Disusun Oleh :
Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya. Penyusun dapat menyelesaikan Makalah ini dengan baik meskipun
banyak kekurangan didalaminya
Penyusun sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Makalah “Pelaporan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)”
Penyusun juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penyusun berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan Makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu
yang sempurna. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun dapat berguna bagi penyusun sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kelompok
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
pemertintah. Program ini lahir dari keprihatinan akan banyaknya kecelakaan yang terjadi
ditempat kerja yang mngakibatkan penderitaan bagi pekerja maupun keluarga pekerja.
Karena frekuensi kerja tidak begitu banyak, maka banyak yang memandang sebelah mata
pada program ini. Undang-undang dibidang K3 sudah ada sejak tahun 1970 yaitu No. 1
tahun 1970 yang mulai di undangkan pada tanggal 12 Januari 1970 yang juga dijadikanhari
lahirnya K3. Namun, hingga tahun 2000 K3 baru mulai banyak dikenal dikalanga
nmasyarakat dan perusahaan karena memiliki faktor penting bagi produktifitas dan
kesehatanyang baik merupakan potensi untuk meraih produktifitas kerja yang baik pula.
Pekerjayang menuntut produktifitas kerja tinggi hanya dapat dilakukan oleh tenaga kerja
dengankondisi kesehatan prima. Sebaliknya keadaan sakit atau gangguan kesehatan
menyebabkan tenaga kerja tidak atau kurang produktif dalam melakukan pekerjaannya.
perusahaan besar, pabrik, kantor, ataupun instansi yang berskala besar sudah
sepatutnyauntuk menerapkan K3. Namun, hal ini masih sangat jarang didapatkan
Bandara Halu Oleo Kendari yang saat ini menjadi acuan kami yang semestinya sudah
dapatmenerapkan K3, tetapi sampai saat ini belum dapat menerapkan hal tersebut.
mencapai lebihdari 190 milyar di tahun 2003, jelaslah bahwa masalah K3 selayaknya
diabaikan.
Di dunia, hampir setiap tahunnya pada tempat kerja terdapat 250 juta pekerja yang
mengalami cidera, 150 juta pekerja yang terkena penyakit akibat kerja dan lebih dari 1,1
juta pekerja yang meninggal dunia (Titas D, 2013).
Badan pusat statistic0mencatat jumlah angkatan kerja padaa agustus 2019 sebanyak
133.56 juta0orang, mengalami penurunan 2.62 juta orang dibandingkan februari 2019.
Penduduk bekerja sebanyak 126,51 juta orang. Dari jumlah tersebut, sebanyak057,5 persen
adalah lulusan SD dan SMP. Hal tersebut berpotensi terhadap0rendahnya kesadaran
pentingnya perilaku selamat dalam bekerja. 0Sementara itu terkait keselamatan kerja
berdasarkan data BPJS ketenagakerjaan, pada tahun 2018 telah terjadi 157.313 kasus
kecelakaan kerja dan sepanjang0januari hinggaseptember 2019 terdapat 130.923 kasus. Hal
ini menunjukkan terjadinya penurunan kasus kecelakaan kerja sebesar 26,40%. Termasuk
dalam kategori kecelakaan kerja adalah kecelakaan lalu lintas pada perjalanan pekerja
menuju tempat kerja, dari tempat kerja menuju tempat tinggal (Selly, 2015).
dikemudian hari dan menimbulkan akibat yang lebih besar. Near miss bukan hanya sulit
untuk diterjemahkan tetapi juga cenderung untuk terlewatkan dari pencatatan dan pelaporan.
Hal ini diakibatkan karena kurangnya kesadaran akan kesehatan dan keselamatan, sehingga
near miss yang pada dasarnya merupakan potensi kecelakaan dianggap sebagai kejadian
Data laporan kecelakaan kerja pada tahun 2017 sampai dengan pertengahan tahun
2018 menjelaskan 90% kecelakaan kerja yang disebabkan oleh faktor perilaku tidak aman.
