Anda di halaman 1dari 37

BAGIAN IKK – IKM MARET 2018

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HALU OLEO

LAPORAN KEGIATAN KEDOKTERAN OKUPASI PT. KALLA KAKAO


INDUSTRI KENDARI

Oleh:
Muh. Marfaisal (K1A1 12 037)
Tenri Anugrawati (K1A1 11 019)
Ayu Dahniar (K1A1 11 002)
Cindy Rara (K1A1 12 026)
Ceria Indriasari Pagala (K1A1 10 034)
Nurfajryanti Ramli (K1A1 10 006)
Andi Gunawan (K1A1 12 063)
Nur Rissa Maharany (K1A1 11 072)

Pembimbing
dr. Satrio Wicaksono, M.Sc

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
DAN ILMU KEDOKTERAN OKUPASI (IKM-IKK)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data dari International Labour Organization (ILO), satu pekerja
di dunia meninggal setiap 15 detik karena kecelakaan kerja atau penyakit akibat
kerja. ILO juga mencatat, 153 pekerja di dunia mengalami kecelakaan kerja setiap 15
detik. Diperkirakan 2,3 juta pekerja meninggal setiap tahun akibat kecelakaan dan
penyakit kerja. Lebih dari 160 juta pekerja menderita penyakit akibat kerja dan 313
juta pekerja mengalami kecelakaan non-fatal per tahunnya. Dari sudut pandang
ekonomi, ILO memperkirakan lebih dari 4% Produk Domestik Bruto (PDB)
digunakan untuk kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Biaya tersebut dihabiskan
untuk hilangnya waktu kerja, gangguan produksi, kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, serta ganti rugi kepada keluarga korban. Maka dari itu ILO menghimbau
kepada seluruh negara dan perusahaan untuk menanamkan kesadaran terkait
keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Perusahaan harus menciptakan kondisi kerja
yang aman untuk para pekerjanya dan menumbuhkan kesadaran kepada para pekerja
untuk mengikuti prosedur K3 sesuai ketentuan yang berlaku. Salah satu upayanya,
perusahaan wajib melaksanakan pelatihan, pemasangan safety sign sesuai standar di
area kerja, atau melakukan kampanye K3 kreatif untuk disosialisasikan kepada
pekerja.1
Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang selanjutnya disingkat K3 adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja. (Peraturan
Pemerintah nomor 50 Tahun 2012). Berdasarkan hal tersebut dalam rangka
mendukung terwujudnya upaya keselamatan dan kesehatan kerja, perkantoran, yang
lebih efektif dan efisisen diperlukan standar penyelenggaraan keselamatan dan
kesehatan kerja untuk dapat dijadikan acuan oleh semua pihak terkait.2
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat
mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya penyakit
akibat kerja. Potensi bahaya fisik yaitu, potensi bahaya yang dapat menyebabkan
gangguan-gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yang terpapar, misalnya
terpapar kebisingan intensitas tinggi.3

2
PT Kalla Kakao Industri merupakan salah satu cabang perusahaan dari Kalla
Grup yang bergerak di industri pengolahan kakao dan juga coklat di Indonesia.
Perusahaan ini berdiri sejak tahun 2013 dan mulai beroperasi sejak tahun 2015.
Produk PT KKI antara lain Butter, Liquor, Cake dan Powder yang sampai saat ini
sudah diekspor ke berbagai negara, utamanya Butter yang tidak dipasarkan di
Indonesia. Berdasarkan studi pendahuluan, PT KKI secara umum belum
mengimplementasikan undang-undang yang terkait dengan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) salah satunya seperti penggunaan APD dan pemeriksaan
kesehatan berkala yang belum sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1992,
Permenaker No 5 tahun 1996, dan UU No 1 tahun 1970.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu menganalisa dan mengidentifikasi
risiko-risiko yang ada dalam suatu produksi serta diharapkan dapat dilakukan usaha
pencegahan dan pengurangan terjadinya kecelakaan kerja yang terjadi di perusahaan,
dan menghindari dan mengurangi risiko tersebut dengan cara yang tepat.

B. Dasar Hukum
Mengingat :
1. Undang-undang (UU) no.1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
2. Permenaker No 5 Tahun 1996 Tentang Sistem Manajemen K3
3. Permenakertrans No. 3 tahun 1982 tentang pelayanan kesehatan tenaga kerja
4. Undang-undang (UU) no.23 Tahun 1992 tentangKesehatan Tenaga Kerja
C. Tinjauan KeselamatandanKesehatanKerja
Adapun tinjauan awal yang berhubungan dengan Keselamatan dan Kesahatan Kerja
di perusahaan adalah sebagai berikut:
1) Analisis Faktor Risiko Penyakit Akibat Kerja
2) Mengidentifikasi sumber bahaya kerja di PT. Kalla Kakao Industri.
3) Mengidentifikasi perilaku sosial, perilaku kerja dan perilaku lingkungan.
4) Meninjau penerapan K3 di perusahaan PT. Kalla Kakao Industri.
5) Meninjau sebab akibat dari kemungkinan kecelakaan kerja di PT. Kalla Kakao
Industri.
D. Waktu dan tempat pelaksanaan

3
Waktu pelaksanaan kegiatan ini tanggal 9 Maret 2018 di kantor PT Kalla
Kakao Industri (PT KKI), jalan wolter monginsidi Kelurahan Ranoha, Kabupaten
Konawe Selatan, Kendari Sulawesi Tenggara.
E. Pengambilan data
Adapun pengumpulan data pada kegiatan ini menggunakan metode
observasidi ruang lingkup PT. Kalla Kakao Industri (PT KKI)

