Anda di halaman 1dari 41

BAGIAN IKK – IKM MARET 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN OKUPASI PT. KALLA KAKAO


INDUSTRI KENDARI

Oleh:
Cindy Rara, S.Ked.
K1A1 12 026

Pembimbing :
dr. Satrio Wicaksono, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI (IKM-IKK)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2018

1
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa :


Nama : Cindy Rara, S.Ked.
NIM : K1A1 12 026
Judul Laporan : Laporan Kegiatan Kedokteran Okupasi PT. Kalla Kakao Industri
Kendari
Telah menyelesaikan tugas laporan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Masyarakat dan Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Halu Oleo.

Kendari, Maret 2018


Pembimbing

dr. Satrio Wicaksono, M.Sc

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pasal 86 ayat 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 menyatakan bahwa upaya
keselamatan dan kesehatan kerja dimaksudkan untuk memberikan jaminan keselamatan
dan meningkatkan derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitas.
Undang-undang No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pada bab 12 pasal 164 ayat 1
menjelaskan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar
hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Pada pasal 165 ayat 1 menjelaskan bahwa pengelola wajib
melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya pencegahan, pengobatan dan
pemulihan bagi tenaga kerja dan pada ayat 2 pekerja wajib menciptakan dan menjaga
kesehatan tempat kerja yang sehat dan mentaati peraturan berlaku ditempat kerja.
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), satu pekerja di
dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat kerja.
ILO juga mencatat, 153 pekerja di dunia mengalami kecelakaan kerja setiap 15 detik.
Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal setiap tahun akibat kecelakaan dan penyakit
kerja. Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313 juta
pekerja mengalami kecelakaan non-fatal per tahunnya. Dari sudut pandang ekonomi,
ILO memperkirakan lebih dari 4% Produk Domestik Bruto (PDB) digunakan untuk
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Biaya tersebut dihabiskan untuk hilangnya
waktu kerja, gangguan produksi, kecelakaan dan penyakit akibat kerja, serta ganti
rugi kepada keluarga korban. Maka dari itu ILO menghimbau kepada seluruh negara
dan perusahaan untuk menanamkan kesadaran terkait keselamatan dan kesehatan
kerja (K3). Perusahaan harus menciptakan kondisi kerja yang aman untuk para
pekerjanya dan menumbuhkan kesadaran kepada para pekerja untuk mengikuti
prosedur K3 sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu upayanya, perusahaan wajib

3
melaksanakan pelatihan, pemasangan safety sign sesuai standar di area kerja, atau
melakukan kampanye K3 kreatif untuk disosialisasikan kepada pekerja.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (Peraturan
Pemerintah nomor 50 Tahun 2012). Berdasarkan hal tersebut dalam rangka
mendukung terwujudnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja, perkantoran, yang
lebih efektif dan efisisen diperlukan standar penyelenggaraan keselamatan dan
kesehatan kerja untuk dapat dijadikan acuan oleh semua pihak terkait.2
PT Kalla Kakao Industri merupakan salah satu cabang perusahaan dari Kalla
Grup yang bergerak di industri pengolahan kakao dan juga coklat di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2013 dan mulai beroperasi sejak tahun 2015.
Produk PT KKI antara lain Butter, Liquor, Cake dan Powder yang sampai saat ini
sudah diekspor ke berbagai negara, utamanya Butter yang tidak dipasarkan di
Indonesia. Berdasarkan studi pendahuluan, PT KKI secara umum belum
mengimplementasikan undang-undang yang terkait dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) salah satunya seperti penggunaan APD dan pemeriksaan
kesehatan berkala yang belum sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992,
Permenaker No 5 tahun 1996, dan UU No 1 tahun 1970.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu menganalisa dan mengidentifikasi
risiko-risiko yang ada dalam suatu produksi serta diharapkan dapat dilakukan usaha
pencegahan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan,
dan menghindari dan mengurangi risiko tersebut dengan cara yang tepat.

B. Dasar Hukum
Mengingat :
1. Undang-undang (UU) no.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3
3. Permenakertrans No. 3 tahun 1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja
4. Undang-undang (UU) no.23 Tahun 1992 tentangKesehatan Tenaga Kerja

4
C. Tinjauan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Adapun tinjauan awal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesahatan Kerja
di perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Analisis Faktor Risiko Penyakit Akibat Kerja
2) Mengidentifikasi sumber bahaya kerja di PT. Kalla Kakao Industri.
3) Mengidentifikasi perilaku sosial, perilaku kerja dan perilaku lingkungan.
4) Meninjau penerapan K3 di perusahaan PT. Kalla Kakao Industri.
5) Meninjau sebab akibat dari kemungkinan kecelakaan kerja di PT. Kalla Kakao
Industri.
D. Waktu dan tempat pelaksanaan
Waktu pelaksanaan kegiatan ini tanggal 9 Maret 2018 di kantor PT Kalla
Kakao Industri (PT KKI), jalan wolter monginsidi Kelurahan Ranoha, Kabupaten
Konawe Selatan, Kendari Sulawesi Tenggara.
E. Pengambilan data
Adapun pengumpulan data pada kegiatan ini menggunakan metode
observasidi ruang lingkup PT. Kalla Kakao Industri (PT KKI)

