kontak iritan, terbatas pada kontak kulit

terasa pedih, panas, rasa terbakar, kelainan yang terlihat berupa eritema

edema, bula, mungkin juga nekrosis.Pinggir kelainan kulit berbatas tegas,

dan pada umumnya asimetris.

25
Gambar 2: DKI akut akibat penggunaan pelarut industri

2. Dermatitis Kontak Iritan Lambat (Delayed ICD)

Padadermatitis kontak iritan akutlambat, gejala

obyektif tidak munculhingga 8-24 jam atau lebih setelah pajanan.

gambaran klinisnya mirip dengan dermatitis kontak iritan akut.

3. Dermatitis Kontak Iritan Kronis (DKI Kumulatif)

Disebabkan oleh iritanlemah (sepertiair, sabun, sampo, detergen,

dll) dengan pajanan yang berulang-ulang, biasanyalebih seringterkena

padatangan.Kelainan kulitbaru munculsetelah beberapa hari, minggu,

bulan, bahkantahun.Gejala berupa kulitkering, eritema, skuama,

danlambatlaun akan menjadihiperkeratosis dan dapatterbentuk fisurajika

kontak terus berlangsung.

26
Gambar3 : DKIKronisakibatefekkorosif darisemen.

4. Reaksi Iritan

Secara klinis menunjukkan reaksiakutmonomorfik yang

dapatberupa skuama, eritema, vesikel, pustul, serta erosi, dan

biasanyaterlokalisasi di dorsum daritangan danjari, biasanya haliniterjadi

pada orang yangterpajan dengan pekerjaan basah,

reaksiiritasidapatsembuh,menimbulkan penebalan kulitatau

dapatmenjadiDKI kumulatif.

5. ReaksiTraumatik (DKITraumatik)

Reaksitraumatik dapatterbentuk setelahtrauma akutpada

kulitsepertipanas ataulaserasi.Biasanyaterjadi padatangan dan

penyembuhan sekitar 6 minggu ataulebihlama. Pada proses penyembuhan

akanterjadieritema, skuama, papul dan vesikel.

27
6. Dermatitis Kontak Iritan Noneritematous

Juga disebut reaksi suberitematous, pada tingkat awal dari iritasi

kulit, kerusakan kulit terjadi tanpa adanya inflamasi, namun perubahan

kulit terlihat secara histologi.

7. Dermatitis Kontak Iritan Subyektif (Sensory ICD)

Kelainan kulit tidak terlihat, namun penderita mengeluh gatal,

rasa tersengat, rasa terbakar, beberapa menit setelah terpajan dengan

iritan, biasanya terjadi di daerah wajah, kepala dan leher, asam laktat

biasanya menjadi iritan yang paling sering menyebabkan penyakit ini.

8. Dermatitis Kontak Iritan Gesekan (Friction ICD)

Terjadi iritasi mekanis yang merupakan hasil dari mikrotrauma

atau gesekan yang berulang. DKI Gesekan berkembang dari respon pada

gesekan yang lemah, dimana secara klinis dapat berupa eritema, skuama,

fisura, dan gatal pada daerah yang terkena gesekan.DKI Gesekan dapat

hanya mengenai telapak tangan dan seringkali terlihat menyerupai

psoriasis dengan plakat merah menebal dan bersisik, tetapi tidak gatal.

Gambar 5 : DKI Gesekan

28
9. Dermatitis Kontak Iritan Akneiform

Disebut juga reaksi pustular atau reaksi akneiform, biasanya

dilihat setelah pajanan okupasional, seperti oli, metal, halogen, serta

setelah penggunaan beberapa kosmetik, reaksi ini memiliki lesi pustular

yang steril dan transien, dan dapat berkembang beberapa hari setelah

pajanan, tipe ini dapat dilihat pada pasien dermatitis atopi maupun pasien

dermatitis seboroik.

Gambar 6 : DKI Akneiform.

10. Dermatitis Asteatotik

Biasanya terjadi pada pasien-pasien usia lanjut yang sering mandi

tanpa menggunakan pelembab pada kulit. Gatal yang hebat, kulit kering,

dan skuama ikhtiosiform merupakan gambaran klinik dari reaksi ini.

29
Gambar 7 : DKI Asteatotik.

C. Patofisiologi

Kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan

iritan melalui kerja kimiawi atau fisis. Ada empat mekanisme yang

dihubungkan dengan dermatitis kontak iritan, yaitu:

1. Hilangnya substansi daya ikat air dan lemak permukaan

2. Jejas pada membran sel

3. Denaturasi keratin epidermis

4. Efek sitotoksik langsung

D. Diagnosis

Diagnosis dermatitis kontak iritan didasarkan atas anamnesis yang

cermat dan pengamatan gambaran klinis yang akurat, DKI akut lebih mudah

diketahui karena munculnya lebih cepat sehingga penderita lebih mudah

mengingat penyebab terjadinya, DKI kronis timbul lambat serta mempunyai

gambaran klinis yang luas, sehingga kadang sulit dibedakan dengan DKA,

30
selain anamnesis, juga perlu dilakukan beberapa pemeriksaan untuk lebih

memastikan diagnosis DKI antara lain :

Pemeriksaan Penunjang :

Patch testmerupakan pemeriksaan gold standard dan digunakan untuk

menentukan substansi yang menyebabkan kontak dermatitis dan digunakan

untuk mendiagnosis DKA (Wolff, 2005).

Patch test dilepas setelah 48 jam, hasilnya dilihat dan reaksi positif

dicatat.Untuk pemeriksaan lebih lanjut, dan kembali dilakukan pemeriksaan

pada 48 jam berikutnya.Jika hasilnya didapatkan ruam kulit yang membaik

(negatif) , maka dapat didiagnosis sebagai DKI (Wolff, 2005).

