Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH PRINSIP KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

PENERAPAN PROGRAM WISE PADA INDUSTRI KECIL DEPO AIR ISI ULANG

Disusun Oleh:

Al Ciptaning Laras

2106798912

Dosen Pembimbing:

Ibu Ambar W. Roestam, SKM, MOH

MAGISTER KEDOKTERAN KERJA

DEPARTEMEN ILMU KEDOTERAN KOMUNITAS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA 2022


BAB I

PENDAHULUAN

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu kepentingan dan kebutuhan kolektif
dari pengusaha, pekerja dan pemerintah di seluruh dunia. Menurut estimasi International Labour
Organization (ILO), setiap tahunnya, terdapat 2 juta orang meninggal di dunia karena masalah-
masalah akibat kerja. Dari jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Selain itu,
setiap tahun ada 270 juta pekerja yang mengalami kecelakaan akibat kerja dan 160 juta yang
terkena penyakit akibat kerja. Adapun biaya yang harus dikeluarkan untuk masalah-masalah
akibat kerja ini amat besar. ILO memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat
kecelakaan-kecelakaan dan penyakit- penyakit akibat kerja setiap tahun lebih dari US$1.25
triliun atau sama dengan 4% dari Produk Domestik Bruto (GDP).

Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi


dibanding negara-negara industri maju. Di negara-negara berkembang, kebanyakan kecelakaan
dan penyakit akibat kerja terjadi di sektor pertanian, perikanan dan perkayuan, pertambangan dan
konstruksi. Praktek-praktek ergonomis yang kurang memadai mengakibatkan gangguan pada
otot, yang mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas pekerja. Masalah-masalah K3 ini
merupakan bagian penting dalam agenda ILO. Pada tahun 2003, ILO mensosialisasikan standar-
standar K3 sebagai bagian dari pendekatan yang terintegrasi dan mencapai persetujuan mengenai
strategi K3 global yang menghimbau dilakukannya suatu aksi yang “jelas dan terpusat” untuk
mengurangi angka kematian, luka-luka dan penyakit akibat kerja.

ILO menghimbau adanya usaha bersama untuk meningkatkan keselamatan para pekerja. Strategi
global mengenai K3 terdiri dari terciptanya budaya keselamatan dan kesehatan kerja yang kuat di
semua perusahaan dan pengenalan akan pendekatan yang sistematis terhadap manajemen K3.
Suatu pendekatan sistematis terhadap manajemen K3 di tingkat perusahaan telah dikembangkan
dalam “Panduan ILO mengenai Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (ILO-
OSH-MS- 2001)”.
Strategi-strategi untuk meningkatkan kondisi-kondisi kerja harus diperluas agar mencakup
semua pekerja, khususnya pekerja di perusahaan-perusahaan kecil dan menengah serta di sektor
ekonomi informal, juga pekerja-pekerja di kelompok-kelompok rentan termasuk pekerja muda,
penyandang cacad dan buruh migran, serta pekerja mandiri. Pekerja yang termasuk kelompok
rentan ini harus diberi pertimbangan khusus. Strategi yang dilakukan harus peka terhadap unsur
jender untuk melindungi pekerja pria maupun wanita. ILO mendukung terciptanya mekanisme
pelatihan K3 untuk mencapai semua pekerja dan wakil-wakilnya serta para pengusaha melalui
paket-paket pelatihan seperti . Work Improvement in Small Enterprises (WISE).

Adapun di Indonesia, Kemenperin mencatat bahwa jumlah unit usaha IKM di dalam negeri terus
mengalami peningkatan setiap tahun. Misalnya, pada tahun 2013, sebanyak 3,43 juta IKM, naik
menjadi 3,52 juta IKM pada tahun 2014. Kemudian, mampu mencapai 3,68 juta IKM di tahun
2015, dan bertambah lagi hingga 4,41 juta tahun 2016. Pada triwulan II tahun 2017, jumlah IKM
berada di angka 4,59 juta unit usaha. Dengan mencapai 4,4 juta unit usaha IKM di tahun 2016,
tenaga kerja yang terserap sebanyak 10,1 juta orang. Jumlah tersebut mendominasi dari populasi
dan tenaga kerja industri di Indonesia. Diyakini bahwa jumlah IKM nasional akan semakin
meningkat seiring pertumbuhan kelas menengah yang diperkirakan mencapai 70 persen dari total
penduduk Indonesia pada tahun 2025 nanti.

Seperti telah diketahui, Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun
2018 mengatur kegiatan pelaksanaan syarat keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada
lingkungan kerjanya, dan aturan ini bersifat wajib bagi pengusaha. Adanya penerapan K3 pada
suatu usaha diharapkan dapat menghasilkan berbagai manfaat, diantaranya dapat menciptakan
lingkungan kerja yang aman, sehat, dan nyaman dalam rangka mencegah adanya kecelakaan
kerja dan penyakit akibat kerja. Seperti telah disebutkan diatas, Work Improvement in Small
Enterprises (WISE) merupakan program praktis yang dikembangkan oleh Organisasi Perburuhan
Internasional (ILO) dan Kementrian Ketenagakerjaan Republik Indonesia yang membahas
mengenai program K3 yang khususnya terjadi pada Industri Kecil dan Menengah (IKM).
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa penerapan standar WISE dapat memberi pengaruh yang
positif pada kapasitas kerja dan produktivitas kerja serta dapat menghasilkan kepuasan
manajemen terhadap proyek perusahaan.
Di Indonesia, studi literatur yang membahas mengenai penerapan WISE pada IKM masih
sangat sedikit. Oleh karena itu penulis ingin berkontribusi dengan cara menulis kajian tentang
penerapan program WISE pada IKM yang berupa depo gallon isi ulang. Kajian ini mempunyai 2
tujuan, yaitu untuk menambah referensi kajian tentang penerapan program WISE dan untuk
berkontribusi terhadap penerapan K3 pada IKM. Harapan penulis, hasil kajian ini dapat
menambah referensi tentang penerapan program K3 dalam perancangan sistem kerja yang
berupa program WISE pada suatu IKM. Sedangkan bagi IKM yang berupa depo air isi ulang,
hasil penelitian ini bisa berperan sebagai pedoman untuk memperbaiki perancangan sistem kerja
serta mencegah atau mengendalikan risiko kecelakaan kerja.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai