FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
Oleh:
Muh. Marfaisal (K1A1 12 037)
Tenri Anugrawati (K1A1 11 019)
Ayu Dahniar (K1A1 11 002)
Cindy Rara (K1A1 12 026)
Ceria Indriasari Pagala (K1A1 10 034)
Nurfajryanti Ramli (K1A1 10 006)
Andi Gunawan (K1A1 12 063)
Nur Rissa Maharany (K1A1 11 072)
Pembimbing
dr. Satrio Wicaksono, M.Sc
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI (IKM-IKK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
2018
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), satu pekerja
di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. ILO juga mencatat, 153 pekerja di dunia mengalami kecelakaan kerja setiap 15
detik. Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal setiap tahun akibat kecelakaan dan
penyakit kerja. Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313
juta pekerja mengalami kecelakaan non-fatal per tahunnya. Dari sudut pandang
ekonomi, ILO memperkirakan lebih dari 4% Produk Domestik Bruto (PDB)
digunakan untuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Biaya tersebut dihabiskan
untuk hilangnya waktu kerja, gangguan produksi, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, serta ganti rugi kepada keluarga korban. Maka dari itu ILO menghimbau
kepada seluruh negara dan perusahaan untuk menanamkan kesadaran terkait
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Perusahaan harus menciptakan kondisi kerja
yang aman untuk para pekerjanya dan menumbuhkan kesadaran kepada para pekerja
untuk mengikuti prosedur K3 sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu upayanya,
perusahaan wajib melaksanakan pelatihan, pemasangan safety sign sesuai standar di
area kerja, atau melakukan kampanye K3 kreatif untuk disosialisasikan kepada
pekerja.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (Peraturan
Pemerintah nomor 50 Tahun 2012). Berdasarkan hal tersebut dalam rangka
mendukung terwujudnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja, perkantoran, yang
lebih efektif dan efisisen diperlukan standar penyelenggaraan keselamatan dan
kesehatan kerja untuk dapat dijadikan acuan oleh semua pihak terkait.2
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya fisik yaitu, potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya
terpapar kebisingan intensitas tinggi.3
2
PT Kalla Kakao Industri merupakan salah satu cabang perusahaan dari Kalla
Grup yang bergerak di industri pengolahan kakao dan juga coklat di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2013 dan mulai beroperasi sejak tahun 2015.
Produk PT KKI antara lain Butter, Liquor, Cake dan Powder yang sampai saat ini
sudah diekspor ke berbagai negara, utamanya Butter yang tidak dipasarkan di
Indonesia. Berdasarkan studi pendahuluan, PT KKI secara umum belum
mengimplementasikan undang-undang yang terkait dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) salah satunya seperti penggunaan APD dan pemeriksaan
kesehatan berkala yang belum sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992,
Permenaker No 5 tahun 1996, dan UU No 1 tahun 1970.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu menganalisa dan mengidentifikasi
risiko-risiko yang ada dalam suatu produksi serta diharapkan dapat dilakukan usaha
pencegahan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan,
dan menghindari dan mengurangi risiko tersebut dengan cara yang tepat.
B. Dasar Hukum
Mengingat :
1. Undang-undang (UU) no.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3
3. Permenakertrans No. 3 tahun 1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja
4. Undang-undang (UU) no.23 Tahun 1992 tentangKesehatan Tenaga Kerja
C. Tinjauan KeselamatandanKesehatanKerja
Adapun tinjauan awal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesahatan Kerja
di perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Analisis Faktor Risiko Penyakit Akibat Kerja
2) Mengidentifikasi sumber bahaya kerja di PT. Kalla Kakao Industri.
3) Mengidentifikasi perilaku sosial, perilaku kerja dan perilaku lingkungan.
4) Meninjau penerapan K3 di perusahaan PT. Kalla Kakao Industri.
5) Meninjau sebab akibat dari kemungkinan kecelakaan kerja di PT. Kalla Kakao
Industri.
D. Waktu dan tempat pelaksanaan
3
Waktu pelaksanaan kegiatan ini tanggal 9 Maret 2018 di kantor PT Kalla
Kakao Industri (PT KKI), jalan wolter monginsidi Kelurahan Ranoha, Kabupaten
Konawe Selatan, Kendari Sulawesi Tenggara.