4
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH KESEHATAN

A. Profil Perusahaan
Visi
Menjadi suatu perusahaan terkemuka di Indonesia untuk pengolaahan coklat dan
kakao.
Misi
Adapun misi dari PT. Kalla Kakao Industri, antara lain sebagai berikut:
1. Membangun bisnis kakao dan coklat yang menguntungkan untuk pasar domestik
dan eksport yang memenuhi permintaan konsumen dan pasar.
2. Menjadikan costumer sebagai partner untuk tumbuh bersama.
3. Menggandeng para petani dan supplier yang ada di Indonesia sebagai bagian dari
pembukaan lapangan kerja dan program kakao berkelanjutan.
4. Menjadi perusahaan yang dicintai oleh seluruh karyawan.
PT. Kalla Kakao Industri (KKI) merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang agro industry dalam memproduksi dan mengolah produk-produk
berbahan dasar buah coklat . PT. Kalla Kakao Industri (PT. KKI) yang merupakan
salah satu anak perusahaan Kalla Group yang diresmikan tahun 2013 dan aktif
berproduksi pada tahun 2015. PT KKI berlokasi di poros bandara,Jl. Wolter
Monginsidi No. 86, Desa Ranooha Kecamatan Ranomeeto, Kab. Konawe Selatan,
Sulawesi Tenggara. Pabrik ini mempunyai 124 pekerja. Pabrik ini mengelola biji
kakao melalui proses yang dijalankan menggunakan system full automatic dengan
mesin kualitas terbaik dan memenuhi standar internasional yang berasal dari Jerman,
Belanda dan Italia. Pabrik ini mampu mengolah biji kakao 35 ribu ton/tahun. Bahan
baku biji cokelat diperoleh dari petani cokelat di wilayah Sulawesi dan di impor dari
Ghana. Hasil pengelolaan yang dihasilkan nantinya berupa bubuk coklat (cake dan
powder), coklat cair (liquor) dan butter. Hasil pengelolaan PT KKI ini sebagian besar
akan dikirim ke Brazil, Bulgaria, Jerman, Belanda, Spanyol, Iran, Cina, Jepang, dan
Rusia, sudah ada pula beberapa perusahaan pengelolaan yang berminat untuk
bekerjasama seperti Godiva, Nestle, Kraff dan Mars.

5
PT Kalla Kakao Industri memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) sebanyak 125
orang dengan kelompok usia 21-30 sebanyak 54 orang, 31-40 sebanyak 49 orang,
41-50 sebanyak 15 orang, dan 51-60 sebanyak 7 orang.
PT Kalla Kakao Industri menyediakan 4 lantai dengan beberapa ruang
produksi. Setiap bulannya PT Kalla Kakao Industri melakukan perawatan mesin
secara berkala. Bahan kimia yang digunakan oleh PT KKI berada di dalam mesin
produksi sehingga lingkungan tidak terkontaminasi dengan bahan kimia. Sedangkan
untuk pengolahan limbah, PT KKI bekerja sama dengan Dinas Kebersihan Kota
Kendari.
Berdasarkan studi pendahuluan, PT Kalla Kakao Industri masih memiliki
potensi bahaya ditinjau dari faktor fisik, faktor kimiawi, faktor biologis, faktor
ergonomis, maupun faktor psikososial. Alur proses produksi PT. Kalla Kakao
Industri dijelaskan pada Gambar 1.

6
Gambar 1. Alur Proses PT. Kalla Kakao Industri

B. Uraian Kegiatan
Adapun uraian kegiatan yang dilaksanakan selama berada di PT.KKI selama
satu hari dapat dilihat pada tabel.
Tabel 1. Uraian Kegiatan Yang Dilaksanakan Selama Berada di PT.KKI
Waktu Kegiatan Tujuan Sasaran
Pengenalan PT. KKI secara
Orientasi PT.KKI umum mengenai ranah
kerja, proses produksi dan
08.00- masalah kesehatan di Seluruh unit
09.00 PT.KKI terkait K3 perusahaan
Untuk mengetahui sistem
Mengikuti materi keselamatan kerja dan
Safety Induction mengenali tanda bahaya di
masing-masing unit industri.
Melakukan - Seluruh unit
- Untuk screening resiko
anamnesis faktor perusahaan
09.00- penyakit yang diderita
resiko & - Dokter Muda
10.30 pekerja
pemeriksaan fisis - Tim K3
pekerja Perusahaan
10.30 – - Pemeriksaan Gula - Untuk screening resiko - Seluruh unit

7
penyakit yang diderita
perusahaan
Darah, Kolestrol, pekerja
- Dokter Muda
11.30 dan Asam urat - Untuk meningkatkan
- Tim K3
- Edukasi kesadaran pekerja tentang
Perusahaan
pola hidup sehat
11.30-
ISHOMA
14.00
Untuk melihat dan menilai
- Seluruh unit
K3 pekerja secara langsung
perusahaan
14.00- saat bekerja dan
Tour Industry - Dokter Muda
15.30 mengidentifikasi masalah
- Tim K3
kesehatan di PT.KKI terkait
Perusahaan
K3 perusahaan.
15.30-
ISHOMA
16.15

16.15- Untuk mengevaluasi - Dokter Muda


Diskusi kegiatan
17.00 kegiatan yang dilaksanakan - Tim K3

C. Identifikasi Masalah
Setelah dilakukan observasi dan pengamatan selama 1 hari, maka didapatkan
beberapa masalah kesehatan yang dinilai cukup penting dan dapat mempengaruhi
produktivitas para pekerja di PT. KKI, antara lain sebagai berikut:
1. Production Planner Inventory Control (PPIC) Division,suatu departemen, yang
secara garis besar bertanggung jawab dalam mengkoordinasikan pengadaan
barang/jasa/produk jadi dan mengontrol/mengendalikan persediaan.

