Anda di halaman 1dari 9

1.

Penilaian Laik Kerja (Fit To Work)

1.1. Definisi

Penilaian untuk memastikan bahwa seorang individu secara medis dapat melakukan tugas
dalam pekerjaannya secara efektif tanpa menimbulkan risiko berarti bagi dirinya sendiri,
pekerja lainnya, maupun lingkungan.

Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja merupakan salah satu kegiatan penting dalam rangka
mendapatkan pekerja yang sehat dan sesuai (fit) dengan risiko kesehatan yang mungkin
dihadapinya di tempat kerja (fit to work), agar dalam malaksanakan tugasnya nanti ia tidak
terganggu kesehatannya dan sebaliknya pekerjaannya juga tidak terganggu karena
keterbatasan fisik dan mentalnya, pemeriksaan kesehatan tersebut berupa pemeriksaan fisik,
jiwa, laboratorium, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya di sarana kesehatan yang
nantinya disimpulkan dengan sehat untuk bekerja (fit to work) tidak sehat untuk bekerja
(unfit to work) oleh dokter penanggung jawab sarana Kesehatan. Tidak sehat untuk bekerja
(unfit to work) adalah keadaan tidak sehat seorang calon tenaga kerja berdasarkan dari hasil
pemeriksaan kesehatan, baik terhadap kondisi fisik maupun jiwanya sehingga orang tersebut
disimpulkan tidak dapat bekerja.

1.2.Standard Pemeriksaan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Untuk Penilaian Laik


Kerja
1. Anamnesis
Dokter pemeriksa kesehatan menegaskan agar pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
dijawab oleh pekerja dengan jelas dan benar.
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat penyakit dahulu
c. Riwayat perawatan di rumah sakit: pernah dirawat, alasan dirawat, lama dan jenis
penyakit yang diderita.
d. Riwayat kecelakaan : pernah mendapat kecelakaan, dirawat atau tidak, berapa
lama perawatan dan menderita cacat sementara atau tetap.
e. Riwayat operasi : pernah operasi atau tidak, jenis operasi, kapan di operasi,
dimana dan berapa lama perawatan pasca operasi.
f. Riwayat pekerjaan sebelumnya : pernah bekerja atau belum, dimana dan berapa
lama serta mengapa berhenti dari pekerjaan tersebut.
g. Riwayat haid, bagi tenaga kerja wanita perlu ditanyakan kapan mulai haid, teratur
atau tidak, sakit atau tidak, masalah kehamilan, melahirkan, keluarga berencana,
keguguran dan jumlah anak. Riwayat penyakit keluarga: Diabetes Melitus,
hipertiroid, kanker dll
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik lengkap dilakukan menurut perincian dalam kartu pemeriksaan,
pemeriksaan fisik diselenggarakan di tempat yang penerangannya cukup dan dalam
suasana tenang serta tidak tergesa-gesa, adapun rincian pemeriksaan meliputi :

a. Berat badan
b. Tinggi badan
c. Denyut nadi
d. Frekuensi pernafasan
e. Tekanan darah
f. Pemeriksaan mata
g. Pemeriksaan THT
h. Pemeriksaan Gigi dan Mulut
i . Pemeriksaan Leher
j. Pemeriksaan Dada
k. Pemeriksaan Jantung
l . Pemeriksaan Paru
m. Pemeriksaan Abdomen
n. Urogenital
o. Pemeriksaan Kulit dan Kelamin
p. Pemeriksaan Ekstremitas
q. Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan fisik dilakukan secara teliti agar hasil pemeriksaan sesuai dengan di negara
tujuan yang bersangkutan. Selain itu bila diperlukan dapat menggunakan Spirometri,
Audiometri dan lain-lain sesuai permintaan negara tujuan.
3. Kesimpulan hasil pemeriksaan fisik ada/tidak ada kelainan (bila ada kelainan agar
dijelaskan).

1.3.Standar Pemeriksaan Jiwa / Psikiatrik


Pada pemeriksaan psikiatrik yang bertujuan mendapatkan data tentang fungsi kejiwaan dapat
dilakukan melalui:
1. Kontak verbal antara dokter dengan calon pekerja (anamnesis)
2. Observasi tampakan umum dan perilaku calon pekerja
3. Pengamatan interaksi antara dokter dengan calon pekerja
4. Pengamatan interaksi antara calon pekerja dengan lingkungan
5. Pemahaman humanistik dokter mengenai calon pekerja.
Tahapan pemeriksaan psikiatrik meliputi :
1. Anamnesis
Dokter pemeriksa kesehatan menegaskan agar pertanyaan-pertanyaan dijawab oleh calon
pekerja dengan jelas dan benar.
Adapun pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut :
a. Hal-hal yang pernah dikeluhkan (dalam setahun terakhir) atau alasan calon pekerja
pernah berobat
b. Hal-hal yang pernah dialami berkaitan dengan jiwa.
2. Pemeriksaan Psikiatrik
Dokter pemeriksa melakukan pengamatan yang meliputi :
a. Penampakan Umum (kesadaran)
b. Sikap dan perilaku motorik
c. Pikiran
d. Perasaan (afek/emosi)
3. Pemeriksaan Penunjang Psikiatrik
Dokter pemeriksa melakukan pemeriksaan penunjang psikiatrik melalui :
a. MINI (Mini Neuropsychiatric Interview)
b. MMPI (Minnesota Multiphasic Personality Inventory)
Pemeriksaan penunjang psikiatrik dilakukan untuk konfirmasi.
4. Kesimpulan hasil pemeriksaan psikiatrik : ada/tidak ada gangguan neurotik
berat atau psikotik

1.4.Standar Pemeriksaan Laboratorium


Kemampuan pemeriksaan laboratorium kesehatan terdiri dari jenis pemeriksaan dan metode
pemeriksaan yang dilaksanakan sesuai standard yang ditetapkan. Pemeriksaan hematologi
menggunakan hematology analyzer, pemeriksan Imunologi : HbsAg, Anti HCV dan Anti HIV
minimal menggunakan peralatan Elisa lengkap (mikroplate, washer, reader dan incubator) dan
dilengkapi dengan pembacaan absorbance/cut off serta ada print out, pemeriksaan kimia klinik
menggunakan fotometer dengan reagen kimia basah (wet-chemistry). Pemeriksaan kimia klinik
tidak boleh memakai reagen dry chemistry. Pemeriksaan mikrobiologi dengan menggunakan
mikroskop binokuler, sedang pemeriksaan Narkotika Psikotropika dan Tes Kehamilan dengan
cara rapid.
1.5.Standard pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan radiologi dilakukan dengan memperhatikan hal-hal meliputi persiapan, posisi,
pengambilan foto, skema interpretasi, pembacaan dan pelaporan hasil pemeriksaan serta
kesimpulan. Jenis foto yang dibuat adalah foto toraks.
1. Persiapan
a. Perhatikan kontra indikasi pemeriksaan sinar-x pada calon pekerja hamil.
b. Semua pakaian bagian atas dilepas dan mengenakan pakaian khusus.
c. Perhiasan dan asesori lain di lepas.
d. Rambut di ikat di atas kepala.
e. Pemberian label identitas dan penanda kanan atau kiri (R atau L).
2. Posisi
a. calon pekerja berdiri dengan dada menghadap ke vertical cassette stand dan sedikit
condong ke depan
b. Dinding dada dan ke dua bahu kontak dengan kaset film (posisi ke dua bahu turun)
Posisi tangan bertolak pinggang dengan siku ke depan Kepala ke depan dengan dagu
di atas tepi kaset film
c. Alat reproduksi dilindungi apron
3. Pengambilan foto
a. Proyeksi PA dan tegak lurus dengan film
b. Central ray tertuju ke kolumna spinalis pada level bagian bawah scapula
c. Centering, collimation pada permukaan kulit arkus kosta inferior, identifikasi tepinya
d. Menahan napas pada inspirasi yang dalam
4. Skema interpretasi
Tipe dan kualitas radiografi :
a. Identitas terbaca dengan jelas.
b. Penanda kanan dan kiri (R atau L) pada posisi yang benar.
c. Skapula tidak superposisi dengan rongga toraks.
d. Simetris : prosesus spinosus terletak di tengah antara clavicula.
e. Inspirasi cukup: iga posterior 9 atau10 tidak superposisi dengan diafragma.
f. Kondisi foto baik terlihat sampai vertebra torakal 3 dan 4.
Foto toraks mampu mendeteksi kelainan-kelainan pada:
- Dinding dada : Jaringan lunak dan tulang
- Diafragma dan pleura
- Mediastinum, jantung dan hila
- Parenkim paru
- Benda asing
5. Pembacaan dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan
a. Hasil pemeriksaan radiodiagnostik menjadi tanggung jawab dokter spesialis
radiologi.
b. Semua foto dibaca oleh seorang dokter spesialis radiologi.
6. Kesimpulan : normal /ada kelainan (dijelaskan).