E. Pengambilan data
Adapun pengumpulan data pada kegiatan ini menggunakan metode
observasidi ruang lingkup PT. Kalla Kakao Industri (PT KKI)
4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN
A. Profil Perusahaan
Visi
Menjadi suatu perusahaan terkemuka di Indonesia untuk pengolaahan coklat dan
kakao.
Misi
Adapun misi dari PT. Kalla Kakao Industri, antara lain sebagai berikut:
1. Membangun bisnis kakao dan coklat yang menguntungkan untuk pasar domestik
dan eksport yang memenuhi permintaan konsumen dan pasar.
2. Menjadikan costumer sebagai partner untuk tumbuh bersama.
3. Menggandeng para petani dan supplier yang ada di Indonesia sebagai bagian dari
pembukaan lapangan kerja dan program kakao berkelanjutan.
4. Menjadi perusahaan yang dicintai oleh seluruh karyawan.
PT. Kalla Kakao Industri (KKI) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang agro industry dalam memproduksi dan mengolah produk-produk
berbahan dasar buah coklat . PT. Kalla Kakao Industri (PT. KKI) yang merupakan
salah satu anak perusahaan Kalla Group yang diresmikan tahun 2013 dan aktif
berproduksi pada tahun 2015. PT KKI berlokasi di poros bandara,Jl. Wolter
Monginsidi No. 86, Desa Ranooha Kecamatan Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara. Pabrik ini mempunyai 124 pekerja. Pabrik ini mengelola biji
kakao melalui proses yang dijalankan menggunakan system full automatic dengan
mesin kualitas terbaik dan memenuhi standar internasional yang berasal dari Jerman,
Belanda dan Italia. Pabrik ini mampu mengolah biji kakao 35 ribu ton/tahun. Bahan
baku biji cokelat diperoleh dari petani cokelat di wilayah Sulawesi dan di impor dari
Ghana. Hasil pengelolaan yang dihasilkan nantinya berupa bubuk coklat (cake dan
powder), coklat cair (liquor) dan butter. Hasil pengelolaan PT KKI ini sebagian besar
akan dikirim ke Brazil, Bulgaria, Jerman, Belanda, Spanyol, Iran, Cina, Jepang, dan
Rusia, sudah ada pula beberapa perusahaan pengelolaan yang berminat untuk
bekerjasama seperti Godiva, Nestle, Kraff dan Mars.
5
PT Kalla Kakao Industri memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 125
orang dengan kelompok usia 21-30 sebanyak 54 orang, 31-40 sebanyak 49 orang,
41-50 sebanyak 15 orang, dan 51-60 sebanyak 7 orang.
PT Kalla Kakao Industri menyediakan 4 lantai dengan beberapa ruang
produksi. Setiap bulannya PT Kalla Kakao Industri melakukan perawatan mesin
secara berkala. Bahan kimia yang digunakan oleh PT KKI berada di dalam mesin
produksi sehingga lingkungan tidak terkontaminasi dengan bahan kimia. Sedangkan
untuk pengolahan limbah, PT KKI bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota
Kendari.
Berdasarkan studi pendahuluan, PT Kalla Kakao Industri masih memiliki
potensi bahaya ditinjau dari faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor
ergonomis, maupun faktor psikososial. Alur proses produksi PT. Kalla Kakao
Industri dijelaskan pada Gambar 1.
6
Gambar 1. Alur Proses PT. Kalla Kakao Industri
B. Uraian Kegiatan
Adapun uraian kegiatan yang dilaksanakan selama berada di PT.KKI selama
satu hari dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Uraian Kegiatan Yang Dilaksanakan Selama Berada di PT.KKI
Waktu Kegiatan Tujuan Sasaran
Pengenalan PT. KKI secara
Orientasi PT.KKI umum mengenai ranah
kerja, proses produksi dan
08.00- masalah kesehatan di Seluruh unit
09.00 PT.KKI terkait K3 perusahaan
Untuk mengetahui sistem
Mengikuti materi keselamatan kerja dan
Safety Induction mengenali tanda bahaya di
masing-masing unit industri.