Tabel 2. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja PPIC

8
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Pekerja di PPIC lebih banyak Mengajarkan tentang senam
dituntut untuk berfikir sehat di kursi kantor yang
dibandingkan subdivisi lain bertujuan merefresh pikiran
dan mengurangi beban
kinerja otak
PERSONAL Melakukan rehat singkat 20
Pekerja lebih banyak detik setiap 20 menit serta
duduksehingga aktivitas fisik melihat yang lain dari
berkurang dan dapat komputer sejauh 20 feet. Dan
menyebabkan setiap 2 jam, melakukan
peregangan 10-15 menit.
EQUIPMENT Tidak ada masalah -
MATERIAL Tidak ada masalah. -
ENVIRONMENT Ergonomi
Posisi meja kerja yang Mengatur meja kerja sesuai
digunakan lebih tinggi, serta dengan aturan ergonomic.
penempatan keyboard yang Dimana sebelum
sejajar dengan monitor memberikan meja kerja
harus diketahui tinggi tubuh
untuk menyesuaikan dengan
meja kerja, serta menaikkan
posisi keyboard sekitar 10-20
cm agar jarak pandang dan
keyboard sejajar.
Faktor fisik :
Suhu lingkungan kerja berkisar Perlu dilakukan pengadaan
18oC-20oC. Ketika suhu berada AC di masing-masing
di bawah batas normal, keadaan ruangan sesuai kebutuhan
ini dapat memperlambat atau pengadaan ruang
pekerjaan sehingga secara pendingin khusus untuk
signifikan dapat berpengaruh produk. untuk ruangan

9
pada efisiensi dan produktivitas Workshopdianjurkan kepada
individu. Suhu lingkungan kerja perusahaan agar segera
(workplace) yang optimal adalah melengkapi dan
28oC. memperbaiki ruangan..

2. Health, Safety, Environment (HSE) Division, merupakan suatu department yang


bertugas untuk K3 perusahaan PT Kalla Kakao Industri Kendari – Sulawesi
Tenggara. Adapun kegiatan pokok dari department HSE antara lain :
a) Memfasilitasi semua karyawan PT Kalla Kakao Industri untuk berdiskusi
masalah keadaan tempat kerja, faktor dan potensi yang ada serta kelengkapan
APD yang dibutuhkan internal department maupun eksternal department.
b) Melakukan pencegahan kecelakaan akan kondisi yang tidak aman dan tindakan
yang tidak aman setiap karyawan.
c) Mengadakan inspeksi terhadap bangunan dan peralatan keselamatan kerja
mulai dari konstruksi, letak, penyusunan, dan penyimpanan barang, alat
keselamatan yang harus tersedia, serta rambu-rambu yang harus dipasang.
d) Meningkatkan SDM baik dari segi pengetahuan tentang K3 dengan
mengadakan training.
e) Mengadakan kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran tentang K3 serta
mengajak karyawan turut berperan aktif dalam mensosialisasikan K3.
f) Melaksanakan statistic kecelakaan kerja yaitu berupa perhitungan tentang rata-
rata frekuensi waktu kerja yang hilang.
g) Melakukan kegiatan inisiatif yang dilakukan berdasarkan factor dan potensi
bahaya yang diamati sebagai langkah preventif atas kecelakan kerja dan
penyakit akibat kerja (PAK)
h) Memberlakukan surat ijin mengenai segala sesuatu aktivitas berbahaya yang
ada.

10
Tabel 3. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja Health,
Safety, Environment (HSE) Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Belum diproritaskannya Memperbaiki kinerja K3
masalah pentingnya K3 di dalam hal promotif dan
perusahaan sehingga preventif agar manajemen
banyak pekerja masih menganggap bahwa K3 dapat
mengabaikan memberikan keuntungan bagi
perusahaan dalam rangka
PERSONAL meminimalisir pengunaan
dana kesehatan
Pekerja masih memiliki Menempelkan poster
pengetahuan yang minim mengenai apa itu K3, serta
tentang K3 fungsi untuk tenaga kerja
yang bernaung dibawah
perusahaan PT. KKI
EQUIPMENT Terdapatnya klinik Pengadaan tenaga medis yang
kesehatan yang tidak terlatih untuk
digunakan karena tidak menyelenggarakan pelayanan
adanya tenaga medis kesehatan kerja, sesuai
peraturan Permenakertrans No.
3 tahun 1982 tentang
pelayanan kesehatan tenaga
kerja
Obat-obatan P3K yang Melengkapi obat-obatan P3K.
kurang lengkap

Tidak adanya kendaraan Menyediakan kendaraan


khusus untuk tenaga kerja khusus untuk mengangkut
yang mengalami tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan kerja kecelakaan kerja untuk ke RS

11
Trauma center
Tidak adanya alat Mengadakan alat pengukur
pengukur hazard (mis. agar bagian K3 mengetahui
MATERIAL SLM, Vibrator meter, serta daerah atau divisi yang
thermometer) harusnya dilakukan
pengendalian.
Faktor Fisik :Personil Penyuluhan tentang kesehatan
HSE dapat terpapar faktor kerja yang dititikberatkan pada
fisik seperti kebisingan tujuan dan manfaat
saat melakukan inspeksi penggunaan APD dan dampak
kepada para pekerja yang timbul akibat tidak
pabrik. menggunakan APD saat
ENVIRONMENT
bekerja.
Faktor Kimia: Personil Penyediaan APD untuk
HSE dapat terpapar faktor personil HSE selama
kimia seperti dust, dan melakukan inspeksi.
smoke saat melakukan
inspeks

3. Maintenance Manager Division, suatu departemen yang bertugas mengawasi


pelaksanaan pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan terhadap seluruh peralatan, proses
penggunaan alat sampai dengan utilitasnya.

Tabel 4.Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di TempatPemecahan


Alternatif Kerja
Faktor Identifikasi Masalah
Maintenance Manager Division Masalah
Tidak ditemukan masalah karena Memastikan setiap teknisi
saat kunjungan tidak ada proses untuk menggunakan APD
PERSONAL produksi. Penempelan poster pada sesuai dengan poster yang
setiap ruangan produksi tentang sudah ditempel di setiap
pentingnya penggunaan APD. ruangan.
EQUIPMENT Bahan mesin pabrik adalah baja Menggunakan APD terutama
sehingga panas yang disebabkan sarung tangan khusus dan
oleh proses pengolahan coklat melakukan pengecekan secara
dapat menyebabkan melepuhnya berkala APD yang telah

12
kulit pada saat bersentuhan disediakan apakah masih layak
dengan mesin tersebut pakai atau tidak

Bahan perawatan dan perbaikan Menggunakan APD terutama


mesin seperti pelumas mesin yaitu sarung tangan khusus dan
oli sehingga beresiko melakukan pengecekan secara
menyebabkan iritasi pada tangan berkala APD yang telah
MATERIAL bagi teknisi mesin disediakan apakah masih layak
pakai atau tidak.
Menyediakan lap tangan pada
saat melakukan penggantian oli
pada mesin produksi.
- Mesin unit produksi PT. Kakao - Menggunakan ear plug atau
memiliki intensitas kebisingan ear muff pada saat berada di
yang tinggi sehingga berisiko unit mesin produksi
menyebabkan kelainan - Menyediakan poster atau
pendengaran bagi karyawan tanda bahaya tentang
- Hawa panas pada mesin unit pengaruh kebisingan terhadap
produksi terutama pada unit kualitas pendengaran
pemisahan liquid dan powder - Menyediakan tempat air
sehingga beresiko menyebabkan minum yang terjangkau di
dehidrasi pada karyawan luar proses produksi bagi para
ENVIRONMENT Ergonomi karyawan dan pelebelan tanda
Ruangan mesin produksi bahaya dehidrasi di ruangan
memiliki permukaan lantai yang tersebut
cukup licin kemungkinan - Membersihkan lantai ruangan
diakibatkan oleh cokelat butter unit produksi untuk
yang berminyak menghilangkan minyak
sehingga dapat memberikan
kenyamanan kepada petugas
yang bekerja pada bagian
teknisi dan perawatan mesin
produksi

13
4. Production Unit Division
Tabel 5. Identifikasi Dan Alternatif Pemecahan Masalah Di Tempat Kerja
Production Unit Division
Alternatif Pemecahan
Faktor Identifikasi Masalah
Masalah
Tenaga kerja kurang Sebelum penempatan
memahami SOP dalam tenaga kerja dibagian
produksi sehingga produksi sebaiknya
memungkinkan terjadinya dikenalkan terlebih dahulu
kecelakaan kerja tentang SOP produksi dan
PERSONAL apa saja dampak jika tidak
menjalankan SOP tersebut

Pekerja subdivisi ini pada Menerapkan sanksi jika


umumnya memiliki kebiasaan merokok di tempat kerja.
merokok.
Penggantian APD yang tidak Evaluasi dan intervensi
dilakukan secara berkala rutin berkala kelayakan
EQUIPMENT
sehingga APD yang sudah tidak alat-alat kerja dan APD
layak pakai masih digunakan. yang digunakan.
Tidak terdapat masalah pada -
MATERIAL
faktor material
ENVIRONMENT FaktorFisik : Menurunkan tingkat
Pajanan kebisingan yang relatif kebisingan dengan
masih tinggi (>90 dB) pada unit menambah peredam
produksidi PT.KKI. kebisingan, melengkapi
pekerja dengan APD
(earplug atau Earmuff), dan
melakukan rotasi pekerjaan
untuk membantu
mengurangi tingkat paparan

14
kebisingan.
Sosialisasi terkait ergonomi Mengurangi lama jam kerja
yang belum menyeluruh di unit produksi yang
didapatkan oleh pekerja PT disesuaikan dengan tingkat
KKI. kebisingan (>85 dB) yaitu
maksimal 4 jam di lokasi
kerja.
Penyuluhan dan pelatihan
ergonomiyang
sesuaidenganpekerjaan
Faktor Biologis
Tenaga kerja bagian produksi Menjelaskan kemungkinan
kontak langsung dengan produk adanya mikroorganisme
coklat yang dibeli dari yang dapat berefek pada
pedagang kesehatan serta
memberitahukan
pentingnya penggunaan
APD dan mencuci tangan
setelah kerja
Faktor ergonomi
Ruangan mesin produksi Menggunakan sepatu
memiliki permukaan lantai dengan sol yang dirancang
yang cukup licin kemungkinan untuk permukaan lantai
diakibatkan oleh cokelat butter yang licin dan pembersian
yang berminyak lantai rutin.

BAB III
PEMBAHASAN

A. AnalisisFaktor Risiko Penyakit Akibat Kerja


Menurut KEPPRES RI Nomor 22 tahun 1993, Penyakit Akibat Kerja (PAK)
adalah penyakit yang disebabkan pekerjaan atau lingkungan kerja. Pekerjaan yang

15
dilakukan dengan cara yang kurang benar dan di lingkungan yang tidak terkendali
akan menyebabkan banyaknya pajanan yang diterima oleh seorang pekerja. Pajanan
atau yang dikenal dengan hazard dengan masa pajanan yang panjang akan
menimbulkan jumlah total pajanan yang diterima pekerja menjadi besar, dapat
menimbulkan gangguan kesehatan dalam hal ini adalah PAK. Faktor risiko PAK
antara lain: Golongan fisik, kimiawi, biologis atau psikososial di tempat kerja.
Faktor tersebut di dalam lingkungan kerja merupakan penyebab yang pokok dan
menentukan terjadinya penyakit akibat kerja. Faktor lain seperti kerentanan
individual juga berperan dalam perkembangan penyakit di antara pekerja yang
terpajan.5,6
Faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya PAK adalah sebagai
berikut:7
1. Golongan fisik
a. Kebisingan dapat mengakibatkan gangguan pada pendengaran sampai
dengan Non-induced hearing loss
b. Radiasi (sinar radio aktif) dapat mengakibatkan kelainan darah dan kulit
c. Suhu udara yang tinggi dapat mengakibatkan heat stroke, heat cramps, atau
hyperpyrexia. Sedangkan suhu udara yang rendah dapat mengakibatkan
frostbite, trenchfoot atau hypothermia.
d. Tekanan udara yang tinggi dapat mengakibatkan caison disease
e. Pencahayaan yang tidak cukup dapat mengakibatkan kelahan mata.
Pencahayaan yang tinggi dapat mengakibatkan timbulnya kecelakaan.
2. Golongan kimia
a. Debu dapat mengakibatkan pneumokoniosis
b. Uap dapat mengakibatkan metal fume fever, dermatitis dan keracunan
c. Gas dapat mengakibatkan keracunan CO dan H2S
d. Larutan dapat mengakibatkan dermatitis
e. Insektisida dapat mengakibatkan keracunan
3. Golongan infeksi
a. Bakteri
b. Virus
c. Jamur

16
d. Bioaerosol
4. Golongan ergonomi
a. Angkat angkut berat
b. Posisi kerja janggal
c. Posisi kerja statis
d. Gerak repetitif
e. Penerangan
f. Visual Display Terminal (VDT) dan lain-lain.
5. Golongan psikososial
Beban kerja kualitatif dan kuantitatif, organisasi kerja, kerja monoton,
hubungan interpersonal, kerja shift, lokasi kerja dan lain-lain.

