MINUMAN
PENGOLAHAN DAN PENGAWETAN PADA
SUHU TINGGI (PEMANASAN)
KELOMPOK 3
KESEHATAN LINGKUNGAN B
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini guna untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman dengan judul “PENGOLAHAN DAN
PENGAWETAN PADA SUHU TINGGI (PEMANASAN) “.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan kritik
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pemahaman pengetahuan yang kami
miliki. Oleh karena itu, kami mengharapkan segala benuk saran srta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Akhirnya kmi berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia
pendidikan.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sifat yang dimiliki bahan pangan sangat beraneka ragam tergantung
jenis serta kategori pangan tersebut, jika bahan pangan yang termasuk
dalam kategori tanaman atau hayati seperti sayuran, buah dan
semacamnya maka daya tahan bahan pangan tersebut hanya mampu
bertahan beberapa hari sampai hitungan minggu setelah dipanen.
Sedangkan bahan pangan yang termasuk kategor hewani seperti
daging, ikan dan sejenisnya hanya bisa bertahan
dalam hitungan jam saja setelah bahan pangan tersebut diambil.
Aspek penanganan bahan pangan sangat diperlukan dalam hal ini
agar kondisi bahan pangan yang dipanen dapat tetap bisa dikonsumsi
dengan kadar nutrisi yang masih baik dan segar. Perlu tatacara
pengolahan pangan serta pengawetan yang baik untuk menjaga
kualitas serta kuantitas bahan pangan tetapi diperoleh. Keutamaan
pengolahan tersebut bertujuan untuk menjaga umur simpan serta
menjaga kadar gizi yang ada dalam bahan pangan tetap terjaga atau
dengan kata lain struktur gizinya tidak hilang. Selain itu melalui
pengolahan dan pengawetan bahan pangan tersebut diharapkan bahan
pangan yang dihasilkan tidak hanya mampu mempertahankan daya
simpan agar berumur panjang tetapi mampu mengubah bahan pangan
yang mentah tadi menjadi sebuah produk olahan yang bisa dikonsumsi
tanpa mengurangi nilai gizi bahan pangan yang diolah dan diawetkan
tersebut. Upaya yang digunakan dalam pengolahan serta pengawetan
bahan pangan tersebut dapat dilakukan melalui proses pengeringan,
pengasapan, penggaraman, penggulaan, kristalisasi, fermentasi, dan masih
banyak lagi yang secara terstruktur dijelaskan dengan metoda panduan
praktik agar mudah dipahami dan diaplikasikan sendiri yang akan
dibahas pada bab-bab selanjutnya.
4
Manfaat pemanasan dalam mengawetkan pemanasan sudah sejak 1810.
Sejak saat itu, pengawetan makanan dengan suhutermal berkembang
dengan pesat.Pada mulanya proses termal dalam pengolahan dan
pengawetan bahan pangandimaksudkan untuk menghilangkan atau
mengurangi aktivitas biologis yang tidakdiinginkan dalam bahan pangan
seperti aktivitas enzim dan mikrobiologis.Ternyata selama proses termal ,
terjadi juga secara simultan kerusakan-kerusakan zat-zat gizi seperti
vitamin serta faktor-faktor yang memengaruhi mutu pangan seperti warna,
tekstur, dan cita rasa. Adanya kenyataan ini menyebabkan proses termal
berkembang menjadi suatu proses optimasi yang bertujuan bukan hanya
untuk memperpanjang masa simpan bahan pangan dalam bahan tertutup ,
tetapi juga sedapat mungkin berusaha agar proses ini masih dapat
mempertahankan zat nutrisi serta mutu bahan pangansemaksimal
mungkin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
5
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengawetan
dengansuhu tinggi.
. Mengetahui berbagai macam pengolahandan pengawetan bahan
pangandengan suhu tinggi.
dengansuhu tinggi.
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
didasarkan kepada kenyataan bahwa pemberian panas yang cukup
dapat membunuh sebagian besar mikroba dan menginaktifkan enzim atau
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kebusukan produk pangan dan
berbahaya bagi kesehatan. Selain itu makanan menjadi lebih aman
karena racun-racun tertentu rusak karena pemanasan, misalnya racun
dari bakteri Clostridium botulinum.
