Si
MAKALAH
DISUSUN OLEH :
KELAS/ANGKATAN : A/2017
JURUSAN FARMASI
UNIVERSITAS PANCASAKTI
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makanan dan minuman merupakan kebutuhan pokok bagi manusia.
Makanan dan minuman selain berfungsi dalam mendukung kesehatan
juga bisa menjadi sumber penyakit bagi manusia. Penyakit yang
ditimbulkan oleh makanan dan minuman disebabkan dua hal, yaitu adanya
komponen beracun pada makanan dan minuman tersebut, misalnya bahan
kimia beracun, dan logam berat. Kedua, adanya mikroorganisme
patogen pada makanandan minuman sehingga bisa menimbulkan penyakit
pada manusia.
Seseorang yang mengonsumsi makanan dan minuman yang
mengandung bahan tercemar maka akan menyebabkan penyakit bawaan
makanan atau foodborne disease, karena dalam makanan dan minuman
tersebut terdapat bakteri, virus, parasit atau zat kimia lainnya yang bisa
menyebabkan infeksi pada saluran cerna. Foodborne disease terutama yang
disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah yang serius di
berbagai negara termasuk Indonesia. Berita mengenai keracunan pangan
akibat mengonsumsi makanan jajanan, hidangan pesta, makanan catering
bahkan pangan segar sudah sering bermunculan .
Penyebab penyakit bawaan makanan yang paling umum ditemukan
adalah karena makanan jajanan. Makanan jajanan yaitu makanan dan
minuman yang pengolahannya dilakukan di tempat penjualan dan atau
disajikan dalam bentuk makanan siap santap yang dijual oleh masyarakat
umum selain yang disajikan oleh rumah makan/restoran, hotel, dan jasa
boga. Penanganannya meliputi pengadaan, penerimaan bahan makanan,
pencucian, peracikan, pembuatan, pengubahan bentuk, pewadahan,
penyimpanan, pengangkutan, penyajian makanan atau minuman.
Makanan dan minuman yang dijajakan oleh pedagang kaki lima
umumnya tidak dipersiapkan dengan baik dan bersih. Sebagian besar dari
makanan jajanan yang dijual, biasanya dibuat di lingkungan keluarga
sebagai industri rumah tangga, dengan menerapkan teknologi
tradisional yang sederhana, dimana perhatian terhadap praktek hygiene
dan sanitasi sangat minimal sekali, khususnya dalam hal pengolahan dan
penyajianmakanan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 492 tahun 2010 menjelaskan bahwa makanan dan minuman yang
aman bagi kesehatan adalah yang memenuhi persyaratan fisika,
mikrobiologi, kimiawi dan radioaktif. Secara mikrobiologi, salah satu
syarat minuman yang dapat dikonsumsi adalah tidak ditemukannya
Escherichia colidan total bakteri coliform dalam 100 ml 3. Escherichia coli
dipilih sebagai indikator dari level polusi air, pengukurannya
menggunakan indeks coliform. Penentuan coliform fekal menjadi indikator
pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkolerasi positif
dengan keberadaan bakteri patogen.Oleh karena itu, coliform adalah
indikator kualitas air.Makin sedikit kandungan coliformartinya kualitas air
semakin baik. Penyakit yang ditularkan melalui makanan dan
minuman sekitar 80 % disebabkan oleh bakteri patogen. Beberapa jenis
bakteri patogen yang sering menimbulkan penyakit antara lain E.coli
patogen, Salmonella sp, Shigella sp, Vibrio cholera, Staphylococcus
aureus, Pseudomonas, Klebsiella, Campylobacter jejuni, Proteus. Penyakit
bawaan makanan dan minuman pada umumnya akan menimbulkan gejala
diare , muntah, sakit perut, demam dan menggigil.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengolahan dan pengawetan pada makanan dan minuman ?
2. Apa saja komponen dan sifat-sifat bahan makanan ?
3. Apa saja jenis-jenis kerusakan pada makanan dan minuman?
4. Apa saja jenis-jenis kemasan pada makanan dan minuman ?
5. Apa saja jenis-jenis makanan dan minuman yang bersifat addictive?
C. Tujuan
Untuk mengetahui dan memahami cara pengolahan, penyimpanan dan
pengawetan pada makanan dan minuman.