B. Identifikasi Sumber Bahaya Kerja Di PT. Kalla Kakao Industri


Motivasi utama dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja
adalah untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit yang ditimbulkan oleh
pekerjaan. Oleh karena itu kita perlu mengenal apa saja yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja. Berikut tabel potensi bahaya kerja

Tabel 6.Potensi Bahaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja Didasarkan pada Dampak
Korban
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D
Potensi bahaya yang Potensi Risiko terhadap Potensi bahaya
menimbulkan risiko bahaya yang kesejahteraan yang
dampak jangka panjang menimbulkan atau kesehatan menimbulkan
pada kesehatan risiko sehari-hari risiko pribadi

17
langsung dan psikologis
pada
keselamatan
1. Bahaya factor kimia 1. Kebakaran 1. Air Minum 1. Pelecehan,
(debu, uap logam, uap) 2. Listrik 2. Toilet dan termasuk
2. Bahaya faktor biologi 3. Potensi fasilitas intimidasi
(penyakit dan bahaya mencuci dan
gangguan oleh virus, Mekanikal 3. Ruang makan pelecehan
bakteri, binatang dsb.) (tidak atau Kantin seksual
3. Bahaya faktor fisik adanya 4. P3K di tempat 2. Terinfeksi
(bising, penerangan, pelindung kerja HIV/AIDS
getaran, iklim kerja, mesin) 5. Transportasi 3. Kekerasan di
jatuh) 4. House tempat kerja
4. Cara bekerja dan keeping 4. Stress
bahayas factor (perawatan 5. Narkoba di
ergonomis (posisi buruk pada tempat kerja
bangku kerja, peralatan)
pekerjaan
berulangulang, jam
kerja yang lama)
5. Potensi bahaya
lingkungan yang
disebabkan oleh polusi
pada perusahaan di
masyarakat
Tabel 7. Potensi Bahaya yang didapatkan di PT Kalla Kakao Industri
Potensi Risiko yang didapat di Upaya yang harus dilakukan pihak
Bahaya perusahaan perusahaan
Faktor 1. Bising 1. Melakukan langkah pengendalian
Fisik 2. Suhu berupa elimimasi/ subtitusi/ isolasi/
3. Vibration engenerring control/ safe work
4. Lantai produksi practice/ dan penggunaan APD
yang licin 2. Mengetahui masing – masing nilai

18
disebabkan ceceran ambang batas dari faktor fisik agar
butter lama paparan atau jam kerja dapat
Temuan risiko yang disesuaikan
didapat berdasarkan 3. Melakukan rotasi kerja agar pekerja
wawancara dari pihak yang terpapar dapat mengurangi
perusahaan dan intensitas waktu paparan.
pengamatan langsung 4. Membuat exhaust fan di ruangan
pada lokasi kerja baik yang bersuhu tinggi dalam hal ini
yang sedang ruangan produksi butter
berproduksi maupun 5. Melakukan pembersihan lantai rutin
yang sedang tidak 6. Menempel peringatan hati-hati
produksi mengenai lantai yang licin

Faktor Debu, temuan risiko 1. Menyediakan masker np305 yang


Kimiawi yang didapat khusus untuk debu dan asap.
berdasarkan wawancara 2. Membuat cerobong asap yang
dari pihak perusahaan dilengkapi spray tower dan
dan pengamatan penyaringan debu
langsung pada lokasi
kerja baik yang sedang
berproduksi maupun
yang sedang tidak
produksi

Faktor Terdapat beberapa 1. Membersihkan sisa produksi yang


Biologi mesin yang masih ada masih menempel pada mesin
sisa-sisa produksi produksi
sehingga menciptakan 2. Menyediakan tempat cuci tangan dan
tempat untuk sabun pada pintu pembatas bagian
pertumbuhan jamur produksi
Faktor 1. Bekerja dalam posisi 1. Melakukan penyuluhan rutin tentang
Ergonomi / postur yang tidak kesehatan dan keselamatan kerja
sesuai manajemen 2. Menyesuaikan beban kerja dengan alat

19
ergonomi – alat yang digunakan
2. Penggunaan APD 3. Melakukan pengawasan terhadap
yang tidak tepat penggunaan APD.

Faktor Pekerjaan yang Melakukan refreshing berupa family


Psikososial monoton. gathering, olahraga futsal 2 kali
seminggu.

C. Identifikasi Perilaku Sosial, Perilaku Kerja, dan Perilaku Lingkungan


Menurut organisasi Asosiasi Ergonomi Internasional (IEA) ergonomi atau
human factor sebuah disiplin keilmuan yang memiliki fokus didalam memahami
interaksi antara manusia dan elemen lainnya didalam sebuah sistem dan ergonomi
adalah pekerjaan yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode didalam
mendesain dengan tujuan mengoptimalisasi keberadaan manusia dan keseluruhan
performa dalam suatu sistem. Ergonomi adalah ilmu yang penerapannya berusaha
untuk menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya,
dengan tujuan tercapainya produktivitas kerja dan efisiensi yang setinggi-tingginya
melalui pemanfaatan faktor manusia seoptimalnya.
Prinsip ergonomi adalah pedoman dalam menerapkan ergonomi di tempat
kerja, menurut Baiduri dalam diktat kuliah ergonomi terdapat 12 prinsip ergonomi
yaitu:
1. Bekerja dalam posisi atau postur normal;
2. Mengurangi beban berlebihan;
3. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan;
4. Bekerja sesuai dengan ketinggian dimensi tubuh;
5. Mengurangi gerakan berulang dan berlebihan;
6. Minimalisasi gerakan statis;
7. Minimalisasikan titik beban;
8. Mencakup jarak ruang;
9. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman;
10. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja;
11. Membuat agar display dan contoh mudah dimengerti;
12. Mengurangi stres.

20
Tabel 8. Prinsip ergonomi yang tidak diterapkan di PT. Kalla Kakao Industri
Prinsip Ergonomi yang tidak
Masalah yang dapat timbul
diterapkan

Bekerja dalam posisi / postur yang


Dapat terjadi Low back pain
tidak sesuai manajemen ergonomi

Tidak melakukan peregangan Dapat terjadi kekakuan otot dan


otot/olahraga saat bekerja risiko cedera otot yang meningkat

Dapat meningkatkan ririko


Penggunaan APD yang belum tepat
timbulnya penyakit akibat paparan
saat bekerja seperti pelindung telinga
yang terus menerus seperti gangguan
dan masker
pendengaran dan saluran pernapasan

D. Identifikasi Penerapan K3 Di PT. Kalla Kakao Industri


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia. Nomor:
PER.05/MEN/1996 Sistem Manajemen K3 didalam suatu perusahaan diarahkan
kepada kemandirian perusahaan dan sangat bergantung dari rasa tanggung jawab
manajemen dan tenaga kerja terhadap tugas dan kewajiban masing-masing serta
upaya-upaya untuk menciptakan cara kerja dan kondisi kerja yang selamat.
Mekanisme operasi rutin dibuat sedemikian rupa telah diatur melalui sesuatu
mekanisme yang konsisten, maka tenaga kerja akan berlaku sebagaimana aturan
yang telah dibuat dan peluang penyimpangan dapat diperkecil, peluang
penyimpangan sangat berarti bagi pengendalian kemungkinan kecelakaan kerja oleh
faktor manusia.Alat pelindung Diri (APD)Alat pelindung diri terdiri dari beberapa
jenis berdasarkanfungsinya, antara lain:
1. Topi Pelindung (Safety Helmet)
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah
merupakan keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya
dengar benar sesuai peraturan.
2. Pelindung Mata (safety Glasses)

21
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu, batu, atau
serpihan besi yang beterbangan di tiup angin.Mengingat partikel-partikel debu
berukuran sangat kecil yang terkadang tidak terlihat oleh mata.
3. Masker Pelindung (safety Mask)
Pelidung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat
kondisi lokasi proyek itu sediri.Berbagai material konstruksi berukuran besar
sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya serbuk
kayu sisa darikegiatan memotong, mengampelas, mengerut kayu.
4. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang dikeluarkan
oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras dan bising.Terkadang
efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari mendengar suara bising tanpa
penutup telinga ini.
5. Sarung Tangan
Sarung tanga sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama
penggunaan sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dab
tajam selama menjalankan kegiatannya.
6. Jas Hujan (Rain Coat)
Berfungsi melindungi dari percikan air saat bekerja (misal bekerja pada waktu
hujan atau sedang mencuci alat).
7. Tali Pengaman (Safety Harness)
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada ketinggian
tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib mengenakan tali pengaman
atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman ini adalah menjaga seorang pekerja
dari kecelakaan kerja pada saat bekerja,
8. Sepatu kerja (safety shoes)
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki.Setiap pekerja
konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya bisa bebas berjalan
dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam atau kemasukan oleh kotoran
dari bagian bawah.
9. Pakaian kerja

22
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Menurut Sama’mur (2005 : 7), ada 5 indikator yang mempengaruhi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) , dimana indikator-indikator tersebut harus
dapat menjadi perharian perusahaan dalam mempekerjakan karyawannya. Adapun
indikator-indikator tersebut adalah sebagai berikut:
a. Alat-alat perlindung kerja
b. Ruang kerja yang aman
c. Penggunaan peralatan kerja
d. Ruang kerja yang sehat
e. Penerangan diruang kerja
Peranan K3 dalam lingkungan perusahaan PT Kalla Kakao Industri dalam
penerapan APD masih kurang karena dari hasil diskusi, wawancara dan pengamatan
langsung terhadap karyawan PT Kalla Kakao didapati bahwa telah tersedia APD
yang lengkap dari perusahaan tetapi tidak dipergunakan sesuai dengan sebagaimana
mestinya misalnya penggunaan alat pelindung telinga yang tidak digunakan pada
tempatnya dan kurangnya kesadaran pekerja menggunakan masker dilokasi kerja.
Ruang kerja PT Kalla Kakao industri telah sesuai dengan indikator K3 yaitu
nyaman dan sehat serta memenuhi pencahayaan yang cukup. Sedangkan untuk
peralatan kerja telah dilengkapi dengan alarm sumber bahaya, cara penggunaan, dan
peringatan bahaya pada alat-alat dengan risiko tinggi terhadap kecelakaan kerja.
PT Kalla Kakao Industri juga dilengkapi dengan sistem keamanan bencana
meliputi zona evakuasi jika terjadi bencana dan alarm yang akan memberikan
informasi adanya bahaya serta ancaman terhadap bangunan dan karyawan PT Kalla
Kakao industri.
Dalam bidang kesehatan karyawan, telah dibentuk tim K3, pelatihan K3
meliputi pembekalan dan training tentang ergonomi, PHBS, 5R dan lain-lain yang
terjadwal per tiga bulan. Untuk pencegahan penyakit, perusahaan menyediakan cek
laboratorium rutin tiap 6 bulan sekali yang bekerjasama dengan Laboratorium Prodia
dan dilakukan vaksinasi hepatitis pada seluruh karyawan sedangkan untuk asuransi
kesehatan PT Kalla Kakao Industri bekerjasama dengan BPJS ketenagakerjaan dan
asuransi In Healt. Bagi karyawan pensiuanan dengan usia ≥ 56 tahun diberikan