1.5. Penilaian Hazard Lingkungan Kerja


Selain pemeriksaan-pemeriksaan diatas, diperlukan penilaian potensi pajanan yang ada di
lingkungan kerja. Data tentang hazard dan risiko yang bersumber dari lingkungan kerja (data
higiene industri), kondisi pekerjaan (data ergonomik), serta pengorganisaian pekerjaaan dan
budaya kerja (data kepersonaliaan) didapat dari hasil pengukuran oleh personal Klinik Kesehatan
Kerja atau pihak ketiga yang ditunjuk Klinik Kesehatan Kerja, atau berupa data sekunder dari
pihak pengguna jasa.
1.6.Jenis Pemeriksaan Kesehatan Untuk Penilaian Laik Kerja Berdasarkan Waktunya.
1. Pemeriksaan Awal: pemeriksaan kesehatan yang dilakukan sebelum seseorang calon/pekerja
(petugas kesehatan dan non kesehatan) mulai melaksanakan pekerjaannya. Pemeriksaan ini
bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang status kesehatan calon pekerja dan
mengetahui apakah calon pekerja tersebut ditinjau dari segi kesehatannya sesuai dengan
pekerjaan yang akan ditugaskan kepadanya. 
Pemerikasaan kesehatan awal ini meliputi: 
a. Anamnesis pekerjaan
b. Penyakit yang pernah diderita
c. Alrergi
d. Imunisasi yang pernah didapat
e. Pemeriksaan badan
f. Pemeriksaan laboratorium rutin Pemeriksaan tertentu :
-      Tuberkulin test
-      Psiko test
2. Pemeriksaan Berkala: pemeriksaan kesehatan yang dilaksanakan secara berkala dengan jarak
waktu berkala yang disesuaikan dengan besarnya resiko kesehatan yang dihadapi. Makin
besar resiko kerja, makin kecil jarak waktu antar pemeriksaan berkala. Ruang lingkup
pemeriksaan disini meliputi pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus seperti pada
pemeriksaan awal dan bila diperlukan ditambah dengan pemeriksaan lainnya, sesuai dengan
resiko kesehatan yang dihadapi dalam pekerjaan.
3. Pemeriksaan Khusus: pemeriksaan kesehatan yang dilakukan pada khusus diluar waktu
pemeriksaan berkala, yaitu pada keadaan dimana ada atau diduga ada keadaan yang dapat
mengganggu kesehatan pekerja. Sebagai unit di sektor kesehatan pengembangan K3 tidak
hanya untuk intern laboratorium kesehatan, dalam hal memberikan pelayanan paripurna juga
harus merambah dan memberi panutan pada masyarakat pekerja di sekitarnya, utamanya
pelayanan promotif dan preventif. Misalnya untuk mengamankan limbah agar tidak
berdampak kesehatan bagi pekerja atau masyarakat disekitarnya, meningkatkan kepekaan
dalam mengenali unsafe act dan unsafe condition agar tidak terjadi kecelakaan dan
sebagainya.
1.7.Undang-undang yang Mengatur Tentang Penilaian Laik Kerja.