BAB II
PEMBAHASAN
Pendinginan
Pengasapan
Pengalengan
Pengeringan
Pemaniisan
Pengasinan
1. Pendinginan
Cara ini adalah cara yang paling dikenal oleh masyarakat pada
umumnya sebab cara ini sudah sering digunakan oleh masyarakat desa
maupun perkotaan. Pada dasarnya, konsep pendinginan adalah
memasukkan makanan di sebuah tempat yang bersuhu rendah. Kita
dapat memanfaatkan kulkas. Di dalam kulkas kita dapat mengawetkan
sosis, sayur, daging, telur, buah, bahkan ikan. Kita juga bisa memakai
wadah yang berisi es. Wadah yang berisi es tersebut biasa dipakai para
nelayan untuk mengawetkan ikan hasil tangkapannya. Suhu
pengawetan makanan dengan pendinginan antara -4˚ sampai 0˚
Celcius.
2. Pengasapan
Cara pengasapan ialah menaruh makanan dalam sebuah wadah
kotak yang kemudian diasapi dari bawah. Cara pengawetan makanan
ini sebenarnya tidak bisa membuat makanan awet dalam jangka waktu
lama karena cara ini masih dipadukan dengan teknik pengasinan dan
pengeringan.
3. Pengalengan
Cara yang satu ini termasuk paduan antara teknik kimiawi dan
fisika. Teknik kimiawi yaitu dengan cara memasukkan zat pengawet,
sedangkan fisikannya dengan memasukkan makanan ke dalam ruang
hampa udara. Makanan dimasukkan ke dalam kaleng aluminium atau
benda logam lainnya lalu diberi zat pengawet seperti garam, asam,
atau gula. Biasanya yang diawetkan dalam kaleng adalah sayur-
sayuran, buah-buahan, ikan, daging, susu, kopi, teh, dan lain-lain.
4. Pengeringan
Teknik pengeringan dengan cara dijemur, dioven, atau
dipanaskan. Prinsip pengeringan menggunakan prinsip bahwa
mikroorganisme menyukai tempat yang lembab dan basah yang
memiliki kadar air. Jadi semakin kering makanan, mikroorganisme
akan mati dan pembusukan tidak akan terjadi.
5. Pemanisan
Cara pengawetan makanan ini dengan memasukkan makanan
ke dalam medium yang mengandung gula dengan kadar konsentrasi
sebesar 40% untuk menurunkan kadar mikroorganisme. Jika kadar
konsentrasinya 70% maka dapat mencegah kerusakan makanan.
Contoh makanan yang diawetkan dengan cara ini adalah susu, agar-
agar, jeli, dan manisan buah.
6. Pengasinan
Cara yang terakhir ini tentu saja menggunakan bahan yang
sering kita pakai yaitu garam dapur. Maka dari itu cara ini bisa juga
disebut dengan teknik penggaraman. Garam merupakan zat yang bisa
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Cara ini biasa
digunakan pada masyarakat pesisir pantai untuk membuat ikan asin.
Pembuatan ikan asin ini juga merupakan paduan antara teknik
pengeringan dan pengasapan.
Pengawet makan digolongkan menjadi dua jenis, yaitu pengawet
alami dan pengawet sintetis. Pengawet alami bisa diperoleh dari bahan
makanan seperti gula dan garam. Sedangkan bahan sintetis merupakan
hasil sintesis secara kimia.
1. Pengawet alami
Cuka
Cuka merupakan produk hasil fermentasi dari bahan
acetobacter. Ada berbagai macam jenis cuka yang diperoleh
dari bahan fermentasi yang berbeda. Ada cuka yang biasa
digunakan untuk memasak biasa disebut dengan cuka masak.
Cuka jenis ini adalah cuka kimiawi dengan rasa asam
yang kuat. Biasanya cuka mengandung asam asetat. Tak hanya
memberikan rasa asam pada makanan, cuka juga bisa
digunakan sebagai bahan pengawet. Produk yang biasanya
menggunakan cuka untuk makanan adalah acar, kimchi, jeli,
dan minuman.