23
tunjangan pensiunan dari perusahaan. PT Kalla Kakao Industri tidak menyediakan
fasilitas kesehatan bagi karyawan yang cedera atau sakit selama bekerja sehingga
bagi karyawan yang mengalami hal tersebut akan ditangani oleh puskesmas ataupun
rumah sakit.
PT Kalla Kakao Industri menjamin kesehatan dan kenyaman konsumsi
karyawan dengan memberikan coffee break pagi dan sore serta makan siang yang
disediakan oleh perusahaan bekerja sama dengan pihak Rumah makan dengan sistem
pergantian setiap 2 minggu untuk menjamin kualitas sumber nutrisi karyawan.

E. Identifikasi Sebab Akibat dari Kemungkinan Kecelakaan Kerja dan


Pencegahannya
a. Kriteria Umum Penyakit Akibat Kerja
Kriteria umum penyakit akibat kerja sebagai berikut :9
1. Penyebab berhubungan dengan pekerjaan
2. Penderita selalu kontak dengan bahan penyebab dalam pekerjaan
3. Sebelumnya tidak pernah menderita penyakit ini
4. Lesi mula – mula local ditempat kontak
5. Lesi membaik pada waktu cuti, timbul pada waktu masuk kembali

b. Jenis – Jenis Penyakit Akibat Kerja


Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER-
01/MEN/1981 dan Keputusan Presiden RI No 22/1993 terdapat 31 jenis penyakit
akibat kerja yaitu sebagai berikut:5
1. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan
parut (silikosis, antrakosilikosis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu logam keras.
3. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan oleh
debu kapas, vlas, henep dan sisal (bissinosis).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal berada dalam proses pekerjaan.

24
5. Alveolitis allergika yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik
6. Penyakit yang disebabkan oleh berillium atau persenyawaannya yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium atau persenyawaannya yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosfor atau persenyawaannya yang beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh krom atau persenyawaannya yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan atau persenyawaannya yang beracun.
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsen atau persenyawaannya yang beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh raksa atau persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbal atau persenyawaannya yang beracun.
14. Penyakit yang disebabkan oleh flour atau persenyawaannya yang beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan hidrokarbon
alifatik atau aromatik yang beracun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzena atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan oleh gas atau uap penyebab asfiksia atau keracunan
seperti karbon monoksida, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso dan nikel.
22. Kelainan pendengaran yang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot, urat,
tulang persendian, pembuluh darah tepi atau syaraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan lebih.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengion.
26. Penyakit kulit (dermatosis) yang disebabkan oleh penyebab fisik, kimiawi atau
biologik.
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh ter, pic, bitumen, minyak
mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk atau residu dari zat tersebut.

25
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang didapat
dalam suatu pekerjaan yang memiliki resiko kontaminasi khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah atau panas radiasi atau
kelembaban udara tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia lainnya termasuk bahan obat.
c. Diagnosa dan Pelaporan Penyakit Akibat Kerja
Langkah – langkah untuk diagnosa penyakit akibat kerja :9
1. Pendekatan epidemiologis
a. Bila ditemukan adanya gangguan kesehatan / keluhan pada sekelompok
pekerja
b. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan kausal antara suatu pajanan
dengan penyakit
c. Identifikasi harus mempertimbangkan :
- Kekuatan asosiasi
- Konsistensi
- Spesifitas
- Adanya hubungan waktu dengan kejadian penyakit
- Hubungan dosis
- Penjelasan patofisiologis
2. Pendekatan klinis
a. Menentukan diagnosis klinis
b. Menentukan pajanan yang dialami individu tersebut dalam pekerjaan
c. Menentukan apakah ada hubungan antara pajanan dg penyakit
d. Menentukan apakah pajanan yang dialami cukup besar
e. Menentukan apakah ada faktor - faktor individu yg berperan
f. Menentukan apakah ada faktor – faktor lain diluar pekerjaan
g. Menentukan diagnosis penyakit akibat kerja
Setiap penyakit akibat kerja yang ditemukan harus dilaporkan sesuai dengan
KEPMENAKER No. 333/MEN/1989 dalam 2 x 24 jam yang dirincikan sebagai
berikut :

26
1. Identitas : Nama, NIP, umur, jenis kelamin, jabatan, unit kerja, lama kerja, nama
perusahaan, jenis perusahaan, alamat perusahaan
2. Anamnesis : Riwayat pekerjaan, keluhan, riwayat penyakit
3. Hasil pemeriksaan mental dan fisik termasuk hasil pemeriksaan tambahan mis.
Lab, Radiologi, dan EKG
4. Hasil pemeriksaan lingkungan kerja dan cara kerja, lama waktu paparan, dan
penggunaan APD
5. Pemeriksaan kesehatan tenaga kerja sebelum kerja, sebelum penempatan,
berkala, dan pemeriksaan kesehatan khusus
6. Resume : Faktor – faktor pendukung disgnosis dari anamnesis, pemeriksaan
lingkungan kerja, cara kerja, dan waktu paparan nyata
7. Kesimpulan ; Penderita menderita atau tidak mendaerita penyakit akibat kerja,
diagnosis
d. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja
Berikut ini adalah penerapan konsep lima tingkatan pencegahan penyakit
(five level of prevention disease) pada penyakit akibat kerja, yakni:6,10
1. Peningkatan kesehatan (health promotion). Misalnya: penyuluhan kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai, rekreasi,
lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan pendidikan
seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusus (specific protection). Misalnya: imunisasi, hygiene
perorangan, sanitasi lingkungan, serta proteksi terhadap bahaya dan kecelakaan
kerja dengan menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm, kacamata
kerja, masker, penutup telinga (ear muff dan ear plug) baju tahan panas, sarung
tangan, dan sebagainya.
3. Diagnosis (deteksi) dini dan pengobatan segera serta pembatasan titik-titik
lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kemungkinan cacat (disability limitation). Misalnya: memeriksa dan
mengobati tenaga kerja secara komprehensif, mengobati tenaga kerja secara
sempurna dan pendidikan kesehatan.