Melakukan - Seluruh unit
- Untuk screening resiko
anamnesis faktor perusahaan
09.00- penyakit yang diderita
resiko & - Dokter Muda
10.30 pekerja
pemeriksaan fisis - Tim K3
pekerja Perusahaan
10.30 – - Pemeriksaan Gula - Untuk screening resiko - Seluruh unit
7
penyakit yang diderita
perusahaan
Darah, Kolestrol, pekerja
- Dokter Muda
11.30 dan Asam urat - Untuk meningkatkan
- Tim K3
- Edukasi kesadaran pekerja tentang
Perusahaan
pola hidup sehat
11.30-
ISHOMA
14.00
Untuk melihat dan menilai
- Seluruh unit
K3 pekerja secara langsung
perusahaan
14.00- saat bekerja dan
Tour Industry - Dokter Muda
15.30 mengidentifikasi masalah
- Tim K3
kesehatan di PT.KKI terkait
Perusahaan
K3 perusahaan.
15.30-
ISHOMA
16.15
C. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan observasi dan pengamatan selama 1 hari, maka didapatkan
beberapa masalah kesehatan yang dinilai cukup penting dan dapat mempengaruhi
produktivitas para pekerja di PT. KKI, antara lain sebagai berikut:
1. Production Planner Inventory Control (PPIC) Division,suatu departemen, yang
secara garis besar bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan pengadaan
barang/jasa/produk jadi dan mengontrol/mengendalikan persediaan.
8
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Pekerja di PPIC lebih banyak Mengajarkan tentang senam
dituntut untuk berfikir sehat di kursi kantor yang
dibandingkan subdivisi lain bertujuan merefresh pikiran
dan mengurangi beban
kinerja otak
PERSONAL Melakukan rehat singkat 20
Pekerja lebih banyak detik setiap 20 menit serta
duduksehingga aktivitas fisik melihat yang lain dari
berkurang dan dapat komputer sejauh 20 feet. Dan
menyebabkan setiap 2 jam, melakukan
peregangan 10-15 menit.
EQUIPMENT Tidak ada masalah -
MATERIAL Tidak ada masalah. -
ENVIRONMENT Ergonomi
Posisi meja kerja yang Mengatur meja kerja sesuai
digunakan lebih tinggi, serta dengan aturan ergonomic.
penempatan keyboard yang Dimana sebelum
sejajar dengan monitor memberikan meja kerja
harus diketahui tinggi tubuh
untuk menyesuaikan dengan
meja kerja, serta menaikkan
posisi keyboard sekitar 10-20
cm agar jarak pandang dan
keyboard sejajar.
Faktor fisik :
Suhu lingkungan kerja berkisar Perlu dilakukan pengadaan
18oC-20oC. Ketika suhu berada AC di masing-masing
di bawah batas normal, keadaan ruangan sesuai kebutuhan
ini dapat memperlambat atau pengadaan ruang
pekerjaan sehingga secara pendingin khusus untuk
signifikan dapat berpengaruh produk. untuk ruangan
9
pada efisiensi dan produktivitas Workshopdianjurkan kepada
individu. Suhu lingkungan kerja perusahaan agar segera
(workplace) yang optimal adalah melengkapi dan
28oC. memperbaiki ruangan..
10
Tabel 3. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja Health,
Safety, Environment (HSE) Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Belum diproritaskannya Memperbaiki kinerja K3
masalah pentingnya K3 di dalam hal promotif dan
perusahaan sehingga preventif agar manajemen
banyak pekerja masih menganggap bahwa K3 dapat
mengabaikan memberikan keuntungan bagi
perusahaan dalam rangka
PERSONAL meminimalisir pengunaan
dana kesehatan
Pekerja masih memiliki Menempelkan poster
pengetahuan yang minim mengenai apa itu K3, serta
tentang K3 fungsi untuk tenaga kerja
yang bernaung dibawah
perusahaan PT. KKI
EQUIPMENT Terdapatnya klinik Pengadaan tenaga medis yang
kesehatan yang tidak terlatih untuk
digunakan karena tidak menyelenggarakan pelayanan
adanya tenaga medis kesehatan kerja, sesuai
peraturan Permenakertrans No.