UU no 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan, Pasal 86 :


(1)   Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas :
          a.  keselamatan dan kesehatan kerja;
          b.  moral dan kesusilaan; dan
         c.  perlakuan  yang  sesuai  dengan  harkat  dan  martabat  manusia  serta  nilai-nilai agama.
(2)  Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang
optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.
)  Perlindungan  sebagaimana  dimaksud  dalam  ayat  (1)  dan  ayat  (2)  dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
UU no 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, Pasal 8 :
(1) Pengurus diwajibkan memeriksa kesehatan badan, kondisi mental, dan kemampuan fisik dari
tenaga kerja yang akan diterimanya maupun akan dipindahkan sesuai dengan sifat-sifat
pekerjaan yang diberikan kepadanya
Mengenai jenis pemeriksaan kesehatan kerja tertuang dalam Permenakertrans No.: Per-
02/MEN/1980 Tentang Pemeriksaan Kesehatan Tenaga Kerja Dalam Penyelenggaraan
Keselamatan Kerja, dimana jenis-jenis pemeriksaan kesehatan kerja terdiri dari :
1. Pemeriksaan Kesehatan sebelum kerja
Definisi : pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum seorang tenaga kerja
diterima untuk melakukan pekerjaan. —–> Pasal 1
Tujuan : agar tenaga keria yang diterima berada dalam kondisi kesehatan yang setinggi-
tingginya, tidak mempunyai penyakit menular yang akan mengenai tenaga kerja lainnya, dan
cocok untuk pekerjaan yang akan dilakukannya sehingga keselamatan dan kesehatan tenaga
kerja yang bersangkutan dan tenaga kerja lain-lainnya juga dapat dijamin. —> Pasal 2
Periode : Semua perusahaan sebagaimana tersebut dalam pasal 2 ayat (2) Undang-undang No.
1 Tahun 1970 harus mengadakan Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Kerja. —> Pasal 2
2. Pemeriksaan kesehatan Berkala
Definisi : pemeriksaan kesehatan pada waktu-waktu tertentu terhadap tenaga kerja yang
dilakukan oleh dokter. ——–> Pasal 1.
Tujuan :  untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga keria sesudah berada dalam
pekerjaannya serta menilai kemungkinan adanya pengaruh – pengaruh dari pekerjaan seawal
mungkin yang perlu dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan. ——> Pasal 3.
Periode : Semua perusahaan sebagaimana dimaksud pasal 2 ayat (2) tersebut di atas harus
melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi tenaga kerja sekurang-kurangnya 1 tahun
sekali kecuali ditentukan lain oleh Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Perburuhan dan
Perlindungan Tenaga Kerja. ——> Pasal 3
3. Pemeriksaan Kesehatan Khusus
Definisi : pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus terhadap tenaga
kerja tertentu. ——–> Pasal 1
Tujuan : untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap tenaga
kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. ——> Pasal 5
Periode : apabila terdapat keluhan- keluhan di antara tenaga kerja, atau atas pengamatan
pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat Bina Hyperkes
dan Keselamatan dan Balai- balainya atau atas pendapat umum di masyarakat. ——> Pasal 5
Pemeriksaan Kesehatan Khusus dilakukan pula terhadap:
1. Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang memerlukanm
perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.
2. Tenaga kerja yang berusia di atas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga kerja wanita
dan/tenaga kerja cacat serta tenaga kerja muda yang melakukan pekerjaan tertentu.
3. Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai gangguan-gangguan
kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.

Aminoff, M. et al. 2005. Lange Clinical Neurology 6th ed. USA: Lange Medical Book/McGraw-
Hill

Koh D., Jeyaratnam J., 2009. Buku Ajar Praktik Kedokteran Kerja. Jakarta : EGC

Soemarko, Dewi. Penilaian ‘Laik Kerja’ (Fit To Work) dan Program Kembali Kerja. Materi
Kuliah Umum Pengelolaan Penyakit Akibat Kerja 1 Magister Kedokteran Kerja FKUI. Diakses
di https://emas.ui.ac.id/pluginfile.php/1482772/mod_resource/content/1/Asesmen%20Laik
%20Kerja.pdf
PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI NOMOR PER-02/MEN/1980 TENTANG
PEMERIKSAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN TENAGA KERJA DALAM PENYELENGGARAAN
KESELAMATAN KERJA. MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

Anda mungkin juga menyukai