5
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

A. Profil Perusahaan
Visi
Menjadi suatu perusahaan terkemuka di Indonesia untuk pengolaahan coklat dan
kakao.
Misi
Adapun misi dari PT. Kalla Kakao Industri, antara lain sebagai berikut:
1. Membangun bisnis kakao dan coklat yang menguntungkan untuk pasar domestik
dan eksport yang memenuhi permintaan konsumen dan pasar.
2. Menjadikan costumer sebagai partner untuk tumbuh bersama.
3. Menggandeng para petani dan supplier yang ada di Indonesia sebagai bagian dari
pembukaan lapangan kerja dan program kakao berkelanjutan.
4. Menjadi perusahaan yang dicintai oleh seluruh karyawan.
PT. Kalla Kakao Industri (KKI) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang agro industry dalam memproduksi dan mengolah produk-produk
berbahan dasar buah coklat . PT. Kalla Kakao Industri (PT. KKI) yang merupakan
salah satu anak perusahaan Kalla Group yang diresmikan tahun 2013 dan aktif
berproduksi pada tahun 2015. PT KKI berlokasi di poros bandara,Jl. Wolter
Monginsidi No. 86, Desa Ranooha Kecamatan Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara. Pabrik ini mempunyai 124 pekerja. Pabrik ini mengelola biji
kakao melalui proses yang dijalankan menggunakan system full automatic dengan
mesin kualitas terbaik dan memenuhi standar internasional yang berasal dari Jerman,
Belanda dan Italia. Pabrik ini mampu mengolah biji kakao 35 ribu ton/tahun. Bahan
baku biji cokelat diperoleh dari petani cokelat di wilayah Sulawesi dan di impor dari
Ghana. Hasil pengelolaan yang dihasilkan nantinya berupa bubuk coklat (cake dan
powder), coklat cair (liquor) dan butter. Hasil pengelolaan PT KKI ini sebagian besar
akan dikirim ke Brazil, Bulgaria, Jerman, Belanda, Spanyol, Iran, Cina, Jepang, dan
Rusia, sudah ada pula beberapa perusahaan pengelolaan yang berminat untuk
bekerjasama seperti Godiva, Nestle, Kraff dan Mars.

6
PT Kalla Kakao Industri memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 125
orang dengan kelompok usia 21-30 sebanyak 54 orang, 31-40 sebanyak 49 orang,
41-50 sebanyak 15 orang, dan 51-60 sebanyak 7 orang.
PT Kalla Kakao Industri menyediakan 4 lantai dengan beberapa ruang
produksi. Setiap bulannya PT Kalla Kakao Industri melakukan perawatan mesin
secara berkala. Bahan kimia yang digunakan oleh PT KKI berada di dalam mesin
produksi sehingga lingkungan tidak terkontaminasi dengan bahan kimia. Sedangkan
untuk pengolahan limbah, PT KKI bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota
Kendari.
Berdasarkan studi pendahuluan, PT Kalla Kakao Industri masih memiliki
potensi bahaya ditinjau dari faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor
ergonomis, maupun faktor psikososial. Alur proses produksi PT. Kalla Kakao
Industri dijelaskan pada Gambar 1.

7
Gambar 1. Alur Proses PT. Kalla Kakao Industri

B. Uraian Kegiatan
Adapun uraian kegiatan yang dilaksanakan selama berada di PT.KKI selama
satu hari dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Uraian Kegiatan Yang Dilaksanakan Selama Berada di PT.KKI
Waktu Kegiatan Tujuan Sasaran
Pengenalan PT. KKI secara
Orientasi PT.KKI umum mengenai ranah
kerja, proses produksi dan
08.00- masalah kesehatan di Seluruh unit
09.00 PT.KKI terkait K3 perusahaan
Untuk mengetahui sistem
Mengikuti materi keselamatan kerja dan
Safety Induction mengenali tanda bahaya di
masing-masing unit industri.
Melakukan - Seluruh unit
- Untuk screening resiko
anamnesis faktor perusahaan
09.00- penyakit yang diderita
resiko & - Dokter Muda
10.30 pekerja
pemeriksaan fisis - Tim K3
pekerja Perusahaan
10.30 – - Pemeriksaan Gula - Untuk screening resiko - Seluruh unit

8
penyakit yang diderita
perusahaan
Darah, Kolestrol, pekerja
- Dokter Muda
11.30 dan Asam urat - Untuk meningkatkan
- Tim K3
- Edukasi kesadaran pekerja tentang
Perusahaan
pola hidup sehat
11.30-
ISHOMA
14.00
Untuk melihat dan menilai
- Seluruh unit
K3 pekerja secara langsung
perusahaan
14.00- saat bekerja dan
Tour Industry - Dokter Muda
15.30 mengidentifikasi masalah
- Tim K3
kesehatan di PT.KKI terkait
Perusahaan
K3 perusahaan.
15.30-
ISHOMA
16.15

16.15- Untuk mengevaluasi - Dokter Muda


Diskusi kegiatan
17.00 kegiatan yang dilaksanakan - Tim K3

C. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan observasi dan pengamatan selama 1 hari, maka didapatkan
beberapa masalah kesehatan yang dinilai cukup penting dan dapat mempengaruhi
produktivitas para pekerja di PT. KKI, antara lain sebagai berikut:
1. Production Planner Inventory Control (PPIC) Division,suatu departemen, yang
secara garis besar bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan pengadaan
barang/jasa/produk jadi dan mengontrol/mengendalikan persediaan.

Tabel 2. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja PPIC

9
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Pekerja lebih banyak Mengajarkan tentang senam
menghabiskan waktu untuk sehat di kursi kantor yang
duduk dan dihadapkan pada bertujuan merefresh pikiran
beban pikiran (stress psikis) dan mengurangi beban
kinerja otak
PERSONAL Melakukan rehat singkat 20
detik setiap 20 menit serta
melihat yang lain dari
komputer sejauh 20 feet. Dan
setiap 2 jam, melakukan
peregangan 10-15 menit.
EQUIPMENT Tidak ada masalah -
MATERIAL Tidak ada masalah. -
ENVIRONMENT Ergonomi
Posisi meja kerja yang Mengatur meja kerja sesuai
digunakan lebih tinggi, serta dengan aturan ergonomic.
penempatan keyboard yang Dimana sebelum
sejajar dengan monitor memberikan meja kerja
harus diketahui tinggi tubuh
untuk menyesuaikan dengan
meja kerja, serta menaikkan
posisi keyboard sekitar 10-20
cm agar jarak pandang dan
keyboard sejajar.
Faktor fisik :
Suhu lingkungan kerja berkisar Perlu dilakukan pengadaan
18oC-20oC. Ketika suhu berada AC di masing-masing
di bawah batas normal, keadaan ruangan sesuai kebutuhan
ini dapat memperlambat atau pengadaan ruang
pekerjaan sehingga secara pendingin khusus untuk
signifikan dapat berpengaruh produk. untuk ruangan

10
pada efisiensi dan produktivitas Workshopdianjurkan kepada
individu. Suhu lingkungan kerja perusahaan agar segera
(workplace) yang optimal adalah melengkapi dan
28oC. memperbaiki ruangan..

2. Health, Safety, Environment (HSE) Division, merupakan suatu department yang


bertugas untuk K3 perusahaan PT Kalla Kakao Industri Kendari – Sulawesi
Tenggara. Adapun kegiatan pokok dari department HSE antara lain :
a) Memfasilitasi semua karyawan PT Kalla Kakao Industri untuk berdiskusi
masalah keadaan tempat kerja, faktor dan potensi yang ada serta kelengkapan
APD yang dibutuhkan internal department maupun eksternal department.
b) Melakukan pencegahan kecelakaan akan kondisi yang tidak aman dan tindakan
yang tidak aman setiap karyawan.
c) Mengadakan inspeksi terhadap bangunan dan peralatan keselamatan kerja
mulai dari konstruksi, letak, penyusunan, dan penyimpanan barang, alat
keselamatan yang harus tersedia, serta rambu-rambu yang harus dipasang.
d) Meningkatkan SDM baik dari segi pengetahuan tentang K3 dengan
mengadakan training.
e) Mengadakan kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran tentang K3 serta
mengajak karyawan turut berperan aktif dalam mensosialisasikan K3.
f) Melaksanakan statistic kecelakaan kerja yaitu berupa perhitungan tentang rata-
rata frekuensi waktu kerja yang hilang.
g) Melakukan kegiatan inisiatif yang dilakukan berdasarkan factor dan potensi
bahaya yang diamati sebagai langkah preventif atas kecelakan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK)
h) Memberlakukan surat ijin mengenai segala sesuatu aktivitas berbahaya yang
ada.

11
Tabel 3. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja Health,
Safety, Environment (HSE) Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Belum diproritaskannya Memperbaiki kinerja K3
masalah pentingnya K3 di dalam hal promotif dan
perusahaan sehingga preventif agar manajemen
banyak pekerja masih menganggap bahwa K3 dapat
mengabaikan memberikan keuntungan bagi
perusahaan dalam rangka
PERSONAL meminimalisir pengunaan
dana kesehatan
Pekerja masih memiliki Menempelkan poster
pengetahuan yang minim mengenai apa itu K3, serta
tentang K3 fungsi untuk tenaga kerja
yang bernaung dibawah
perusahaan PT. KKI
EQUIPMENT Terdapatnya klinik Pengadaan tenaga medis yang
kesehatan yang tidak terlatih untuk
digunakan karena tidak menyelenggarakan pelayanan
adanya tenaga medis kesehatan kerja, sesuai
peraturan Permenakertrans No.
3 tahun 1982 tentang
pelayanan kesehatan tenaga
kerja
Obat-obatan P3K yang Melengkapi obat-obatan P3K.
kurang lengkap

Tidak adanya kendaraan Menyediakan kendaraan


khusus untuk tenaga kerja khusus untuk mengangkut
yang mengalami tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja kecelakaan kerja untuk ke RS

12
Trauma center
Tidak adanya alat Mengadakan alat pengukur
pengukur hazard (mis. agar bagian K3 mengetahui
MATERIAL SLM, Vibrator meter, serta daerah atau divisi yang
thermometer) harusnya dilakukan
pengendalian.
Faktor Fisik :Personil Penyuluhan tentang kesehatan
HSE dapat terpapar faktor kerja yang dititikberatkan pada
fisik seperti kebisingan tujuan dan manfaat
saat melakukan inspeksi penggunaan APD dan dampak
kepada para pekerja yang timbul akibat tidak
pabrik. menggunakan APD saat
ENVIRONMENT
bekerja.
Faktor Kimia: Personil Penyediaan APD untuk
HSE dapat terpapar faktor personil HSE selama
kimia seperti dust, dan melakukan inspeksi.
smoke saat melakukan
inspeks

3. Maintenance Manager Division, suatu departemen yang bertugas mengawasi


pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan terhadap seluruh peralatan, proses
penggunaan alat sampai dengan utilitasnya.

Tabel 4.Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di TempatPemecahan


Alternatif Kerja
Faktor Identifikasi Masalah
Maintenance Manager Division Masalah
Tidak ditemukan masalah karena Memastikan setiap teknisi
saat kunjungan tidak ada proses untuk menggunakan APD
PERSONAL produksi. Penempelan poster pada sesuai dengan poster yang
setiap ruangan produksi tentang sudah ditempel di setiap
pentingnya penggunaan APD. ruangan.
EQUIPMENT Bahan mesin pabrik adalah baja Menggunakan APD terutama
sehingga panas yang disebabkan sarung tangan khusus dan
oleh proses pengolahan coklat melakukan pengecekan secara

13
dapat menyebabkan melepuhnya berkala APD yang telah
kulit pada saat bersentuhan disediakan apakah masih layak
dengan mesin tersebut pakai atau tidak

Bahan perawatan dan perbaikan Menggunakan APD terutama


mesin seperti pelumas mesin yaitu sarung tangan khusus dan
oli sehingga beresiko melakukan pengecekan secara
menyebabkan iritasi pada tangan berkala APD yang telah
MATERIAL bagi teknisi mesin disediakan apakah masih layak
pakai atau tidak.
Menyediakan lap tangan pada
saat melakukan penggantian oli
pada mesin produksi.
ENVIRONMENT - Mesin unit produksi PT. Kakao - Menggunakan ear plug atau
memiliki intensitas kebisingan ear muff pada saat berada di
yang tinggi sehingga berisiko unit mesin produksi
menyebabkan kelainan - Menyediakan poster atau
pendengaran bagi karyawan tanda bahaya tentang
- Hawa panas pada mesin unit pengaruh kebisingan terhadap
produksi terutama pada unit kualitas pendengaran
pemisahan liquid dan powder - Menyediakan tempat air
sehingga beresiko menyebabkan minum yang terjangkau di
dehidrasi pada karyawan luar proses produksi bagi para
Ergonomi karyawan dan pelebelan tanda
Ruangan mesin produksi bahaya dehidrasi di ruangan
memiliki permukaan lantai yang tersebut
cukup licin kemungkinan - Membersihkan lantai ruangan
diakibatkan oleh cokelat butter unit produksi untuk
yang berminyak menghilangkan minyak
sehingga dapat memberikan
kenyamanan kepada petugas
yang bekerja pada bagian
teknisi dan perawatan mesin

14
produksi

4. Production Unit Division


Tabel 5. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja
Production Unit Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Tenaga kerja kurang Sebelum penempatan
memahami SOP dalam tenaga kerja dibagian
produksi sehingga produksi sebaiknya
memungkinkan terjadinya dikenalkan terlebih dahulu
kecelakaan kerja tentang SOP produksi dan
PERSONAL apa saja dampak jika tidak
menjalankan SOP tersebut

Pekerja subdivisi ini pada Menerapkan sanksi jika


umumnya memiliki kebiasaan merokok di tempat kerja.
merokok.
Penggantian APD yang tidak Evaluasi dan intervensi
dilakukan secara berkala rutin berkala kelayakan
EQUIPMENT
sehingga APD yang sudah tidak alat-alat kerja dan APD
layak pakai masih digunakan. yang digunakan.
Tidak terdapat masalah pada -
MATERIAL
faktor material
ENVIRONMENT FaktorFisik : Menurunkan tingkat
Pajanan kebisingan yang relatif kebisingan dengan
masih tinggi (>90 dB) pada unit menambah peredam
produksidi PT.KKI. kebisingan, melengkapi
pekerja dengan APD
(earplug atau Earmuff), dan
melakukan rotasi pekerjaan
untuk membantu

15
mengurangi tingkat paparan
kebisingan.
Sosialisasi terkait ergonomi Mengurangi lama jam kerja
yang belum menyeluruh di unit produksi yang
didapatkan oleh pekerja PT disesuaikan dengan tingkat
KKI. kebisingan (>85 dB) yaitu
maksimal 4 jam di lokasi
kerja.
Penyuluhan dan pelatihan
ergonomiyang
sesuaidenganpekerjaan
Faktor Biologis
Tenaga kerja bagian produksi Menjelaskan kemungkinan
kontak langsung dengan produk adanya mikroorganisme
coklat yang dibeli dari yang dapat berefek pada
pedagang kesehatan serta
memberitahukan
pentingnya penggunaan
APD dan mencuci tangan
setelah kerja
Faktor ergonomi
Ruangan mesin produksi Menggunakan sepatu
memiliki permukaan lantai dengan sol yang dirancang
yang cukup licin kemungkinan untuk permukaan lantai
diakibatkan oleh cokelat butter yang licin dan pembersian
yang berminyak lantai rutin.
BAB III
PEMBAHASAN

A. AnalisisFaktor Risiko Penyakit Akibat Kerja


Menurut KEPPRES RI Nomor 22 tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja (PAK)
adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Pekerjaan yang

16
dilakukan dengan cara yang kurang benar dan di lingkungan yang tidak terkendali
akan menyebabkan banyaknya pajanan yang diterima oleh seorang pekerja. Pajanan
atau yang dikenal dengan hazard dengan masa pajanan yang panjang akan
menimbulkan jumlah total pajanan yang diterima pekerja menjadi besar, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dalam hal ini adalah PAK. Faktor risiko PAK
antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis, ergonomik atau psikososial di tempat
kerja. Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok
dan menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan
individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang
terpajan.5,6
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut:7
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan
frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur

17
d. Bioaerosol
4. Golongan ergonomi
a. Angkat angkut berat
b. Posisi kerja janggal
c. Posisi kerja statis
d. Gerak repetitif
e. Penerangan
f. Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
5. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton, hubungan
interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
6. Jam Kerja
Berdasarkan UU No.1 tahun 1951 dan UU No.12 tahun 1948, dikatakan bahwa
tenaga kerja tidak boleh bekerja lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu,
jika pekerjaan dijalankan pada malam hari atau berbahaya bagi keselamatan dan
kesehatan tenaga kerja waktu kerja tidak boleh lebih dari 6 jam sehari dan 35
jam seminggu. Setelah tenaga kerja bekerja selama 4 jam terus menerus harus
diadakan istirahat paling sedikit setengah jam. Dalam hal dimana pada suatu
waktu tertentu atau biasanya pada tiap waktu tertentu ada pekerjaan tertimbun
yang harus segera dilaksanakan, boleh dijalankan dengan menyimpang dari
waktu kerja tersebut asal tidak lebih dari 9 jam sehari dan 54 jam seminggu.
Inipun dengan catatan perusahaan harus memberi makan dan minum dengan
kalori minimal 1400 kalori dan pekerjaan tersebut tidak membahayakan
kesehatan dan keselamatan pekerja. Berikut dibandingkan kesesuaian antara jam
kerja menurut undang-undang dan jam kerja di PT.KKI.