8
4. Mencegah atau memperlambat laju proses dekomposisi (autolisis)
bahan pangan.
5. Mencegah kerusakan yang disebabkan oleh faktor lingkungan
termasuk serangan hama.
9
Konduksi terjadi jika energi berpindah dengan jalan sentuhan antar
molekul atau perambatan panas terjadi di mana panas dialirkan dari satu
partikel ke partikel lainnya tanpa adanya gerakan atau sirkulasi.Umumnya
konduksi terjadi pada bahan berbentuk padat seperti daging, ikan,
sayursayuran, buah-buahan dll.
2) Konveksi
Konveksi terjadi jika ada energi berpindah melalui aliran dalam
media cair atau perambatan panas di mana panas dialirkan dengan
cara pergerakan atau sirkulasi molekul dari zat yang satu ke zat yang
lainnya. Pemanasan secara konveksi berlangsung secara cepat.
Umumnya konveksi terjadi pada bahan berbentuk cair
seperti, sari buah, sirup, air dll
10
diterima bahan selama blanching dapat mempengaruhi kualitas gizi dan
sensori, beberapa vitamin dan mineral yang larut dalam air dan komponen-
komponen lain yang larut akan hilang selama blanching, blanching dapat
mempengaruhi warna dan bahan pangan menjadi off flavor.
a) Tujuan blanching adalah untuk:
• Menginaktivasi enzim-enzim yang masih terkandung dalam bahan
pangan.
• Membersihkan bahan dari kotoran untuk mengurangi jumlah mikroba
dalam bahan dan digunakan untuk menghilangkan bau, flavor, dan lendir
yang tidak dikehendaki.
• Memperlunak bahan, mempermudah pengisian bahan ke dalam wadah.
• Mengeluarkan gas-gas yang terdapat dalam ruang-ruang sel.
b) Kerugian blanching:
• Merubah tekstur, warna, dan flavor.
• Meningkatkan kehilangan padatan terlarut (blansing dengan perebusan).
• Menurunkan zat gizi (vitamin).
c) Yang mempengaruhi lama blanching:
• Tipe bahan pangan: buah/sayuran.
• Ukuran bahan pangan.
• Suhu.
• Metode.
PASTEURISASI
Pasteurisasi merupakan suatu proses pemanasan pada suhu di
bawah 100oC dalam jangka waktu tertentu sehingga dapat mematikan
sebagian mikroba susu dengan meminimalisasi kerusakan protein. Proses
pasteurisasi yang dilanjutkan dengan pendinginan langsung akan
menghambat pertumbuhan mikroba yang tahan terhadap suhu pasteurisasi
dan akan merusak sistem enzimatis yang dihasilkannya (misalnya enzim
phosphatase, lipase, dll) sehingga dapat mengurangi kerusakan zat gizi
serta memperbaiki daya simpan susu segar. (Fakhrul Ulum, 2009). Proses
11
pendinginan pada proses pasteurisasi juga dapat meminimalisasi terjadinya
kerusakan protein (denaturasi protein) pada susu hasil pasteurisasi.
Mikroba pembawa penyakit (pathogen) yang terdapat dalam susu adalah
bakteri Staphylococcus Aureus, Salmonella sp. dan E. Coli (Widodo,
2010).
Agar memperoleh hasil yang optimal, pasteurisasi harus
dikombinasikan dengan cara lain misalnya penyimpanan suhu rendah dan
modifikasi kemasan.
a) Tujuan utama proses thermal dalam pasteurisasi
Tujuan dari pasteurisasi adalah untuk menginaktifkan sel-sel vegetative
dan mikroba pathogen. Selain itu pasteurisasi bertujuan untuk
memperpanjang daya simpan bahan atau produk, dapat menimbulkan cita
rasa yang lebih unik pada produk. Mikroba terutama mikroba nonpathogen
dan pembusuk masih ada pada bahan yang dipasteurisasi dan bisa
berkembang biak. Oleh karena itu daya simpannya tidak lama. Contohnya
susu yang telah dipasteurisasi bila disimpan pada suhu kamar hanya akan
tahan 1-2 hari sedangkan bila disimpan dalam lemari es kira kira tahan
seminggu. Karena itu untuk tujuan pengawetan, pasteurisasi harus
dikombinasikan dengan cara pengawetan lainnya misalnya dengan
pendinginan.