Data yang diperoleh dari ESDM, data kecelakaan kerja akibat perilaku tidak0aman di
Indonesia mencapai 107 kasus, dengan kategori meninggal 27 kasus. Salah satu peneltian
2017 sampai dengan pertengahan tahun 20180telah terjadi 7 kasus kecelakaan yang
disebabkan oleh faktor unsafe act. 0Pada bagian lambung terdapat 4 kasus kecelakaan, 2
kasus pada bagian Dock, 0dan 1 kasus kecelakaan pada bagian peralatan. Sedangkan
dari berbagai sisi0seperti dari sisi hukum, perlindungan tenaga kerja, ekonomi,
keamanannya. Keselamatan bukan hanya sekedar urusan pekerja di tempat kerja tetapi
Keselamatan diperlukan dalam kehidupan masyarakat luas tidak hanya ditempat kerja
Berd asarkan observasi yang dilakukan dan hasil wawancara yang peneliti
lakukan di PTPN XIV Pabrik Gula0Takalar bahwa terdapat 4 kecelakaan kerja yang
terjadi lima tahun terakhir0diantaranya pada tahun 2016 terjadi kecelakaan kerja
tergelincir dan0terjatuh diketinggian 4 meter, pada tahun 2017 terjepit penggilingan
dan0tersetrum listrik, ditahun 2020 terjepit penggilingan. Tercatat 781 orang0pekerja
tetap.
KAJIAN PUSTAKA
adalah pendekatan yang menentukan standar yang menyeluruh dan bersifat (spesifik),
“Secara filosofis, Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan jasmani maupun rohani tenagakerja,
pada khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya
seperti cacat dan kematian akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja dalam
hubungannya dengan perlindungan tenaga kerja adalah salah satu segi penting dari
iklimyang aman dan tenang dalam bekerja sehingga sangat membantu hubungan kerja
Tenaga Kerja R.I. No. Kep. 463/MEN/1993 adalah keselamatan dan kesehatan
kerjaadalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lainnya di
tempatkerja /perusahaan selalu dalam keadaan selamat dan sehat, serta agar setiap
“Konsep dasar mengenai keselamatan dan kesehatan kerja adalah perilaku yang
tidak aman karena kurangnya kesadaran pekerja dan kondisi lingkungan yang tidak
aman”. (http://ohsas-18001-occupational-health-and-safety.com).
“Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (Ervianto,
2005, hal 199).”
“Alat pelindung diri guna keperluan kerja harus diidentifikasi, kondisi dimana
alat pelindung diri harus dikenakan, harus ditentukan, dan direncanakan secara
sesuai,serta dirancang meliputi training dan pengawasan untuk tetap terjamin
(http://www.ohsas-18001-occupational-health-and-safety.com/)
Beberapa pendapat para ahli tentang tujuan dari keselamatan dankesehatan kerja
antara lain :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja dan orang lain di
tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat di gunakan secara aman dan efesien.
Untuk mendapatkan kualitas dan kuantitas yang diinginkan, perlu adanya suatu
alat yang mengontrol jalannya proses. Selain itu peranan sumber daya manusia juga
sangat penting dalam menentukan suatu produksi. Dengan pertimbangan di atas perlu
adanya suatu bagian yang berfungsi untuk mengontrol peralatan dan menjaga
keselamatan pekerja.
3.1 INSTRUMENTASI
Dalam mengatur dan mengendalikan kondisi operasi pada alat proses diperlukan
adanya alat-alat kontrol atau instrumentasi. Instrumentasi dapat berupa suatu petunjuk
(indikator), perekam (recorder), pengendali (controller). Dalam industri kimia banyak
variabel yang perlu diukur atau dikontrol seperti : temperatur, tekanan, laju alir,
ketinggian cairan pada suatu alat. Instrumentasi merupakan bagian yang penting dalam
pengendalian proses suatu pabrik industri. Pada dasarnya alat control hanya digunakan
pada alat yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan.
**