3 tahun 1982 tentang
pelayanan kesehatan tenaga
kerja
Obat-obatan P3K yang Melengkapi obat-obatan P3K.
kurang lengkap
11
Trauma center
Tidak adanya alat Mengadakan alat pengukur
pengukur hazard (mis. agar bagian K3 mengetahui
MATERIAL SLM, Vibrator meter, serta daerah atau divisi yang
thermometer) harusnya dilakukan
pengendalian.
Faktor Fisik :Personil Penyuluhan tentang kesehatan
HSE dapat terpapar faktor kerja yang dititikberatkan pada
fisik seperti kebisingan tujuan dan manfaat
saat melakukan inspeksi penggunaan APD dan dampak
kepada para pekerja yang timbul akibat tidak
pabrik. menggunakan APD saat
ENVIRONMENT
bekerja.
Faktor Kimia: Personil Penyediaan APD untuk
HSE dapat terpapar faktor personil HSE selama
kimia seperti dust, dan melakukan inspeksi.
smoke saat melakukan
inspeks
12
kulit pada saat bersentuhan disediakan apakah masih layak
dengan mesin tersebut pakai atau tidak
13
4. Production Unit Division
Tabel 5. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja
Production Unit Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Tenaga kerja kurang Sebelum penempatan
memahami SOP dalam tenaga kerja dibagian
produksi sehingga produksi sebaiknya
memungkinkan terjadinya dikenalkan terlebih dahulu
kecelakaan kerja tentang SOP produksi dan
PERSONAL apa saja dampak jika tidak
menjalankan SOP tersebut
14
kebisingan.
Sosialisasi terkait ergonomi Mengurangi lama jam kerja
yang belum menyeluruh di unit produksi yang
didapatkan oleh pekerja PT disesuaikan dengan tingkat
KKI. kebisingan (>85 dB) yaitu
maksimal 4 jam di lokasi
kerja.
Penyuluhan dan pelatihan
ergonomiyang
sesuaidenganpekerjaan
Faktor Biologis
Tenaga kerja bagian produksi Menjelaskan kemungkinan
kontak langsung dengan produk adanya mikroorganisme
coklat yang dibeli dari yang dapat berefek pada
pedagang kesehatan serta
memberitahukan
pentingnya penggunaan
APD dan mencuci tangan
setelah kerja
Faktor ergonomi
Ruangan mesin produksi Menggunakan sepatu
memiliki permukaan lantai dengan sol yang dirancang
yang cukup licin kemungkinan untuk permukaan lantai
diakibatkan oleh cokelat butter yang licin dan pembersian
yang berminyak lantai rutin.
BAB III
PEMBAHASAN
15
dilakukan dengan cara yang kurang benar dan di lingkungan yang tidak terkendali
akan menyebabkan banyaknya pajanan yang diterima oleh seorang pekerja. Pajanan
atau yang dikenal dengan hazard dengan masa pajanan yang panjang akan
menimbulkan jumlah total pajanan yang diterima pekerja menjadi besar, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dalam hal ini adalah PAK. Faktor risiko PAK
antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja.
Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan
menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan
individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang
terpajan.5,6
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut:7
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan
frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur
16
d. Bioaerosol
4. Golongan ergonomi
a. Angkat angkut berat
b. Posisi kerja janggal
c. Posisi kerja statis
d. Gerak repetitif
e. Penerangan
f. Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
5. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton,
hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.