E. Penatalaksanaan

Beberapa strategi pengobatan yang dapat dilakukan pada penderita

dermatitis kontak iritan adalah sebagai berikut:

1. Dilakukan kompres dingin 3 kali sehari selama 20-30 menit dengan

larutan Burrowi dan kalium permagnant.

2. Hal penting dalam pengobatan dermatitis kontak iritan adalh menghindari

pajanan bahan iritan baik bersifat mekanis, fisik, dan kimiawi dan

memakai alat pelindung diri bagi mereka yang bekerja dengan bahan

iritan.

3. Glukokortikoid topikal

Efek topikal dari glukokortikoid pada penderita DKI akut masih

kontrofersional karena efek yang ditimbulkan, namun pada penggunaan

31
yang lama dari kortikosteroid dapat menimbulkan kerusakan kulit pada

stratum korneum. Pada pengobatan untuk DKI akut yang berat, mungkin

dianjurkan pemberian prednison pada 2 minggu pertama, 60 mg dosis

inisial, dan di tappering 10mg (Habif, 2003).

4. Secara klinis, infeksi diobati dengan menggunakan antibiotik oral untuk

mencegah perkembangan selulit dan untuk mempercepat penyembuhan.

Secara bersamaan, glukokortikoid topikal, emolien, dan antiseptik juga

digunakan. Sedangkan antihistamin mungkin dapat mengurangi pruritus

yang disebabkan oleh dermatitis akibat iritan (Wilkinson, 2004).

32
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penilaian bahaya potensial

di lingkungan kerja pasienmaka dapat disimpulkan bahwa Dermatitis Kontak

Iritanyang di deritanya saat ini termasuk ke dalam penyakit akibat kerja

(PAK)

B. Saran

1. Menyarankan pihak PT. Abadi Makmur Ocean melakukan peninjauan

bahaya potensial berkala serta memperbaiki sistim pelaksanaan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3).

2. Melakukan pertemuan berkala untuk membahas masalah-masalah yang

dihadapi dalam kesehatan dan keselematan kerja

3. PT. Abadi Makmur Ocean melakukan perbaikan upaya kesehatan kerja

khususnya dalam pelayanan promotif dan preventif

33
DAFTAR PUSTAKA

Adriawan, T. 2015. Laporan Studi Kasus Kedokteran Okupasi Kebisingan di


Pabrik Karet Unit Pematang Kiwah Natar. Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung. Lampung

Andini, F. 2015. Risk Factors of Low Back Pain in Workers.J Majority 4(1): 12-9

Byrd, JWT. 2007. Evaluation of the Hip: History and Physical Examination.
North American Journal of Sports Physical Therapy 2(4): 231-40.

Defriyan. 2011. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri


Punggung Bawah Pada Proses Penyulaman Kain Tapis Di Sanggar Family
Art Bandar Lampung Tahun 2011. Skripsi. Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Jakarta

Fatimah, T. 2011. Nyeri Punggung Bawah pada Pekerja Bagian Penjahitan di PT


Intigarmindo Persada Jakarta.Skripsi.Universitas Pembangunan Nasional.
Jakarta

Habif T. Clinical Dermatology: A Color Guide to Diagnosis and Therapy. 4th ed.
USA: mosby; 2003. p.62-64

Hayashi, Y. 2004. Classification, Diagnosis, and Treatment of Low Back


Pain.JMAJ 47(5): 227-233

International Labour Organization. 2013. Health and Safety in Work Place for
Productivity. Geneva

Kamath, SU., Kamath, SS. 2017. Laseque Sign. Journal of Clinical and
Diagnostic Research 11(5) : 1-2

Miller, KJ. 2007. Physical Assessment of Lower Extremity Radiculopathy and


Sciatica. Journal of Chiropratic Medicine 6: 75-82

Nurrahman, MN. 2016. Hubungan Masa Kerja dan Sikap Kerja Terhadap
Kejadian Low Back Pain pada Penenun di Kampoeng BNI Kabupaten

34
Wajo.Skripsi. Program Studi Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin. Makassar

Pelabuhan Perikanan Samudera Kendari. 2015. Profil Pelabuhan Perikanan


Samudera Kendari. PPS Kendari. Kendari

PT Abadi Makmur Ocean.2018.Profil PT Abadi Makmur Ocean.PT Abadi


Makmur Ocean. Kendari

Rossi, R., Dettoni, F., Bruzzone., Cottino, U., D’Elicio, D., Bonasia, DE. 2011.
Clinical Examination of the Knee: Know Your Tools for Diagnosis of Knee
Injuries. Sport Medicine, Arthroscopy, Rehabilotation, Therapy &
Technology 3(25) : 1-10.

Sularsito, S.A dan Suria Djuanda, editors. Dermatitis. In: Djuanda A, Mochtar H,
Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2008.p.130-133.

Wilkinson SM, and Beck MH. Rook’s Textbook Of Dermatology 7th ed.
Australia: Blackwell Publishing. 2004.chapter 19.

Wolff C, Richard AJ, and Dick S, editors. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis
Of Clinical Dermatology 5th ed. New York: McGraw - Hill; 2005.

Wolff K, Lowel AG, Stephen IK, Barbara AG, Amy SP, David JL, editors.
Fitzpatrick’sDermatology in general medicine. 7th ed. New York: McGraw
- Hill; 2008.p.396-401.

Yuliana. 2011. Low Back Pain. CDK 185 38(4): 270-3

35
LAMPIRAN

36
37
38

Anda mungkin juga menyukai