Tabel 6. Kesesuaian jam kerja PT.KKI dengan UU No.1 tahun 1951 dan UU No.12
tahun 1948
KETENTUAN JAM KERJA PT KKI
Karyawan Reguler Total jam kerja (sudah
Senin- dikurangi dengan waktu
08.00-17.00
Jumat istirahat) = maksimal 8 jam
Istirahat 12.00-13.00 (Senin-Kamis)

18
11.45-13.15 (Jumat)
Sabtu-
Libur
Minggu
Karyawan Shift
Shift 1 07.00-15.00
Pengaturan waktu lembur
Shift 2 15.00-23.00
hanya 14 jam perminggu
Shift 3 23.00-07.00
dsertai asupan makanan
**lembur : perusahaan memerikan upah lembur dan dan upah lembur.
makanan (aktu lembur kurang dari 14 jam seminggu.)

B. Identifikasi Sumber Bahaya Kerja Di PT. Kalla Kakao Industri


Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh
pekerjaan. Oleh karena itu kita perlu mengenal apa saja yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Berikut tabel potensi bahaya kerja.
Tabel 7.Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan pada Dampak
Korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya yang Potensi bahaya Risiko terhadap Potensi bahaya
menimbulkan risiko yang kesejahteraan atau yang
dampak jangka panjang menimbulkan kesehatan sehari- menimbulkan
pada kesehatan risiko langsung hari risiko pribadi dan
pada psikologis
keselamatan

1. Bahaya factor kimia 1. Kebakaran 1. Air Minum 1. Pelecehan,


(debu, uap logam, uap) 2. Listrik 2. Toilet dan termasuk
2. Bahaya faktor biologi 3. Potensi fasilitas mencuci intimidasi dan
(penyakit dan gangguan bahaya 3. Ruang makan pelecehan
oleh virus, bakteri, Mekanikal atau Kantin seksual
binatang dsb.) (tidak 4. P3K di tempat 2. Terinfeksi
3. Bahaya faktor fisik adanya kerja HIV/AIDS
(bising, penerangan, pelindung 5. Transportasi 3. Kekerasan di
getaran, iklim kerja, mesin) tempat kerja
jatuh) 4. House 4. Stress
4. Cara bekerja dan bahayas keeping 5. Narkoba di
factor ergonomis (posisi (perawatan tempat kerja
bangku kerja, pekerjaan buruk pada
berulangulang, jam kerja peralatan)
yang lama)
5. Potensi bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh polusi

19
pada perusahaan di
masyarakat

Tabel 8. Potensi Bahaya yang didapatkan di PT Kalla Kakao Industri


Potensi Risiko yang didapat di Upaya yang harus dilakukan pihak
Bahaya perusahaan perusahaan
Faktor Fisik 1. Bising 1. Melakukan langkah pengendalian berupa
2. Suhu elimimasi/ subtitusi/ isolasi/ engenerring
3. Vibration control/ safe work practice/ dan
4. Lantai produksi yang penggunaan APD
licin disebabkan 2. Mengetahui masing – masing nilai
ceceran butter ambang batas dari faktor fisik agar lama
Temuan risiko yang paparan atau jam kerja dapat disesuaikan
didapat berdasarkan 3. Melakukan rotasi kerja agar pekerja yang
wawancara dari pihak terpapar dapat mengurangi intensitas
perusahaan dan waktu paparan.
pengamatan langsung 4. Membuat exhaust fan di ruangan yang
pada lokasi kerja baik bersuhu tinggi dalam hal ini ruangan
yang sedang berproduksi produksi butter
maupun yang sedang 5. Melakukan pembersihan lantai rutin
tidak produksi 6. Menempel peringatan hati-hati mengenai
lantai yang licin

Faktor Debu, temuan risiko yang 1. Menyediakan masker np305 yang khusus
Kimiawi didapat berdasarkan untuk debu dan asap.
wawancara dari pihak 2. Membuat cerobong asap yang dilengkapi
perusahaan dan spray tower dan penyaringan debu
pengamatan langsung
pada lokasi kerja baik
yang sedang berproduksi
maupun yang sedang
tidak produksi
Faktor Terdapat beberapa mesin 1. Membersihkan sisa produksi yang masih
Biologi yang masih ada sisa-sisa menempel pada mesin produksi
produksi sehingga 2. Menyediakan tempat cuci tangan dan
menciptakan tempat sabun pada pintu pembatas bagian
untuk pertumbuhan jamur produksi
Faktor 1. Bekerja dalam posisi / 1. Melakukan penyuluhan rutin tentang
Ergonomi postur yang tidak kesehatan dan keselamatan kerja
sesuai manajemen 2. Menyesuaikan beban kerja dengan alat –
ergonomi alat yang digunakan
2. Penggunaan APD 3. Melakukan pengawasan terhadap
yang tidak tepat penggunaan APD.

Faktor Pekerjaan yang monoton. Melakukan refreshing berupa family

20
Psikososial gathering, olahraga futsal 2 kali seminggu.

C. Identifikasi Perilaku Sosial, Perilaku Kerja, dan Perilaku Lingkungan


Menurut organisasi Asosiasi Ergonomi Internasional (IEA) ergonomi atau
human factor sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus didalam memahami
interaksi antara manusia dan elemen lainnya didalam sebuah sistem dan ergonomi
adalah pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode didalam
mendesain dengan tujuan mengoptimalisasi keberadaan manusia dan keseluruhan
performa dalam suatu sistem. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha
untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya,
dengan tujuan tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya
melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimalnya.
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi
yaitu:
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
2. Mengurangi beban berlebihan;
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
6. Minimalisasi gerakan statis;
7. Minimalisasikan titik beban;
8. Mencakup jarak ruang;
9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
12. Mengurangi stres.
Tabel 9. Prinsip ergonomi yang tidak diterapkan di PT. Kalla Kakao Industri
Prinsip Ergonomi yang tidak
Masalah yang dapat timbul
diterapkan