Tabel 6.Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan pada Dampak
Korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya yang Potensi Risiko terhadap Potensi bahaya
menimbulkan risiko bahaya yang kesejahteraan yang
dampak jangka panjang menimbulkan atau kesehatan menimbulkan
pada kesehatan risiko sehari-hari risiko pribadi
17
langsung dan psikologis
pada
keselamatan
1. Bahaya factor kimia 1. Kebakaran 1. Air Minum 1. Pelecehan,
(debu, uap logam, uap) 2. Listrik 2. Toilet dan termasuk
2. Bahaya faktor biologi 3. Potensi fasilitas intimidasi
(penyakit dan bahaya mencuci dan
gangguan oleh virus, Mekanikal 3. Ruang makan pelecehan
bakteri, binatang dsb.) (tidak atau Kantin seksual
3. Bahaya faktor fisik adanya 4. P3K di tempat 2. Terinfeksi
(bising, penerangan, pelindung kerja HIV/AIDS
getaran, iklim kerja, mesin) 5. Transportasi 3. Kekerasan di
jatuh) 4. House tempat kerja
4. Cara bekerja dan keeping 4. Stress
bahayas factor (perawatan 5. Narkoba di
ergonomis (posisi buruk pada tempat kerja
bangku kerja, peralatan)
pekerjaan
berulangulang, jam
kerja yang lama)
5. Potensi bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh polusi
pada perusahaan di
masyarakat
Tabel 7. Potensi Bahaya yang didapatkan di PT Kalla Kakao Industri
Potensi Risiko yang didapat di Upaya yang harus dilakukan pihak
Bahaya perusahaan perusahaan
Faktor 1. Bising 1. Melakukan langkah pengendalian
Fisik 2. Suhu berupa elimimasi/ subtitusi/ isolasi/
3. Vibration engenerring control/ safe work
4. Lantai produksi practice/ dan penggunaan APD
yang licin 2. Mengetahui masing – masing nilai
18
disebabkan ceceran ambang batas dari faktor fisik agar
butter lama paparan atau jam kerja dapat
Temuan risiko yang disesuaikan
didapat berdasarkan 3. Melakukan rotasi kerja agar pekerja
wawancara dari pihak yang terpapar dapat mengurangi
perusahaan dan intensitas waktu paparan.
pengamatan langsung 4. Membuat exhaust fan di ruangan
pada lokasi kerja baik yang bersuhu tinggi dalam hal ini
yang sedang ruangan produksi butter
berproduksi maupun 5. Melakukan pembersihan lantai rutin
yang sedang tidak 6. Menempel peringatan hati-hati
produksi mengenai lantai yang licin
19
ergonomi – alat yang digunakan
2. Penggunaan APD 3. Melakukan pengawasan terhadap
yang tidak tepat penggunaan APD.
20
Tabel 8. Prinsip ergonomi yang tidak diterapkan di PT. Kalla Kakao Industri
Prinsip Ergonomi yang tidak
Masalah yang dapat timbul
diterapkan
21
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau
serpihan besi yang beterbangan di tiup angin.Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata.
3. Masker Pelindung (safety Mask)
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat
kondisi lokasi proyek itu sediri.Berbagai material konstruksi berukuran besar
sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk
kayu sisa darikegiatan memotong, mengampelas, mengerut kayu.
4. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.Terkadang
efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa
penutup telinga ini.
5. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab
tajam selama menjalankan kegiatannya.
6. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu
hujan atau sedang mencuci alat).
7. Tali Pengaman (Safety Harness)
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian
tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman
atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja
dari kecelakaan kerja pada saat bekerja,
8. Sepatu kerja (safety shoes)
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki.Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran
dari bagian bawah.
9. Pakaian kerja
22
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Menurut Sama’mur (2005 : 7), ada 5 indikator yang mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) , dimana indikator-indikator tersebut harus
dapat menjadi perharian perusahaan dalam mempekerjakan karyawannya. Adapun
indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat perlindung kerja
b. Ruang kerja yang aman
c. Penggunaan peralatan kerja
d. Ruang kerja yang sehat
e. Penerangan diruang kerja
Peranan K3 dalam lingkungan perusahaan PT Kalla Kakao Industri dalam
penerapan APD masih kurang karena dari hasil diskusi, wawancara dan pengamatan
langsung terhadap karyawan PT Kalla Kakao didapati bahwa telah tersedia APD
yang lengkap dari perusahaan tetapi tidak dipergunakan sesuai dengan sebagaimana
mestinya misalnya penggunaan alat pelindung telinga yang tidak digunakan pada
tempatnya dan kurangnya kesadaran pekerja menggunakan masker dilokasi kerja.