Penggunaan cuka sebagai bahan pengawet untuk
makanan bisa meningkatkan daya simpan, cuka juga bisa
mempertahankan warna atau mencegah pencokelatan pada
buah dan sayuran. Penambahan cuka ini bisa membuat warna
sayur dan buah menjadi tahan lama.
Bawang putih
Bawang putih juga bisa kamu jadikan sebagai bahan
pengawet untuk makanan. Pasalnya, bawang putih bersifat
antibakteri dan mengandung antioksidan yang sangat baik
untuk menjaga makanan agar tetap berkualitas baik dan tidak
rusak. Bawang putih bermanfaat untuk menurunkan pH pada
makananan dan mencegah membusuknya makanan karena
bakteri atau kuman.
Kayu Manis
Kayu manis memiliki sifat bakteridal sehingga mampu
menghambat tumbuhnya khamir atau kapang pada makanan.
Selain itu juga untuk mencegah pembusukan atau basi pada
makanan.
Kluwak
Selain sebagai bumbu dan pemberi warna, kluwak juga
bisa digunakan sebagai pengawet makanan yang aman.
Kluwak biasanya digunakan untuk mengawetkan ikan segar.
Untuk menggunakan kluwak sebagai bahan pengawet, kamu
bisa mencincang halus kluwak. Kemudian keringkan kluwak
lalu masukkan ke dalam perut ikan yang sudah dibersihkan
sebelumnya.
Menggunakan kluwak untuk pengawetan membuat ikan
bisa bertahan hingga enam hari. Pengawetan dengan kluwak
sering dikombinasikan dengan penggaraman dan pendinginan.
Daun Gambir
Daun gambir juga bisa dijadikan sebagai alternatif
bahan pengawet makanan alami yang aman. Pasalnya, pada
daun gambir memiliki kandungan zat katekin. Nah, zat ini
mampu menjaga makanan dari pengaruh mikroorganisme
perusak dan penyebab basi.
Biasanya, penggunaan daun gambir untuk makanan digunakan
pada pembuatan telur asin. Cara menggunakannya adalah
dengan merendam telur asin di air sisa penirisan setelah
pembuatan gambir.
2. Pengawet Kimia
Asam Benzoat
Asam benzoat merupakan salah satu bahan pengawet
makanan yang cukup sering digunakan. Jenis pengawet ini
biasanya digunakan untuk mengawetkan buah-buahan,
digunakan pada kecap dalam botol, margarin, saus tomat, dan
minuman ringan.
Di dalam kandungan asam benzoat memiliki
kandungan antibakteri, sehingga makanan yang diberikan
bahan ini akan terlindung dari perkembangan bakteri.
Asam Sitrat
Asam sitrat merupakan jenis pengawet makanan yang
cukup aman untuk dikonsumsi. Jenis pengawet makanan ini
biasanya digunakan untuk menambah rasa asam pada makanan
dan untuk mencegah perkembangan jamur serta bakteri
penyebab penyakit di dalam makanan.
Sulfur Dioksida
Selanjutnya adalah sulfur dioksida yang biasa
digunakan untuk mengawetkan sari buah, buah kering ataupun
sirup. Bahan kimia ini masih aman untuk dikonsumsi dengan
syarat penggunaannya masih dibatas cukup atau diberikan
sesuai takarannya.
Asam Proplonate
Sedangkan asam propionate biasanya digunakan untuk
mencegah pertumbuhan jamur dan biasa diberikan pada bahan
makanan seperti roti dan kue yang terbuat dari tepung.
Sorbetes
Bahan kimia yang satu ini banyak digunakan karena
tidak berbau, tidak memiliki rasa, dan tidak menimbulkan efek
samping untuk kesehatan. Jenis pengawet makanan ini biasa
digunakan untuk mencegah perkembangan jamur dan bakteri di
dalam makanan.
Boraks
Boraks memiliki sifat adalah antiseptic, sehingga
boraks dapat membunuh kuman di dalam makanan. Meski
kerap digunakan sebagai pengawet makanan, sebenarnya borak
tidak aman jika ditambahkan pada makanan. Pasalnya bisa
memberikan efek sangat berbahaya bagi tubuh.
Kalsium Benzoat
Salah satu bahan pengawet makanan yang aman adalah
Kalsium Benzoat. Bahan pengawet ini dapat menghambat
pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri spora,
dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat memengaruhi
rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat
memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair.
Kalsium benzoat digunakan untuk mengawetkan
minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirop, dan
ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada
penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin.
Kalsium benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma jika
dikonsumsi berlebihan.
Kalium Nitrit
Salah satu bahan pengawet makanan yang aman adalah
Kalium Nitrit. Bahan pengawet ini berwarna putih atau kuning
dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat
menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam
waktu yang singkat.
Kalium nitrit sering digunakan pada daging yang telah
dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak
selalu segar, semisal daging kornet. Penggunaan yang
berlebihan, bisa menyebabkan keracunan.
Selain memengaruhi kemampuan sel darah membawa
oksigen ke berbagai organ tubuh, juga menyebabkan kesulitan
bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-
muntah.
Natrium Metasulfat
Salah satu bahan pengawet makanan yang aman adalah
Natrium Metasulfat. Sama dengan kalsium dan natrium
propionat, natrium metasulfat juga sering digunakan pada
produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa
menyebabkan alergi pada kulit jika digunakan berlebihan.
BHA & BHT
Jika kamu membaca dengan jeli bahan pembuatan yang
kamu beli dan konsumsi, kamu akan menemukan bahwa kedua
jenis bahan pengawet ini masuk di dalam daftar. BHA
merupakan singkatan dari Butylated hydroxyanisole sedangkan
BHT merupakan singkatan dari Butylated hydroxytoluene.
Kedua jenis pengawet ini masuk dalam nominasi pertama
sebagai pengawet yang banyak digunakan.
Kedua jenis bahan pengawet ini biasanya muncul
sebagai bahan pengawet dari sereal, cemilan, permen karet,
mentega, dan aneka makanan yang dipangggang. Kedua jenis
bahan pengawet ini amat berbahaya jika dikonsumsi terus
menerus karena dapat menyebabkan penyakit seperti kanker
dan tumor karena keduanya bersifat karsinogen.
TBHQ
TBHQ atau Tertiary Butylhydroquinone merupakan
pengawet kimia yang banyak digunakan di hampir semua jenis
bahan makanan di pasaran. TBHQ bisa kamu temukan di
produk mie instan, cemilan, minuman, ataupun fast foods.
Bahkan., FDA (Badan Pengawas Makanan Amerika)
membatasi penggunaan TBHQ pada makanan.
Hal yang patut dicermati dari penggunaan dan
konsumsi TBHQ adalah efek sampingnya yang bisa
menyebabkan hiperaktif pada anak-anak dan menyebabkan
keguguran pada ibu hamil. Selain itu, TBHQ juga dapat
mempengaruhi kemampuan untuk mempunyai keturunan,
asma, dan penyakit jantung.
Setelah penjelasan di atas kita akan tahu bahwa yang menyebabkan
pembusukan makanan adalah mikroorganisme. Namun, mikroorganisme
juga bisa dihambat pertumbuhannya dengan cara memasukkan ke kulkas,
pengasapan, pengeringan, pengalengan pengasinan dan pemanisan. Tapi
sekarang ini banyak penyalahgunaan di bidang pengawetan ini. Ada yang
menggunakan bahan formalin untuk mengawetkan ikan, dengan alasan
dengan penggaraman sulit digunakan pada waktu musim penghujan
karena tak banyak terik matahari. Padahal dengan menggunakan formalin
yang fungsi sebenarnya adalah untuk mengawetkan mayat ini tidak baik
untuk kesehatan. Dalam jangka pendek memang tak ada pengaruh
langsung yang dapat dilihat dengan mata. Namun dalam jangka panjang
akan dapat menimbulkan kanker pada orang yang mengonsumsi makanan
dengan menggunakan formalin tersebut.
Sekarang banyak zat kimia yang digunakan dalam pengawetan
makanan. Namun alangkah baiknya jika penggunaan pengawetan
makanan dengan zat kimia yang berbahaya dikurangi mengingat bahaya
yang ditimbulkan sangat berbahaya bagi kesehatan. Lebih baik memakai
zat alami toh hasil pengawetan makanannya sama, Cuma proses
pengawetannya yang sedikit memakai waktu. Lebih baik menunggu
proses tersebut daripada instan namun berbahaya bagi kesehatan.
B. Komponen dan Sifat
Sifat bahan pangan berdasarkan jenisnya, bahan pangan dapat
dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :
1. Sifat fisik
Sifat fisik yaitu sifat-sifat bahan makanan yang menyangkut tekstur
bahan makanan tsb meliputi :
Kelarutan
Kemampuan mengikat air
Kelunakan
Kekenyalan
Sifat fisik memiliki kaitan sangat erat dengan mutu bahan pangan
karena dapat digunakan sebagai informasi dasar dalam menentu kan
tingkat metode penanganan dan atau bagaimana mendisain peralatan
pengolahan terutama peralatan pengolahan yang bersifat otomatis.
2. Sifat kimiawi
Sifat kimiawi dari bahan pangan bahan ditentukan oleh senyawa kimia
yang terkandung sejak mulai bahan pangan dipanen/ ditangkap hingga
diolah. Perubahan kandungan senyawa kimia pada bahan pangan
dipengaruhi oleh tingkat kematangan biologis, jenis kelamin,
temperatur, suplai makanan, pupuk, atau parameter lingkungan
lainnya. Mengakibatkan perubahan :
a. Citarasa :
Ketengikan
Karamelisasi
Pengurangan citarasa
b. Warna :
Menjadi lebih tua
Lebih muda dan penghilangan warna
c. Nilai Nutrisi :
Kerusakan dan penurunan vitamin mineral
Kerusakan dan perubahan protein, lipida dan
karbohidrat
3. Sifat biologis
a. Sifat biologis mempunyai peranan sangat penting dalam
merancang proses penanganan dan pengolahan.
b. Sifat biologis yang utama dari bahan pangan adalah kandungan
mikrobanya.
c. Sebagian besar memiliki kandungan mikroba sejak dipanen/
ditangkap dan tersebar diseluruh permukaan.
d. Sebagian merupakan mikroba asli (flora alami ) dan sebagian
lainnya berasal dari kontaminasi.
1. Kemasan harus melindungi isi, baik : (1) dari pengaruh luar. Contoh
kerupuk akan lembek jika kemasan tidak dapat menahan oksigen yang
masuk melalui pori-pori, (2) pengaruh dari dalam, contoh menjadi
perpindahan molekul dari kemasan ke barang yang dikemas atau dari
barang ke kemasan, bila bahan kemasan yang digunakan tidak cocok,
(3) kemasan harusdapat menjaga mutu tetap sama, dari data dikemas
sampai batas waktu kadarluarsa, dan menjaga agar aroma barang yang
di kemas tidak hilang. Contohnya kemasan kopik bubuk.
2. Kemasan harus menjadi media penandaan terhadap barang yang
dikemas sehingga lebel harus tercetak dengan jelas dan komplit.
3. Kemasan harus mudah dibuka dan mudah ditutup kembali serta
berdesain aktraktif.
4. Kemasan harus dapat mempromosikan diri sendiri jika dipajang di
etalase took atau swalayan. Bahan kemasan harus ramah lingkungan
dan dapat di daur ulang.
Bahan Kemasan
1. Kemasan logam
Kemasan logam (kaleng) adalah kemasan yang paling aman
karna kemasan ini dapat melindungi produk dari sinar matahari, uap
air, dan oksigen. Masalah utama pada kemasan kaleng ialah mahal dan
pembelian harus dalam julah besar. Selain itu, untuk aplikasinya juga
harus menggunakan alat penutup kaleng khusus yang harganya juga
cukup mahal.
Di samping itu, teknologi pembuatan kemasan saat ini
berkembang dengan pesat sehingga kemasan dapat dibuat dengan
bermacam-macam bahan. Kemasan logam dapat dibuat dari
aluminium dan plat lapis timah putih.
2. Kemasan Gelas
Kemasan gelas sifatnya tidak bereaksi dengan bahan yang
dikemas, tahan terhadap produk yang bersifat asam dan basa.
Kekurangannya mudah pecah jika terkena benturan dan beratnya yang
cukup berat dibandingkan dengan bahan lainnya seperti logam atau
kertas. Kemasan gelas ini banyak digunakan untuk kemasan makanan
dan minuman.
Untuk mencegah pesah pada waktu transportaasi dan
memudahkan penanganan, biasanya dikombinasikan dengan kemasan
sekunder seperti karton bergelombang, krat kayu, maupun krat plastik.
3. Kemasan Plastik
Kemasan plastik sifatnya ringan, relatif murah, namun masa
simpan relative singkat dibandingkan dengan kaleng. Kemasan plastic
dapat berbentuk plastic lembaran, kantong plastic, wadah plastic
dengan wadah tertentu, botol maupun gelas plastic. Tidak semua jenis
plastic dapat digunakan sebagai kemasan makanan dan minuman. Ada
jenis-jenis plastic ang tidak dapat digunakan untuk kemasan makanan
dan minuman karna mengandung zat kimia yang tidak baik untuk
kesehatan manusia.
4. Kemasan Kertas
Kemasan kertas dan karton banyak digunakan untuk kotak
karton lipat (KKL) dan kotak karton gelombang (KKG) mudah
dicetak. Bahan yang banyak terdapat di Indonesia antara lain : (1)
kertas :hvs, kraft, tisu, kertas yang di-coating (art paper, cast coated
paper ), (2) karton : duplex, ivory, art carton, cast coated carton, dan
(3) karton gelombang : kertas kraft dan kertas medium.
5. Kemasan Fleksibel
Kemasan fleksibel merupakan suatu revolusi dari teknologi
pembuatan kemasan, bentuknya fleksibel sesuai sifat produk yang
dikandungnya. Bentuknya berubah jika diberi tekanan atau sentuhan.
Kemasan fleksibel dapat diproduksi dalam bentuk rol atau kantong.
Lebel dan pelabelan dengan tiga fungsi pengemasan, yaitu fungsi
identifikasi, fungsi membantu penjualan produk dan fungsi pemenuhan
peraturan perundang undangan. memberikan informasi tentang bahan
yang dikemas, cara menggunakan produk, cara pangan produk, tanggal
kadaluarsa, komposisi produk, ukuran, volume, bobot, siapa produsennya,
lokasi produksi, customer service, dan cara penaganan kemasan berkas,
dan identitas persyaratan lingkungan.
Fungsi label sebagai fungsi membantu penjualan produk.
Kemasan harus menjadi promosi bagi dirinya dan meliputi warna,
foto/gambar. Label sebagai fungsi pemenuhan peraturan perundang-
undangan ,memiliki kosekuensi bahwa hal yang tercantum dalam label
harus sesuai dengan kandungan bahan pangan tersebut, label halal yang
dapat di pertanggung jawabkan, nomor registrasi Depkes, SNI, atau ISO
(lembaga yang berwenang).
E. Macam – macam Makanan dan Minuman Addictive
Bahan makanan tambahan (food addictive) adalah substansi yang
ditambahkan ke dalam makanan untuk menambah rasa atau memperbaiki
citrasa dan penampilan makanan itu sendiri. Begitu banyak food additive
ini beredar di pasaran, belum menjamin apakah sepenuhnya aman meski
disetujui FDA di Amerika.
Berbagai studi yang menguji keamanan zat tambahan pada
makanan ini hanya didasarkan pada uji coba binatang. Sulit untuk
menentukan apakah hasil studi pada binatang juga berlaku sama pada
manusia, meskipun sejumlah studi menunjukkan bahwa sejumlah zat
tambahan dapat menyebabkan kanker.
Penggunaan Bahan Tambahan makanan yang tidak memenuhi
syarat termasuk bahan tambahan memang jelas-jelas dilarang, seperti
pewarna, pemanis dan bahan pengawet. Pelarangan juga menyangkut
dosis penggunaan bahan tambahan makanan yang melampaui ambang
batas maksimum yang telah ditentukan. Batas maksimum penggunaan
siklamat adalah 500 mg – 3 g/kg bahan, sedangkan untuk sakarin adalah
50-300 mg/kg bahan. atas Maksimun Penggunaan pewarna sintetik yang
dizinkan seperti Pancrew 4 R : 300mg/Kg bahan makanan, tatrazin,
brilliant blue dan sunset yellow : 100mg/Kg bahan makanan.