21
Bekerja dalam posisi / postur yang
Dapat terjadi Low back pain
tidak sesuai manajemen ergonomi

Tidak melakukan peregangan Dapat terjadi kekakuan otot dan


otot/olahraga saat bekerja risiko cedera otot yang meningkat

Dapat meningkatkan ririko


Penggunaan APD yang belum tepat
timbulnya penyakit akibat paparan
saat bekerja seperti pelindung telinga
yang terus menerus seperti gangguan
dan masker
pendengaran dan saluran pernapasan

D. Identifikasi Penerapan K3 Di PT. Kalla Kakao Industri


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Nomor:
PER.05/MEN/1996 Sistem Manajemen K3 didalam suatu perusahaan diarahkan
kepada kemandirian perusahaan dan sangat bergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan tenaga kerja terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
upaya-upaya untuk menciptakan cara kerja dan kondisi kerja yang selamat.
Mekanisme operasi rutin dibuat sedemikian rupa telah diatur melalui sesuatu
mekanisme yang konsisten, maka tenaga kerja akan berlaku sebagaimana aturan
yang telah dibuat dan peluang penyimpangan dapat diperkecil, peluang
penyimpangan sangat berarti bagi pengendalian kemungkinan kecelakaan kerja oleh
faktor manusia.Alat pelindung Diri (APD)Alat pelindung diri terdiri dari beberapa
jenis berdasarkanfungsinya, antara lain:
1. Topi Pelindung (Safety Helmet)
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya
dengar benar sesuai peraturan.
2. Pelindung Mata (safety Glasses)
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau
serpihan besi yang beterbangan di tiup angin.Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata.
3. Masker Pelindung (safety Mask)

22
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat
kondisi lokasi proyek itu sediri.Berbagai material konstruksi berukuran besar
sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk
kayu sisa darikegiatan memotong, mengampelas, mengerut kayu.
4. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.Terkadang
efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa
penutup telinga ini.
5. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab
tajam selama menjalankan kegiatannya.
6. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu
hujan atau sedang mencuci alat).
7. Tali Pengaman (Safety Harness)
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian
tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman
atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja
dari kecelakaan kerja pada saat bekerja,
8. Sepatu kerja (safety shoes)
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki.Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran
dari bagian bawah.
9. Pakaian kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Menurut Sama’mur (2005 : 7), ada 5 indikator yang mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) , dimana indikator-indikator tersebut harus

23
dapat menjadi perharian perusahaan dalam mempekerjakan karyawannya. Adapun
indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat perlindung kerja
b. Ruang kerja yang aman
c. Penggunaan peralatan kerja
d. Ruang kerja yang sehat
e. Penerangan diruang kerja
Peranan K3 dalam lingkungan perusahaan PT Kalla Kakao Industri dalam
penerapan APD masih kurang karena dari hasil diskusi, wawancara dan pengamatan
langsung terhadap karyawan PT Kalla Kakao didapati bahwa telah tersedia APD
yang lengkap dari perusahaan tetapi tidak dipergunakan sesuai dengan sebagaimana
mestinya misalnya penggunaan alat pelindung telinga yang tidak digunakan pada
tempatnya dan kurangnya kesadaran pekerja menggunakan masker dilokasi kerja.
Ruang kerja PT Kalla Kakao industri telah sesuai dengan indikator K3 yaitu
nyaman dan sehat serta memenuhi pencahayaan yang cukup. Sedangkan untuk
peralatan kerja telah dilengkapi dengan alarm sumber bahaya, cara penggunaan, dan
peringatan bahaya pada alat-alat dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja.
PT Kalla Kakao Industri juga dilengkapi dengan sistem keamanan bencana
meliputi zona evakuasi jika terjadi bencana dan alarm yang akan memberikan
informasi adanya bahaya serta ancaman terhadap bangunan dan karyawan PT Kalla
Kakao industri.
Dalam bidang kesehatan karyawan, telah dibentuk tim K3, pelatihan K3
meliputi pembekalan dan training tentang ergonomi, PHBS, 5R dan lain-lain yang
terjadwal per tiga bulan. Untuk pencegahan penyakit, perusahaan menyediakan cek
laboratorium rutin tiap 6 bulan sekali yang bekerjasama dengan Laboratorium Prodia
dan dilakukan vaksinasi hepatitis pada seluruh karyawan sedangkan untuk asuransi
kesehatan PT Kalla Kakao Industri bekerjasama dengan BPJS ketenagakerjaan dan
asuransi In Healt. Bagi karyawan pensiuanan dengan usia ≥ 56 tahun diberikan
tunjangan pensiunan dari perusahaan. PT Kalla Kakao Industri tidak menyediakan
fasilitas kesehatan bagi karyawan yang cedera atau sakit selama bekerja sehingga
bagi karyawan yang mengalami hal tersebut akan ditangani oleh puskesmas ataupun
rumah sakit.

24
PT Kalla Kakao Industri menjamin kesehatan dan kenyaman konsumsi
karyawan dengan memberikan coffee break pagi dan sore serta makan siang yang
disediakan oleh perusahaan bekerja sama dengan pihak Rumah makan dengan sistem
pergantian setiap 2 minggu untuk menjamin kualitas sumber nutrisi karyawan.

E. Identifikasi Sebab Akibat dari Kemungkinan Kecelakaan Kerja dan


Pencegahannya
a. Kriteria Umum Penyakit Akibat Kerja
Kriteria umum penyakit akibat kerja sebagai berikut :9
1. Penyebab berhubungan dengan pekerjaan
2. Penderita selalu kontak dengan bahan penyebab dalam pekerjaan
3. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ini
4. Lesi mula – mula local ditempat kontak
5. Lesi membaik pada waktu cuti, timbul pada waktu masuk kembali

b. Jenis – Jenis Penyakit Akibat Kerja


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:5
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.