Ruang kerja PT Kalla Kakao industri telah sesuai dengan indikator K3 yaitu
nyaman dan sehat serta memenuhi pencahayaan yang cukup. Sedangkan untuk
peralatan kerja telah dilengkapi dengan alarm sumber bahaya, cara penggunaan, dan
peringatan bahaya pada alat-alat dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja.
PT Kalla Kakao Industri juga dilengkapi dengan sistem keamanan bencana
meliputi zona evakuasi jika terjadi bencana dan alarm yang akan memberikan
informasi adanya bahaya serta ancaman terhadap bangunan dan karyawan PT Kalla
Kakao industri.
Dalam bidang kesehatan karyawan, telah dibentuk tim K3, pelatihan K3
meliputi pembekalan dan training tentang ergonomi, PHBS, 5R dan lain-lain yang
terjadwal per tiga bulan. Untuk pencegahan penyakit, perusahaan menyediakan cek
laboratorium rutin tiap 6 bulan sekali yang bekerjasama dengan Laboratorium Prodia
dan dilakukan vaksinasi hepatitis pada seluruh karyawan sedangkan untuk asuransi
kesehatan PT Kalla Kakao Industri bekerjasama dengan BPJS ketenagakerjaan dan
asuransi In Healt. Bagi karyawan pensiuanan dengan usia ≥ 56 tahun diberikan
23
tunjangan pensiunan dari perusahaan. PT Kalla Kakao Industri tidak menyediakan
fasilitas kesehatan bagi karyawan yang cedera atau sakit selama bekerja sehingga
bagi karyawan yang mengalami hal tersebut akan ditangani oleh puskesmas ataupun
rumah sakit.
PT Kalla Kakao Industri menjamin kesehatan dan kenyaman konsumsi
karyawan dengan memberikan coffee break pagi dan sore serta makan siang yang
disediakan oleh perusahaan bekerja sama dengan pihak Rumah makan dengan sistem
pergantian setiap 2 minggu untuk menjamin kualitas sumber nutrisi karyawan.
24
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.
25
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
c. Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Langkah – langkah untuk diagnosa penyakit akibat kerja :9
1. Pendekatan epidemiologis
a. Bila ditemukan adanya gangguan kesehatan / keluhan pada sekelompok
pekerja
b. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan kausal antara suatu pajanan
dengan penyakit
c. Identifikasi harus mempertimbangkan :
- Kekuatan asosiasi
- Konsistensi
- Spesifitas
- Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit
- Hubungan dosis
- Penjelasan patofisiologis
2. Pendekatan klinis
a. Menentukan diagnosis klinis
b. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
c. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dg penyakit
d. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
e. Menentukan apakah ada faktor - faktor individu yg berperan
f. Menentukan apakah ada faktor – faktor lain diluar pekerjaan
g. Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja
Setiap penyakit akibat kerja yang ditemukan harus dilaporkan sesuai dengan
KEPMENAKER No. 333/MEN/1989 dalam 2 x 24 jam yang dirincikan sebagai
berikut :
26
1. Identitas : Nama, NIP, umur, jenis kelamin, jabatan, unit kerja, lama kerja, nama
perusahaan, jenis perusahaan, alamat perusahaan
2. Anamnesis : Riwayat pekerjaan, keluhan, riwayat penyakit
3. Hasil pemeriksaan mental dan fisik termasuk hasil pemeriksaan tambahan mis.
Lab, Radiologi, dan EKG
4. Hasil pemeriksaan lingkungan kerja dan cara kerja, lama waktu paparan, dan
penggunaan APD
5. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum kerja, sebelum penempatan,
berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus
6. Resume : Faktor – faktor pendukung disgnosis dari anamnesis, pemeriksaan
lingkungan kerja, cara kerja, dan waktu paparan nyata
7. Kesimpulan ; Penderita menderita atau tidak mendaerita penyakit akibat kerja,
diagnosis
d. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit
(five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:6,10
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi,
lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan
seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan
kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata
kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung
tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara
sempurna dan pendidikan kesehatan.