12
• Flash Pasteurization yaitu pada suhu 65-95oC selama 2-3 detik.
STERILISASI
Sterilisasi merupakan suatu proses menghancurkan atau memusnahkan
semua mikroorganisme termasuk spora, dari sebuah benda atau
lingkungan. Peranan sterilisasi pada pembuatan makanan yaitu berfungsi
untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh mikroorganisme
dan memperpanjang waktu simpan (Purnawijayanti, 2001). Prinsip dasar
sterilisasi yaitu memperpanjang umur simpan bahan pangan dengan cara
membunuh mikroorganisme yang ada di dalamnya. Mikroorganisme yang
tumbuh pada produk pangan biasanya dapat mencemari produk pangan
dan membuat makanan lebih cepat basi. Mikroorganisme pembusuk
tersebut bisa berupa bakteri, khamir (yeast) dan kapang (jamur) (Hiasinta,
2001).
a. Sterilisasi Secara Fisik
Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & pemijaran.1.
Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara
langsung, contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L dan lain-lain.2.
Sterilisasi panas kering : sterilisasi dengan oven umumnya pada suhu 160-
1700C selama 1-2 jam.
b. Sterilisasi Kimia
Biasanya sterilisasi secara kimiawi menggunakan senyawa desinfektan
antara lain alkohol. Antiseptik kimia biasanya dipergunakan dan dibiarkan
menguap seperti halnya alkohol. Proses sterilisasi antiseptik kimia ini
biasanya dilakukan dengan cara langsung memberikan pada alat atau
media yang akan disterilisasi. Pemilihan antiseptik terutama tergantung
pada kebutuhan dari tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki.
c. Sterilisasi Mekanik (Filtrasi)
Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang
berpori sangat kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba
tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan
13
yang peka panas, misalnya larutan serum, enzim, toksin kuman, ekstrak sel
dan lain-lain. (Fauzi, 2013)
14
dengan memasukkan uap melalui bagian atas autoklaf sehingga udara
tertekan ke bawah.Autoklaf ini dapat bekerja dengan cakupan suhu antara
121-134°C dengan waktu 10-30 menit.
2. High Vacuum
Autoklaf ini dilengkapi dengan pompa yang mengevakuasi hampir semua
udara dari dalam autoklaf. Cara kerjanya dimulai dengan pengeluaran
udara. Proses ini berlangsung selama 8-10 menit. Ketika keadaan vakum
tercipta, uap dimasukkan ke dalam autoklaf. Akibat kevakuman udara, uap
segera berhubungan dengan seluruh permukaan benda, kemudian terjadi
peningkatan suhu sehingga proses sterilisasi berlangsung. Autoklaf ini
bekerja pada suhu 132-135°C dengan waktu 3-4 menit.
3. Steam-flush pressure-pulse
Autoklaf ini menggunakan aliran uap dan dorongan tekanan atmosfer
dengan rangkaian berulang. Waktu siklus pada autoklaf ini tergantung
pada benda yang disterilisasi. (Ditya Fahlevi, 2014)
15
b.Susu UHT
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemberian suhu tinggi pada pengolahan dan pengawetan pangan
didasarkan kepada kenyataan bahwa pemberian panas yang cukup dapat
membunuh sebagian besar mikroba dan menginaktifkan enzim atau
mikroorganisme yang dapat menyebabkan kebusukan produk pangan dan
berbahaya bagi kesehatan. Selain itu makanan menjadi lebih aman karena
racun-racun tertentu rusak karena pemanasan, misalnya racun dari bakteri
Clostridium botulinum.
Ada 3 jenis proses thermal yang penting dalam pengolahan atau
pengawetan bahan pangan yaitu Blansing. Pasteurisasi.Sterilisasi
Syarat pengolahan pangan dengan suhu tinggi Tidak terjadi perubahan
yang signifikan terhadap produk seperti kehilangan zat gizi, koagulasi protein
dan sebagainya
17
DAFTAR PUSTAKA
Razak, Maryam dan Mutikah. 2017. Ilmu Teknologi Pangan. Jurnal Of Kementerian
Kesehatan Indonesia Tanun 2017.
18