25
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.

26
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
c. Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Langkah – langkah untuk diagnosa penyakit akibat kerja :9
1. Pendekatan epidemiologis
a. Bila ditemukan adanya gangguan kesehatan / keluhan pada sekelompok
pekerja
b. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan kausal antara suatu pajanan
dengan penyakit
c. Identifikasi harus mempertimbangkan :
- Kekuatan asosiasi
- Konsistensi
- Spesifitas
- Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit
- Hubungan dosis
- Penjelasan patofisiologis
2. Pendekatan klinis (7 langkah diagnosis Penyakit Akibat Kerja)
a. Menentukan diagnosis klinis
Dalam mendiagnosis suatu penyakit harus melalui beberapa tahapan yaitu:
- Anamnesis, yang terdiri dari keluhan utama, riwayat perjalanan
penyakit saat ini, riwayat penyakit keluarga, riwayat penyakit dahulu,
dan riwayat reproduksi wanita ditanyakan kepada pasien secara
lengkap dan mendetail. Suatu anamnesis dapat dilakukan secara
autoanamnesis (secara langsung pada pasien) atau pada keluarga,
teman kerja dll (alloanamnesis).
- Pemeriksaan fisik, dilakukan untuk menentukan kelainan suatu
sistem atau organ tubuh dengan menggunakan 4 cara yaitu inspeksi
(melihat), palpasi (meraba), perkusi (mengetuk) dan auskultasi
( mendengar menggunakan alat stetoskop). Pemeriksaan fisik khusus
juga dilakukan  pemeriksaan tanda vital seperti nadi, pernafasan,

27
tekanan darah, suhu tubuh, status gizi dan tingkat kesadaran juga
diperiksa secara detail.
- Pemeriksaan penunjang, juga dilakuakn untuk memperkuat diagnosis
yang dihasilkan dari pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang yang
dilakukan dapat berupa pemeriksaan laboratorium (darah, urin, feses
dll) spirometri, audiometri, rontgen, USG, EKG dll.
b. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
Merupakan faktor risiko atau bahaya yang ada di tempat kerja. Bahaya
potensial yang dapat menyebabkan PAK dibagi menjadi :
Faktor Fisik :
- Kebisingan (>85db)
- Suhu panas
- Suhu dingin
- Radiasi bukan pengion yang termasuk didalamnya adalah gelombang
mikro, infra red, medan listrik , dll
- Getaran lokal
- Getaran seluruh tubuh
- Ketinggian
Faktor Kimia :
- Debu anorganik (contoh debu silika, debu semen, dll)
- Debu organik seperti kapas, textil, gandum
- Asap
- Bahan kimia berbahaya seperti logam berta, pelarut organik, iritan
asam/basa, pestisida, uap logam, dan cairan pembersih seperti amonia,
klor, kaporit dll.
Faktor Biologi :
- Bakteri / virus/ jamur/ parasit
- Darah dan cairan tubuh lain
- Nyamuk / serangga lainnya
- Limbah / kotoran manusia atau hewan
Faktor Ergonomi
- Gerakan berulang dengan tangan

28
- Angkat / angkut berat
- Duduk lama > 4 jam terus menerus
- Berdiri lama > 4 jam terus menerus
- Posisi tubuh tidak ergonomis
- Pencahayaan tidak sesuai
- Bekerja dengan layar/ monitor 4 jam / lebih dalam sehari
Faktor Psikososial
- Beban kerja yang tidak sesuai dengan waktu dan jumlah pekerjaan
- Pekerjaan tidak sesuai dengan penegtahuan dan keterampilan
- Ketidakjelasan tugas
- Hambatan jenajang karir
- Bekerja gilir (shift)
- Konflik dengan teman sekerja
- Konflik dalam
- Keluarga
c. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dengan penyakit
Menentukan hubungan antara pajanan dengan penyakit dapat dilakukan
berdasarkan evidence based  dan ditunjang dengan bukti yang ada.
d. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
Penentuan besarnya pajanan dapat dilakukan secara kuantitatif dengan
melihat data pengukuran lingkungan dan masa kerja atau secara kualitatif
dengan mengamati cara kerja pekerja.
e. Menentukan apakah ada faktor - faktor individu yg berperan
Peranan individu yang dimaksud adalah faktor yang mempercepat
terjadinya penyakit akibat kerja atau juga menurunkan kemungkinan
penyakit akibat hubungan kerja yang seperti genetik atau juga kurang tertib
dalam menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
f. Menentukan apakah ada faktor – faktor lain diluar pekerjaan
Faktor lain yang dimaksud adakah pajanan selain di tempat kerja, faktor
gaya hidup yang dapat menunjang terjadinya penyakit dll.
g. Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja

29
Melalui beberapa tahapan diatas dapat dibuktikan bahwa minimal ada
satu faktor pekerjaan yang berperan sebagai penyebab penyakit yang
termasuk kategori PAK.