Penggunaan bahan tambahan atau zat aditif pada makanan semakin
meningkat, terutama setelah adanya penemuanpenemuan termasuk
keberhasilan dalam mensintesis bahan kimia baru yang lebih praktis, lebih
murah, dan lebih mudah diperoleh. Penambahan bahan tambahan/zat aditif
ke dalam makanan merupakan hal yang dipandang perlu untuk
meningkatkan mutu suatu produk sehingga mampu bersaing di pasaran.
Bahan tambahan tersebut diantaranya: pewarna, penyedap rasa dan aroma,
antioksidan, pengawet, pemanis, dan pengental.
Secara umum bahan tambahan/aditif ini dapat dibedakan menjadi
dua yaitu:
1. Aditif sengaja yaitu aditif yang secara sengaja ditambahkan
untuk meningkatkan konsistensi, citarasa, mengendalikan
keasaman/kebasaan, dan memantapkan bentuk dan rupa.
2. Aditif tidak sengaja yaitu aditif yang memang telah ada dalam
makanan (walaupun sedikit) sebagai akibat dari proses
pengolahan.
Sodium nitrite
Sodium nitrite biasanya ditambahkan pada bacon, ham, hot dog,
daging merah, ikan yang diasap dan corned beef untuk nmenstabilkan
warna merah dan menambah rasa. Zat tambahan ini mencegah
pertumbuhan bakteri, namun studi menunjukkan zat ini jika dimakan
dapat menyebabkan berbagai jenis kanker. "Zat ini berada di daftar teratas
yang harus dicoret dari daftar menu,r1; ujar Christine Gerbstadt, M.D.,
M.P.H., R.D., L.D.N., jurubicara untuk American Dietetic Association
(ADA). "Di bawah kondisi pengolahan dengan panas tinggi seperti
pemanggangan, sodium nitrite dapat berubah menjadi senyawa reaktif
yang menunjukkan dapat menyebabkan kanker
Propyl gallate
Propyl gallate adalah zat aditif lain yang harus dihindari. Zat ini
dipakai untuk mencegah lemak dan minyak menjadi rusak dan biasanya
dipakai bersamaan dengan BHA dan BHT. Zat aditif ini kadang-kadang
ditemukan pada produk daging, sup berbahan dasar ayam, dan permen
karet. Propyl gallate tidak terbukti menyebabkan kanker, namun beberapa
studi yang ditemukan pada hewan menunjukkan zat ini dikaitkan dengan
kanker, jadi waspadailah zat aditif ini. "Penting bagi setiap konsumen
untuk selalu membaca label pada bungkus makanan,r1; pesan Gerbstadt.
"Anda harus teliti. Saya sendiri tak keberatan mengecek makanan yang
saya beli dan memastikan mereka tidak mengandung zat pengawet
berbahaya.r1;
Monosodium glutamate
Trans Fats
Aspartame
Acesulfame-K
Olestra
Dua zat lain yang dimasukkan daftar adalah gula putih dan garam.
Kedua zat ini, jika dikonsumsi berlebihan akan mengganggu kesehatan.
Garam, dalam jumlah kecil dibutuhkan oleh tubuh. Kelebihan garam
berbahaya bagi fungsi tubuh karena berdampak pada fungsi
kardiovaskular, menuntun tekanan darah tinggi, serangan jantung, stroke
dan gagal ginjal.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga
merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan
mikroganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan
yang menguntungan seperti adanya perbaikan nilai gizi bahan pangan, daya
cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuhan
mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan
fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut
menjadi tidak layak untuk dikonsumsi. Kejadian ini dapat terjadi pada
pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai
perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik
dan organisme lain penyebab penyakit. Itulah mengapa dibutuhkan
penambahan bahan pengawet dan pengemasan yang tepat sesuai dengan sifat
dari bahan makanan, untuk memperpanjang jangka waktu makanan agar tidak
rusak.
B. Saran
Saya sebagai penulis makalah ini menganjurkan kepada pembaca untuk
mencari dan membaca literature buku ataupun jurnal resmi lain sekiranya
materi yang terdapat dalam makalah ini kurang.