27
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation). Misalnya: rehabilitasi dan mempekerjakan
kembali para pekerja yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan
mencoba menempatkan keryawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai.
Upaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan untuk mencegah PAK adalah
sebagai berikut:10
1. Menyingkirkan atau mengurangi risiko pada sumbernya, misalnya
menggantikan bahan kimia yang berbahaya dengan bahan yang tidak berbahaya.
2. Mengurangi risiko dengan pengaturan mesin atau menggunakan APD.
3. Menetapkan prosedur kerja secara aman untuk mengurangi risiko lebih lanjut.
4. Menyediakan, memakai dan merawat APD

28
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
PT. KallaKakaoIndustri (KKI) merupakansalahsatuperusahaan yang
bergerak di bidangagroindustrydalammemproduksidanmengolahproduk-
produkberbahandasarbuahcoklat.
Berdasarkan observasi, masih terdapat beberapa potensi bahaya pada
pekerja antara lain; kesadaran penggunaan APD masih kurang, golongan fisik :
kebisingan dan panas, golongan kimiawi : debu, uap, golongan biologi : jamur.
Secara umum sistem produksi di PT Kalla Kakao Industri sudah cukup baik,
namun masih memiliki potensi bahaya ditinjau dari faktor fisik, faktor kimiawi,
faktor biologis, faktor ergonomis, maupun faktor psikososial, dimana masih
didapatkan beberapa masalah kesehatan yang dinilai cukup penting dan dapat
mempengaruhi produktivitas para pekerja di PT. KKI.
Selain itu pada PT Kalla Kakao Industri masih belum tersedia klinik
kesehatan dan tenaga medis terlatih untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
kerja (mis. Dokter perusahaan).
Penerapan K3 sudah sesuai dengan indikator K3 yaitu APD, ruang kerja
yang nyaman, aman dan sehat serta peralatan kerja dan penerangan yang memenuhi
standar.
B. Saran
1. Diharapkansemuakaryawandapatmenerapkanprinsip-prinsip K3 seceara
maksimal seperti menggunakan APD saat bekerja sesuai dengan tempat kerjanya
masing-masing, mengangkut barang dengan cara yang benar
2. Sebaiknya diadakan klinik kesehatan dan tenaga medis terlatih untuk
menyelenggarakan pelayanan kesehatan kerja
3. Diharapkanpihakperusahaanuntuk mengevaluasi
rekomendasipemecahanmasalah yang telah di paparkan agar
dapatmengoptimalkanproduktivitasperusahaan khususnya terkait Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) dan pengadaan dokter perusahaan atau tenaga medis di
perusahaan, sehingga kesehatan para pekerja lebih diperhatikan.

29
DAFTAR PUSTAKA

1. ILO. 2013. Keselamatan dan Kesehatan Kerja sarana untuk produktivitas. Jakarta :
International Labour Organization
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI no. 48 tahun 2016 tentang Standar Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Perkantoran
3. Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja manajemen dan Implementasi
K3 di Tempat Kerja.Surakarta: PT Harapan Press.
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 70 Tahun 2016 tentang standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri
5. Suma'mur. 2001. Keselamatan kerja dan pencegahan kecelakaan. Jakarta :Gunung
Agung
6. Buchari. 2007. Penyakit Akibat Kerja dan Penyakit Terkait Kerja.   Diakses melalui
http://library.usu.ac.id/download/ft/07002746.pdf
7. Johnston, RT. Principles of diagnosing occupational diseases- special considerations
to avoid “creating” an entity. Calif Med. 1958 Aug; 89(2): 117–120. Diakses
melalui http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1512317/.
8. Keputusan Menteri Kesehatan no.261/MENKES/SK/II/1998 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Kerja
9. Keputusan Presiden Republik Inonesia No. 22 tahun 1993 tentang penyakit yang
timbul karena hubungan kerja.
10. Soemarko, DS. Pedoman Status Okupasi. Universitas Indonesia.
11. Zuhny EK, Badraningsih L. 2013. Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja. Jakarta :
Raja Grafindo Perkasa

30
Lampiran

Data Hasil Pemeriksaan Kesehatan Karyawan PT. KAKAO

Pemeriksaan
N Pemeriksaan
Nama Gula Darah Kolesterol
O Asam Urat
Sewaktu
1 Muh. Al-Mahdi TDP 131 (N) Error
2 Didit 6,5 (N) 135 (N) 125 (N)
3 Prisma 4,3 (N) 98 (N) Error
4 Ayu Dwi Puspa 5,3 (N) 86 (N) TDP
5 Herman 6,5 (N) 131 (N) TDP
6 Hamson TDP 45 128 (N)
7 Ahmad AC TDP TDP 263 (***)
8 Sudirman 3,6 (N) TDP TDP
9 Islamudin 3,3 (N) TDP TDP
10 Yurnal TDP 109 (N) TDP
11 Nasir 4,5 (N) 119 (N) TDP
12 Jannah 5,6 (N) 98 (N) -
13 Ld. M Miskkamar 7,7 109 (N) 170 (N)
14 Sigit 6,9 (N) 55 152 (N)
15 Fajar 6,5 (N) 131 (N) 108 (N)

31
DOKUMENTASI

Melakukan Factory Tour

Registrasi dan Anamnesis Pekerja PT KKI

32
Pemeriksaan Fisis Pekerja PT KKI

33
Pemeriksaan Gula Darah, Kolestrol, Asam Urat

Para Pekerja Mengantri Untuk Pemeriksaan Kesehatan

34
Hasil Produk Biji Coklat

35
Alat-alat Produksi PT KKI

36
Rambu Rambu terkait Keselamatan Kerja

Alat-alat Terkait Keselamatan Kerja

37

Anda mungkin juga menyukai