Setiap penyakit akibat kerja yang ditemukan harus dilaporkan sesuai dengan
KEPMENAKER No. 333/MEN/1989 dalam 2 x 24 jam yang dirincikan sebagai
berikut :
1. Identitas : Nama, NIP, umur, jenis kelamin, jabatan, unit kerja, lama kerja, nama
perusahaan, jenis perusahaan, alamat perusahaan
2. Anamnesis : Riwayat pekerjaan, keluhan, riwayat penyakit
3. Hasil pemeriksaan mental dan fisik termasuk hasil pemeriksaan tambahan mis.
Lab, Radiologi, dan EKG
4. Hasil pemeriksaan lingkungan kerja dan cara kerja, lama waktu paparan, dan
penggunaan APD
5. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum kerja, sebelum penempatan,
berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus
6. Resume : Faktor – faktor pendukung disgnosis dari anamnesis, pemeriksaan
lingkungan kerja, cara kerja, dan waktu paparan nyata
7. Kesimpulan ; Penderita menderita atau tidak mendaerita penyakit akibat kerja,
diagnosis
d. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit
(five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:6,10
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi,
lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan
seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan
kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata

30
kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung
tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara
sempurna dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan
kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan
mencoba menempatkan keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Khusus untuk pengendalian bahaya di tempat kerja, dapat digunakan suatu
hirarki pengendalian bahaya. Pengendalian risiko merupakan suatu hirarki
(dilakukan berurutan sampai dengan tingkat risiko/ bahaya berkurang menuju titik
yang aman). Hirarki pengendalian tersebut antara lain :

1) Eliminasi
Menghilangkan sumber bahaya Risiko yang ada pada pengendalian ini
dihilangkan atau dikurangi sehingga tidak ada tingkat risiko yang dapat diterima
2) Substutusi
Merupakan teknik pengendalian bahaya dengan mengganti alat, bahan, sistem
atau prosedur yang berbahaya dengan yang lebih aman atau lebih rendah risikonya
3) Kontrol (Pengendalian) Teknis/ Perancangan
Pengendalian bahaya dapat dilakukan melalui perbaikan pada desain, penambahan
peralatan, dan pemasangan peralatan pengaman antara lain dapat berupa isolasi,
guarding dan ventilasi
4) Administratif
Pengendalian administratif dapat dilakukan melalui rotasi penempatan kerja,
pemberian pendidikan dan pelatihan, penataan dan kebersihan, perawatan secara
berkala terhadap alat yang digunakan, pengaturan jadwal kerja, istirahat, cara
kerja atau prosedur kerja yang lebih aman atau pemeriksaan kesehatan
5) APD

31
Penggunaan APD dilakukan sebagai pilihan terakhir untuk pengendalian bahaya,
misalnya dengan menggunakan helm, masker, kacamata, sarung tangan dan lain-
lain

Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:10
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD

32
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan observasi, masih terdapat beberapa potensi bahaya pada
pekerja antara lain; kesadaran penggunaan APD masih kurang, golongan fisik :
kebisingan dan panas, golongan kimiawi : debu, uap, golongan biologi : jamur.
Selain itu pada PT Kalla Kakao Industri masih belum tersedia klinik
kesehatan dan tenaga medis terlatih untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kerja (mis. Dokter perusahaan).
Penerapan K3 sudah sesuai dengan indikator K3 yaitu APD, ruang kerja
yang nyaman, aman dan sehat serta peralatan kerja dan penerangan yang memenuhi
standar.
B. Saran
1. Diharapkan semua karyawan dapat menerapkan prinsip-prinsip K3 secara
maksimal seperti menggunakan APD saat bekerja sesuai dengan tempat kerjanya
masing-masing, mengangkut barang dengan cara yang benar
2. Sebaiknya diadakan klinik kesehatan dan tenaga medis terlatih untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja
3. Diharapkan perusahaan mampu memiliki klinik sendiri yang dibekali oleh
tenaga medis terlatih seperti dokter sebagai perwujudan pemenuhan kebutuhan
karyawan dalam bidang kesehatan dan keselamatan kerja.

33
DAFTAR PUSTAKA

1. ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sarana untuk produktivitas. Jakarta :
International Labour Organization
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perkantoran
3. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja.Surakarta: PT Harapan Press.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri
5. Suma'mur. 2001. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung
Agung
6. Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja.   Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf
7. Johnston, RT. Principles of diagnosing occupational diseases- special considerations
to avoid “creating” an entity. Calif Med. 1958 Aug; 89(2): 117–120. Diakses
melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1512317/.
8. Keputusan Menteri Kesehatan no.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja
9. Keputusan Presiden Republik Inonesia No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja.
10. Soemarko, DS. Pedoman Status Okupasi. Universitas Indonesia.
11. Zuhny EK, Badraningsih L. 2013. Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta :
Raja Grafindo Perkasa

34
Lampiran

Data Hasil Pemeriksaan Kesehatan Karyawan PT. KAKAO

Pemeriksaan
N Pemeriksaan
Nama Gula Darah Kolesterol
O Asam Urat
Sewaktu
1 Muh. Al-Mahdi TDP 131 (N) Error
2 Didit 6,5 (N) 135 (N) 125 (N)
3 Prisma 4,3 (N) 98 (N) Error
4 Ayu Dwi Puspa 5,3 (N) 86 (N) TDP
5 Herman 6,5 (N) 131 (N) TDP
6 Hamson TDP 45 128 (N)
7 Ahmad AC TDP TDP 263 (***)
8 Sudirman 3,6 (N) TDP TDP
9 Islamudin 3,3 (N) TDP TDP
10 Yurnal TDP 109 (N) TDP
11 Nasir 4,5 (N) 119 (N) TDP
12 Jannah 5,6 (N) 98 (N) -
13 Ld. M Miskkamar 7,7 109 (N) 170 (N)
14 Sigit 6,9 (N) 55 152 (N)
15 Fajar 6,5 (N) 131 (N) 108 (N)

35
DOKUMENTASI

Melakukan Factory Tour

Registrasi dan Anamnesis Pekerja PT KKI

36
Pemeriksaan Fisis Pekerja PT KKI

37
Pemeriksaan Gula Darah, Kolestrol, Asam Urat

Para Pekerja Mengantri Untuk Pemeriksaan Kesehatan

38
Hasil Produk Biji Coklat

39
Alat-alat Produksi PT KKI

40
Rambu Rambu terkait Keselamatan Kerja

Alat-alat Terkait Keselamatan Kerja

41

Anda mungkin juga menyukai