27
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan
kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan
mencoba menempatkan keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:10
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD
28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT. KallaKakaoIndustri (KKI) merupakansalahsatuperusahaan yang
bergerak di bidangagroindustrydalammemproduksidanmengolahproduk-
produkberbahandasarbuahcoklat.
Berdasarkan observasi, masih terdapat beberapa potensi bahaya pada
pekerja antara lain; kesadaran penggunaan APD masih kurang, golongan fisik :
kebisingan dan panas, golongan kimiawi : debu, uap, golongan biologi : jamur.
Secara umum sistem produksi di PT Kalla Kakao Industri sudah cukup baik,
namun masih memiliki potensi bahaya ditinjau dari faktor fisik, faktor kimiawi,
faktor biologis, faktor ergonomis, maupun faktor psikososial, dimana masih
didapatkan beberapa masalah kesehatan yang dinilai cukup penting dan dapat
mempengaruhi produktivitas para pekerja di PT. KKI.
Selain itu pada PT Kalla Kakao Industri masih belum tersedia klinik
kesehatan dan tenaga medis terlatih untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kerja (mis. Dokter perusahaan).
Penerapan K3 sudah sesuai dengan indikator K3 yaitu APD, ruang kerja
yang nyaman, aman dan sehat serta peralatan kerja dan penerangan yang memenuhi
standar.
B. Saran
1. Diharapkansemuakaryawandapatmenerapkanprinsip-prinsip K3 seceara
maksimal seperti menggunakan APD saat bekerja sesuai dengan tempat kerjanya
masing-masing, mengangkut barang dengan cara yang benar
2. Sebaiknya diadakan klinik kesehatan dan tenaga medis terlatih untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja
3. Diharapkanpihakperusahaanuntuk mengevaluasi
rekomendasipemecahanmasalah yang telah di paparkan agar
dapatmengoptimalkanproduktivitasperusahaan khususnya terkait Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan pengadaan dokter perusahaan atau tenaga medis di
perusahaan, sehingga kesehatan para pekerja lebih diperhatikan.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sarana untuk produktivitas. Jakarta :
International Labour Organization
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perkantoran
3. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja.Surakarta: PT Harapan Press.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri
5. Suma'mur. 2001. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung
Agung
6. Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja. Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf
7. Johnston, RT. Principles of diagnosing occupational diseases- special considerations
to avoid “creating” an entity. Calif Med. 1958 Aug; 89(2): 117–120. Diakses
melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1512317/.
8. Keputusan Menteri Kesehatan no.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja
9. Keputusan Presiden Republik Inonesia No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja.
10. Soemarko, DS. Pedoman Status Okupasi. Universitas Indonesia.
11. Zuhny EK, Badraningsih L. 2013. Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta :
Raja Grafindo Perkasa
30
Lampiran
Pemeriksaan
N Pemeriksaan
Nama Gula Darah Kolesterol
O Asam Urat
Sewaktu
1 Muh. Al-Mahdi TDP 131 (N) Error
2 Didit 6,5 (N) 135 (N) 125 (N)
3 Prisma 4,3 (N) 98 (N) Error
4 Ayu Dwi Puspa 5,3 (N) 86 (N) TDP
5 Herman 6,5 (N) 131 (N) TDP
6 Hamson TDP 45 128 (N)
7 Ahmad AC TDP TDP 263 (***)
8 Sudirman 3,6 (N) TDP TDP
9 Islamudin 3,3 (N) TDP TDP
10 Yurnal TDP 109 (N) TDP
11 Nasir 4,5 (N) 119 (N) TDP
12 Jannah 5,6 (N) 98 (N) -
13 Ld. M Miskkamar 7,7 109 (N) 170 (N)
14 Sigit 6,9 (N) 55 152 (N)
15 Fajar 6,5 (N) 131 (N) 108 (N)
31
DOKUMENTASI
32
Pemeriksaan Fisis Pekerja PT KKI
33
Pemeriksaan Gula Darah, Kolestrol, Asam Urat
34
Hasil Produk Biji Coklat
35
Alat-alat Produksi PT KKI
36
Rambu Rambu terkait Keselamatan Kerja
37